BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Balita
1. Pengertian Balita
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun
atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun
(Muaris.H, 2006).
Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah
istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5
tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua
untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan.
Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun
kemampuan lain masih terbatas.
Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh
kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi
penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode
selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang
berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering
disebut golden age atau masa keemasan.
2. Karakteristik Balita
Menurut karakteristik, balita terbagi dalam dua kategori yaitu anak
usia 1 3 tahun (batita) dan anak usia prasekolah (Uripi, 2004). Anak
usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima
makanan dari apa yang disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa batita
lebih besar dari masa usia pra-sekolah sehingga diperlukan jumlah
makanan yang relatif besar. Namun perut yang masih lebih kecil
menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali
makan lebih kecil dari anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu,
pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering
b.
c.
Setelah
dua
pola
di
atas
dikuasai,
barulah anak
belajar
b.
c.
d.
e.
Kemampuan personal ditandai pendayagunaan segenap fungsi alatalat pengindraan dan sistem organ tubuh lain yang dimilikinya.
Kemampuan fungsi pengindraan meliputi ;
1) Penglihatan, misalnya melihat, melirik, menonton, membaca dan
lain-lain.
2) Pendengaran, misalnya reaksi mendengarkan bunyi, menyimak
pembicaraan dan lain-lain.
3) Penciuman, misalnya mencium dan membau sesuatu.
10
misalnya
menggenggam,
mengangkat,
melempar,
Kemampuan sosial.
Kemampuan sosial (sosialisasi), sebenarnya efek dari kemampuan
personal yang makin meningkat. Dari situ lalu dihadapkan dengan
beragam aspek lingkungan sekitar, yang membuatnya secara sadar
berinterkasi dengan lingkungan itu. Sebagai contoh pada anak yang
telah berusia satu tahun dan mampu berjalan, dia akan senang jika
diajak bermain dengan anak-anak lainnya, meskipun ia belum pandai
dalam berbicara, ia akan merasa senang berkumpul dengan anakanak tersebut. Dari sinilah dunia sosialisasi pada ligkungan yang
lebih luas sedang dipupuk, dengan berusaha mengenal temantemanya itu.
11
b.
12
kecerdasan
musical,
spasial,
kecerdasan
kecerdasan
intrapribadi
kinestetik,
(intrapersonal),
13
14
b.
kesehatan
dasar
yang
terjangkau
oleh
seluruh
15
atau
yang
dihubungkan
dengan
umur
16
17
a.
Umur.
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi,
kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang
salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang
akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan
umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya
kecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun;
1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu
dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12
bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam
bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan (
Depkes, 2004).
Rumus antropometri anak (Soetjiningsih. 1998) yang berhubungan
dengan umur :
1) Berat Badan
Umur 1 6 bulan = BBL (gr) + (usia x 600 gr)
Usia 7 12 bulan = BBL (gr) + (usia x 500 gr) atau (usia / 2) +3
Umur 1- 6 tahun = 2n + 8
2) Tinggi badan
Umur 1 tahun = 1,5 x panjang badan lahir
Umur 2 12 tahun = umur (tahun) x 6 + 77
Kriteria status gizi berdasarkan pengukuran tersebut dibandingkan
dengan NCHS adalah :
1) Gizi baik, jika BB menurut umur > 80% standart WHO NCHS.
2) Gizi kurang, jika BB menurut umur 61% - 80% standart WHO
NCHS.
3) Gizi buruk jika BB menurut umur 60% standart WHO - NCHS
b.
Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan
gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan
merupakan pengukuran yang terpenting pada bayi baru lahir. Dan
18
banyak
digunakan
karena
hanya
memerlukan
satu
19
: disebut defisit
b) BB>sentil ke-90
: disebut kelebihan
2) BB/U
dibandingkan
acuan
standar,
dinyatakan
dalam
presentase:
>120% : disebut gizi lebih
80-120% : disebut gizi baik
60-80%: - tanpa edema
- dengan edema
< 60% : - tanpa edema
- dengan edema
: gizi kurang
: gizi buruk (kwashiorkor)
: marasmus
: marasmus- kwashiorkor
2) 75-84%
3) <75%
c. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan ukuran antropometrik kedua yang cukup
penting. Keistemewaannya bahwa ukuran tinggi badan akan
meningkat terus pada waktu pertumbuhan sampai mencapai tinggi
yang optimal. Di samping itu tinggi badan dapat dihitung dengan
dibandingkan berat badan dan dapat mengesampingkan umur.
