Anda di halaman 1dari 13

VIRUS PADA TANAMAN

Virus bersifat parasit obligat, yaitu hanya dapat hidup pada inang yang hidup. Virus tidak
menyerap cairan atau nutrisi tanaman. Akan tetapi virus menyerang dengan cara yang lebih
ganas, yaitu memasuki sel inang dan memperbanyak diri di dalamnya. Jika inangnya mati,
maka virus tersebut meninggalkan sel inangnya tersebut. Pemberantasan virus nyaris tidak
mungkin dilakukan karena virus sangat mudah bermutasi. Pengendalian virus hanya
dilakukan terhadap serangga vektor penularannya.

GEJALA UMUM PENYAKIT TANAMAN OLEH VIRUS


Secara umum tanaman yang terinfeksi oleh virus menunjukkan beberapa gejala yang
biasanya terdapat daun, buah, batang, cabang, maupun akar. Gejala tersebut ditunjukkan
dengan ukuran yang mengecil, perubahan bentuk atau bagian tanaman, perubahan warna,
kematian jaringan tanaman (misalnya bercak bercincin), dan tanaman mengalami hambatan
pertumbuhan.

PENYEBAB DAN CARA HIDUP VIRUS


Jenis virus yang menyerang tanaman sangat banyak, beberapa diantaranya adalah
geminivirus, TMV, CMV, ChiVMV. Ketika tanaman pokok yang dibudidayakan tidak ada di
lahan, virus dapat bertahan hidup: pada bahan biakan tanaman, vektor (serangga penular),
gulma. Khusus TMV masih hidup pada daun tembakau yang sudah kering atau jadi rokok.

ASAL / SUMBER SERANGAN


Sumber serangan virus sangat banyak dan beragam. Bahan biakan (benih) juga dapat menjadi
sumber serangan virus, terutama untuk TMV dan CMV. Selain itu, tanaman sakit di lapang,
baik tanaman pokok yang dibudidayakan, tanaman budidaya lain selain tanaman pokok,
maupun gulma. Bahkan ada gulma yang kadang-kadang tidak bergejala tetapi sudah tertular.
Tetapi yang sangat membahayakan adalah serangan serangga penular (vektor) virus. Apalagi
saat musim dalam kondisi yang optimal untuk perkembangan serangga penular tersebut.
Manusia juga bisa menjadi perantara penularan virus, terutama untuk tanaman budidaya
melalui proses pelukaan tanaman saat sedang melakukan perawatan.

KARAKTERISTIK PENYEBAB SERANGAN


Virus selalu berkembang dari waktu ke waktu. Pada umumnya pola sebaran di lapangan
(lahan) tidak teratur. Disamping itu, serangan virus juga diikuti atau bersamaan dengan

serangan serangga penyebabnya atau pembawanya (vektor). Penyakit virus biasanya


ditemukan pada tanaman tertentu /kelompok tanaman tertentu.

CARA PENULARAN VIRUS


Infeksi virus menular dari satu tanaman ke tanaman lain melalui aktivitas serangga penular
(vektor), antara lain kutu daun, kutu kebul, dan Thrips. Pelukaan tanaman dalam proses
budidiaya tertutama selama proses perlakuan fisik terhadap tanaman, seperti pengikatan,
perempelan, maupun pemotongan. Penularan melalui pelukaan tanaman juga bisa terjadi
karena adanya gesekan antara tanaman yang terserang virus dengan tanaman sehat.
FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI SERANGAN VIRUS
Penyakit yang disebabkan oleh virus banyak terjadi pada musim kemarau atau pertanaman di
musim hujan tetapi pembibitan dilakukan pada musim kemarau, karena populasi vektor
berpeluang berkembang dengan baik dan suhunya sesuai bagi perkembangan virus. Untuk
virus yang ditularkan oleh kutu kebul, populasi serangga dewasa yang tidak terlalu tinggi
sudah cukup untuk menularkan, karena sangat aktif geraknya.

VIRUS MOSAIK KETIMUN (Cucumber Mosaic Virus/CMV) VIRUS TANAMAN


Memiliki inang yang luas termasuk gulma jarang menyerang tanaman yang masih muda
Ditularkan oleh kutu daun mudah ditularkan oleh manusia melalui pelukaan tanaman terbawa
benih.

