Anda di halaman 1dari 6

JKK,Tahun 2014,Volum 3(2), halaman 1-6

ISSN 23031077

RECOVERY TIMBAL DENGAN EKSTRAKSI FASE PADAT MENGGUNAKAN


KITOSAN TERIMOBILISASI DITIZON
Cicilia Valentia Allen1*, Lia Destiarti1, Titin Anita Zaharah1
Progam Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura,
Jln. Prof. Dr. H. HadariNawawi 78124, Pontianak

*email: cicilia.valentia.allen@gmail.com

ABSTRAK
Keberadaan logam berat di lingkungan perairan kebanyakan berada dalam jumlah yang relatif kecil
sehingga tidak dapat terukur oleh alat analisis. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang
pengembangan teknik prekonsentrasi logam Pb(II) dengan menggunakan kolom prekonsentrasi yang
berisi kitosan terimobilisasi ditizon untuk mengatasi persoalan tersebut. Kitosan terimobilisasi ditizon
dibuat dengan mencetak larutan kitosan menggunakan syringe 3 mL menjadi kitosan bead kemudian
diimobilisasi dengan ditizon dalam medium klorofom. Kitosan terimobilisasi ditizon yang diperoleh diuji
kelarutannya dan dikarakterisasi dengan Fourier Transform Infra Red Spectrometer (FT-IR) yang
menunjukkan spektrum baru pada bilangan gelombang 1080,14 cm-1 dan 2137,13 cm-1untukgugus S=C
dan S-H.Adsorben ini selanjutnya digunakan sebagai pengisi fasa diam pada kolom prekonsentrasi.
Sebanyak 20 mL larutan timbal 3 ppm diadsorpsi pada kolom prekonsentrasi dengan variasi pH 6, 7 dan
8; laju alir 0,15 ml/menit. Desorpsi dilakukan menggunakan 10 mL EDTA dengan variasi konsentrasi
0,05;0,10;0,15 dan 0,25 M. Penentuan kadar Pb pada larutan sisa adsorpsi dan hasil desorpsi dianalisis
dengan spektrofotometer serapan atom. Penyerapan 20 mL larutan Pb(II) pada kolom prekonsentrasi
mencapai optimum pada pH 6 dan konsentrasi EDTA 0,05 M dengan volume 10 mL. Kondisi optimum
yang diperoleh selanjutnya diaplikasikan pada 20 mL larutan Pb(II) dan diperoleh persen recovery
sebesar 79,75%.
Kata Kunci: Kitosan-ditizon, prekonsentrasi, timbal, ekstraksi fase padat
PENDAHULUAN
Logam berat yang telah menjadi pencemar
lingkungan umumnya berada dalam jumlah yang
kecil di lingkungan perairan.Berdasarkan data
hasil pemantauan kualitas air permukaan
olehBadan Lingkungan Hidup Kota Pontianak
pada tahun 2012, kadar timbal di beberapa titik
sungai Kapuas konsentrasinya berada di bawah
rentang kerja pengukuran yaitu <0,0001 mg/L.
Oleh karena itu, perlu dilakukan prekonsentrasi
atau pemekatan agar dapat memperoleh
konsentrasi analit yang cukup tinggi sehingga
dapat terukur pada rentang kerja metode
analisis.
Ekstraksi fase padat atau Solid Phase
Extraction (SPE) yang akan digunakan dalam
penelitian ini merupakan teknik pemisahan dan
prekonsentrasi ion logam yang lebih efisien dan
dapat mengatasi kelemahan ekstraksi pelarut
(Anthemidis,et al.2002) dan memiliki ketepatan
serta selektivitas yang tinggi(Jing, et al. 2007).
Rohyami (2011) melaporkan bahwa dengan
menggunakan kitin terimobilisasi ditizon sebagai
adsorben pengisi kolom ekstraksi fasa padat
untuk prekonsentasi ion logam Cu(II) kapasitas
adsorpsinya dapat meningkat. Proses imobilisasi
ditizon pada kitin juga telah dilakukan oleh
Mudasir, et al.(2008) yang juga menghasilkan

