Laporan Pendahuluan HMD
Laporan Pendahuluan HMD
karena
kekurangan
pembentukan
atau
3. ETIOLOGI
Hyaline Membrane Disease (HMD) sering ditemukan pada bayi prematur.
Insidens berbanding terbalik dengan usia kehamilan dan berat badan. Artinya
semakin muda usia kehamilan ibu. Semakin tinggi kejadian HMD pada bayi
tersebut. Sebaliknya semakin tua usia kehamilan, semakin rendah kejadian
HMD (Surasmi, 2003).
Hyaline Membrane Disease (HMD) sekitar 60-80% terjadi pada bayi yang
umur kehamilannya kurang dari 28 minggu, 15-30% pada bayi antara 32 dan 36
minggu, sekitar 5% pada bayi yang lebih dari 37 minggu dan jarang pada bayi
cukup bulan. Kenaikan frekuensi dihubungkan dengan bayi dari ibu diabetes,
persalinan sebelum umur kehamilan 37 minggu, kehamilan multi janin,
persalinan seksio sesaria, persalinan cepat, asfiksia, stress dingin dan adanya
riwayat bahwa bayi sebelumnya terkena, insidens tertinggi pada bayi preterm
laki-laki atau kulit putih (Nelson, 1999).
4. MANIFESTASI KLINIS
Adapun manifestasi klinis Hyaline Membrane Disease (HMD) adalah
sebagai berikut :
a. Penyakit membran hialin ini mungkin terjadi pada bayi prematur dengan
berat badan 1000-2000 gram atau masa gestasi 30-36 minggu. Jarang
ditemukan pada bayi dengan berat badan lebih dari 2500 gram.
b. Riwayat asfiksia pada waktu lahir atau tanda gawat bayi pada akhir
kehamilan. Tanda gangguan pernapasan mulai tampak dalam 6-8 jam
pertama.
c. Gangguan pernapasan pada bayi terutama disebabkan oleh atelektasis dan
perfusi paru yang menurun. Keadaan ini akan memperlihatkan gambaran
klinis seperti dispnea atau hiperpneu, sianosis karena saturasi O 2 yang
menurun dan karena pirau vena-arteri dalam paru atau jantung, retraksi
suprasternal, epigastrium, interkostal dan respiratory grunting. Selain tanda
gangguan pernapasan, ditemukan gejala lain misalnya bradikardia (sering
ditemukan pada penderita penyakit membran hialin berat), hipotensi,
kardiomegali, pitting oedema terutama di daerah dorsal tangan/kaki,
hipotermia, tonus otot yang menurun, gejala sentral dapat terlihat bila terjadi
komplikasi (Staf Pengajar IKA, FKUI, 2005).
5. PATOFISIOLOGI
Bayi Prematur
Alveoli masih kecil, dinding thorak masih lemah
Pengembangan paru kurang sempurna
Produksi surfaktan kurang sempurna
(penurunan produksi surfaktan)
Ketidakseimbangan inflasi saat inspirasi, dan
Kolaps alveoli saat ekspirasi
Paru-paru kaku
Perubahan fisiologis paru
Daya pengembangan paru (compliance) menurun
Ventilasi pulmonal terganggu
Metabolisme anaerob dengan penimbunan
Asam Laktat dan Asam Organik
Lebih banyak oksigen
digunakan untuk
menghasilkan energi
Asidosis Metabolik
Pernafasan berat
Kurang cadangan
glikogen dan lemak
Shunting intrapulmonal
meningkat
Gangguan Pertukaran
Gas
Bayi kelelahan
Atelektasis
Paru tidak mampu
Mengeluarkan CO2
Ventilasi menurun
Bayi kehilangan
panas tubuh
Thermoregulasi tidak efektif
Pola Nafas
Tidak Efektif
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Gambaran Radiologis
Foto Rontgen
Pemeriksaan ini juga sangat penting untuk menyingkirkan kemungkinan
penyakit lain yang diobati dan mempunyai gejala yang mirip penyakit
membran hialin, misalnya pneumotoraks, hernia diafragmatika dan lain-
lain. Gambaran klasik yang ditemukan pada foto rontgen paru ialah
adanya bercak difus berupa infiltrate retikulogranuler ini, makin buruk
prognosis bayi.