VIRUS MOSAIK TEMBAKAU (TOBACCO MOSAIC VIRUS/TMV) VIRUS TANAMAN


Inang utama dari famili Solanaceae (tembakau, terung, tomat, cabai, kentang) sangat mudah
tertular lewat pelukaan terbawa di permukaan benih bertahan pada sisa tanaman yang berada
di lahan bahkan pada rokok yang daunnya terinfeksi tidak ditularkan oleh serangga

CHILI VEIN MOTTLE VIRUS (ChiVMV) VIRUS TANAMAN


Ditularkan oleh kutu daun jika populasi kutu daun sangat tinggi akan membentuk sayap
sehingga mudah diterbangkan oleh angin

POTATO VIRUS Y (PVY) VIRUS TANAMAN

Tanaman terserang : cabe, kentang, tomat, dan tembakau ditularkan oleh kutu daun dan bahan
biakan vegetatif tidak ditularkan benih

TOMATO SPOTTED WILT RINGSPOT VIRUS (VIRUS BERCAK BERCINCIN)


VIRUS TANAMAN
Jenis tanaman inang yang terserang sangat banyak ditularkan oleh Thrips

GEMINI VIRUS (VIRUS KUNING)


Tanaman inang : cabai, tomat, tembakau, gulma ditularkan oleh kutu kebul (Bemisia tabaci).
jumlah kutu yang sedikit sudah cukup untuk menyebarkan karena serangga dewasa aktif
bergerak tidak ditularkan benih

STRATEGI PENGENDALIAN VIRUS


Menghindari adanya kontak virus dengan tanaman pada saat usia dini: benih sehat,
perlindungan bibit.
Menghindari kontak dengan vektor: Tanaman penghalang, kelambu untuk pembibitan,
metode strip farming.
Mengurangi populasi vektor penular virus dengan memasang perangkap likat kuning maupun
aplikasi pestisida.
Pengamatan rutin dan memusnahkan tanaman yang terserang (mengorbankan beberapa
tanaman untuk menyelamatkan yang lebih besar).
JANGAN TERLALU SAYANG DENGAN TANAMAN YANG SUDAH SAKIT.
Perlakuan benih dengan cara merendam 2 g benih dalam 10 ml trisodium fosfat (Na3PO4.12
H2O) 10 % (10 gram bahan dalam 100 ml air) selama 30 menit. Setelah itu pindahkan
kembali benih yang sudah diperlakukan ke larutan yang sama, dengan membuat larutan yang
baru, selama 2 jam. Bila proses tersebut telah selesai, bilas benih dengan air mengalir selama
45 menit. Pemasangan kelambu di persemaian untuk menghindari kontak dengan serangga
vektor penular virus. Penerapan sistem strip planting atau tanaman perangkap untuk
mengurangi serangan serangga vektor penular virus di areal pertanaman.
Jika masih ada tanaman sakit di lapang dan belum sempat dimusnahkan, hindari melakukan
perompesan (wiwilan) dari tanaman sakit. secara rutin membersihkan gulma selama di
pertanaman. Beberapa jenis gulma yang berpotensi sebagai inang virus adalah Ageratum
(Sunda: babadotan, Jawa: wedusan), Physalis (Jawa: ceplukan, sunda: cecenet) , Mimosa

(putri malu, sunda: Alimusa). Penggunaan mulsa plastik hitam perak dapat untuk mengurangi
tingkat serangan serangga vektor. Memperkuat pertumbuhan tanaman agar mampu
mengkompensasi akibat serangan virus yaitu dengan menerapkan pemupukan dan pengairan
yang tepat dan cukup. Penggunaan PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) untuk
membuat tanaman lebih bugar dan menginduksi ketahanan .

MENENTUKAN PERMASALAHAN UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN VIRUS


Identifikasi karakter tanaman (spesies atau varietas). Misal, jenis tanaman tertentu yang
tampak tidak normal, bukan karena sakit, tetapi karena karakternya.
Periksa individu tanaman abnormal secara keseluruhan dan kelompok tanaman di sekitarnya.
Misal, jika daun tanaman menguning karena kerusakan akar, maka permasalahan sebenarnya
adalah akar yang rusak bukan daun yang menguning.

PENYAKIT KERDIL PISANG / BUNCHY TOP VIRUS


Penyakit kerdil pisang disebabkan oleh Banana Bunchy Top Virus (BBTV). Gejala awal
ditandai oleh adanya gejala hijau gelap bergaris pada tangkai dan tulang daun menyerupai
sandi morse. Pada lembaran daun di dekat ibu tulang daun terdapat bercak/garis bengkok
hijau gelap. Ketika tanaman semakin tua, pertumbuhan daun menjadi terhambat, berukuran
kecil, kaku dan mengarah ke atas, tanaman menjadi kerdil.
Penyakit ini disebabkan oleh virus. Penularannya melalui vektor Pentalonia
negronervosaCoq. Gejalanya adalah daun muda tampak lebih tegak, pendek, lebih sempit dan
tangkainya lebih pendek dari yang normal, daun menguning sepanjang tepi lalu mengering,
daun menjadi rapuh dan mudah patah, Tanaman terlambat pertumbuhannya dan daun-daun
membentuk roset pada ujung batang palsunya. Pengendalian dilakukan dengan menanam
bibit yang sehat dan sanitasi kebun dengan membersihkan tanaman inang seperti abaca (Musa
textiles),Heliconia spp danCanna spp, pembongkaran rumpun sakit, lalu dipotong kecil-kecil
agar tidak ada tunas yang hidup. Cara lain adalah dengan menggunakan insektisida sistemik
untuk mengendalikan vektor terutama di pesemaian.