peningkatan kapasitasadsorpsi terhadap logam


Cd(II) dan Cu(II).
Menurut Rohyami (2013) Modifikasi adsorben
dapat dilakukan dengan menggunakan ligan
organik untuk meningkatkan kapasitas adsorpsi
dan selektifitas pemisahan. Ditizon (1,5difeniltiokarbazon) merupakan salah satu ligan
organik
yang
banyak
digunakan karena
mempunyai atom S dan N pada gugus S-H
dan N-H yang berperan sebagai
donor
pasangan elektron untuk membentuk khelat
dengan adsorben. Juhana, dkk., (2010) juga
menggunakan adsorben zeolit yang diimobilisasi
dengan ditizon untuk prekonsentrasi logam Cu(II)
dengan metode SPE.Imobilisasiligan
ditizon
pada resin ester polimetakrilat juga dilakukan
oleh Chwastowska, et al. (2008).
Wiyarsi, dkk (2009) menyatakan bahwa
kitosan diketahui tidak larut di dalam air dan
beberapa
pelarut
organik
seperti
dimetilsulfoksida (DMSO) dan pelarut alkohol
organik namun kitosan dapat larut dalam asam
organik encer melalui protonasi gugus amino
bebas pada pH kurang dari 6,5. Sebagai
pengembangan dari penelitian yang dilakukan
oleh Ketkangplu, et al. (2005) yang melakukan
prekonsentrasi logam Cu(II), Cd(II) dan Pb(II)

JKK,Tahun 2014,Volum 3(2), halaman 1-6

ISSN 23031077
Pembuatan Kitosan Terimobilisasi Ditizon
(Zaharah, dkk., 2013)
Dimasukan sejumlah larutan kitosan ke dalam
syringe 3 mL lalu diteteskan ke dalam 1 L larutan
NaOH 1 M sampai semua larutan kitosan habis.
Kitosan bead lalu diaduk menggunakan strirrer
selama 15 menit. Setelah itu disaring dan dicuci
hingga diperoleh filtrat dengan pH netral. Kitosan
bead selanjutnya diimobilisasi dengan cara
direndam dalam 15% larutan ditizon dan
dibiarkan selama 6 hari. Setelah direndam,
kitosan terimobilisasi ditizon dicuci hingga pH
netral dan dikarakterisasi dengan FT-IR.

menggunakan adsorben kitosan, maka akan


dilakukan modifikasi dari kitosan yang memiliki
gugus aktif amina (-NH2) dengan penambahan
ditizon
agar
kemampuan
adsorpsi
dan
kestabilannya
menjadi
semakin
baik.
peningkatan kemampuan penyerapan logam
diperkirakan terjadi karena adanya penambahan
gugus aktif baru pada kitosan yang telah
diimobilisasi menggunakan ditizon. Penelitian
lain juga dilakukan oleh Sehol (2006)
yangmensintesis kitosan-tiourea untuk adsorpsi
logam Cu(II) sehingga meningkatkan daya
adsorpsinya.
Pada penelitian ini digunakan adsorben
kitosan terimobilisasi ditizon sebagai pengisi
kolom prekonsentrasi. Parameter yang dipelajari
meliputi optimasi adsorpsi, dengan menentukan
optimum pH larutan Pb(II), serta optimasi
desorpsi logam dengan pemilihan konsentrasi
eluen EDTA yang sesuai untuk mendesorpsi
Pb(II) yang sudah teradsorpsi dan diperoleh
persen recovery.

