C-81
I. PENDAHULUAN
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
dalam menghitung indeks daya saing daerah di Inggris.
Kinerja dari faktor-faktor input daya saing daerah ini akan
menimbulkan perbedaan pada kinerja perekonomian (ouput)
masing-masing daerah sehingga perlunya setiap daerah untuk
meningkatkan daya saingnya masing-masing [4].
II. METODOLOGI PENELITIAN
Metode Analisis
Dalam menganalisis kemampuan daya saing daerah
kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur, dilakukan melalui
tiga tahapan analisis. Berikut tahapan analisis yang
dilakukan:
1) Menganalisis Kemampuan Daya Saing Daerah
Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Timur
Dalam menganalisis kemampuan daya saing daerah
kabupaten/kota, dilakukan dengan menghitung jumah
tertimbang
dari
semua
variabel,
yang
sudah
ditransfrormasikan kedalam angka semi-standardized
dengan menggunakan bobot yang diperoleh dari hasil
jawaban dari kuisioner AHP yang sudah di
transformasikan kedalam expert choice. Jumlah tertimbang
angka semi-standardized yang tinggi mengindikasikan
tingkat daya saing yang lebih tinggi pula.
2) Melakukan Pemetaan Daya Saing Daerah
Gambaran daya saing daerah kabupaten/kota di Propinsi
Jawa Timur smerupakan representasi dari kinerja indikatorindikator pembentuk daya saing tersebut, semakin baik
kinerja indikator-indikator tersebut maka semakin tinggi
pula daya saing daerah suatu kabupaten/kota, dan adapun
juga sebaliknya.
Untuk melakukan pemetaan daya saing daerah,
dilakukan dahulu pemetaan daerah berdasarkan indikator
input dan indikator output. Pemetaan daya saing daerah
disini berfungsi untuk mengetahui dimana posisi daya saing
tiap kabupaten/kota di propinsi Jawa Timur. Setelah itu,
mengklasifikasikan daerah kedalam peta berdasarkan skor
daya saing indikator input dan output. Pemetaan daya saing
daerah berdasarkan variabel input dan output dilakukan
dengan meng-cluster daerah berdasarkan posisi variabel
input dan output yang berada di luar rata-rata plus-minus
setengah standard deviasinya. Meskipun metode yang
dipilih bersifat ad-hoc, tetapi efektivitas yang diinginkan
dapat terpenuhi. Kemudian membuat neraca daya saing,
yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang
menjadi keunggulan maupun kelemahan dalam
menunjang pengembangan daya saing.
3) Merumuskan Daya Saing Pengembangan berdasarkan
Potensi Daya Saing tiap kabupaten/Kota di Propinsi
Jawa Timur
Dari hasil pemetaan daya saing daerah, dilakukan
penyusunan upaya pengembangan dengan teknik analisis
deskriptif kualitatif. Tujuan dari analisis ini adalah
mengetahui faktor apa saja yang bisa meningkatkan daya
saing daerah berdasarkan prioritas faktor penentu daya
saing daerah terhadap kondisi empiris di lapangan. Analisis
C-82
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
4.
5.
C-83
Bobot
0,134
0,036
0,049
0,049
0,043
0,014
0,008
0,020
0,117
0,029
0,052
0,023
0,013
0,155
0,094
0,061
0,051
0,022
0,010
0,019
0,112
0,027
0,020
Variabel
1. Produktivitas Tenaga Kerja
2. PDRB per Kapita
3. Tingkat Kesempatan Kerja
Bobot
0,456
0,228
0,316
Sumber : Hasil Olahan, 2014
0,038
0,028
0,122
0,040
0,062
0,021
0,045
0,023
0,023
0,097
0,04
0,037
0,019
0,79
0,036
0,043
0,044
0,010
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
C-84
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
C-85
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
berpeluang. Untuk itu, kabupaten/kota yang ada dalam
kuadran ini disarankan untuk mengubah strategi dengan
cara meningkatkan produktivitas indikator input guna
menopang indikator output yang sudah baik.
4. Untuk kabupaten/kota di kuadran IV, menandakan
kondisi internal daerah ini lemah dan dihadapkan pada
kondisi eksternal yang sulit.
Kabupaten/kota dalam kuadran ini perlu adanya
perhatian khusus dari pemerintah, baik di
kabupaten/kota (yang masuk kuadran IV) maupun
pemerintah propinsi, sehingga kedepannya bisa
mempersempit jarak daya saing dengan kabupaten/kota
yang memiliki daya saing serta bisa mendongkrak daya
saing Propinsi Jawa Timur di tingkat nasional.
Menggunakan strategi bertahan berarti mengendalikan
kinerja internal agar tidak semakin terperosok, strategi
ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi
internal daerahnya terlebih dahulu. Sebab diperkirakan
dengan strategi lama sangat sulit untuk dapat
menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki
kinerja daerah tersebut.
5. Perencanaan pembangunan daerah kabupaten/kota di
Propinsi Jawa Timur bersifat spesifik. Keberhasilan
perencanaan
pembangunan
di
daerah
perlu
mempertimbangkan beberapa aspek yang tergambarkan
oleh neraca daya saing daerah, lebih khusus untuk
variabel yang menjadi kelemahan daerahnya masingmasing. Neraca daya saing 38 kabupaten/kota hasil
analisis dan pembahasan sebelumnya kiranya bisa
menjadi input dalam perencanaan pembangunan
masing-masing kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab
pertama hingga bab keempat, maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1) Tiap kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur memiliki
kemampuan daya saing, hal tersebut bisa dilihat dari
munculnya hasil skor daya saing tiap kabupaten/kota.
2) Pemetaan Daya Saing dilakukan dengan cara
mengklasifikasikan daya saing daerah dalam 4 kuadran
berdasarkan skor daya saing indikator input-ouput.
Hasil menunjukkan bahwa terdapat 9 kabupaten/kota
yang masuk kedalam kuadran I.
Kuadran II terdapat 8 kabupaten/kota.
Kuadran III terdapat 4 kabupaten/kota dalam kelompok
ini.
Kuadran IV menunjukkan bahwa ada total 17
kabupaten/kota atau 44,74% dari jumlah keseluruhan
kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur.
3) Setelah dilakukan analisis neraca daya saing, hampir
semua kabupaten/kota yang masuk kuadran I, merupakan
kabupaten/kota yang memiliki kategori keunggulan
C-86
[2]
[3]
[4]