Anda di halaman 1dari 43

SUBSISTEM PENDIDIKAN PADA RUMAH SINGGAH

OLEH GERAKAN REMAJA KUJANG


Dosen Pembimbing :

Disusun Oleh :
Yulyani

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)


PROGRAM PASCASARJANA
MANAJEMEN PENDIDIKAN
LAA ROIBA 2015
Jl. Pajeleran No. 41 Sukahati Cibinong Bogor

DAFTAR ISI

Daftar Isi....................................................................................................i
BAB I........................................................................................................1
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

Latar Belakang....................................................................................1
Identifikasi Masalah............................................................................6
Rumusan Masalah................................................................................7
Tujuan Penelitian.................................................................................7
Manfaat Penelitian...............................................................................8
Tinjauan Pustaka.................................................................................9
Sistematika Penulisan.........................................................................10

BAB II......................................................................................................12
A. Rumah Singgah...................................................................................12
B. Pembinaan Pendidikan Pada Anak Jalanan........................................17
C. Anak Jalanan.......................................................................................20
D. Peran Rumah Singgah dalam Pembinaan Pendidikan pada Anak
Jalanan................................................................................................27
BAB III....................................................................................................28
A. Sejarah Berdirinya Rumah Singgah Remaja Kujang Bogor..............28
BAB IV....................................................................................................30
BAB V.....................................................................................................33
A. Kesimpulan.........................................................................................33
B. Saran...................................................................................................34
Daftar Pustaka..........................................................................................35
Lampiran...................................................................................................36

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan sosial, budaya, politik, ekonomi, teknologi serta
pertumbuhan penduduk yang cukup cepat, langsung atau tidak langsung
telah mempengaruhi tatanan sistem nilai dan budaya suatu bangsa. Arus
perkembangan dan pertumbuhan tersebut seolah-olah berjalan dengan
mulus dan menjadi kebanggaan suatu negara. Kenyataan sebenarnya telah
terjadi kesenjangan yang sangat mencolok. Pada satu pihak telah terwujud
bangunan-bangunan mewah yang dapat dibanggakan dan menjadi pusat
perhatian. Namun di pihak lain, tidak jauh dari area tersebut tumbuh
perkampungan kumuh yang sangat menyedihkan dan perlu mendapat
perhatian khusus. Dalam perkampungan kumuh di Indonesia hampir dua
pertiga jumlah penduduknya adalah anak-anak, mereka pada umumnya
tergolong anak-anak yang rentan permasalahan sosial dan perlu mendapat
perlindungan khusus untuk menyelamatkannya.
Anak jalanan adalah istilah yang sudah sangat akrab bagi
masyarakat. Manakala menyebut anak jalanan, perhatian masyarakat akan
tertuju pada sosok-sosok kumuh, dekil, nakal, dan selalu hadir di
perempatan jalan, tumpukan sampah, pusat-pusat hiburan, keramaian atau
terminal-terminal. Sosok anak jalanan, hingga kini merupakan manusia
yang menempati kedudukan sangat hina di mata masyarakat umum.
Penampilannya yang jorok, ekonomi keluarganya yang miskin, lingkungan
pemukimannya di daerah -daerah kumuh atau bahkan sama sekali tidak
mempunyai tempat tinggal tetap, perangainya yang sering melakukan
kejahatan dan kekhasan lain

anak jalanan, menyebabkan pandangan masyarakat terhadapnya sangat


rendah. Ironisnya lagi, masyarakat bahkan tidak menganggap anak jalanan
sebagai manusia lazimnya. Sebab dalam anggapan masyarakat, anak
jalanan adalah anak-anak yang tidak lagi mempunyai masa depan, tidak
bisa diharapkan sebagai generasi penerus pembangunan dan tidak
mempunyai manfaat bagi masyarakat. Statusnya sebagai anak jalanan,
menyebabkan anak-anak itu harus rela dengan berbagai hinaan, cacian,
makian,

kekejaman,

kekerasan

dan

pandangan-pandangan

buruk

masyarakat. Permasalahan sosial dapat menimpa keluarga dan dirinya,


dengan sendirinya anak jalanan akan mengalami penghilangan hak sebagai
manusia dan hak sebagai anak oleh masyarakat.
Anak jalanan merupakan anak-anak marginal yang terpaksa atau
dipaksa mencari nafkah bagi diri, keluarga atau orang lain dengan
berjualan koran, menyemir sepatu, pemulung, tukang sapu atau lap mobil,
pedagang asongan, pengemis dan berbagai pekerjaan yang dapat
menghasilkan uang lainnya. Perampasan terhadap hak-hak anak ini tanpa
disadari telah terjadi secara besar-besaran yang mengakibatkan anak-anak
yang tengah menikmati pendidikan di sekolah-sekolah formal pun mulai
terancam dan bahkan tidak sedikit yang drop out. Kesempatan untuk
bermain dan tumbuh kembang sudah mulai hilang. Kondisi seperti itu
merupakan akibat dari ketidakberdayaan orang tuauntuk melindungi
anaknya, sehingga anak-anak dijadikan tumpuan untuk membantu
pemenuhan kebutuhan keluarga.
Data terakhir (2010) jumlah anak jalanan yang menjadi binaan
Departemen Sosial sebanyak empat persen dari 5,4 jumlah anak terlantar
atau sekitar 160.000 anak jalanan. Menurut Menteri Sosial RI, anak
terlantar di Indonesia yang usianya di bawah 18 tahun terus bertambah dan
kini jumlahnya telah mencapai 5,4 juta. Dari 5,4 juta anak terlantar itu,
sebanyak 232.894 anak di antaranya merupakan anak jalanan yang terbagi
atas tiga kelompok yakni

kelompok anak-anak yang seluruh hidupnya di jalan, kelompok anak yang


4-5 jam di jalanan, dan kelompok anak yang mendekati jalanan. Jumlah
anak jalanan yang hidup dijalanan di kota Yogyakarta semakin
meningkat.Peningkatan tersebut sangat terasa pada setiap tahunnya.
Anak jalanan umumnya berasal dari keluarga yang pekerjaanya
berat dan ekonominya lemah. Anak jalanan tumbuh dan berkembang
dengan latar belakang kehidupan jalanan dan akrab dengan kemiskinan,
penganiayaan,dan hilangnya kasih sayang dari orang tua, saudara, maupun
teman-temannya, sehingga memberatkan jiwa dan membuatnya berprilaku
negatif. Anak jalanan ada yang tinggal di kota setempat, di kota lain
terdekat, atau di propinsi lain. Ada sebagian anak jalanan yang ibunya
tinggal di kota yang berbeda dengan tempat tinggal ayahnya, kondisi ini
dikarenakan pekerjaan, adanya konflik dalam rumah tangga. Ada anak
jalanan yang masih tinggal bersama keluarga, ada yang tinggal terpisah
tetapi masih sering pulang ke tempat keluarga, ada yang sama sekali tak
pernah tinggal bersama keluarganya atau bahkan ada anak yang tak
mengenal keluarganya.
Salah satu faktor yang menyebabkan anak menjadi anak jalanan
yaitu keadaan kota mengundang maraknya anak jalanan. Kota yang padat
penduduknya dan banyak keluarga bermasalah membuat anak yang kurang
gizi, kurang perhatian, kurang pendidikan, kurang kasih sayang dan
kehangatan jiwa, serta kehilangan hak untuk bermain, bergembira,
bermasyarakat, dan hidup merdeka, atau bahkan mengakibatkan anak-anak
dianiaya batin, fisik, dan seksual oleh keluarga, teman, atau orang lain
yang lebih dewasa. Menurut M. Ishaq (1998 : 20), ada tiga kategori
kegiatan anak jalanan, yakni : (1) mencari kepuasan (2) mengais nafkah
dan (3) tindakan asusila. Kegiatan anak jalanan itu erat kaitannya dengan
tempat mereka tinggal sehari-hari, yakni di alun-alun, bioskop, jalan raya,
simpang jalan, stasiun kereta api, terminal, pasar, pertokoan, dan mall.

