Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Pembangunan pada bidang industri di Indonesia saat ini semakin pesat, hal

ini didasarkan atas ketersediaan bahan baku serta peluang pasar yang menjanjikan.
Di Indonesia, pembangunan industri nasional diatur didalam Peraturan
Pemerintah No. 14 tahun 2015. Salah satu rencana pembangunan industri nasional
adalah industri karet alam. Kebutuhan akan produk yang terbuat dari karet
semakin pesat seiring dengan tingginya sifat instan masyarakat namun karet alam
yang ada tidak dapat memenuhi kebutuhan. Oleh sebab itu, karet sintetis menjadi
alternatif karet alam untuk memenuhi kebutuhan.
1,3-Butadiena merupakan salah satu jenis senyawa hidrokarbon tidak
jenuh dengan ikatan konjugasi (ikatan rangkap selang-seling) yang digunakan
sebagai bahan baku pembuatan karet sintetik, seperti Styrene-Butadiene Rubber
(SBR), Polybutadiene (PB), Polychloroprene (Neoprene), Nitrile Rubber (NR).
Proses untuk produksi 1,3-butadiena dari etilena dalam US 20140088332 A1,
yaitu dengan menerapkan tahapan oligomerisasi untuk etilena menjadi n-butena
dan oligomer dengan 6 atom karbon lainnya menggunakan katalis homogen,
tahapan pemisahan sedemikian rupa untuk mendapatkan fraksi n-butena murni,
dan kemudian tahapan dehidrogenasi untuk fraksi n-butena murni menjadi produk
utama 1,3-butadiena.
Proses produksi butadiene sebelumnya terdiri dari tahapan dimerisasi
untuk etilena menjadi butena dengan menggunakan katalis heterogen, diikuti
dengan tahapan dehidrogenasi oksidasi. Tahap pertama, dimerisasi dari etilena,
dilakukan dengan adanya katalis heterogen yang terdiri dari Ni, alumina, dan
silika pada suhu antara 150 dan 400C. Tahap kedua, dehidrogenasi oksidasi dari
butena yang dilakukan pada suhu antara 300 dan 600C dengan adanya oksigen
dan oksida logam kompleks yang terdiri molibdenum dan bismuth.
Butena yang diperoleh dengan dimerisasi dari etilena dengan proses
heterogen biasanya mengandung sejumlah kelebihan isobutena sehingga

pemisahan isobutena dilakukan dengan distilasi. Produksi isobutena adalah reaksi


yang tidak diinginkan karena isobutena sulit untuk dipisahkan dari butena. Selain
itu, berubah menjadi akrolein selama reaksi dehidrogenasi oksidasi, sehingga
membutuhkan tahapan yang kompleks untuk pemisahan dan pemurnian
butadiena.
Tujuan penemuan proses dalam US 2014/0088332 A1 adalah menawarkan
keuntungan memperoleh hasil yang relatif tinggi terhadap etilen secara
keseluruhan, disatu sisi hasil yang sangat baik terhadap n-butena (biasanya antara
30 dan 60%) dengan formasi hampir nol isobutena, dan disisi lain formasi
oligomer dengan 6 atom karbon dan lainnya dapat ditingkatkan dengan cara yang
berbeda dibandingkan produksi 1,3-butadiene, misalnya sebagai komonomer
untuk polimerisasi. Hal ini meminimalkan biaya yang berkaitan dengan daur
ulang etilena.
Selain itu, salah satu keuntungan yang paling mencolok dari tahap pertama
oleh katalisis homogen adalah selektivitas proses. Pembentukan di fraksi C4
isobutena atau senyawa bercabang lain yang tidak menguntungkan ditahap kedua
hampir tidak ada ditahapan oligomerisasi oleh katalisis homogen. Proses ini
sangat selektif terhadap olefin linear. Secara khusus, isobutena tidak harus
dihilangkan karena n-butena yang diperoleh dari oligomerisasi tidak mengandung
isobutena.
1.2.

Sejarah dan Perkembangan


Butadiena

pertama

kali

ditemukan

pada

tahun

1863

akibat

ketidaksengajaan seorang ilmuan kimia Perancis yang mengisolasi senyawa


hidrokarbon hasil proses pirolisis amil alkohol. Pada tahun 1886, Hendry
Amstrong dapat memperoleh produk butadiena yang sama dengan cara
mempirolisis petroleum. Selanjutnya pada tahun 1910, Lebedev mulai
menemukan Butadiena melalui proses fermentasi pati pada kentang. Alkohol yang
dihasilkan direaksikan menggunakan katalis pada temperatur tinggi. Butadiena
mulai dijual secara komersil oleh American-Petroleum And Chemical Industry
yang memproduksi butadiena dengan cara mengolah minyak bumi dan senyawa
organik lain melalui proses termis.