Uji Kelarutan Kitosan Terimobilisasi Ditizon


Ditimbang 1 gram kitosan terimobilisasi
ditizon, kemudian masing-masing dimasukkan ke
tabung reaksi. Ditambahkan 2 mL akuades ke
dalam semua tabung yang berisi adsorben
kemudian dikondisikan masing-masing tabung
dengan nilai pH 5, 6, 7, dan 8 kemudian
dihomogenkan. Setelah dikondisikan dalam pH
yang sesuai, adsorben ditimbang kembali untuk
melihat pengurangan berat setelah dilakukan uji.
Dihitung persen berat yang hilang untuk semua
variasi pH. Dilakukan 3 kali penggulangan untuk
setiap perlakuan.

METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah peralatan gelas standar yang digunakan
di laboratorium kimia, neraca analitik dengan
ketelitian 0,001 g, kolom kaca berdiameter 1,2
cm, pemanas listrik, pengaduk magnetik,
spektrofotometer serapan atom merk Shimadzu
AA-7000, spektrofotometer FT-IR 8201PC
Shimadzu dan syringe 3 mL.
Bahan
Bahan-bahan
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah akuades (H2O), akua
demineralisasi, asam asetat glasial (CH3COOH),
asam klorida (HCl), asam nitrat pekat (HNO3),
ditizon(C13H12N4S),
kitosan
(C6H11NO4)n,
kloroform(CHCl3),larutan bufer posfat pH 3, 5, 6,
7, 8, dan 9, natrium hidroksida (NaOH), NaEDTA (C10H14N2Na2O8+2H2O), dan timbal nitrat
(Pb(NO3)2).

Recovery
Timbal
dengan
Kolom
Prekonsentrasi SPE (Ketkangplu, 2005)
a. Penentuan pH optimum
Sebanyak 20 mL larutan Pb(II) 3 ppm
dialirkan pada kolom prekonsentrasi dengan
variasi pH 6, 7 dan 8 dan digunakan massa
adsorben kitosan terimobilisasi ditizon sebesar5
gram sebagai fase diam dengan laju alir 0,15
mL/menit. Dialiri kembali ke dalam kolom
sebanyak 10 mL larutan EDTA 0,10 M sebagai
agen pendesorpsi. Eluat dan hasil desorpsi
dikumpulkan dengan menggunakan wadah dan
diukur dengan SSA. Dilakukan 3 kali
penggulangan untuk setiap percobaan. Persen
penyerapan
kitosan
terimobilisasi
ditizon
terhadap ion Pb(II) yang tertahan pada kolom
dapat ditentukan dari perbedaan antara
konsentrasi logam awal (Ns) dan jumlah
konsentrasi logam pada eluat (Nf) dengan
persamaan 1:

CARA KERJA
Pembuatan Larutan Kitosan (Muthoharoh,
2012)
Sebanyak 20 gram serbuk kitosan ditimbang
dan dilarutkan dengan asam asetat 2,5%.
Ditambahkan sebanyak 500 mL asam asetat
perlahan sambil diaduk sampai semua serbuk
kitosan larut. Didiamkan selama 24 jam sampai
semua serbuk larut sempurna.

% penyerapan =

b. Desorpsi menggunakan variasi konsentrasi


EDTA sebagai pendesorpsi
Sebanyak 20 mL larutan Pb(II) 3 ppm
dialirkan pada kolom prekonsentrasi dengan pH
optimum yang diperoleh dan digunakan massa
adsorben kitosan terimobilisasi ditizon sebesar 5
2

JKK,Tahun 2014,Volum 3(2), halaman 1-6

ISSN 23031077

gram sebagai fase diam dengan laju 0,15


mL/menit. Sebanyak 10 mL larutan EDTA
dilewatkan pada kolom prekonsentrasi sebagai
pendesorpsi. Eluat dan hasil desorpsinya
kemudian
dikumpulkan
dan
dianalisis
menggunakan SSA. Perlakuannya diulangi
sebanyak 3 kali dengan konsentrasi EDTA yang
bervariasi yaitu dalam konsentrasi 0,05; 0,10;
0,15 dan 0,25 M.