Tristeza
Penyebab: virus Citrus tristeza dgn vektor Toxoptera. Bagian yg diserang jeruk manis, nipis,
besar dan batang bawah jeruk Japanese citroen.
Gejala: lekuk batang , daun kaku pemucatan, vena daun, pertumbuhan terhambat.
Pengendalian: perhatikan sanitasi kebun, memusnahkan tanaman yg terserang, kemudian
kendalikan vektor dgn insektisida Supracide atau Cascade.
Woody gall (Vein Enation)
Penyebab: virus Citrus Vein Enation dgn vektor Toxoptera citridus, Aphis gossypii. Bagian yg
diserang: Jeruk nipis, manis, siem, Rough lemon dan Sour

Orange.
Gejala: Tonjolan tidak teratur yg tersebar pada tulang daun di permukaan daun.
Pengendalian: gunaan mata tempel bebas virus dan perhatikan sanitasi lingkungan.

PENYAKIT CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) PADA TANAMAN


JERUK (Citrus sp.)
Juni 23, 2010 oleh sukopramono

PENYAKIT CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration)


PADA TANAMAN JERUK (Citrus sp.)
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jeruk termasuk jenis buah-buahan yang digemari oleh masyarakat dan memiliki kapasitas dalam
menunjang perbaikan gizi masyarakat karena kandungan vitamin C-nya cukup tinggi dan
dikonsumsi baik dalam bentuk segar (sebagai buah meja) maupun olahan (jus dan sirup).
Salah satu faktor pembatas dalam pengembangan tanaman jeruk yaitu adanya organisme
pengganggu tanaman (OPT) termasuk penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration). Untuk
menjaga kelangsungan dan kualitas hidup tanaman jeruk, perlu adanya perhatian khusus terhadap
penyakit CVPD, terutama pada kebun-kebun jeruk yang masih bebas CVPD, karena pengendalian
penyakit tersebut jika sudah ada dipertanaman sangat sulit dilakukan. Oleh karena itu,
pengenalan penyakit CVPD dan upaya pengendaliannya sangat penting bagi petugas lapangan
maupun petani agar kehadiran CVPD dan serangga vektornya pada tanaman jeruk dapat diketahui
lebih dini. Dengan demikian, penyebarannya dapat dibatasi.
II. PEMBAHASAN
A. GEJALA PENYAKIT CVPD
1. Gejala Luar
Pada tanaman muda gejala yang nampak yaitu adanya kuncup yang berkembang lambat,
pertumbuhan mencuat ke atas dengan daun-daun kecil dan belang-belang kuning. Tanaman
biasanya menghasilkan buah berkualitas rendah.
Pada tanaman dewasa, gejala yang sering tampak adalah cabang yang daun-daunnya kuning dan
kontras dengan cabang lain yang daun-daunnya masih sehat. Gejala ini dikenal dengan
sebutan greening sektoral. Daun pada cabang-cabang yang terinfeksi menjorok ke atas seperti
sikat. Gejala lain adalah daun berukuran lebih sempit, lancip dengan warna kuning di antara tulang

daun. Gejala-gejala ini mirip dengan gejala defisien Zn. Apabila gejala tersebut disebabkan oleh
defisiensi Zn dalam tanah, seluruh tanaman didalam kebun yang sama biasanya akan
menunjukkan gejala. Penyebaran gejala yang tidak merata merupakan indikator yang sangat
penting bagi adanya penyakit CVPD. Selama musim hujan, gejala defisiensi Zn biasanya tidak
begitu tampak.
Buah pada cabang-cabang terinfeksi biasanya tidak dapat berkembang normal dan berukuran
kecil, terutama pada bagian yang tidak terkena cahaya matahari. Pada pangkal buah biasanya
muncul warna orange yang berlawanan dengan buah-buah sehat. Buah-buah yang terserang
rasanya masam dan bijinya kempes, tidak berkembang dan berwarna hitam.
2. Gejala Dalam
Pada irisan melintang tulang tengah daun jeruk berturut-turut dari luar hingga ketengah daun
akan terlihat jaringan-jaringan epidermis, kolenkim, sklerenkim dan floem. Menurut Tirtawidjaja
(1964) gejala dalam pada tanaman jeruk yang terkena CVPD adalah:

Floem tulang daun tanaman sakit lebih tebal dari floem tulang daun tanaman sehat.