Frey kemudian mempelajari bahwa butadiena dapat dibentuk dari proses


adisi senyawa Methylene dan juga dari proses isomerisasi molekul air dengan
vinyl cyclopropane selama photolysis ketene atau diazometane pada temperatur
60C. Zieger dan Morten yang akhirnya membuktikan teori Frey, bahwa reaksi
adisi dari senyawa organik metalik dapat menghasilkan produk 1,3-Butadiena.
1.3. Macam-Macam Proses Pembuatan 1,3-Butadiena
Pada umumnya, 1,3-Butadiena diproduksi melalui ekstraksi C4 yang
merupakan hasil dari cracking naphta menggunakan proses destilasi ekstraktif
dengan solven actronille atau n-Metyl Pyrolidone. Namun saat ini telah dilakukan
inovasi terhadap bahan baku pembuatan 1,3-Butadiena yaitu dengan proses
oligomerisasi etilena menjadi 1-Butena, selanjutnya 1-Butena melalui proses
dehidrogenasi menjadi 1,3-Butadiena. Proses oligomerisasi Etilena menjadi 1Butena menggunakan dua variasi katalis yaitu Nickel dan Zirkonium. Tabel 1.1.
akan menjelaskan perbedaan proses oligomerisasi antara kedua katalis tersebut.
Tabel 1.1. Perbedaan Proses Oligomerisasi Antara Katalis Nickel dan Zirkonium

No

Uraian

Variasi I

Variasi II

(Nickel-Alumina)

(Zirkonium-Alumina)

-20 50oC

20 180oC

85 98%

35 40%

0,5 5 Mpa

0,5 15 Mpa

50 80%

25 35%

1.

Temperatur

2.

Operasi
Konversi

3.

Tekanan Operasi

4.

Selektivitas

5.

Waktu Kontak

0,5 20 jam

0,5 20 jam

6.

Harga

US$ 1-20/kg

US$ 20-30/kg

Proses selanjutnya adalah dehidrogenasi 1-Butena menjadi 1,3-Butadiena.


Proses dehidrogenasi sendiri terbagi menjadi dua proses, yaitu:
1) Proses Phillips.
2) Petro-Tex.
1.3.1. Proses Phillips

Proses ini berlangsung karena ada reaksi antara 1-Butena hasil oligomerasi
Etilena, uap air, dan udara pada temperatur 480-600 oC. Katalis yang biasa
digunakan adalah katalis homogen, katalis oksida multi-logam. Reaktor yang
digunakan adalah fixed bed catalyst. Konversi 1-Butena sebesar 75-80%
sedangkan selektiviti produk adalah 88-92%. Proses Phillips merupakan proses
yang paling umum digunakan di industri produksi 1,3-Butadiena.
1.3.2. Proses Petro-Tex
Pada proses ini 1-Butena direaksikan dengan oksigen dari udara pada
tempertur 550-600oC. Katalis yang digunakan adalah katalis heterogen antara lain
Ferrite dengan Seng, Mangan atau Magnesium. Steam ditambahkan dengan tujuan
mengontrol selektiviti. Selektiviti yang dapat dihasilkan dari proses ini adalah
93% dengan konversi 65%.
Tabel 1.2. Perbandingan Proses yang Digunakan

No Uraian

Proses

Proses
Petro-tex
1-Butena
550-600oC
ZnFe2O4,

1.

Bahan Baku

Phillips
1-Butena

2.

Temperatur

480-600oC

3.

Mo, Bi, Fe, Co,

Katalis

Ni, Cr, K.

MnFe2O4, dan
MgFe2O4

5.

Konversi

75-80%

65%

Selektiviti

88-92%

93%

1.4. Sifat Fisik dan Kimia


1.4.1. Bahan Baku
a) Etilena
Sifat Fisika
Rumus molekul

: C2H4

Berat Molekul

: 28,05 Kg/Kmol

Wujud

: Gas

Warna

: Tidak Berwarna

Densitas (l)

: 20,27 mol/L

Titik beku

: 104,15 K

Titik didih

: 169,25 K

Temperatur Kritis

: 282,19 K

Tekanan Kritis

: 5,04 Mpa

Cp (298 K)

: 42,86 J/mol K

Hf (298 K)

: 52,3 kJ/mol

(Sumber: Perrys Chemical Engineers Handbook Vol.6, Pages 38)

Sifat Kimia
1.
Etilena adalah molekul dengan ikatan karbon-karbon sejuah 0,134 nm,
yang mana ikatan C-C lebih pendek adalah sekitar 0,153 nm yang
ditemukan pada etana. Ikatan C-H sejauh 0,11 nm dengan sudut <HCH
2.
3.

