LAPORAN INDIVIDU
Angkatan : V (Lima)
Kabupaten
: Teluk Bintuni
Provinsi
: Papua Barat
Nomor Peserta
: 2015061368
Nama Peserta
Program Studi
1. Keterlibatan Pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan maupun Bupati
terhadap
Program
SM-3T
Angkatan
di
lokasi
pengabdian
(Sekolah,
Kecamatan/distrik)
Teluk Bintuni adalah salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Papua Barat dan
menjadi satu tempat tujuan program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan
Tertinggal (SM-3T). Program SM-3T di Kabupaten teluk Bintuni mendapatkan respon
yang cukup positif dari pemerintah setempat, khususnya Dinas Pendidikan dan Bupati
Kabupaten Teluk Bintuni. Buktinya, Kabupaten ini menjadi salah satu tempat yang rutin
tiap tahunnya mendapatkan jatah penempatan gruru-guru SM-3T dari LPTK UNM. Secara
konstitusional pemerintah daerah dibawah kekuasaan negara memang harus bertanggung
jawab penuh atas terlaksananya pendidikan di wilayah daerah yang bersangkutan. Sejauh
ini secara umum saya memperhatikan bahwa intervensi pemerintah daerah terkait dengan
program SM-3T khususnya SM-3T Angkatan V bisa dikatakan sudah cukup baik namun
masih belum maksimal. Hal ini dapat terlihat dengan kedatangan kami guru SM-3T mulai
Angkatan I s.d Angkatan V yang diterima dengan baik di kabupaten ini akan tetapi perlu
kita ketahui program ini telah berjalan selama kurang lebih 5 (Lima) tahun atau dengan
kata lain SM-3T Angkatan V bukan lagi merupakan sesuatu yang asing di mata Pemda
setempat.
Oleh karena itu, sesuatu yang semestinya dilakukan oleh Pemda setempat adalah
bagaimana mereka melakukan feedback sebagai upaya sebagai timbal balik serta
menunjukkan respon mereka secara riil terhadap kontribusi SM-3T selama lima tahun
terakhir ini. Tendensi yang kami kemukakan tidak dalam maksud untuk mndapatkan
imbalan atas setiap tugas yang kami lakukan sebagai guru SM-3T, karena apa yang kami
lakukan ini memang murni pengabdian dari dalam hati. Tetapi, kami hanya ingin
mendapatkan perhatian yang layak. Perhatian yang kami maksudkan adalah adanya
pembenahan fasilitas misalnya tempat tinggal yang layak dll. Karena sebagaimana yang
saya alami di lapangan, penempatan di SMA Negeri Meyerga khususnya di Kampung
Meyerga Distrik Moskona Barat, perumahan guru-guru SMA ditempatkan di bekas
Puskesmas Pembantu (PUSTU) yang mana menurut kami sudah tidak layak huni lagi
karena beberapa bagian bangunannya sudah cukup rapuh dan lapuk untuk di tinggali.
Selain itu saya melihat kurangnya antusiasme Pemda, selama kami berangkat dari
Makassar baik itu kami berada di kota (lepas sambut) ataupun di lokasi penempatan (SMA
Negeri Meyerga Distrik Moskona Barat) belum pernah sekalipun kunjungan yang
dilakukan oleh Bupati kepada kami. Rencana kunjungan yang pernah di informasikan
yaitu tanggal 28 Oktober 2015 ke Distrik Moskona Barat pun tidak terealisasikan sehingga
rencana kami untuk komunikasi langsung (dialog ataupun musyawarah dsb.) dengan orang
nomor satu di kabupaten ini pun tidak ada. Terkait monitoring kegiatan, Bupati dan Dinas
terkait sesuai dengan bayangan kami adalah partner ataupun payung kami selama
menjalankan tugas di (Sekolah/Distrik). Namun yang kami temukan, terdapat programprogram yang sama sekali tidak ada Follow Up yang dilakukan terutama dari Dinas
terkait. Seperti contoh Program Pemberantasan Buta Huruf (PBH) maupun Program
Bimbingan Belajar Paket, kami sebagai pelaksana dilapangan sangat berharap adanya
monitoring dan evaluasi yang berkesinambungan yang Dinas lakukan, namun pada
kenyataannya tidak ada sama sekali. Padahal menurut kami itu adalah kesempatan yang
tepat untuk memberikan semangat kepada para peserta belajar serta mengecek sejauh
mana program tersebut berjalan untuk menentukan kebijakan yang perlu dilakukan ke
depannya.