dapat meningkatkan kestabilan kitosan terhadap


asam sehingga saat adsorben digunakan untuk
mengadsorpsi Pb(II) (gambar 2) pada kolom
ekstraksi fase padat, adsorben kitosan ditizon
bersifat stabil.
Kestabilan dari adsorben kitosan terimobilisasi
ditizon dapat diketahui dengan melakukan uji
kelarutan.Proses pengujiannya dilakukan dengan
mengkondisikan sejumlah kitosan terimobilisasi
ditizon dalam beberapa variasi kondisi pH, lalu
dihitung persen selisih berat yang hilang setelah
uji.
Salah satu syarat adsorben yang dapat
digunakan sebagai fasa diam pada proses kolom
ekstraksi fase padat adalah tidak larut dalam
larutan yang digunakan. Pada kondisi asam
dengan pH kurang dari 6,5, adsorben kitosan
mengalami pengurangan massa, hal tersebut
dikarenakan sifat kitosan yang dapat larut dalam
asam (Wiyarsi, dkk.,2009).

c. Recovery timbal pada kolom prekonsentrasi


Sebanyak 20 mL larutan Pb(II) 3 ppm
dialirkan pada kolom prekonsentrasi dengan pH
6 dan digunakan massa adsorben kitosan
terimobilisasi ditizon sebesar 5 gram sebagai
fase diam dengan laju alir 0,15 mL/menit.
Kemudian sebanyak 10 mL larutan EDTA 0,05 M
dilewatkan pada kolom prekonsentrasi sebagai
pendesorpsi. Eluat dan hasil desorpsinya
kemudian
dikumpulkan
dan
dianalisis
menggunakan SSA. Perlakuannya diulangi
sebanyak 3 kali dan hasilnya dianalisis untuk
menentukan persen recovery berdasarkan
Persamaan 2.
% Recovery =

Tabel 1. Data hasil uji kelarutan adsorben kitosan


terimobilisasi ditizon
Persen Selisih Berat
pH
(%)
5
20,98
6
24,93
7
50,53
8
36,98

HASIL DAN PEMBAHASAN


Preparasi Kitosan Hidrogel dan Pembuatan
Adsorben Kitosan Terimobilisasi Ditizon
Larutan kitosan dalam asam asetat yang
diperoleh, diteteskan menggunakan syringe 3 mL
ke dalam larutan NaOH 1 M sehingga akan
terbentuk bead sesuai dengan bentuk tetesan
dari syringe yang digunakan. Setiap celah dalam
struktur kitosan bead yang terbentuk diisi oleh
larutan encer asam asetat. Pada proses tersebut
diketahui bahwa tidak terjadi perubahan ikatan
pada gugus fungsi kitosan, yang terjadi hanya
perubahan pada bentuk fisiknya saja (Basuki,
2009). Kitosan bead yang terbentuk kemudian
dicuci hingga diperoleh pH 7 bertujuan untuk
menghindari pengaruh pH terhadap kitosan bead
karena sifat kitosan yang mudah larut dalam
asam. Lalu dilanjutkan dengan proses imobilisasi
menggunakan
ditizon
dan
dikarakterisasi
menggunakan spektrofotometer infra merahuntuk
mengetahui keberhasilan proses imobilisasi.
Imobilisasi antara kitosan dan ditizon
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
kemampuan adsorpsi dari kitosan terhadap
logam Pb(II) terlarut. Proses imobilisasi adsorben
kitosan dengan ditizon bertujuan untuk
menambahkan gugus aktif pada kitosan
(gambar 1). Sehingga dapat meningkatkan
kapasitas adsorpsi terhadap logam Pb(II)
(Mudasir,et al. 2008). Selain bertujuan untuk
menambah gugus aktif pada adsorben kitosan,
proses imobilisasi ditizon pada kitosan juga