4.

adalah 117,2o dan <HCC adalah 121,4o.


Etilena merupakan intermediet yang reaktif.
Ikatan rangkap etilena yang bereaksi dapat membentuk membentuk
saturated hidrokarbon, turunannya ataupun polimer.
Reaksi yang melibatkan etilena umumnya reaksi eksotermis.

b) Oksigen
Sifat Fisika
Rumus molekul

: O2

Berat Molekul

: 32,05 Kg/Kmol

Wujud

: Gas

Warna

: Tidak Berwarna

Densitas

: 0,0445 mol/L

Titik beku

: 54,75 K

Titik didih

: 90,15 K

Temperatur Kritis

: 154,58 K

Tekanan Kritis

: 5,02 Mpa

Cp (298 K)

: 46,40 J/mol K

Hf (298 K)

: 52,3 kJ/mol

(Sumber: Perrys Chemical Engineers Handbook Vol.6, Pages 20)

Sifat Kimia
1) Oksigen membentuk senyawa dengan semua unsur, kecuali gas-gas
mulia ringan.
2) Biasanya oksigen beraksi dengan logam membentuk ikatan yang
bersifat ionik dan bereaksi dengan bukan logam membentuk ikatan
yang bersifat kovalen sehingga akan membentuk oksida.
c) DMF (Dimethyl Formamide)
Sifat Fisika
Rumus molekul

: HCON(CH3)2

Berat Molekul

: 73,09 Kg/Kmol

Wujud

: Liquid

Warna

: Tidak Berwarna

Densitas (l) (298K)

: 10,079 mol/L

Titik Beku

: 214,85 K

Titik didih

: 425,95 K

Temperatur Kritis

: 647,05 K

Tekanan Kritis

: 4,4 Mpa

Cp (298 K)

: 150,6 J/mol K

Hf liquid (298 K)

: -239,3 kJ/mol

Hf gas (298 K)

: -192,4 kJ/mol

(Sumber: Perrys Chemical Engineers Handbook Vol.6, Pages 36)

Sifat Kimia
1. Larut dalam air dan bersifat polar.
2. Memilki bau seperti amina.
3. Dapat melarutkan bahan kimia yang bersifat hidroskopik.
4. Merupakan pelarut yang atraktif karena memiliki konstanta dielektrik
yang tinggi.
5. Apabila teroksidasi dengan potasium permanganat maka dapat
menyebabkan ledakan.
1.4.2. Produk
a) 1,3-Butadiena
Sifat Fisika

Rumus molekul

: CH2CHCHCH2

Berat Molekul

: 54,09 Kg/Kmol

Wujud

: Gas

Warna

: Tidak Berwarna

Densitas (l)\ (298K) : 11,45 mol/L


Densitas (g)

: 1,9 g/mL

Titik Beku

: 164,25 K

Titik didih

: 268,74 K

Temperatur Kritis

: 425 K

Tekanan Kritis

: 4,32 Mpa

Cp (298 K)

: 79,53 J/mol K

Hf liquid (298 K)

: 88,7 kJ/mol

Hf gas (298 K)

: 110,165 kJ/mol

(Sumber: Perrys Chemical Engineers Handbook Vol.6, Pages 31)

Sifat Kimia
1. 1,3-Butadiena merupakan diena terkonjugasi paling sederhana. Ikatan
konjugasi membutuhkan 15 kj/mol lebih stabil secara termodinamika
dibandingkan dengan dua molekul ikatan tunggal yang terisolasi.
2. Panjang ikatan rangkap 1,3-Butadiena adalah 0,134 nm dan ikatan
tunggal adalah 0,148 nm.
3. 1,3 Butadiena sangat sukar larut dalam air.
b) 1-Butena
Sifat Fisika
Rumus molekul
Berat molekul

: C4H8
: 56,11 gr/mol

Wujud

: gas

Warna

: Tidak berwarna

Densitas (l)

: 10,47 mol/L

Titik Didih

: 266,89 K

Titik beku

: 87,8 K

Temperatur Kritis

: 419,6 K

Tekanan Kritis

: 4,02 Mpa

Cp (298 K)

: 85,8 J/mol K

Hf (298 K)

: -0,216 kJ/mol

Sifat Kimia
1. Ikatan yang terbentuk dari orbital sp2 pada etilena berupa ikatan sigma
dan ikatan pi yang lemah. Dua atom karbon ditambah empat atom
lainnya pada posisi alfa yang membentuk layaknya orbitas, ikatan pi
yang terbentang melewati orbital menjadi sumber elektron terhadap
reaksi tambahan pada ikatan rangkap.
2. 1-Butena bereaksi dengan oksigen

akan

membentuk

reaksi

oksihidrogenasi menjadi 1,3 butadiena dengan temperatur tinggi.