2. Kekuatan hubungan Pemerintah daerah terhadap LPTK Universitas Negeri
Makassar dalam keterlibatan langsung SM-3T Angkatan 5 di lokasi pengabdian
(Sekolah, Kecamatan/distrik)
dapat sampai ke lokasi saya perlu berganti-ganti alat transportasi mulai dari menumpang
mobil Hilux, menyeberang dengan perahu Longboat, menumpang ojek motor hingga
berjalan kaki, yang kesemuanya transnportasi itu memakan biaya yang sangat mahal bagi
kantong kami.. Dikatakan Tertinggal karena Distrik Moskona Barat Jauh dari kesan
modern, jauh dari sentuhan teknologi canggih, jauh dari hiruk pikuk kota, karena di
Distrik ini tidak dilengkapi dengan aliran listrik, jaringan seluler, dan bahkan di saat-saat
tertentu kami harus berjalan kaki cukup jauh untuk bisa mendapatkan air bersih. Dari segi
pendidikan, jumlah tenaga guru yang ada di SMA Negeri Meyerga masih terkendala pada
kuantitas guru mata pelajaran. Dengan adanya peserta SM-3T tenaga guru sudah
bertambah meskipun itu belum tercukupi, namun masih terdapat kekurangan pada
kualifikasi guru yang belum sesuai (guru mengajar mata pelajaran tidak sesuai dengan
latar belakang pendidikan).
5. Peserta SM-3T Angkatan V di Distrik Moskona Barat
Kabupaten Teluk Bintuni mendapatkan kuota peserta sebanyak 40 orang. Distrik Moskona
Barat dengan pusat Distrik adalah Kampung Meyerga. Jumlah peserta SM-3T angkatan V
yang bertugas adalah 2 (dua) orang dari LPTK UNM, yaitu :
a. Muhammad Alauddin Nur, S.Pd, ( Pendidikan Bahasa Inggris)
b. La Ode Imba, S.Pd, (Pendidikan Biologi)
6. Peserta SM-3T Angkatan V di SMA Negeri Meyerga
SMA Negeri Meyerga. Jumlah guru SM-3T angkatan V yang bertugas di sekolah tersebut
sebanyak 2 (dua) orang dari LPTK UNM, yaitu :
a. Muhammad Alauddin Nur, S.Pd, ( Pendidikan Bahasa Inggris). Mata pelajaran yang
diajarkan yaitu Bahasa Inggris, TIK, dan Penjaskes.
b. La Ode Imba, S.Pd, (Pendidikan Biologi). Mata pelajaran ang diajarkan yaitu
Biologi, Kimia, dan Sejarah.
7. Ketepatan penempatan peserta SM-3T berdasarkan kesesuaian dengan kebutuhan
sekolah
Penempatan peserta SM-3T sudah sesuai dengan kebutuhan sekolah karena di
SMA Negeri Meyerga memang tidak memiliki guru mata pelajaran Bahasa Inggris dan
Biologi. Mengingat mata pelajaran Bahasa Inggris ini menjadi mapel yang akan masuk
dalam daftar Ujian Nasional (UN), jadi penempatan kedua peserta di SMA Negeri Meyado
sudah sangat tepat. Namun demikian, SMA Negeri Meyerga adalah sekolah yang baru
Moskona
Barat)
saya
Jumlah
Rombel
Jumlah Siswa
Kelas
X
Kelas XI Kelas XI
3
23
b. Guru
Seperti yang dijelaskan sebelumnya jumlah guru yang bertugas di SMA Negeri
Meyerga di luar guru SM-3T hanya ada 5 (lima) orang.
No
1.
Nama Guru
Esau G. Rumbiak
S.Pd
Jenis
kelamin
Status
Laki-laki
Kepala
Sekola
h
2.
Riwan, S.Pd
Laki-laki
Guru
3.
Muhammad
Laki-laki
Guru
Kualifika
si
S1
Pendidika
nGeografi
S1
Bahasa
Indonesia
S1
Pangkat
/Gol
III/a
Seritifikasi
Sudah Belu
m
-
Belu
m
Ket.
PNS
Honore
r
Sekolah
SM-3T
Laki-laki
Guru
5.
Perempua
n
Guru
6.