Berdasarkan hasil uji kelarutan pada pH 5-8,


kitosan terimobilisasi ditizon tidak larut pada pH 5
yang mewakili suasana asam, hal tersebut
membuktikan bahwa proses imobilisasi dapat
meningkatkan kestabilan dari kitosan.
Penelitian serupa juga telah dilakukan oleh
Santoso (2008) yang mengimobilisasi asam
humat pada kitosan menggunakan metode reaksi
pengikatan-silang terproteksi dan aplikasinya
sebagai adsorben Pb(II), Cd(II), dan Cr(III)
dilaporkan bahwa terjadi peningkatan kapasitas
dan stabilitas dari adsorben yang signifikan
setelah proses imobilisasi.
Karakterisasi Kitosan Terimobilisasi Ditizon
Berdasarkan Tabel 2, nilai spektra FT-IR
kitosan bead pada bilangan gelombang 3417,86
cm-1 mengalami pergeseran bilangan gelombang
dan menghasilkan pita serapan yang lebih lebar
setelah diimobilisasi dengan ditizon pada
3433,29 cm-1 yang menunjukan gugus O-H.
Sedangkan serapan pada bilangan gelombang
2924,09 cm-1 merupakan rentang C-H dari
metilen (-CH2) juga muncul dari rantai utama
kitosan hidrogel yang berbentuk siklik.

JKK,Tahun 2014,Volum 3(2), halaman 1-6

ISSN 23031077

Tabel 2. Interpretasi gugus fungsi spektra


inframerah kitosan dan kitosan terimobilisasi
ditizon

1651,9
1574,69

2916,9
1655,3
1563,0

2931,80
1635,64
-

2924,09
2137,13
1635,64
-

1423,15

1419,61

1318,08

1378,0
1310,0

1381,03
1327,03

1381,03
1319,31

1260,43

1257,59

1257,59

1156,3

1149,57

1029,4

1085,4
-

1087,85
1033.85

1080,14
1033,85

Tahap 1 : R

H+

Tahap 2 : R

-OH

O
H

Ph

N
S

C-H (-CH2)
S-H
-C=ON-H
(Amida)
N-H
(Amina)
C-H (CH3)
-CH2
bending
-CH3
bending
C-O
streching
C-O
S=C
C-N

C
H

Ph

Interpretasi
Gugus
Fungsional

HN

HN

Ph

Ph

-H+
Ph
N
S

N
R

C
HN

Ph

Kitosan Terimobilisasi Ditizon

Gambar 1. Reaksi imobilisasi kitosan dengan


ditizon

*hasil isolasi Laksono, dkk., (2008) ; **hasil isolasi


Mohadi, dkk., (2007); ***hasil isolasi peneliti

Ph

Serapan pada bilangan gelombang 1635,64


cm-1 menunjukkan pita serapan C=O yang
berasal dari gugus amina dan menunjukkan
kemungkinan bahwa masih terdapat kandungan
kitin yang tidak terdeasetilasi (Rahmi dan
Julinawati, 2009). Munculnya spektra baru pada
bilangan gelombang 1080,14 cm-1 yang semula
tidak muncul pada spektra kitosan menandakan
pita serapan gugus S=C dari ditizon yang terikat
pada kitosan.
Hilangnya spektra pada bilangan gelombang
2368,59 cm-1 dan 2291,43 cm-1 diikuti dengan
munculnya spektra baru pada bilangan
gelombang 2137,13 cm-1 pada spektra kitosan
hasil imobilisasi yang menandakan pita serapan
S-H yang kemungkinan merupakan gugus baru
hasil interaksi antara gugus amina pada kitosan
dengan gugus S=C dari ditizon (Sehol, dkk.,
2001).

N N

HN
H

+ Pb2+

HN

Ph

Ph

Ph
R

N N
C

NH
H

C
H

Bilangan Gelombang (cm-1)


Kitosan *
Kitosan** Kitosan
Kitosan
***
Terimobilisasi
Ditizon
***
3444,2
3433,8
3417,86
3433,29

N
Ph

Pb

H
C

NH

C
N N

Ph

Gambar 2. Interaksi Pb(II) dengan adsorben


kitosan terimobilisasi ditizon(Rohyami, 2013)
Persen
penyerapan
pada
Tabel
3
menunjukan bahwa pada pH 6 jumlah Pb(II)
yang teradsorpsi mencapai jumlah maksimum
87,51% lebih tinggi dibandingkan pada pH lain.
Oleh karena itu, kondisi optimum pH yang
digunakan adalah pH 6. Hal tersebut sesuai
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Ketkangplu,et al. (2005) yang juga menggunakan
kitosan sebagai fasa diam dari kolom
prekonsentrasi.