Pada floem tulang daun tanaman sakit terdapat sel-sel berdinding tebal yang
merupakan jalur-jalur mulai dari dekat sklerenkim sampai dekat xilem. Dinding tebal
tersebut adalah beberapa lapis dinding sel yang berdesak-desakan.

Didalam berbagai jaringan dalam daun terjadi pengumpulan secara berlebihan butirbutir halus zat pati.

B. PENYEBAB PENYAKIT CVPD


Berdasarkan hasil identifikasi terakhir dilaporkan bahwa penyakit CVPD disebabkan oleh
bakteri Liberobacter asiaticum yang hidup dan hanya berkembang pada jaringan floem, akibatnya
sel- sel floem mengalami degenerasi sehingga menghambat tanaman menyerap nutrisi. Walaupun
terdapat di floem, tetapi penyebarannya di bagian tanaman cukup lambat. Penyakit CVPD dapat
ditemukan pada semua jenis jeruk yang terdapat di Indonesia.
C. KERUGIAN
Pada tahun1983, penyakit CVPD menyebabkan kerugian senilai Rp 26,4 milyar. Sementara itu
direktorat jenderal pertanian tanaman pangan (1984) melaporkan bahwa CVPD telah
memusnahkan jutaan pohon jeruk di Indonesia. Kehilangan jeruk oleh penyakit tersebut ditaksir
50.000 ton buah per tahun (Hutagalung, 1985).
D. BIOEKOLOGI
Bakteri patogen mempunyai bentuk pleomorpik (beberapa bentuk). Bentuk batang panjang yang
sedang tumbuh berukuran 100-250 x 500-2.500 nm, yang berbentuk sperical (membulat)
diameternya 700-800 nm. Bakteri ini tidak dapat dikulturkan. L. asiaticum hidup di dalam jaringan
floem, mengakibatkan sel-sel floem mengalami degenerasi sehingga menghambat tanaman

menyerap nutrisi. Penyebaran ke bagian tanaman lain tergolong lambat, meskipun bakteri hidup
dalam floem. Gejala baru terlihat 4-6 bulan setelah tanaman terinfeksi. Bahkan di lapangan, gejala
terlihat jelas setelah 1-3 tahun. Penyebaran CVPD antar daerah atau kebun (secara geografis)
biasanya melalui mata-tempel atau bibit terinfeksi, sedangkan penyebaran di dalam kebun antar
tanaman melalui serangga kutu loncat (Diaphorina citri) atau mata-tempel yang terinfeksi. Tipe
hubungan patogen dalam tubuh serangga pembawa (vektor) bersifat persisten, sirkulatif dan non
propagatif, artinya jika vektor CVPD telah mengandung L. asiaticum maka bila kondisinya ideal
selama hidupnya akan terus mengandung bakteri, tetapi tidak diturunkan pada anaknya. Kutu
loncat baru dapat menularkan CVPD pada tanaman sehat setelah menghisap bakteri dari tanaman
sakit minimal 48 jam kemudian menghisap tanaman sehat selama 168-360 jam. Penularan melalui
alat-alat pertanian terkontaminasi perlu diwaspadai seperti yang dilaporkan di Thailand. Sebaran
geografis penyakit ini sangat luas terdapat pada hampir di semua sentra jeruk di Jawa, Bali,
Sumatera, Sulawesi, dan NTB. Kalimantan yang selama ini bebas, mulai dicurigai tercemar juga.
Penyakit ini ditemukan di daerah dengan ketinggian rendah (10 m dpl.) sampai ketinggian 1.000
m dpl. Sebagian besar varietas komersial peka terhadap penyakit ini. Varietas jeruk besar dan
Konde Purworejo toleran.
Tanaman inang lain patogen CVPD adalah anggota rutaceae seperti Poncirus tripoliata, Murraya
paniculata, swing lea glutinosa, Clausena indica, Atalantia missionis, Triphasia aurantiola, tapak
dara dan Cuscuta sp. (dirjen tanaman pangan).
E. SERANGGA VEKTOR CVPD
Diaphorina citri disamping berperan sebagai vektor CVPD, juga dapat menyebabkan kerusakan
langsung pada tanaman jeruk. Namun perannya sebagai vektor CVPD jauh lebih penting dibanding
sifatnya sebagai hama.
1. Tanda serangan
D. citri menyerang tangkai, kuncup bunga dan daun, tunas serta daun-daun muda. Bagian
tanaman yang terserang parah biasanya mengering secara perlahan-lahan kemudian mati.
Serangan ringan mengakibatkan tunas-tunas muda mengeriting dan pertumbuhannya terhambat.
Kutu juga menghasilkan sekresi berwarna putih transparan berbentuk spiral, biasanya diletakkan
berserak di atas daun atau tunas.
2. Biologi dan perilaku
D. citri mempunyai tiga stadium hidup yaitu telur, nimfa, dan dewasa. Telur berwarna kuning
terang berbentuk seperti buah alpukat, diletakkan secara tunggal atau berkelompok di kuncup
permukaan daun-daun muda, atau ditancapkan pada tangkai-tangkai daun, setelah 2-3 hari telur
menetas menjadi nimfa.