Anak jalanan pada hakikatnya adalah "anak-anak", sama dengan


anak-anak lainnya yang bukan anak jalanan. Mereka membutuhkan
pendidikan. Pemenuhan pendidikan itu haruslah memperhatikan aspek
perkembangan fisik dan mental mereka karena anak bukanlah orang
dewasa yang berukuran kecil. Anak mempunyai dunianya sendiri dan
berbeda dengan orang dewasa. Masyarakat tak cukup memberinya makan
dan minum saja, atau hanya melindunginya di sebuah rumah, karena anak
membutuhkan kasih sayang. Kasih sayang adalah fundamen pendidikan.
Tanpa kasih, pendidikan ideal tak mungkin dijalankan. Pendidikan tanpa
cinta menjadi kering tak menarik. Model pembinaan terhadap anak jalanan
telah dilaksanakan oleh beberapa lembaga sosial terkait untuk mengatasi
anak jalanan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Saat ini upaya
pembinaan anak jalanan telah ditempuh dengan pengadaan programprogram tertentu, salah satunya yaitu program yang di miliki oleh Gerakan
Remaja Kujang ini.
Pada lembaga sosial terkait sebagai upaya pendidikan karakter
terhadap anak jalanan.Realita yang dapat dilihat dilapangan masih banyak
anak jalanan yang hidup dijalanan. Kompleksitas permasalahan anak
jalanan yang terus meningkat serta program yang belum dilaksanakan
secara efektif menyebabkan hasil penanganan anak jalanan belum optimal.
Secara bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan
menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan
kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Oleh karena itu,
jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka
dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk
kondisi-kondisi tertentu. Membentuk karakter tidak semudah memberi
nasihat, tidak semudah memberi instruksi, tetapi memerlukan kesabaran,
pembiasaan dan pengulangan

Proses pendidikan karakter merupakan keseluruhan proses


pendidikan yang dialami peserta didik sebagai pengalaman pendidikan
kepribadian melalui memahami dan mengalami sendiri nilai-nilai,
keutamaan-keutamaan moral, nilai-nilai ideal agama, dan nilai-nilai
moral.Lingkungan masyarakat juga sangat mempengaruhi terhadap
karakter dan watak seseorang. Lingkungan masyarakat luas sangat
memengaruhi terhadap keberhasilan penanaman nilai-nilai etika dan
estetika untuk pendidikan karakter.
Pendidikan pada hakekatnya bertujuan membentuk karakter anak
menjadi anak yang baik. Khusus untuk anak jalanan pendidikan luar
sekolah yang sesuai adalah dengan melakukan proses pembelajaran yang
dilaksanakan dalam wadah Rumah Singgah.
Rumah Singgah sebagai salah satu metode pendekatan terhadap
anak jalanan menjalankan berbagai macam program pelayanan untuk anak
jalanan. Setiap program yang dilaksanakan haruslah mendatangkan
manfaat dan kebutuhan anak jalanan itu sendiri. Rumah Singgah yang
menjadi objek dalam penelitian ini adalah Rumah Singgah Gerakan
Remaja Kujang, yang merupakan salah satu dari beberapa Organisasi yang
ada di kota Bogor. Rumah Singgah Gerakan Remaja Kujang sebagai
lembaga sosial non pemerintahan yang bergerak melakukan pembinaan
terhadap anak jalanan serta memonitoring perkembangan dan hambatanhambatan yang dialami mereka. Selanjutnya Rumah Singgah Gerakan
Remaja Kujang juga memiliki program-program antara lain program
keterampilan, kebersihan dan pendidikan karakter untuk anak-anak
jalanan.
Melihat program yang diberikan Gerakan Remaja Kujang kepada
anak jalanan menunjukkan bahwa Rumah Singgah tersebut cukup layak
dijadikan tempat untuk melihat keefektifan pelayanan suatu Rumah
Singgah.

Pendidikan

karakter

anak

jalanan

melalui

pendidikanyang dilaksanakan oleh Rumah Singgah Gerakan

program

Remaja sudah berjalan cukup lama, akan tetapi masih terdapat beberapa
permasalahan pada saat pelaksanaan dilapangan. Adapun beberapa
permasalahan yang muncul pada saat pelaksanaan yaitu terkait dengan
anak jalanan sendiri sebagai peserta didik yang terkadang masih labil,
selain itu dari faktor pendidik yang terkadang kurang disiplin waktu pada
saat pelaksanaannya.Kedua permasalahan tersebut dapat mengakibatkan
proses pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program
pendidikan tersebut menjadi kurang efektif.
Keberhasilan suatu Rumah Singgah dapat dilihat dari keberhasilan
program-program yang dilaksanakan. Untuk itu dalam penelitian ini,
penulis ingin mengetahui pelayanan suatu Rumah Singgah dalam
melaksanakan programnya terhadap pendidikan karakter individu anak
jalanan. Maka untuk mengetahui sejauh mana pelayanan program di
Rumah Singgah oleh Gerakan Remaja Kujang ini dalam menangani anak
jalanan ini maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
Subsitem Pendidikan Pada Rumah Singgah oleh Gerakan Remaja Kujang.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Jumlah anak jalanan yang hidup di jalanan di Kota Bogor semakin
meningkat.
2. Rendahnya tingkat pendidikan anak-anak jalanan yang turun ke
jalan.
3. Anak jalanan tumbuh dan berkembang dengan latar kehidupan
jalanan dan akrab dengan kemiskinan, penganiayaan, dan
hilangnya kasih sayang.
4. Keadaan kota mengundang maraknya anak jalan.

5. Masalah anak jalanan berkaitan dengan ketidakmampuan orang tua


dalam memenuhi kebutuhan keluarga.

C. Rumusan Masalah
Permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan karakter anak
jalanan melalui program pendidikan Rumah Singgah Gerakan Remaja
Kujang adalah:
1. Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan
melalui program pendidikan Rumah Singgah Gerakan Remaja
Kujang?
2. Apa saja faktor pendukung dalam pelaksanaan pendidikan karakter
anak jalanan melalui program pendidikan Rumah Singgah Gerakan
Remaja Kujang?
3. Apa saja faktor penghambat dalam pelaksanaan pendidikan
karakter anak jalanan melalui program pendidikan Rumah Singgah
Gerakan Remaja Kujang?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan dan uraian di atas, maka peneliti
menetapkan beberapa tujuan dalam penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan subsistem pendidikan pada rumah singgah
khususnya anak jalanan melalui pendidikan karakter di Rumah
Singgah Gerakan Remaja Kujang.
2. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat dalam
pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan
karakter rumah singgah .
3. Dapat mengaplikasikan pendidikan karakter anak jalanan dalam
kehidupan sehari-hari.