Penentuan pH Optimum
Proses adsorpsi dalam larutan pada
umumnya dipengaruhi oleh pH, karena pH akan
mempengaruhi muatan pada situs aktif atau ion
H+ akan berkompetisi dengan kation untuk
berikatan dengan situs aktif (Utami, dkk.,
2009).Kondisi keasaman dari larutan ion logam
juga memberikan pengaruh terhadap persen
penyerapan sehingga perlu ditentukan pH
optimum proses adsorpsi (Safrianti, 2012).

JKK,Tahun 2014,Volum 3(2), halaman 1-6

ISSN 23031077

Tabel 3.Persen penyerapan kitosan terimobilisasi


ditizon berbagai pH terhadap Pb(II)
Persen penyerapan
pH sampel Pb(II)
(%)
6
87,51
7
8

pembentukkan ikatan koordinasiantara EDTA


dan ion logam tidak optimal. Dengan ion logam
Pb (II) sebagai ion pusat menyiapkan orbital
kosong sedangkan EDTA sebagai ligan yang
memiliki pasangan elektron bebas.

76,51
33,28
O

Berdasarkan pada Tabel 3, adsorpsi Pb(II)


oleh kitosan terimobilisasi ditizon pada kisaran
pH 7-8 jumlah Pb(II) yang teradsorpsi cenderung
turun dari 76,51-33,28% karena menurut
Wardiyati (2007) pada pH tinggi (berkurangnya
ion H+) dapat menyebabkan reaksi antara
Pb2+ dengan
OH-,
sehingga
membentuk
endapan
Pb(OH)2,
endapan
ini
dapat
menghalangi proses adsorpsi yang berlangsung
menyebabkan persen penyerapannya semakin
menurun selain itu menurut Mudasir, et al. (2008)
akan ada persaingan antara situs aktif
bermuatan negatif dari adsorben dan ion OHuntuk menarik ion logam. Oleh karena itu, terjadi
penurunan persen penyerapan pada pH 7 dan 8.
Persen penyerapan terbesar terjadi pada pH
6 yang menandakan jumlah situs aktif adsorben
masih relatif cukup besar untuk dapat diakses
oleh ion logam Pb(II).Gyananath (2011) juga
mempelajari pengaruh pH terhadap persen
penyerapan Pb(II) dengan menggunakan
adsorben kitosan bead dan memperoleh pH 6
sebagai pH optimum. Persen penyerapannya
menurun pada pH 7 dan 8 diduga bahwa spesi
Pb2+ terdapat dalam jumlah yang kecil dan telah
terjadi reaksi antara Pb2+ dengan OH- sehingga
membentuk
endapan
Pb(OH)2
yang
menyebabkan proses adsorpsinya terhalang.

2-

CO
CH2
H2
C

CO

CH2

Pb
H
N

O
O

C
H2

CH2

C
O

Gambar 3 Desorpsi Pb dengan EDTA


membentuk senyawa kompleks (Suwarsa, 2011)
Tabel 4.Jumlah Pb(II) yang dapat didesorpsi oleh
EDTA pada berbagai konsentrasi
[EDTA] (mg/L)
0,05
0,10
0,15
0,25

Recovery (%)
79,75
62,19
45,03
27,67

SIMPULAN
Berdasarkan penelitian maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil karakterisasi FT-IR menunjukkan kitosan
telah berhasil diimobilisasi dengan ditizon,
terlihat dengan munculnya gugus baru pada
bilangan gelombang 1080,14 cm-1 dan
2137,13 cm-1 yang menandakan adanya
gugus S=C dan S-H.
2. Persen penyerapan Pb(II) pada kolom
prekonsentrasi mencapai optimum pada pH 6
dengan nilai sebesar 87,51%.
3. RecoveryPb(II)
menggunakan
kolom
prekonsentrasi dengan adsorben kitosan
terimobilisasi ditizon mencapai maksimum
perolehan recovery Pb(II) sebesar 79,75 %
dengan menggunakan EDTA 0,05 M sebagai
agen pendesorpsi.