Nimfa yang baru menetas hidup berkelompok di tunas-tunas dan kuncup untuk menghisap cairan
tanaman. Setelah berumur 2 atau 3 hari, nimfa menyebar dan menyerang daun-daun muda.
Nimfa berwana kuning sampai coklat dan mengalami 5 kali pergantian kulit. Nimfa lebih merusak
tanaman daripada kutu dewasanya. Stadium nimfa berlangsung selama 17 hari.
Pada kondisi panas siklus hidup dari telur sampai dewasa berlangsung antara 16-18 hari,
sedangkan pada kondisi dingin berlangsung selama 45 hari. Perkawinan segera berlangsung
setelah kutu menjadi dewasa dan segera bertelur setelah terjadi perkawinan. Seekor betina
mampu meletakkan 800 butir telur selama masa hidupnya.
D.citri mampu menghasilkan 9-10 generasi dalam 1 tahun. Stadium dewasa ditandai oleh adanya
sayap sehingga mudah meloncat apabila terkena sentuhan. Serangga dewasa berwarna coklat tua,
dengan panjang tubuh 2-3 mm. Apabila sedang menghisap cairan sel tanaman, D.
citri memperlihatkan posisi menungging.D. citri lebih aktif pada saat tanaman jeruk dalam fase
istirahat. D. citri dewasa hinggap pada daun tua dan menghisap cairan selnya. Stadium dewasa ini
bisa bertahan hidup selama 80-90 hari.
Kutu dewasa pertama yang membentuk koloni pada awal periode pertunasan sering kali sangat
infektif dan membawa bakteri penyebab penyakit pada tunas-tunas baru. Populasi D.
citri yang viruliferous dari suatu populasi sangat bervariasi. Tingkat penularan yang sangat tinggi
ditentukan oleh ketepatan kutu menusukkan stiletnya pada tanaman sakit.
Pada kondisi alamiah, penyebaran CVPD tergantung pada jumlah inokulum bakteri pada tanaman,
kepadatan populasi vektor, lamanya periode inoculation feeding.
F. PENGENDALIAN
Pengendalian penyakit CVPD harus dilakukan secara terpadu. Faktot- faktor yang perlu
diperhatikan dalam penanggulangan CVPD tersebut antara lain :
1. Pengadaan dan penggunaan bibit jeruk bebas penyakit
Pengadaan bibit mendapat pengawasan dari balai pengawasan dan sertifikasi benih (BPSB). Dalam
rangka ini, pusat penelitian dan pengembangan hortikultura telah mengembangkan teknik
sambung tunas pucuk (shoot tip grafting, STG) seperti di Riau, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Jawa
Barat dan Bali.
2. Pengendalian serangga vektor
Serangga penularan dalam penyebaran CVPD adalah D. citri. Vektor ini menularkan CVPD
dipersemaian dan kebun serta terutama ditemukan pada tunas (Tirtawidjaja, 1964). Agar
populasinya tidak bertambah, penggunaan pestisida dapat dipertimbangkan. Insektisida yang
dapat mengendalikan populasi vektor tersebut diantaranya dimethoate (perfekthion, roxion 40 EC,
rogor 40 EC, cygon) yang diaplikasikan pada daun atau disuntikan pada batang, dan edosulfan

(dekasulfan 350 EC). Aplikasi insektisida hendaknya dilakukan pada saat tanaman menjelang dan
ketika bertunas. Selain penggunaan pestisida, penggunaan agensia hayati juga bisa dilakukan
untuk pengendalian kutu loncat ini yaitu dapat dikendalikan oleh dua parasit nimfa: Tamarixia
radiata dan Diaphorencyrtus aligarhensis dengan tingkat parasitisme berturut-turut 90 % dan 6080 %. Predator seperti Curinus coeruleus juga mampu mengendalikan populas hama ini.
EntomopatogenHirsutella sp. dapat menginfeksi kutu dewasa hingga 60%.
3. Penggunaan antibiotika oksitetrasiklin
Tanaman jeruk yang terkena CVPD dengan tingkat serangan ringan, masa produktivitasnya dapat
diperpanjang dengan infusan oksitetrasiklin HCI konsentrasi 200 ppm. Penyembuhan yang terjadi
hanya bersifat sementara sehingga cara ini harus diulangi. Untuk memperoleh hasil optimum,
tanaman yang telah diinfus harus dipupuk dan mendapat pengairan yang cukup (Hutagalung,
1985).