E. Manfaat Penelitian
Beberapa kegunaan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti
a. Membantu peneliti untuk mengetahui dan memahami pendidikan
karakter anak jalanan melalui program pendidikan karakter di
Rumah Singgah Gerakan Remaja Kujang.
b. Memperoleh pengalaman nyata dan mengetahui secara langsung
situasi dan kondisi yang nantinya akan menjadi bidang
garapannya.
c. Mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat di bangku perkuliahan.
2. Bagi Rumah Singgah Gerakan Remaja Kujang
a. Sebagai referensi untuk menambah wawasan dalam upaya
peningkatan keefektifan pendidikan anak jalanan melalui program
pendidikan.
b. Memberikan masukan terkait dengan pelaksanaan pendidikan
anak jalanan.
c. Mengetahui kelemahan dan kelebihan dalam pelaksanaan
pendidikan karakter anak jalanan.
3. Bagi Praktisi Pendidikan dan Akademisi
a. Dapat dijadikan bahan kajian untuk penelitian lebih lanjut
mengenai pendidikan karakter anak jalanan.
b. Memberikan kontribusi untuk pengembangan ilmu pendidikan
luar sekolah khususnya pendidikan karakter bagi anak jalanan
melalui program pendidikan Gerakan Remaja Kujang.
c. Wawasan pengetahuan mengenai pendidikan karakter anak
jalanan melalui program pendidikan Gerakan Remaja Kujang.

F. Tinjauan Kepustakaan
Berangkat dari pokok permasalahan di atas, maka kajian ini akan
memusatkan penelitian tentang PERAN RUMAH SINGGAH DALAM
PEMBINAAN PENDIDIKAN PADA ANAK JALANAN (Studi Analisis
di Rumah Singgah Gerakan Remaja Kujang)
Penelitian anak jalanan yang di lakukan oleh Nurul Farida pada
tahun 2000 dalam skripsinya yang berjudul: Gerakan Dakwah terhadap
Kaum Marginal (Studi Kasus Anak Jalanan di Kota Semarang). Pada
skripsi tersebut di jelaskan tentang dakwah yang efektif dalam menangani
anak jalanan di kota Semarang, bahwa dalam menangani anak jalanan
diperlukan adanya pendampingan yang intensif melalui dua model, yaitu
model rumah singgah dan model pesantren. Adapun perbedaan dengan
penelitian yang peneliti lakukan adalah terletak pada tema penelitian dan
area dan jenis penelitian. Pada skripsi tersebut memberikan penjelasan
berupa gerakan dakwah pada kaum marginal (anak jalanan) yaitu tentang
efektifitas dakwah pada kaum marginal, sedangkan pada penelitian yang
saya lakukan memberikan penjelasan tentang bagaimana peran Rumah
Singgah dalam pembinaan agama Islam pada anak jalanan. Dan penelitian
yang pernah di lakukan tersebut merupakan studi kasus dengan wilyah
yang lebih luas yaitu Kota Semarang. Sedangkan penelitian yang penulis
lakukan merupakan studi analisis yang berada pada suatu lembaga yaitu
Rumah Singgah Gerakan Remaja Kujang Bogor.
Untuk menindaklanjuti penelitian sebelumnya maka dalam
makalah ini, penulis ingin mengadakan penelitian lebih lanjut tentang
Peran Rumah Singgah dalam Pembinaan Pendidikan pada Anak Jalanan
(Studi Analaisis di Rumah Singgah Remaja Kujang Bogor).

10

G. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika ini terdiri dari tiga bagian besar yang
merupakan rangkaian beberapa bab yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Bagian muka terdiri dari: halaman judul, dan halaman daftar isi.
2. Bagian isi atau batang tubuh terdiri dari:
a. BAB I : PENDAHULUAN
Dalam Bab ini terdiri dari: Latar Belakang, Rumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Serta
Sistematika Penulisan.
b. BAB

II

RUMAH

SINGGAH

DAN

PEMBINAAN

PENDIDIKAN ANAK JALANAN


Dalam bab ini terdiri dari:
-

Rumah Singgah, yang berisi antara lain: Pengertian rumah


singgah, fungsi rumah singgah, tujuan rumah singgah,
prinsip-prinsip rumah singgah

Pembinaan Pendidikan pada Anak Jalanan terdiri dari:


Pendidikan meliputi: pengertian pendidikan, dan tujuan
pembinaan pendidikan

Anak jalanan meliputi: definisi anak jalanan, pengaruh sosial


dan moral pada anak jalanan, pembinaan pendidikan pada
anak jalanan

Peran Rumah Singgah Dalam Pembinaan Pendidikan Pada


Anak Jalanan

c. BAB III : RUMAH SINGGAH GERAKAN REMAJA KUJANG


BOGOR DALAM MEMBINA PENDIDIKAN PADA ANAK
JALANAN
Dalam bab ini meliputi Sejarah Berdirinya Rumah Singgah.

11

d. BAB IV : PERAN PEMBINAAN PENDIDIKAN PADA ANAK


JALANAN DI RUMAH SINGGAH REMAJA KUJANG
BOGOR
Dalam bab ini berisi: ringkas peran pembinaan pendidikan pada
anak jalanan di rumah singgah remaja kujang bogor
e.

BAB V : PENUTUP
Dalam bab ini terdiri dari Kesimpulan, Saran dan Penutup
3. Bagian akhir terdiri dari: Daftar Pustaka, Lampiran-Lampiran

BAB II
RUMAH SINGGAH DAN PEMBINAAN PENDIDIKAN
ANAK JALANAN

A. Rumah Singgah
1. Pengertian Rumah Singgah
Dalam pengertian Rumah Singgah secara terminologi rumah berarti
bangunan untuk tempat tinggal, sedangkan singgah adalah mampir atau
berhenti sebentar di suatu tempat ketika dalam perjalanan. Dari pengertian
diatas rumah singgah bisa diartikan sebagai bangunan atau tempat tinggal
yang di tempati dalam waktu yang tidak lama. Sedangkan secara etimologi,
Rumah Singgah adalah suatu wahana yang di persiapkan sebagai perantara
antara anak jalanan dengan pihak-pihak yang membantu mereka.Sedangkan
menurut M. Hakim Junaidi, Rumah Singgah merupakan suatu shelter yang
berfungsi sebagai tempat tinggal, pusat kegiatan dan pusat informasi bagi
anak jalanan. Dari pengertian diatas Rumah Singgah merupakan proses
informal yang memberikan suasana resosialisasi kepada anak jalanan
terhadap sistem nilai dan norma yang berlaku di masyarakat setempat.
Rumah Singgah merupakan tahap awal bagi seorang anak untuk
memperoleh pelayanan selanjutnya, oleh karenanya penting menciptakan
Rumah Singgah sebagai tempat yang aman, nyaman, menarik, dan
menyenangkan bagi anak jalanan sehingga anak akan selalu di Rumah
Singgah.