Recovery
Timbal
dengan
Kolom
Prekonsentrasi
Etilen diamin tetra asetat merupakan senyawa
pengompleks yang berperan sebagai agen khelat
karena kemampuannya untuk mengikat ion
logam, sehingga dapat digunakan sebagai agen
pendesorpsi seperti terlihat pada gambar 3. Sifat
EDTA yang mengandung donor elektron dari
atom oksigen dan atom nitrogen sehingga dapat
menghasilkan khelat bercincin enam (Santoso,
dkk., 2008).
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa hasil
desorpsi Pb(II) paling maksimum yaitu dengan
menggunakan konsentrasi EDTA 0,05 M dan
menghasilkan nilai recovery sebesar 79,75 %.
Akan tetapi pada kondisi yang telah optimum,
terjadi penurunan persen recovery Pb(II).
Menurut Khasanah (2006) fenomena ini dapat
dimungkinkan akibat terjadinya deprotonisasi
sebagian EDTA sehingga gugus asam karboksil
tidak
terionisasi
sempurna
sehingga
5

JKK,Tahun 2014,Volum 3(2), halaman 1-6

ISSN 23031077

DAFTAR PUSTAKA
Anthemidis, A.N.; Zachariadis, G.A.; Stratis, J.A.,
2002,
On-line
Preconcentration
and
Determination
of
Copper,
Lead
and
Chromium(VI) Using Unloaded Polyurethane
Foam Packed Column by Flame Atomic
Absorption Spectrometry inNatural Waters
and Biological Samples, J.Talanta 58 :
831840.
Badan Lingkungan Hidup Kota Pontianak, 2012,
Laporan Tahunan Hasil Pemantauan Kualitas
Air Permukaan, Pontianak
Basuki dan Sanjaya., 2009, Sintesis Ikat Silang
Kitosan
dengan
Glutaraldehid
serta
Identifikasi Gugus Fungsi dan Derajat
Deasetilasinya, J. Ilmu Dasar, Vol. 10 (1): 93101
Chwastowska, J.; Skwara, W.; Sterliska, E.;
Dudek, J.M.; D.browska and Pszonicki, L.,
2008, GF AAS Determination of Cadmium,
Lead and Copper in Environmental Materials
and Food Products after Separation on
Dithizone Sorbent, Chem. Anal. (Warsaw),
Vol. 53: 887-894
Gyananath, G and D. K. Balhal., 2012, Removal
of Lead (II) from Aqueous Solutions by
Adsorption Onto Chitosan Beads, Cellulose
Chem.Technol, 46 (1-2): 121-124
Jing ; Wu. C.; Wei. Y.; Peng. C and Peng. P,
2007, Preparation of Xylanol Orange
Fungtionalized Silica Gel as a Selective Solid
Phase Extractor and its Application for
Preconcentration-Sepration of Mercury from
Waters, J.Hazard Mater 145 : 323330.
Juhana;Swatika dan Aprilita, N.H., 2010, Kajian
Prekonsentrasi logam Cu(II) dalam adsorben
zeolit
terimmobilisasi
dithizon
dengan
ekstraksi fase padat, Universitas Gajahmada,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Yogyakarta, (Tesis).
Ketkangplu, P.; Chanyut, P. and Unob. F., 2005,
Preconcentration of Heavy Metals from
Aqueous Solution Using Chitosan Flake,
J.Sains Res Chula University, Vol 30 (1): 8795
Khasanah, D.W., 2006, Studi Penggunaan
Na2edta dalam Desorpsi Ion Logam Kobalt (Ii)
pada Kitin Terdeasetilasi dari Limbah
Cangkang Kepiting Hijau (Scylla Serrata)
dalam Medium Air, Universitas Negeri
Semarang, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Semarang, (Skripsi).
Laksono, W.L.; Projosantoso, AK dan Ikhsan, J.,
2008, Adsorpsi Kitosan Terhadap Ion Ni(II)
dan Mn(II) Pada Berbagai pH, J. Penelitian
Saintek, Vol. 13(1): 95-109

