Anda di halaman 1dari 5

Nama

: Qori Fitria Nur Ashriyah

Kelas

: B Ekstensi 2015

Nim

: 1506800792

Prinsip Diet Pada Orang dengan HIV AIDS (ODHA)

Menurut Kemenkes (2010), Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)


merupakan

kumpulan

gejala

penyakit

yang

disebabkan

oleh

Human

Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini merusak sistem kekebalan tubuh


manusia yang mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga
mudah terserang berbagai penyakit infeksi. Menurut Brunner&Suddarth (2010)
sindrom imunodefisiensi yang didapat (AIDS, acquired immunodeficiency
syndrome) diartikan sebagai keadaan yang paling berat dari keadaan sakit terusmenerus yang berkaitan dengan infeksi human immunodeficiency virus (HIV).
Manifestasi infeksi HIV berkisar mulai dari kelainan ringan dalam respons imun
tanpa tanda-tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi yang berat
yang berkaitan denagn pelbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan
dengan

kelainan

malignitas

yang

jarang

terjadi.

Infeksi

oleh

human

immunodeficiency virus (HIV) mengakibatkan kerusakan sistem kekebalan dan


pertahanan tubuh pejamu (Black, 2014).
Pada ODHA sering terjadi anoreksia, depresi, rasa lelah, mual, muntah,
sesak napas, diare serta infeksi. Hal ini menyebabkan asupan gizi tidak adekuat
dan tidak mampu memenuhi kebutuhan energi yang meningkat, apalagi disertai
infeksi akut. Kapasitas fungsional dapat turun akibat kurangnya gizi, memberikan
kontribusi tidak berfungsinya kekebalan dan meningkatkan morbiditas dan
mortalitas. Yang berperan dalam penurunan sistim imun adalah defisiensi zat gizi
baik mikro maupun makro. Memburuknya status gizi bersifat multifaktor,
terutama disebabkan oleh kurangnya asupan makanan, gangguan absorbsi dan

metabolisme zat gizi, infeksi oportunistik, serta kurang aktivitas fisik (Kemenkes,
2010).
Sejak seseorang terinfeksi HIV, terjadi gangguan sistim kekebalan tubuh
sampai ke tingkat yang lebih parah hingga terjadi pula penurunan status gizi.
Menurunnya status gizi disebabkan oleh kurangnya asupan makanan karena
berbagai hal, misalnya adanya penyakit infeksi, sehingga menyebabkan kebutuhan
zat gizi meningkat. Selain itu perlu diperhatikan faktor psikososial serta keamanan
makanan dan minuman (Kemenkes, 2010)

Gizi memburuk
(BB turun, atrofi
otot mikronutien
kurang)
Kebutuhan zat gizi
meningkat (karena
malabsorpsi,
asupan gizi
berkurang)

HIV

Merusak sistem
imunitas (daya
tahan terhadap
HIV dan infeksi
lain berkurang)

Risiko terhadap
penyakit infeksi
meningkat (infeksi
saluran cerna, TB,
flu lebih cepat
masuk dalam
stadium AIDS)

Sumber : Modul Asuhan dan Dukungan Gizi Pada ODHA (Kemenkes,


2010)

Pada ODHA terjadi peningkatan kebutuhan zat gizi yang disebabkan antara
lain karena stres metabolisme, demam, muntah, diare, malabsorbsi, infeksi
aportunistik. Selain itu terjadi perubahan komposis tubuh, yaitu berkurangnya
masa bebas lemak terutama otot. Gizi yang adekuat pada ODHA dapat mencegah

kurang gizi, meningkatkan daya tahan terhadap infeksi oportunistik, menghambat


berkembangnya HIV, memperbaiki efektivitas pengobatan dan memperbaiki
kualitas hidup (Kemenkes, 2010)
Asuhan gizi bagi ODHA sangat penting, bila mereka juga mengonsumsi
obat-obat ARV. Makanan yang dikonsumsi mempengaruhi penyerapan ARV dan
obat infeksi oportunistik. Sebaliknya penggunaan ARV dan obat infeksi
oportunistik dapat menyebabkan gangguan gizi . Terdapat interaksi antara gizi dan
ARV yaitu :
1.
2.
3.
4.

Makanan dapat mempengaruhi efektivitas ARV


ARV dapat mempengaruhi penyerapan zat gizi
Efek samping ARV dapat mempengaruhi konsumsi makanan
Kombinasi ARV dan makanan tertentu dapat menimbulkan efek samping
(Kemenkes, 2010)

Prinsip diet pada pasien dengan HIV AIDS :


1. Syarat diet untuk stadium 1 dan 2
a. Mengkonsumsi protein dari sumber hewani dan nabati seperti daging,
telur, ayam, ikan, kacang kacang dan produk olahannya.
b. Banyak makan sayur dan buah buahan secara teratur terutama sayuran
dan buah-buahan berwarna kaya vitamin A dan zat besi.
c. Bila ODHA sudah terbiasa minum susu, teruskan, karena susu sangat
baik untuk kesehatan .
d. Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi (tape,
brem)
e. Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman (untuk
mencegah mual).
f. Menghindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara
mekanik, termik maupun kimia
g. Menghindari rokok, kafein dan alkohol
h. Makanan bebas dari pestisida dan zat zat kimia
i. Bila ODHA mendapat obat anti retroviral, pemberian makanan
disesuaikan dengan jadwal minum obat saat lambung kosong, saat
lambung terisi, atau diberikan bersama-sama dengan makanan.
(Kemenkes, 2010)
2. Syarat diet untuk stadium 3 dan 4

a. Mengkonsumsi protein dari sumber hewani dan nabati seperti daging,


telur, ayam, ikan, kacang kacang dan produk olahannya.
b. Makanan diberikan dalam porsi kecil tetapi sering
c. Sayur dan buah buahan diberikan sesuai kebutuhan
d. Rendah serat, makanan lunak / cair, jika ada gangguan saluran
pencernaan
e. Rendah laktosa dan rendah lemak jika ada diare
f. Dianjurkan minum susu yang rendah lemak dan sudah dipasteurisasi;
jika tidak dapat menerima susu sapi, dapat diganti dengan susu kedelai
g. Bentuk makanan disesuaikan dengan kondisi pasien untuk memenuhi
kebutuhan gizinya
h. Sesuaikan syarat diet dengan infeksi oportunistik dan penyakit lain
yang menyertai (TB, diare, sarkoma, kandidiasis oral)
i. Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi (tape,
brem)
j. Menghindari aroma makanan yang merangsang (untuk mencegah mual)
dan makanan yang merangsang pencernaan baik secara mekanik, termik
maupun kimia
k. Menghindari rokok, kafein dan alkohol
l. Makanan bebas dari pestisida dan zat zat kimia
m. Dapat ditambahkan vitamin berupa suplemen, tapi pemberian dosis
besar (megadosis) harus dihindari karena dapat menekan kekebalan
tubuh
n. Bila ODHA mendapat obat anti retroviral, pemberian makanan
disesuaikan dengan jadwal minum obat saat lambung kosong, saat
lambung terisi, atau diberikan bersama-sama dengan makanan.
(Kemenkes, 2010)

DAFTAR PUSTAKA
Black&Hawks. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Buku 2. Edisi 8. Jakarta:
Salemba Medika
Brunner&Suddardh. (2010). Text Book Of Medical Surgical Nursing 12th
Edition. China : LWW

Kemenkes
RI.
(2010).
Pedoman
Pelayanan
Gizi
ODHA.
http://www.gizi.depkes.go.id, diakses pada tanggal 06 Maret 2016.

Anda mungkin juga menyukai