Bila seseorang menyinggung-nyinggung tentang virus, maka akan terbayang sesuatu penyakit
yang mengerikan. Terkadang kita sendiri salah mengartikan dan membedakan antara penyakit
yang disebabkan virus dan bukan virus. Hal ini disebabkan kerusakan yang ditimbulkan oleh
virus maupun dengan yang bukan virus menunjukkan gejala yang hampir sama. Namun bila
diamati kembali lebih cermat maka akan sangat berbeda antara keduanya. Virus tidak hanya
menyerang manusia atau hewan saja, tetapi juga bisa menyebabkan penyakit pada tanaman.
Virus pada prinsipnya adalah patogen obligat yang mempunyai ukuran sangat kecil
(submikroskopis) yang tersusun atas komposisi protein dan asam nukleat. Sedangkan
M.Aberchrombie at al dalam Kamus Lengkap Biologi (2001) menerangkan bahwa virus adalah
salah satu dari kelompok agen penginfeksi yang berukuran kecil (panjang/lebar 20 300 nm),
tidak mampu berkembangbiak kecuali dalam sel hidup inangnya. Dalam sel inang, agen tersebut
merupakan parasit obligat dan di luar inangnya menjadi tidak berdaya. Dapat melewati filter yang
menahan bakteria dan hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron. Biasanya tidak dianggap
hidup, karena jika diluar inangnya tidak satupun menunjukkan aktivitas enzim.
Tomat, adalah salah satu tanaman yang rentan terkena penyakit yang diakibatkan oleh
serangan virus. Karenanya virus termasuk salah satu penyakit penting atau utama yang
menyerang taaman tomat. Hampir semua tomat yang ada saat ini belum ada yang memiliki daya
tahan kuat bila sudah terserang. Selama ini, penyakit virus yang dominan dan seringkali
menyerang tanaman tomat adalah TMV (Tobacco Mozaic Virus). Namun, ternyata tidak hanya
TMV saja yang menyerang melainkan ada lebih dari 18 jenis virus yang kini menyerang tanaman
tomat. Bahkan mungkin jumlah itu bisa bertambah. Beberapa hasil penelitian menunjukkan
bahwa kerusakan yang ditimbulkan penyakit virus dapat menyebabkan kehilangan produksi .
Kehadiran TMV yang berat dapat menekan produktifitas hingga 0,2 sampai 50% tergantung
varietas (Duriat,1979). Sedangkan di Jepang, mampu menekan produktifitas hingga 20 50%
(Oshima,1979). Serangan terparah terjadi di lembah Alsace Perancis oleh CMV yang
menghancurkan sebagian pertanaman tomat yang ada.

Banyak jenisnya
Seperti yang dijelas sebelumnya, virus pada tanaman tomat dikelompokkan pada penyakit
penting di berbagai negara. Neinhaus (1981) mengungkapkan bahwa di negara tropis dan
subtropis dilaporkan ada 18 jenis virus yang menyerang. Sedangkan Kranz at al (1977)
melaporkan ada sekitar 12 jenis dengan menimbulkan gejala yang berbeda tergantung jenis
virusnya. Kasus lain terjadi di Jepang dimana menurut Oshima (1979) menyebutkan ada enam
jenis virus yang sering menyerang tanaman tomat di Jepang diantaranya : virus mosaic
tembakau (TMV), virus mosaik ketimun atau cucumber mosaic virus (CMV), virus streak ganda
atau double streak virus (DSV), virus bercak layu tomat atau tomatto
spotted wilt virus (TSWV) , virus kerupuk tomat atau leaf curl virus (TLCV) dan virus kentang Y
atau potato virus Y (PVY). Meskipun demikian, tidak semua penyakit yang disebabkan virus
tersebut dapat dijumpai di seluruh negara baik tropik maupun sub tropik. Terkadang serangnnya
hanya pada daerah tertentu saja.
Di Indonesia serangan penyakit virus dilaporkan pertama kali oleh Duriat dan Suyatno (1976).
Hasil indentifikasinya menyimpulkan bahwa TMV, PVY, CMV, PVX dan TRSV (tobacco ring spot
virus) ditemukan menyerang tomat. Tahun berikutnya Duriat (1977) kembali ditemukan penyakit
akibat virus yaitu TYNV (Tomato Yellow Net Virus). Sedangkan penelitian yang berkaitan dengan
virus tomat selanjutnya merupakan konformasi dari hasil identifikasi di atas seperti mosaik pada
tomat yang disebabkan oleh CMV (Duriat dan Iriawati,1990) , virus TMV CMV dan PVY pada
sampel tomat yang dikumpulkan dari kecamatan Lembang Kab. Bandung (Sutarya, 1989) atau
gabungan PVX dan TMV yang menyebabkan penyakit kerdil pada tomat (Sutarya,1992).
Mekanisme Virus Menyerang Tomat
Virus akan menjadi benda mati bila berada di luar jaringan hidup , namun virus bisa begitu
stabil berada di luar inangnya sehingga dengan mudah dapat bertahan disana. Kalau virus mulai
mencapai permukaan jaringan tumbuhan atau yang disebut dengan kontaminasi, maka partikel
virus kemudian masuk ke dalam tumbuhan melalui luka dan harus ada yang membantu karena
virus tidak mempunyai spora seperti cendawan, flagel (cambuk getar) seperti bakteri atau
bergerak seperti nematoda. Sekali virus masuk ke dalam jaringan inangnya, maka akan
mengakibatkan perubahan fungsi. Perubahan fungsi tersebut tidak lain disebabkan oleh
terhambatnya sintesa protein dan RNA tanaman inang untuk menjadi nukleaotides, asam amino
dan ribosom bebas yang dialihkan untuk menjadi sintesa komponen pembentuk virus baru.
Akibatnya secara biologis maupun fisiologis, tanaman akan menyebabkan perkembangan tidak
secara penuh. Kerusakan yang ditimbulkan dapat berupa kekerdilan, daun menguning, mosaik,
kematian jaringan bahkan sampai kematian tanaman. Semua itu dapat menjadi kendala
produktifitas tanaman.
Penyakit-penyakit virus ini mungkin dapat dikacaukan dengan abnormalitas genetik, gangguan
fisiologi seperti kekurangan zat hara dan keracunan oleh serangga. Namun demikian, penyakit
virus tersebutselalu dapat menular pada tanaman lain sebagai akibat kemampuannya membelah
diri dan memencar dari sel satu ke sel yang lain. Dari tumbuhan satu kepada tumbuhan lain.
Akibatnya dapat terjadi endemi yang kadang kadang dapat menyebabkan kerusakan yang luas
dan kerugian ekonomi yang cukup besar. Sejauh ini penyebaran virus pada tanaman lain masih
terus dikembangkan dan diupayakan dicari solusinya. Beberapa penularan virus yang umum
adalah melalui : mekanik, kontak, tali putri, bagian perkembangbiakan vegetatif, biji dan serbuk
sari, serangga, dan tungau, organmisme penghuni tanah serta alat-alat pertanian.