12

13

2. Fungsi Rumah Singgah


Adapun Rumah Singgah didirikan mempunyai beberapa fungsi:
- Tempat pertemuan pekerja sosial dengan anak jalanan untuk
menciptakan persahabatan, mengkaji kebutuhan, dan melakukan
-

kegiatan
Tempat untuk mengkaji kebutuhan dan masalah anak serta

menyediakan rujukan untuk pelayanan lanjutan


Perantara antara anak jalanan dengan keluarga, panti, keluarga

pengganti, dan lembaga lainnya


Perlindungan bagi anak dari

ekonomi, dan bentuk lainnya yang terjadi di jalanan


Pusat informasi berbagai hal yang berkaitan dengan kepentingan anak

kekerasan/penyalahgunaan

seks,

jalanan seperti data dan informasi tentang anak jalanan, bursa kerja,
-

pendidikan, kursus ketrampilan, dll


Mengembalikan dan menanamkan fungsi sosial anak dimana para
pekerja sosial diharapkan mampu mengatasi permasalahan anak
jalanan dan menumbuhkan keberfungsisosialan anak. Cara-cara
penanganan profesional dilakukan antara lain menggunakan konselor

yang sesuai dengan masalahnya.


Jalur masuk kepada berbagai pelayanan sosial dimana pekerja sosial

membantu anak mencapai pelayanan tersebut


Pengenalan nilai dan norma sosial pada anak. Lokasi Ruamh Singgah
berada di tengah-tengah lingkunagn masyarakat sebagai upaya
mengenalkan kembali norma, situasi, dan kehidupan bermasyarakat
bagi anak jalanan. Pada sisi lain mengarah pada pengakuan, tanggung
jawab, dan upaya warga masyarakat terhadap penanganan masalah
anak jalanan ini.

14

3. Tujuan Rumah Singgah


Tujuan umum Rumah Singgah adalah membantu anak jalanan
mengatasi

masalah-masalahnya

dan

menemukan

alternatif

untuk

pemenuhan kebutuhan hidupnya.


Sedangkan tujuan khusus adalah:
a. Membentuk kembali sikap dan perilaku yang sesuai dengan
nilai dan norma yang berlaku di masyarakat
b. Mengupayakan anak-anak kembali ke

rumah

jika

memungkinkan atau kepanti dan lembaga lainnya jika di


perlukan
c. Memberikan
pemenuhan

berbagai
kebutuhan

alternatif
anak

dan

pelayanan

untuk

menyiapkan

masa

depannya sehingga menjadi warga masyarakat yang


produktif.
Adapun tujuan Rumah Singgah secara umum dapat di jabarkan
sebagai wahana terhadap pembinaan anak-anak jalanan yang dilandasi
dengan sikap pembentukan sikap dan perilaku yang sesuai dengan normanorma yang berlaku termasuk pembentukan anak atas nilai-nilai atau
norma-norma termasuk nilai-nilai atau norma-norma agama.
4. Prinsip-prinsip Rumah Singgah
Prinsip-prinsip Rumah Singgah disusun sesuai dengan karakteristik
pribadi maupun kehidupan anak jalanan untuk memenuhi fungsi dan
mendukung strategi yang telah disebutkan sebelumnya.
Prinsip-prinsip tersebut adalah:
- Semi institusional, dalam bentuk ini anak jalanan sebagai
penerima layanan boleh bebas keluar masuk baik untuk
tinggal sementara maupun hanya mengikuti kegiatan.
Sebagai perbandingan, dalam bentuk institusional (panti)
anak-anak di tempatkan dalam panti dalam suatu jangka
waktu tertentu. Dalam bentuk non institusional (non panti)
anak-anak tinggal dengan orang tuanya dan pemberi

15

pelayanan mendatangi mereka atau anak mendatangi

lemabaga.
Pusat kegiatan,

Rumah

Singgah

merupakan

tempat

kegiatan, pusat informasi, dan akses seluruh kegiatan yang


-

dilakukan di dalam maupun di luar Rumah Singgah


Terbuka 24 jam, Rumah Singgah terbuka 24 jam bagi anak.
Mereka boleh datang kapan saja, siang hari maupun malam
hari terutama bagi anak yang baru mengenal Rumah
Singgah. Anak-anak yang sedang dibina, dilatih datang pada
jam yang telah ditentukan, misalnya paling malam jam
22.00 waktu setempat. Hal ini memberikan kesempatan
kepada anak jalanan untuk memperoleh perlindungan
kapanpun. Para pekerja sosial siap dikondisikan untuk
menerima anak dalam 24 jam tersebut, oleh karena itu harus

ada pekerja sosial yang tinggal di Rumah Singgah


Hubungan informal (kekeluargaan), Hubungan-hubungan
yang terjadi di Rumah Singgah bersifat informal seperti
perkawanan atau kekeluargaan. Anak jalanan di bimbing
untuk merasa sebagai anggota keluarga besar dimana para
pekerja sosial bereperan sebagai teman, saudara/kakak atau
orang

tua.

Hubungan

ini

membuat

anak

merasa

diperlakukan seperti anak lainnya dalam sebuah keluarga


dan merasa sejajar karena pekerja sosial menempatkan diri
sebagai teman dan sahabat. Dengan cara ini diharapkan
anak-anak mudah mengadukan keluhan, masalah, dan
kesulitannya
-

sehingga

memudahkan

penanganan

masalahnya.
Bermain dan belajar, di Rumah Singgah anak dibebaskan
untuk bermain, tidur, bercanda, bercengkrama, mandi,
belajar kebersihan diri, dsb. Perilaku yang negatif seperti
perjudian, merokok, minuman keras dan sejenisnya harus
dilarang. Dengan cara ini diharapkan anak-anak betah dan

16

terjaga dari pengaruh buruk. Peraturan dibuat dan di

sepakati bersama anak-anak


Persinggahan dari jalanan ke rumah atau ke alternatif lain,
Rumah Singgah merupakan persinggahan anak jalanan dari
situasi jalanan menuju situasi lain yang dipilih dan
ditentukan oleh anak, misalnya kembali ke rumah, ikut
saudara, masuk panti, kembali bersekolah, alih kerja di
tempat lain, dsb. pengertian singgah adalah sbb:
o Anak jalanan boleh tinggal sementara untuk tujuan
perlindungan, misalnya karena tidak punya rumah,
ancaman /kekerasan dari orang tua, dll. Biasanya hal ini
dihadapi anak yang hidup di jalanan yang tidak
mempunyai tempat tinggal
o Pada saat tinggal sementara mereka akan memperoleh
penanganan yang terus menerus dari pekerja sosial untuk
menemukan

situasi-situasi

seperti

tertera

diatas.

Sehingga mereka tidak tergantung terus kepada Rumah


Singgah
o Anak jalanan datang sewaktu-waktu untuk bercakapcakap, istirahat, bermain, mengikuti kegiatan
o Rumah Singgah tidak memperkenankan anak jalanan
untuk tinggal selamanya, misalnya karena tidak bayar
o Anak jalanan yang masih tinggal dengan orang tua atau
saudaranya atau sudah mempunyai tempat tinggal tetap
sendirian maupun berkelompok tidak di perkenankan
tinggal menetap di Rumah Singgah kecuali ada beberapa
situasi yang bersifat darurat. Anak jalanan yang sudah
mempunyai tempat tinggal tetap merupakan kondisi yang
lebih

bagus

dibandingkan

dengan

mereka

yang

membutuhkan Rumah Singgah sebagai tempat tinggal


sementara, seperti kelompok anak yang hidup dijalanan.