Tinggi badan memberikan gambaran
dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan
20
sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang
berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi
pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks
TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat
Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan
tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun
sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran
keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak
sehat yang menahun ( Depkes RI, 2004). Pengukuran tinggi badan
untuk anak yang sudah bisa berdiri dilakukan dengan alat pengukur
tinggi mikrotoa (microtoise) yang memiliki ketelitian 0,1 cm.
sedangkan pada anak yang belum bisa berdiri digunakan alat
pengukur panjang badan dengan posisi anak berbaring di tempat
datar. Pengukuran tinggi badan maupun panjang badan dapat
dilakukan dengan menggunakan pita ukur.
Cara mengukur panjang badan usia 0-24 bulan yaitu: (1) alat
pengukur diletakkan di atas meja atau tempat yang datar, (2) bayi
ditidurkan lurus di dalam alat pengukur, (3) bagian bawah alat
pengukur sebelah kaki digeser sehingga tepat menyinggung telapak
kaki bayi dan skala pada sisi alat ukur dapat dibaca.
Interpretasi :
1) TB/U pada kurva:
< sentil 5
Sentil 5
: defisit berat
: perlu evaluasi untuk membedakan apakah
perawakan pendek akibat defisiensi nutrisi
kronik atau konstitusional.
: baik/normal
70-89%
: tinggi kurang
< 70%
3) BB/TB
21
spurt).
Keuntungan
indeks
ini
adalah
tidak
> 120%
110-120% : overweight
90-110% : normal
70-90%
: gizi kurang
< 70%
: gizi buruk
b) Nilai
: obesitas
BB/TB di
sekitar sentil
ke-50 menunjukkan
22
: gizi buruk
2) 12,5-13,5cm
: gizi kurang
3) >13,5cm
: gizi baik
23
Interpretasi :
1) 85-100%
2) 75-85%
: gizi kurang
3) <75%
: gizi buruk
2) 80-85%
3) 75-80%
4) <75%
f. Lipatan Kulit
Tebalnya
lipatan
kulit
bagian
triseps
dan
subskapular
24
Indeks
BB/U
TB/U
BB/TB
Batas pengelompokan
Status gizi
< -3 SD
Gizi buruk
-3 s/d <-2 SD
Gizi kurang
-2 s/d +2 SD
Gizi baik
> +2 SD
Gizi lebih
< -3 SD
Sangat pendek
-3 s/d < -2 SD
Pendek
-2 s/d +2 SD
Normal
> +2 SD
Tinggi
< -3 SD
Sangat kurus
-3 s/d < -2 SD
Kurus
-2 s/d +2 SD
Normal
> +2 SD
Gemuk
25
Table 2.2 interpretasi status gizi berdasarkan tiga indeks antropometri (BB/U,
TB/U, BB/TB) standar baku antropometri WHO-NCHS
Indeks
No
BB/U
TB/U
Interpretasi
BB/TB
Rendah
Rendah
Normal
Rendah
Tinggi
Rendah
kurang
Rendah
Normal
Rendah
Sekarang kurang
++
Sekarang kurang
+
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Tinggi
Rendah
Sekarang kurang
Normal
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Normal
Tinggi, normal
Tinggi
Rendah
Tinggi
Obese
Tinggi
Normal
Tinggi
Sekarang
>,
belum obese
Keterangan : untuk ketiga indeks (BB/U, TB/U, BB/TB):
26
b.
c.
At risk factors yang bersumber pada individu anak yaitu: usia ibu,
jarak lahir terhadap kakaknya, berat lahir, laju pertumbuhan,
pemanfaatan ASI, imunisasi dan penyakit infeksi.
Ketiga kelompok faktor tersebut secara bersama-sama menciptakan
b.
c.
d.
e.
27
a.
f)
28
i)
Obesitas
Anak akan mengalami berat badan berlebih (overweight) dan
berlebihan lemak dalam tubuh (obesitas) apabila selalu makan dalam
porsi besar dan tidak diimbangi dengan aktivitas yang seimbang.
Dampak obesitas pada anak dapat menyebabkan hiperlipidemia
(tinggi kadar kolesterol dan lemak dalam darah), gangguan
pernafasan, dan komplikasi ortopedik (tulang).
Upaya agar anak terhindar dari obesitas yakni orangtua perlu
melakukan pencegahan seperti mengendalikan pola makan anak agar
tetap seimbang. Selain itu, memberikan camilan yang sehat seperti
buah dan melibatkan anak pada aktivitas yang bias mengeluarkan
energinya juga harus dilakukan.
c.
Kekurangan Vitamin A
Penyakit mata yang diakibatkan oleh kurangnya vitamin A disebut
xerophtalmia. Penyakit ini merupakan penyebab kebutaan yang
paling sering terjadi pada anak-anak usia 2 3 tahun. Hal ini karena
setelah disapih, anak tidak diberi makanan yang memenuhi syarat
gizi. Sementara anak belum bisa mengambil makanan sendiri.
d.
e.