2. Gambaran Laboratorium
Pemeriksaan Darah
Kadar asam laktat dalam darah meninggi dan bila kadarnya lebih dari 45
mg%, prognosis lebih buruk, kadar bilirubin lebih tinggi bila dibandingkan
dengan bayi normal dengan berat badan yang sama. Kadar PaO 2
menurun disebabkan kurangnya oksigenasi di dalam paru dan karena
adanya pirau arteri-vena. Kadar PaO2 meninggi, karena gangguan
ventilasi dan pengeluaran CO2 sebagai akibat atelektasis paru. pH darah
menurun dan defisit biasa meningkat akibat adanya asidosis respiratorik
dan metabolik dalam tubuh.
Pemeriksaan Fungsi Paru
Perhatikan pula perubahan pada fungsi paru lainnya seperti, volume tidal
yang menurun, lung compliance berkurang, fungsi residu merendah
disertai kapasitas vital yang terbatas. Demikian pula fungsi ventilasi dan
perfusi paru akan terganggu.
Pemeriksaan Fungsi Kardiovaskuler
Penyelidikan dengan kateterisasi jantung memperhatikan beberapa
perubahan dalam fungsi kardiovaskuler berupa duktus arteriosus paten,
pirau dari kiri ke kanan atau pirau kanan ke kiri (bergantung pada
lanjutnya penyakit), menurunnya tekanan arteri paru dan sistemik.
Gambaran Patologi atau Histopatologi
Pada otopsi, gambaran dalam paru menunjukkan adanya atelektasis dan
membran hialin di dalam alveolus dan duktus alveolaris. Di samping itu
terdapat pula bagian paru yang mengalami enfisema. Membran hialin
yang ditemukan yang terdiri dari fibrin dan sel eosinofilik yang mungkin
berasal dari darah atau sel epitel ductus yang nekrotik.
(Staf Pengajar IKA, FKUI, 2005).
7. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medik
1) Memberikan lingkungan yang optimal, suhu tubuh bayi harus selalu
diusahakan agar tetap dalam batas normal (36,5o-37oC) dengan cara
dengan
hati-hati
karena
seperti
diabetes
mellitus,
kondisi
seperti
maturitas paru
Phospatidyglicerol : meningkat saat usia gestasi 35 minggu
GDA : PaO2 80-100 mmHg, PaCO2 >50 mmHg, saturasi oksigen
92%-94%, pH 7,3-7,45.
Level potassium : meningkat sebagai hasil dari release potassium
dari sel alveolar yang rusak.
b. Analisa Data
No
.
1.
2.
Data
Data Obyektif :
- Hiperkapnea
- Hipoksia
- Takipnea
- Sianosis
- Letargi
- Dyspnea
- GDA Abnormal
- Pucat
Data Objektif :
- Dispnea,
-
takipnea
Periode
apnea
Pernafasan
cuping
3.
hidung
Retraksi
dinding dada
- Sianosis
- Kelelahan
Data Objektif :
- Hipotermia
- Letargi
- Aterosianosis
Etiologi
Surfaktan menurun
Masalah
Keperawatan
Kerusakan
Pertukaran Gas
meningkat
Kolaps alveoli
Pola Nafas
Tidak Efektif
Termoregulasi
tidak efektif
Takipnea,
apnea
Tugor kulit
menurun
Hipoglikemia
Asidosis metabolic
d. Intervensi Keperawatan
1. Dx : Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakadekuatan
kadar surfaktan, ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
- Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi 3x24 jam pertukaran gas adekuat
- Kriteria Hasil :
Sianosis (-)
Bayi tampak tenang
Ronchi (-)
RR : 30-60 kali/menit
GDA dalam batas normal : PaO2 80-100 mmHg, PaCO2 35-45
mmHg, pH 7,35-7,45.
Nadi : 120-140 kali/menit
Intervensi
Rasional
Mandiri
Mandiri
konsumsi oksigen
penggunaan energi.
4. Observasi terhadap tanda dan lokasi
sianosis
PaO2 rendah
Kolaborasi
5. Hipoksemia dan asidemia dapat
Kolaborasi :
5. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
dengan masker kap selang
endotrakeal, pantau jumlah
Rasional
Mandiri
1. Kaji frekuensi pernapasan dan
pola pernapasan, perhatikan
adanya apena dan perubahan
frekuensi jantung, tonus otot dan
minggu ke-30.
menghasilkan sedikit
hiperekstensi.
meningkatkan gerakan
pernapasan spontan.
mempredisposisikan bayi
pada apnea
Rasional
Mandiri
ulang.
meningkatkan konsumsi
metabolisme anaerobic
lokasi ikterik
Kolaborasi :
5. Pantau pemeriksaan
Kolaborasi :
5. Stress dingin dapat
meningkatkan kebutuhan