17

Partisipasi, kegiatan yang dilaksanakan di Rumah Singgah


didasarkan pada prinsip partisipasi dan kebersamaan.
Pekerja

sosial

dengan

anak

memahami

masalah,

merencanakan, dan merumuskan kegiatan. Anak dilatih


belajar mengatasi masalahnya dan merasa memiliki atau
-

memikirkan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan


Belajar bermasyarakat, anak jalanan seringkali menunjukan
sikap dan perilaku yang berbeda dengan norma masyarakat
karena lamanya mereka tinggal dijalanan.

B. Pembinaan Pendidikan Pada Anak Jalanan


1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan
kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke
generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.
Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga
memungkinkan secara otodidak.[1] Setiap pengalaman yang memiliki efek
formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap
pendidikan.

Pendidikan

umumnya

dibagi

menjadi

tahap

seperti

prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah dan kemudian perguruan


tinggi, universitas atau magang. Sebuah hak atas pendidikan telah diakui
oleh beberapa pemerintah. Pada tingkat global, Pasal 13 PBB 1966
Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya
mengakui hak setiap orang atas pendidikan. Meskipun pendidikan adalah
wajib di sebagian besar tempat sampai usia tertentu, bentuk pendidikan
dengan hadir di sekolah sering tidak dilakukan, dan sebagian kecil orang
tua memilih untuk pendidikan home-schooling, e-learning atau yang
serupa untuk anak-anak mereka.

18

2. Tujuan Pembinaan Pendidikan


Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang
dicapai oleh peserta didik setelah diselenggarakan kegiatan pendidikan.
Seluruhkegiatan pendidikan, yakni bimbingan pengajaran atau latihan, diar
ahkan untuk mencapai tujuan pendidikan itu. Dalam konteks ini tujuan
pendidikan merupakan komponendari sistem pendidikan yang menempati
kedudukan dan fungsi sentral.
Itu sebabnya setiap tenaga pendidikan perlu memahami dengan
baik tujuan pendidikan (Suardi, 2010:7). Dalam Suwarno (1992) terdapat
beberapa pengertian tujuan pendidikan menurut beberapa tokoh,
diantaranya :
a. Ki Hadjar Dewantoro
Tujuan pendidikan adalah mendidik anak agar menjadi manusia
yangsempurna hidupnya, yaitu kehidupan dan penghidupan
manusia

yang

selarasdengan

alamnya

(kodratnya)

dan

masyarakatnya.
b. Johan Amos Comenius (Austria, 15921670, tokoh aliran
realism pendidikan)
Tujuan pendidikan

adalah

membentuk

manusia

yang

mempunyai pengetahuan
kesusilaan dan kasalehan sebagai persiapan untuk
kehidupan diakherat.
c. John Locke (Inggris, 16321704, tokoh aliran Empirisme dalam
pendidikan)
Tujuan pendidikan adalah membentuk Gentlemen.
d. J.J. Rousseau (Perancis, 17121778, tokoh aliran Naturalisme)
Tujuan pendidikan adalah mempertahankan kebaikan yang ada
pada manusiamembentuk anak menjadi anggota masyarakat yang
natural.

19

e. John Heinrich Pestalozzi ( Swiss, 17461827, tokoh pendidikan


sosial)
Tujuan pendidikan adalah mempertinggi derajat rakyat (social
regeneration) dengan mengembangkan potensi jiwa anak secara
wajar.
f. Friedrich Frobel (Jerman, 17821852, tokoh pendidikan anakanak)
Tujuan pendidikan adalah membentuk anak menjadi makhluk aktif
dan kreatif.
g. Herbert Spencer (Inggris, 18201903, tokoh gerakan ilmiah
dalam pendidikan)
Tujuan pendidikan adalah mengilmiahkan usaha-usaha pendidikan,
serta membentuk manusia ilmiah.
h. John Dewey (Amerika, 18591952, tokoh pendidikan sosial)
Tujuan pendidikan adalah membentuk anak menjadi anggota
masyarakat yang baik, yaitu anggota masyarakat yang mempunyai
kecakapan praktis dandapat memecahkan problem sosial seharihari dengan baik.
i. George Kerchensteiner (Jerman, 18551932, tokoh pendidikan
kewarganegaraan)
Tujuan pendidikan adalah mendidik anak menjadi warga negara
yang baik.
j. Maria Montessori (Italia, 18701952, tokoh pendidikan kanakkanak)
Tujuan pendidikan adalah perkembangan anak secara bebas.
k.
Helen Parkhurst (Amerika, 18871900, tokoh pendidikan
individual)
Tujuan pendidikan adalah membentuk anak menjadi warga negara
yang baik. Karena pendidikan merupakan bimbingan terhadap
perkembangan manusia menuju ke arah cita-cita tertentu, maka
masalah pokok bagi pendidikanialah memilih arah atau tujuan.

20

C. Anak Jalanan
1. Definisi Anak Jalanan
Sedangkan definisi anak jalanan ada beberapa pengertian
-

Dalam buku Modul Pelatihan Pekerja Sosial Rumah Singgah Anak


Jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya
untuk mencari nafkah dan atau berkeliaran di jalanan atau tempattempat umum lainnya.

Odi Solahuddin juga mengatakan Anak Jalanan adalah seseorang


yang berumur di bawah 18 tahun yang menghabiskan sebagian atau
seluruh waktunya dijalanan dengan melakukan kegiatan-kegiatan
guna mendapatkan uang atau guna mempertahankan hidupnya.

Jadi anak jalanan adalah anak yang dibawah umur 18 tahun yang
menghabiskan waktunya mencari nafkah di jalanan atau tempattempat umum lainnya guna mempertahankan hidupnya. Dalam
istilah anak jalanan ini bukan asing lagi mengingat istilah ini sering
digunakan. Ada berbagai istilah yang digunakan untuk menyebut
anak jalanan seperti, tekyan (setitik tur lumayan), kere, gelandangan,
anak mandiri dan sebagainya. Sedangkan untuk anak jalanan
perempuan dikenal istilah ciblek (cilik-cilik betah melek atau cilikcilik iso di gemblek) dan rendan (kere dandan) . Sejauh ini masih
terlihat adanya perbedaan pemahaman atas istilah anak jalanan
dikalangan pemerintah, Organisasi Non-Pemerintah (Ornop) dan
masyarakat umum. Perbedaan ini menyangkut batasan umur,
hubungan anak dengan keluarga, dan kegiatan yang dilakukan
dengan memperhatikan perbedaan-perbedaan yang ada, yang
dimaksudkan dengan anak jalanan disini adalah :
a. Anak jalanan yang berusia antara 6 18 tahun
b. Berjenis kelamin lelaki dan perempuan
c. Tinggal maupun tidak tinggal dengan orang tuanya
d. Masih bersekolah maupun sudah putus sekolah
e. Mempunyai pekerjaan secara kontinyu maupun sambilan di jalan

21

Adapun ciri fisik dan psikis anak jalanan adalah sebagai berikut :

Ciri fisik:

a.

Warna kulit kusam

b.

Pakaian tidak terurus

c.

Rambut kusam

d.

Kondisi badan tidak terurus


-

Ciri psikis:

a.

Mobilitas tinggi

b.

Bersikap acuh tak acuh

c.

Penuh curiga

d.

Sangat sensitif

e.

Kreatif

f.Semangat hidup tinggi


g.

Berwatak keras

h.

Berani menaggung resiko

i. Mandiri.