29
Fortifikasi
Fortifikasi adalah proses dimana zat gizi ditambahkan kedalam
makanan untuk menjaga atau meningkatkan kualitas diet suatu
kelompok, komunitas atau populasi, contohnya adalah fortifikasi
yodium dalam garam, vitamin A dalam tepung dan mie.
b.
Makanan formula
Makanan formula merupakan suatu proses untuk mengembangkan
makanan yang bernilai gizi tinggi untuk golongan rawan (balita,
bumil dan ibu menyusui) yang kekurangan gizi, contoh MP-ASI
untuk balita.
c.
Makanan tambahan
Makanan tambahan adalah salah satu bentuk intervensi langsung
untuk menyediakan jenis makanan yang penting tetapi kurang dalam
diet normal pada golongan rawan (balita, bumil dan ibu menyusui)
30
b.
untuk
meningkatkan
pendapatan
keluarga
adalah
31
c.
32
Tujuan Evaluasi
Menurut Mubarak dkk (2009), Evaluasi memiliki tujuan sebagai
berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
3.
Dinamika Evaluasi
Salah satu cirri evaluasi adalah sebagai suatu proses yang
berkesinambungan, maka dengan sendirinya disamping mempunyai cirriciri yang khas juga mencerminkan sifat kedinamisan dengan cara
membedakan : input, proses dan output. Pada sisi input, evaluasi
pengembangan personil sangat penting untuk melihat kebutuhan sesuai
dengan keterampilan yang diharapkan, sehingga dapat dikembangkan
pengawasan yang mendukung pada organisasi logistik serta mekanisme
pendukung lainnya. Sebagai suatu langkah awal yang penting dalam sisi
input adalah evaluasi terhadap penetapan tujuan, dikaitkan dengan visi
dan misi program atau organisasi, serta penetapan sasaran program itu
sendiri (Azwar, A. 1996).
33
Metode Evaluasi
Berdasarkan waktunya menurut Mubarak dkk, (2009), evaluasi dapat
dilakukan :
a.
b.
c.
5.
Ukuran Evaluasi
Kegiatan dalam evaluasi, dimensi pengukuran kinerjanya harus
ditentukan dengan jelas, yaitu meliputi ketepatan dan kesesuaian,
efektifitas dan efisiensi, serta pertimbangan keadilan. Ketepatan dan
kesesuaian memandang kinerja dengan apakah tindakan-tindakan yang
diambil sudah sesuai dengan permasalahan yang ada, sehingga tidak
terjadi pemborosan sumber daya yang terbatas tersebut. Dengan
menggunakan
asumsikan
ketepatan,
maka
program
yang
34
dengan cara penilaian status gizi secara langsung maupun secara tidak
langsung seperti saat penilaian awal status gizi. Namun dalam hal
penelitian ini, tidak semua metode penilaian status gizi dilaksanakan.
Dalam penelitian ini, metode yang dilaksanakan adalah penilaian secara
langsung dengan penimbangan berat badan, kemudian hasil penimbangan
dibandingkan dengan standar baku Depkes dan KMS, yaitu berat badan
berdasarkan umur (BB/U), kemudian diklasifikasikan dalam status gizi
(gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, dan gizi lebih), juga hasil
penimbangan diinterpretasikan dalam KMS yaitu bawah garis merah
(BGM), garis kuning, garis hijau dan di atas garis hijau.
35
D. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Masalah gizi balita
Predisposisi
At risk factors
o Masyarakat
o Keluarga
o individu
PMT- Pemulihan
Sasaran :
BB kurang dari 70% dari
BB normal
BB 3 x penimbangan
tidak naik
PMT- Penyuluhan
Sasaran :
Semua anak balita bukan
penderita gizi buruk
Status gizi
Gizi kurang
Gizi buruk
Gizi baik
Gizi lebih
36
E. Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan pengamatan terhadap
semua faktor dan variable yang berhubungan dengan masalah status gizi.
Yang dilakukan pengamatan oleh penulis dalam hal ini adalah evaluasi
status gizi berdasarkan antropometri yaitu berat badan berdasarkan umur
(BB/U), pada balita gizi kurang di wilayah Banjirkanal Timur, Kel.
Pandeanlamper, Kec. Gayamsari, Semarang, setelah Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) oleh Persatuan Istri PT PLN (Persero) wilayah Jawa-Bali.
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Karakteristik Balita
status Gizi Kurang
Umur
Jenis kelamin
Berat badan
Pemberian Makanan
Tambahan (PMT)
program Persatuan
Istri PT PLN (Persero)
Wilayah Jawa-Bali
F. Variabel Penelitian
1. Variable Dependen
2. Variable Independen
Umur
Jenis kelamin
Berat badan