Gejala Serangan
Cukup banyak ciri /gejala yang menunjukkan suatu tanaman terserang virus. Gejala serangan
virus itu sendiri sangat tergantung pada jenis virus yang menyerang, kultivar tanaman inang, dan
keadaan lingkungan. Secara umum gejala tanaman tomat yang terserang virus adalah sebagai
berikut :
1.Mosaik
Mosaik ini ditandai dengan warna belang pencampuran lebih dari satu warna. Mosaik pada
daun biasanya berupa daun hijau yang tidak merata karena dibeberapa bagian tercampur warna
pucat atau kekuning-kuningan yang menyebar seperti percikan. Sedangkan Lucas (1996) dalam
kamus istilah patologi tanaman mengungkapkan bahwa Mosaik adalah gejala daun yang
memperlihatkan banyak daerah kecil berubah warna, yang kontras dengan warna asalnya dan
cenderung berupa lingkaran terang seperti cincin. Pola bagian hijau yang bersiku kontras
dengan warna kuning; daerah yang dikelilingi cincin klorotik yang memberikan mosaik kuning di
atas warna hijau. Bila daerah warna yang berbeda menyatu, akan menghasilkan gejala belang.
TMV dan CMV merupakan contoh penyakit yang memiliki gejala sperti ini.
2. Nekrosis
Nekrosis yaitu kematian jaringan yang bisa terjadi pada urat daun, pada batang berupa garisgaris coklat, berupa bercak pada daun dan buah serta kematian pada titik tumbuh
3. Kerdil:
Kerdil pada tomat ditandai dengan pertumbuha yang terhambat, ukuran lebih kecil baik pada
morfologi tanaman, daun, cabang ataupun buah.
4. Malformasi
Yaitu terjadi perubahan bentuk menjaditidak smepurna atau tidak normal. Sering terjadi pada
daun atau buah
5. Klorosis : warna pucat, baik pucat yang menyeluruh ataupun hanya berupa bercak saja
Vein clearing yaitu warna pucat pada urat daun sehingga urat daun kelihatan transparan,
mengkilat diantara warna daun yang hijau
6. Rugose : permukaan daun tidak rata disebabkan karena pertumbuha urat daun tidak
sebanding dengan
pertumbuhan helaian daun, sehingga daun akan terlihat tidak rata dengan permukaan yang
benjol-benjol.
Di lapangan penyebab adalanya gejala virtus ini lebih kompleks, ada kalanya menyimpang,
bisa lebih parah sampai tanaman menjadi mati. Penyebab penyakit akibat virus bisa beragam
bisa saja disebabkan oleh satu jenis virus saja , bisa juga disebabkan oleh gabungan beberapa
jenis virus.
angkah Pencegahan
Virus tidaklah seperti jamur atau nematoda yang bisa tersebar kemana mana oleh angin
maupun air. Pergerakan virus ini hanya bisa terjadi bila ada yang membawa, baik itu organisme
hidup seperti vektor atau pembawa lainnya, bagian dari tanaman yang terserang maupun