Di samping ciri-ciri tersebut indikator yang dapat digunakan untuk


mengenali anak jalanan sebagai berikut:
-

Usia berkisar antara 6 s/d 18 tahun


Intensitas antar hubungan dengan keluarga masih berhubungan

secara teratur minimal bertemu setiap hari.


Frekuensi berkomunikasi dengan keluarga sangat minim, maksimal

satu kali seminggu


Sama sekali tidak ada komunikasi dengan dengan keluarga
Waktu yang dihabiskan dijalanan lebih dari 4 jam
Tempat tinggal
o Tinggal bersama orang tua
o Tinggal berkelompok dengan sesama anak jalanan
o Tidak mempunyai tempat tinggal tetap

22

Tempat anak jalanan sering dijumpai


o Pasar
o Terminal Bus
o Stasiun kereta api
o Taman-taman kota
o Daerah lokalisasi WTS
o Perempatan jalan atau di jalan raya
o Pusat perbelanjaan atau mall
o Kendaraan umum
o Tempat pembuangan sampah

Aktifitas anak jalanan


o Penyemir sepatu
o Mengasong
o Menjadi calo
o Menjajakan koran
o Mengelap mobil
o Mencuci kendaraan
o Menjadi pemulung
o Mengamen
o Menjadi kuli angkut
o Menyewakan payung
o Menjadi penghubung atau penjual jasa

Sumber dana dalam melakukan kegiatan


o Modal sendiri
o Modal kelompok
o Modal majikan / patron
o Stimulan / bantuan

23

Permasalahan
o Korban eksploitasi pekerjaan dan seks
o Rawan kecelakaan lalu lintas
o Di tangkap petugas
o Konflik dengan anak lain
o Terlibat tindakan kriminial
o Ditolak masyarakat lingkungannya

Kebutuhan anak jalanan


o Aman dalam keluarga
o Kasih sayang
o Bantuan usaha
o Pendidikan
o Bimbingan ketrampilan
o Gizi dan kesehatan
o Hubungan harmonis dengan orang tua, keluarga dan
masyarakat

2. Pengaruh Sosial dan Moral pada Anak Jalanan


Dari definisi anak jalanan diatas memperlihatkan faktor-faktor
terganggunya keberfungsian sosialnya anak. Konsep keberfungsian sosial
mengacu kepada situasi dan relasi anak-anak masih yang melahirkan
berbagai tugas atau peranan. Seorang anak setidaknya berada dalam situasi
rumah, sekolah, dan situasi lingkungan bermain. Dalam situasi tertentu
seperti belajar, mematuhi orang tua, bermain dan lain-lain. Keadaan
mencari nafkah atau berkeliaran dijalanan dengan menghabiskan waktu
yang sangat besar jelas menyimpang pada keberfungsian sosial.
Indikator

yang

jelas

dari

keberfungsian

sosial

adalah:

keberfungsian melatih diri sendiri, berhubungan dengan orang lain, dan


mengendalikan kesulitan. Indikator ini bisa dikaji dalam kehidupan anak
jalanan. Dengan demikian, dari sudut pandang ini anak jalanan bersalah

24

karena ada beberapa situasi, relasi dan peranan anak yang tidak dapat
dilakukan olehnya. Ada beberapa hak anak yang tidak terpenuhi, yaitu
pelayanan kesulitan, kehidupan standar seperti pemenuhan kebutuhan
makanan, air bersih, tempat untuk hidup, pendidikan, bermain dan waktu
luang, mempelajari norma-norma perlindungan dari eksploitasi seks,
perlindungan dari narkoba, perlindungan hukum memperoleh informasi
dan bimbingan untuk memainkan peranan pada masyarakat. sesuai tingkat
usia. Dan mendorong anak jalanan untuk kembali tinggal bersama orang
tua atau keluarganya, mengurangi kegiatan anak di jalan, membangun
kesadaran anak atas hak-hak mereka, membangun kesadaran anak
mengenai kesehatan reproduksi, pelayanan kesehatan, penyedian open
hause atau shelter.
Jalanan adalah tempat terakhir manakala keluarga dan masyarakat
tidak menghendaki seorang anak. Mereka hidup di jalanan di bawah
ancaman berbagai macam resiko. Anak membentuk dan mengembangkan
sikap yang berisi nilai-nilai hidup dijalanan. Seperti sikap curiga pada
orang yang baru dikenal. Menggunakan istilah bahasa sendiri dan
mengembangkan kreatifitas yang lahir dari mekanisme hidup dijalanan.
Pada umumnya nilai-nilai yang dikembangkan berbeda dengan
nilai-nilai yang dapat diterima oleh masyarakat. Terdapat kecendrungan
jalanan menjadi lembaga pengganti dan mengundang anak bermasalah
lainnya dalam keluarga untuk pindah dan tinggal dijalanan, tekanan
dijalanan dirasakan lebih ringan jika dibandingkan tekanan dirumah,
karena jalanan lebih memberikan kebebasan pada anak. Keadaan semacam
ini mendorong anak lebih berani meninggalkan orang tua dan memilih
hidup sdi jalanan. Peluang pekerjaan disektor informal yang semakin
meningkat melibatkan partisipasi anak. Oleh karena itu anak lebih merasa
nyaman di jalanan dan enggan pulang kembali ke rumah.
Pelanggaran-pelanggaran tentang hak anak akan berbahaya bagi
proses tumbuh kembang anak karena di jalan anak menghadapi berbagai
ancaman, seperti menjadi korban atau ekploitasi jelas, korban kejahatan

25

dan sebagainya, usia anak jalanan yang berkisar antara 6 sampai dengan
18 tahun dianggap rawan karena belum mampu berdiri sendiri, emosinya
labil, mudah terpengaruh dan belum mempunyai bekal pengetahuan dan
ketrampilan yang cukup untuk hidup di jalanan. Hal ini berarti anak masih
membutuhkan pendampingan dari berbagai pihak lain. Di jalanan memang
ada anak yang di bawah 5 tahun tapi mereka biasanya di bawa orang tua
atau di sewakan untuk mengemis hingga pada waktu 6 tahun biasanya
dilepas atau mengikuti temannya yang lebih tua.
Komparasi akibat prestasi menjauhkan anak dari masyarakat
umum, maka sangat mungkin tercipta kelompok baru oleh masyarakat
kota dan dengan sendirinya menambah permasalahan anak yang ada di
kota. Namun disisi lain anak, anak akan tumbuh menjadi lost generation
bisa jadi tak hanya menjadi beban masyarakat tetapi juga menimbulkan
dampak sosial yang besar karena mereka memasuki daerah hitam seperti
kriminalitas dan prostitusi. Dan dalam masyarakat mereka tidak lagi
menjunjung tinggi nilai-nilai moral yang ada. Karena masa remaja adalah
masa dimana remaja mulai ragu-ragu terhadap kaidah-kaidah akhlak dan
ketentuan agama. Apabila tidak cepat diatasi, maka mereka akan tumbuh
dan berkembang sebagai calon-calon pelaku kriminal dan sampah
masyarakat.
Berdasarkan kondisi dan individu anak jalanan maka di perlukan
penanganan pada tingkat mikro (faktor yang berhubungan dengan anak
dan keluarga) misalnya melalui pembinaan agama pada anak jalanan, dan
makro (faktor yang berhubungan dengan struktur yang ada di masyarakat)
guna memperbaiki kesejahteraan anak, keluarga dan masyarakat.