3. Reaksi pada 1-butena dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu:
a. Dapat terjadi pada ikatan rangkap itu sendiri sehingga dapat
mengahncurkan ikatan rangkap.
b. Dapat terjadi pada karbon alfa.
c) Air
Sifat Fisika
Rumus Kimia
Berat Molekul
Wujud
Titik Beku
Titik Didih
Temperatur Kritis
Tekanan Kritis
Densitas
Cp (298 K)

Hf (298 K)

: H2O
: 18 kg/kmol
: Cair
: 273,15 K
: 373,15 K
: 647,3 K
: 22 Mpa
: 55,44 mol/L
: 75,4 J/mol.K (liquid)
: -242,0 kJ/mol

(Sumber: Perrys Chemical Engineers Handbook Vol.6, Pages 27)

Sifat Kimia
1) Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan
banyak zat kimia.
2) Zat-zat yang bercampur dan larut dengan baik dalam air (misalnya
garam-garam) disebut sebagai zat-zat hidrofilik dan zat-zat yang tidak
mudah larut dalam air (misalnya lemak dan minyak) disebut sebagai
zat-zat hidrofobik.

d) 1-Heksena
Sifat Fisika
Rumus molekul

: CH3(CH2)3CH=CH2

Berat Molekul

: 84,16 Kg/Kmol

Wujud

: Cair

Warna

: Tidak Berwarna

Densitas (l) (298K)

: 8,021 mol/L

Titik Beku

: 133,15 K

Titik didih

: 336,15 K

Temperatur Kritis

: 504 K

Tekanan Kritis

: 3,1 Mpa

Cp (298 K)

: 183,3 J/mol K

Hf liquid (298 K)

: -74,2 kJ/mol

Hf gas (298 K)

: -43,5 kJ/mol

(Sumber : Science Lab.com, Material Safety Data Sheet 1-Hexene)

Sifat Kimia
1. Memiliki enam atom karbon dan ikatan tunggal yang menghubungkan
antar ikatan C-H.
2. Isomer pada heksana tidak reaktif.
3. Pelarut organik yang inert.
e) 1- Oktena
Sifat Fisika
Rumus molekul

: C8H16

Berat Molekul

: 112,21 Kg/Kmol

Wujud

: Cair

Warna

: Tidak Berwarna

Titik Beku

: 172,15 K

Titik didih

: 395,65 K

(Sumber: Science Lab.com, Material Safety Data Sheet 1-Octene)

f) 1- Dekena
Sifat Fisika

Rumus molekul

: C10H20

Berat Molekul

: 140,3 Kg/Kmol

Wujud

: Cair

Warna

: Tidak Berwarna

Titik Beku

: 207,15 K

Titik didih

: 443,71 K

(Sumber: Science Lab.com, Material Safety Data Sheet 1-Decene)

g) Cis-2-Butena
Sifat Fisika
Rumus molekul

: C4H8

Berat Molekul

: 56,11 Kg/Kmol

Wujud

: Gas

Warna

: Tidak Berwarna

Titik Beku

: 134,25 K (-138,9oC)

Titik didih

: 276,85 K (3,7oC)

Temperatur Kritis

: 435,55 K (162,4oC)

(Sumber: Airgas, Material Safety Data Sheet Cis-2-Butene)

h) Trans-2-Butena
Sifat Fisika
Rumus molekul

: C4H8

Berat Molekul

: 56,11 Kg/Kmol

Wujud

: Gas

Warna

: Tidak Berwarna

Titik Beku

: 168,15 K (-105oC)

Titik didih

: 274,15 K (1oC)

Temperatur Kritis

: 428,65 K (155,5oC)

(Sumber: Airgas, Material Safety Data Sheet Trans-2-Butene)

i) Karbon dioksida
Sifat Fisika

Rumus molekul

: CO2

Berat Molekul

: 44 Kg/Kmol

Wujud

: Gas

Warna

: Tidak Berwarna

Densitas (g)

: 0,0449 mol/L

Titik Beku

: 194,6 K

Titik didih

: 216,55 K

Temperatur Kritis

: 304,25 K

Tekanan Kritis

: 7,383 Mpa

Cp (298 K)

: 37,1 J/mol K

Hf gas (298 K)

: 393,7 kJ/mol

(Sumber: Perrys Chemical Engineers Handbook Vol.6, Pages 32)

Anda mungkin juga menyukai