manusia atau alat yang digunakan sewaktu memelihara tanaman. Cara mengendalikan virus
erat kaitannya dengan mengenali sifat-sifat virus yang meliputi : bagaimana cara penyebaran
dan penularannya, dan bagaimana perbanyakan tanaman tersebut. Ada juga pengendalian virus
ini dengan menggunakan virus tular udara yang dibawa serangga untuk virus-virus tular tanah.
Beberapa cara untuk mengendalikan virus tomat ini antara lain dapat dilakukan dengan :
1. Tanaman perangkap
Virus-virus tomat kebanyakan ditularkan melalui serangga. Keaktifan serangga ini menjadi
faktor utama dalam penyebaran penyakit akibat virus. Penggunaan insektisida untuk
mengendalikan vektor adalah cara pintas yang sering dianjurkan.. Akan tetapi cara ini bukan
satu-satunya cara yang harus dilakukan , melainkan dapat menggunakan cara lain yaitu :
penggunaan tanaman perangkap.
Aphid sebagai serangga pembawa virus, biasanya menyukai warna kuning cerah,
penggunaan tanaman yang berwarna cerah sedikit banyak dapat menarik aphid dan serangga
lainnnya. Pada waktu hinggap afid akan menusuk-nusukkan stiletnya untuk mengetahui apakah
ia sudah mendapatkan inang yang benar untuk makan disitu. Selama aphid menusuk-nusuk,
virus non persisten yang ada pada stiletnya akan tercuci. Sehingga virus tersebut tidak akan
tersebar pada tanaman tomat. Adapun tanaman yang dapat menjadi penarik (atraktan) bagi
serangga tersebut adalah tanaman kubis-kubisan, jagung, serta bunga matahari.
2. Sanitasi dan eradikasi sumber infeksi
Kebersihan kebun saat persiapan dan selama pertanaman sangat membantu mengurangi
sumber infeksi virus. Gulma berdaun lebar diyakini sering menjadi inang dari virus ini dan harus
dibersihkan. Begitu pula tanaman tomat yang sudah menunjukkan terkena serangan jangan
dibiarkan tumbuh namun harus dibuang secepatnya dan diganti dengan tanaman yang sehat.
Tanaman tomat bisanya dilakukan pemangkasan, untuk itulah perlu dilakukan secara hati-hati
dalam memilih cabang utamanya agar diperhatikan sisa-sisa pemangkasan tadi. Kemudian
usahakan petani ataupun buruh tidak membawa rokok ataupun bekas rokok pada areal tanaman
tomat karena rokok ini dapat menularkan virus mosaik tembakau yang mudah menular secara
kontak.
3. Penggunaan benih yang sehat
Tomat yang sudah terserang virus sulit sekali disembuhkan. Walaupun saat ini hanya tiga
jenis virus utama yang menyerang pertanaman tomat namun ketiganya sangat penting karena
dapat tertular melalui biji. Penelitian yang berkaitan dengan virus yang terbawa pada benih yang
dilakukan Sutarya dan Purwati (1992) menungungkapkan bahwa ternyata dari 41 varietas tomat
yang diuji, sebanyak 13 mengandung virus ToMV.
Meskipun virus-virus lain tidak menular melalui biji, namun bila tanamannya terserang sebelum
berbuah maka cairan buah tomatnya akan mengandung virus. Hal ini bisa menular pada kulit
yang pada akhirnya kemungkinan tertularnya benih di persemaian tersebut bisa terjadi. Maka
dalam hal ini pemilihan benih sehat dan unggul merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi
dalam mencegah timbulnya penyakit virus tersebut.
Proteksi silang
Saat ini belum ada obat untuk menangani penyakit yang diakibatkan virus. Karena itu
pengendalian yang dilakukan dalam membasmi penyakit akibat virus ini lebih ditujukan pada
upaya pencegahan. Proteksi silang untuk imunisasi tanaman adalah upaya yang umum

dilakukan pada tomat untuk mencegah infeksi virus yang lebih ganas. Pemberian imunisasi pada
tomat dengan memberikan strain virus yang telah dilemahkan diharapkan mampu berfungsi
sebagai sparing partner yang nantinya akan memiliki kemampuan untuk menolak virus yang
sama dengan serangan lebih ganas. Adapun pengaruh pemberian strain virus yang diberikan
pada tanaman tomat tidak akan terlalu merugikan disebabkan gejala yang diakibatkannya pun
tidak terlalu parah sehingga produksinya tidak banyak berkurang.

Anda mungkin juga menyukai