26

3. Pembinaan Pendidikan pada anak jalanan


Anak menentukan masa depan suatu bangsa oleh karena itu
kualitas hidup mereka harus mendapatkan perhatian serius. Pemerintah
yang tidak memperdulikan masalah anak berarti menghancurkan masa
depannya sendiri. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk melindungi
anak dalam upaya peningkatan standar hidup yang mencukupi bagi
perkembangan fisik, mental, moral maupun sosial. Masyarakat yang
diwakili organisasi sosial. Lembaga sosial kemasyarakatan, lembaga
swadaya masyarakat lembaga pendidikan tinggi (universitas) dan
masyarakat penguasa serta lembaga perlindungan hak anak, semestinya
bergandengan tangan dengan pemerintah bahu membahu mengentaskan
anak jalanan melalui pembinaan yang berdasarkan pada nilai-nilai agama.
Dan diharapkan nantinya anak jalanan mampu menjadi generasi penerus
yang berguna bagi bangsa dan agama.
Adapun tujuan pembinaan pendidikan dalam penilitian ini adalah
terbentuknya suatu usaha pembinaan yang mengarah kepada anak yaitu
anak jalanan untuk menjadi orang yang baik, mempunyai kepribadian
yang kuat, sikap mental yang sehat, akhlak yang terpuji serta
melaksanakan perintah agama dan kepatuhan kepada orang tua. Adapun
pembinaan-pembinaan dalam Rumah Singgah itu adalah Pembinaan Anak,
Keberagamaan Anak yang meliputi kenyakinan, praktek ibadah,
penghayatan, pengetahuan agama dan konsekuensi.

27

D. Peran Rumah Singgah dalam Pembinaan Pendidikan pada Anak Jalanan


Dalam penanganan masalah anak jalanan, haruslah dilakukan secara
terpadu oleh seluruh lapisan masyarakat. Bentuik pola penanganan rumah
singgah terhadap anak jalanan pada dasarnya sama, yaitu untuk diarahkan
pada tercapainya peningkatan kesejahteraan anak sehingga dapat tumbuh
berkembang secara wajar sesuai dengan tahapan usianya.
Pada dasarnya program yang dijalankan rumah singgaha adalah bersifat
umum, akan tetapi bila dilihat dari visi dan misinya yang terkadung di
dalamnya, maka dapat dilihat bahwa lembaga sosial atau rumah singga
tersebut tidak bersifat sektoral, akan tetapi lebih bersifat lintas sektoral.

BAB III
RUMAH SINGGAH GERAKAN REMAJA KUJANG BOGOR
DALAM MEMBINA PENDIDIKAN PADA ANAK JALANAN

A. Sejarah Berdirinya Rumah Singgah Remaja Kujang Bogor


GRAK! adalah singkatan dari Gerakan Remaja Kujang yang merupakan
sebuah organisasi kepemudaan yang berdomisili di Bogor. Organisasi ini
didirikan pada tanggal 26 November 2013 oleh sekumpulan pemuda yang haus
akan perubahan. Pembentukan GRAK! diawali dari inisiatif para pendiri yang
dulu terkumpul sebagai organizer suatu forum internasional yang juga
bernafaskan semangat perubahan. Dari semangat itulah, tercetus ide untuk
membuat sebuah organisasi kepemudaan yang diharapkan dapat berkontribusi
dalam pembentukan bangsa. Semangat awal yang pada akhirnya menjadi motor
pembentuk organisasi ini ialah kekhawatiran akan kurangnya wadah positif
untuk menyalurkan minat dan bakat para pemuda kota Bogor dan juga fakta
sosial yang menunjukkan maraknya budaya yang kurang layak di Indonesia,
khususnya kota Bogor. Sasaran utamanya adalah pemuda Indonesia, khususnya
kota Bogor. Hal yang melandasi pilihan sasaran ini ialah fakta bahwa pemuda
adalah generasi penerus dan penentu bangsa yang semestinya disibukkan oleh
kegiatan kegiatan positif yang nantinya akan menjadi sesuatu yang mereka
sumbangkan sebagai bentuk kontribusi terhadap Negara. Beri aku 10 pemuda,
dan akan kuguncangkan dunia!. Senada dengan apa yang dikatakan oleh
presiden pertama Republik Indonesia, kami percaya bahwa pemuda-lah yang
pada akhirnya dapat membawa Indonesia kearah yang lebih baik di masa
depan.
Cara yang kami tempuh untuk dapat mencapai tujuan adalah dengan
menciptakan program kerja sebanyak-banyaknya, yang pada akhirnya dapat
menyerap dan mewadahi minat dan bakat para pemuda di Indonesia khususnya
di kota Bogor. Gerakan Remaja Kujang menawarkan lingkungan positif yang
dimana pemuda dapat bebas mengekspresikan aspirasi mereka ke dalam

28

29

sebuah bentuk gerakan perubahan yang diharapkan dapat membawa dampak


yang baik pula bagi lingkungan dimana gerakan ini dilakukan. Selain
menciptakan program kerja sebanyak-banyaknya,

juga berusaha untuk

membudayakan positivisme kepada pemuda Indonesia khususnya kota Bogor


dengan menggunakan kekuatan tekhnologi dan media untuk merubah
pandangan masyarakat akan hal yang masih dianggap tabu untuk dilakukan
yaitu gerakan gerakan perubahan itu sendiri.
Program kerja Gerakan Remaja Kujang Yaitu, Yang Muda Yang Mengajar
ini dimaksudkan sebagai mediasi terhadap pemuda yang berjiwa sosial untuk
secara sukarela mengabdikan dirinya pada masyarakat, terutama kepada anakanak yang membutuhkan pendidikan memadai. Kewajiban yang terdidik
adalah mendidik. Dari nilai itu, diharapkan pemuda yang telah menerima
input yang sangat baik dapat mengapresiasikan ilmu yang mereka punya
kepada anak-anak yang membutuhkan. Karena bagi kami, ilmu itu bukan untuk
dihapal melainkan untuk memberi manfaat. Karena itulah, Yang Muda Yang
Mengajar hadir untuk memberikan manfaat kepada sesama melalui ilmu yang
kami punya. Maka dari itu terbentuk Rumah Singgah Remaja Kujang Bogor.

BAB IV
PERAN PEMBINAAN PENDIDIKAN PADA
ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH
REMAJA KUJANG BOGOR
Secara ringkas peran pembinaan pendidikan pada anak jalanan di rumah
singgah remaja kujang bogor antara lain :
o Sebagai tempat perlindungan dari berbagai bentuk kekerasan yang kerap
menimpa anak jalanan dari kekerasan dan prilaku penyimpangan seksual
ataupun berbagai bentuk kekerasan lainnya.
o Rehabilitasi, yaitu mengembalikan dan menanamkan fungsi sosial anak.
o Sebagai akses terhadap pelayanan, yaitu sebagai persinggahan sementara
anak jalanan dan sekaligus akses kepada berbagai pelayanan sosial seperti
pendidikan,dll. Lokasi rumah singgah yang berada ditengah-tengah
masyarakat yang memudahkan proses pendidikan dini, penanaman norma
dan resosialisasi bagi anak jalanan.
Telah dilakukan penelitian awal dimana lokasi penelitian dan melakukan
observasi mengenai rumah singgah. Dalam penelitian ini, yang menjadi objek
penelitian adalah Pembina rumah singgah remaja kujang bogor dan anak jalanan
yang terdapat di rumah singgah. Adapun yang menjadi masalah umum dalam
penelitian ini adalah Bagaimanakah pembinaan anak jalanan melalui rumah
singgah remaja kujang bogor?.Sedangkan masalah khususnya adalah bagaimana
pelaksanaan pembinaan, apa saja kegiatan yang dilakukan dalam pembinaan serta
kendala apa saja yang dihadapi selama pembinaan di rumah singgah remaja
kujang bogor?
Program kegiatan yang ada di 5 rumah singgah remaja kujag bogor meliputi
pembinaan pendidikan, sosial dan kerohanian.Pendekatan yang dilakukan pada