Mohadi, R.; Hidayati, N. dan N.R Melany., 2007,


Preparasi dan Karakterisasi Kompleks
Kitosaan Hidrogel-Tembaga(II), J. Molekul,
Vol. 2(1) : 35-43
Mudasir, et al. 2008, Immobilization of Dithizone
onto Chitin Isolated from Prawn Seawater
Shells (P. merguensis) and its Preliminary
Study for the Adsorption of Cd(II) Ion, J.
Physical Science, Vol. 19(1): 63-78
Muthoharoh, S.P., 2012, Sintesis Polimer
Superabsorben dari Hidrogel Kitosan Terikat
Silang, Universitas Indonesia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Depok, (Skripsi).
Rahmi dan Julinawati., 2009, Aplication of
Modified Khitosan for Adsorben Ionic Cu2+
Metal in Diesel Oil, J.Natural, Vol. 9(2)
Rohyami, Y., 2013, Penentuan Cu, Cd dan Pb
dengan AAS Menggunakan Solid Phase
Extraction, J. Inovasi dan Kewirausahaan,
Vol.2(1): 19-25
Rohyami, Y., 2011, Kajian Prekonsentrasi Cu(II)
dengan Metode Ekstraksi Fasa Padat
Menggunakan Kitin Terimobilisasi Ditizon
sebagai Adsorben, Universitas Gajahmada,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Yogyakarta, (Tesis).
Safrianti, I.; Wahyuni, N. dan Zaharah, T.A.,
2012, Adsorpsi Timbal (II) oleh Selulosa
Limbah Jerami pada Teraktivasi Asam Nitrat:
Pengaruh pH dan Waktu Kontak, JKK,Vol 1
(1) : 1-7
Santoso, U.T.; Umaningrum, D.; Irawati, U. dan
Nurmasari, R., 2008, Imobilisasi Asam Humat
pada Kitosan Menggunakan Metode Reaksi
Pengikatan-Silang
Terproteksi
dan
Aplikasinya sebagai Adsorben Pb(II), Cd(II),
dan Cr(III), Indo. J. Chem, Vol. 8(2) : 177-183
Sehol, M., 2006, Sintesis Kitosan-Tiourea dan
Aplikasinya Terhadap Adsorpsi Logam
Cu(II), J.Sains dan Teknologi,hal:170-181
Suwarsa, S., 2011, Catatan Kuliah Kimia Analitik
untuk Sains dan Teknik, Bandung, ITB
Utami, U.B.L.; Rohman, T. dan Mahmud., 2009,
Adsopsi Pb(II) oleh Kitosan Terlapiskan pada
Arang Aktif Cangkang Kelapa Sawit, J. Sains
MIPA, Vol. 15(2) : 89 99
Wiyarsi, A dan Priyambodo, E., 2009, Pengaruh
Konsentrasi Kitosan dari Cangkang Udang
Terhadap Efisiensi Penjerapan Logam Berat,
Universitas Negeri Yogyakarta, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Yogyakarta, (Skripsi)
Zaharah, T.A.; Shofiyani, A. dan Sayekti, E.,
2013, Kinetika Adsorpsi Ion Cr(III) pada
Biomassa-Kitosan Imprinted Ionik, Prosiding
Semirata FMIPA Universitas Lampung,
Lampung.

Anda mungkin juga menyukai