30

anak binaan lebih kepada masalah sosial anak serta pemberian binaan kerohanian
yang lebih. Pembinaan yang dilakukan di rumah singgah Holi tidak mengacu pada

30

31

standar layanan Dinas Sosial, karena lebih dipertimbangkan kepada masalah yang
ada di lingkungan sekitar anak jalanan. Kegiatan yang dilakukan meliputi
pembinaan rohani yang bertujuan untuk meningkatkan anak binaan agar selalu
beriman dan bertakwa kepada Sang Pencipta, disiplin diri dan disiplin waktu yang
dibina sejak anak masih dini, membina anak untuk memiliki hubungan sosial yang
baik antar sesama, dan mengajarkan anak pentingnya menjaga hidup bersih dan
sehat. Sejauh ini pembinaan di rumah singgah berjalan dengan baik, anak binaan
mulai terbentuk perilakunya, mereka disiplin dan hubungan sosial antar
temantemannya terbina dengan baik.Masalah pelajaran di sekolah yang kurang
dimengerti, anak binaan sering mendiskusikan kepada para Pembina.Walaupun
materi pelajaran yang ditekankan pada pembinaan di rumah singgah adalah
Bahasa Inggris dan Matematika, tetapi tidak menutup kemungkinan anak binaan
yang mengalami kesulitan di bidang studi yang lainnya dapat bertanya sesuai
dengan bidang studi tersebut. Kendala yang sering dihadapi dalam pelayanan
rumah singgah ini adalah masalah pendanaan dan tenaga sosial yang dibutuhkan
dalam membina anak jalanan. Demi keberhasilan pelayanan rumah singgah ini,
pembina mengharapkan dukungan dari berbagai pihak, baik itu dari masyarakat
sekitar maupun berbagai pihak yang mau ambil bagian dalam terlaksananya
pelayanan yang lebih baik di rumah singgah remaja kujang bogor.Semua anak
jalanan yang dibina berasal dari keluarga menengah ke bawah dan mereka
bersekolah di sekolah dasar negeri.Alasan utama mereka berada di jalanan
dikarenakan ekonomi yang kurang baik sehingga mengharuskan mereka
mencukupi kehidupan dengan cara mencari uang di jalanan. Selama mereka
bergabung dan dibina di rumah singgah remaja kujang bogor mereka menemukan
suatu keluarga kecil, mereka diberikan pendidikan tidak hanya dalam hal
akademik melainkan dalam hal sosial maupun kerohanian. Mereka juga dapat
menyalurkan bakat serta keterampilan yang dapat menjadi bekal untuk mereka ke
depan. Selama di rumah singgah, mereka merasa senang dan merasa diperhatikan,
mereka tidak lagi merasa sendiri tapi mereka mempunyai keluarga kecil yang
mereka bina di rumah singgah ,yang merupakan wadah tempat mereka berkumpul
dan saling berbagi kepada sesama. Hasil studi observasi menggambarkan kegiatan
pembinaan dilakukan beragam tidak hanya pembinaan dalam hal pendidikan saja

32

melainkan kegiatan lainnya, seperti kegiatan sosial, keterampilan serta kegiatan


rohani.Waktu pembinaan juga tidak dilakukan setiap hari melainkan pada hari
Senin, Rabu dan Jumat.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tentang pembinaan anak jalanan melalui rumah
singgah remaja kujang bogor, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1.

Pelaksanaan pembinaananak jalanan melaluirumah singgah remaja


kujang bogor
mengarahkan

bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai yang


anak

dengan

membekali

mental

spiritual

dan

keterampilan kepada anak binaan, sehingga dapat kembali melakukan


fungsi sosialnya di masyarakat, berguna dan produktif.Para pembina
memberikan contoh menjadi teladan yang disiplin juga dalam
memberikan pembinaan penuh kedisiplinan, supaya anak dalam
mengikuti pembinaan jugadisiplin dan mematuhi semua peraturan
yang ada.

2.

Kegiatan yang dilakukan dalam pembinaan anak jalanan melalui


rumah singgah remaja kujang bogor, agar berjalan tertib serta
sekaligus untuk melatih kedisiplinan anak, pihak rumah singgah
membuat jadwal kegiatan yang sifatnya tetap dan harus diikuti oleh
semua anak tanpa terkecuali, yang disertai sanksi yang tegas apabila
ada setiap pelanggaran yang terjadi. Sanksi itu biasanya berupa
hukuman yaitu penugasan untuk membersihkan lingkungan rumah
singgah.

3. Kendala yang sering dihadapi dalam pembinaan anak jalanan melalui


rumah singgah remaja kujang bogor adalah seperti masalah pendanaan
untuk pembinaan serta tenaga sosial yang diperlukan dalam
melakukan pembinaan, sarana serta prasarana cukup mendukung
hanya saja dibutuhkan juga biaya pemeliharaan.

33

34

B. Saran
Berdasarkan

hasil

penelitian

dan

kesimpulan

di

atas,

maka

dapatdisampaikan saran sebagai berikut:


1. Bagi rumah singgah remaja kujang bogor, pembinaan di rumah singgah
sudah baik, sehingga diharapkan dapat mempertahankannya dan
berusaha untuk meningkatkannya agar menjadi lebih baik lagi. Pembina
harus lebih sabar dalam membina anak di rumah singgah, khususnya
dalam membina anak jalanan yang nakal .
2. Bagi anak jalanan, hendaknya mengikuti pembinaan dengan sungguhsungguh, mematuhi semua peraturan yang berlaku dan berusaha
menambah pengetahuan mereka, misalnya dengan mengikuti secara
aktif kegiatan pendidikan pembinaan di rumah
3. Kendala yang sering dihadapi dalam pelayanan rumah singgah ini
adalah masalah pendanaan dan tenaga sosial yang dibutuhkan dalam
membina anak jalanan. Kiranya Pemerintah maupun Dinas Sosial serta
tenaga sosial dapat turut serta membantu dalam penyelesaian kendala
yang dihadapi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
http://e-journal.uajy.ac.id/621/1/0TA12500.pdf
http://anakampuz.blogspot.co.id/2010/10/rumah-singgah-solusi-tepat-untuk.html
http://ictforhumanity.or.id/pages/rumah-singgah-bina-anak-pertiwi
http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005sujudmukht-173-Bab2_119-9.pdf
http://repository.unib.ac.id/8906/2/I,II,III,I-14-ari-FK.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan
http://www.academia.edu/4563266/MAKALAH_TUJUAN_PENDIDIKAN

35

LAMPIRAN
Dokumentasi Gambar Remaja Kujang Bogor

36

36

36

36

36

Anda mungkin juga menyukai