Fiktorani Tinenta,
S.Pd., Gr.
Perempua
n
Guru
7.
Samuel Manda,
S.Pd
Laki-laki
Guru
Pendidika
n
Ekonomi
S1 Penjas
S1
Matematik
a
S1
Ekonomi
S1
Matematik
a
SM-3T
III/a
Sudah
GGD
III/a
Sudah
GGD
Honore
r
Sekolah
Kondisi
Ruang
Jumlah
Berfungsi
Kelas
Mushollah
Laboratorium
Lab. komputer
Perpustakaan
Osis
Guru
KepalaSekolah
Bimbingan dan Konseling
WC Guru danPegawai
WC untuk Siswa
Gudang
Koperasi
Kantin
3
2
-
3
-
Tidak
Berfungsi
2
-
harus menghadapinya karena kondisi ideal secara umum biasanya hanya ditemui wilayah
perkotaan.
a. Program Kependidikan/ Lingkungan sekolah
Beberapa kendala yang ada berkaitan dengan kegiatan kependidikan dan situasi sekolah
tempat penulis mengabdi, yakni:
1) Bangunan/gedung milik sekolah SMA Negeri Meyerga belum ada sehingga
berpengaruh pada waktu belajar siswa yang harus belajar di siang hari karena
menumpang gedung SD/SMP.
2) Jumlah Guru yang masih sangat minim dan belum sesuai kualifikasi yang
dibutuhkan.
3) Semangat dan motivasi belajar siswa yang masih sangat-sangat rendah.
4) Tidak adanya buku pedoman/referensi untuk siswa.
5) Belum adanya perpustakaan, sehingga buku-buku tidak ada yang dapat dijadikan
sarana menemukan informasi bagi siswa dan guru.
b. Program Kemasyarakatan/Lingkungan
Dalam kaitannya dengan beberapa program kemasyarakatan, saya juga mendapatkan
kendala-kendala seperti :
1) Kendala yang pertama dimulai pada jarak Kota Kabupaten Teluk Bintuni menuju
Distrik Moskona Barat yang tergolong cukup jauh (sekitar 320 km) jarak tersebut
jika kondisi jalan aspal tentunya biasa saja namun yang ada adalah jalan berkerikil
koral serta berliku dan mendaki sehingga kadang menghambat perjalanan. Hal
tersebut menyebabkan bahan makanan, transportasi, dan informasi seperti
pengiriman berita berupa surat terkadang lambat.
2) Partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan masih sangat
kurang karena kebanyakan masyarakat lebih memilih untuk melakukan aktivitas
pribadinya demi kebutuhan keluarga. Sebagai contoh, dalam pembersihan tempat
pendirian Gereja baru. Waktunya harus diundur beberapa kali karena kurangnya
masyarakat yang ikut berpartisipasi.
3) Pengawasan pemilu dan kampanye parpol yang kurang ketat dan turut
mengikutsertakan anak kecil utamanya para siswa, menyebabkan banyaknya siswa
yang tidak masuk sekolah, bahkan ada beberapa hari dimasa kampanye calon Bupati
dan Wakil Bupati Kab. Teluk Bintuni dimana tidak ada seorang pun siswa yang
masuk sekolah akibat kelelahan dalam ikut kampanye salah satu pasangan Cabup
dan Cawabup tersebut.
4) Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan masih sangat minim.
5) Tidak adanya sumber listrik/jaringan komunikasi serta fasilitas seperti komputer
serta fotokopi sehingga mempersulit dalam urusan administrasi serta persuratan.
6) Harga barang-barang yang berkisar dua kali lipat atau lebih dari harga normal.
7) Kondisi tempat tinggal untuk guru sudah tidak layak.
8) Batas pergaulan dan kekerabatan antara warga hampir tidak ada. Rasa hormat
kepada yang lebih tua masih cenderung minim sehingga kadang terdengar kata-kata
yang tidak layak dan memicu pertengkaran.
9) Rasa takut yang berlebihan phobia terhadap kejahatan Suanggi yang menurut
masyarakat setempat adalah pembunuh bayaran. Hal ini biasanya membuat
mereka/siswa takut untuk keluar rumah dan pergi ke sekolah sehingga ketinggalan
pelajaran.
15. Rekomendasi Cara Penyelesaian Kendala/Hambatan di Lokasi Pengabdian
Berbagai upaya dalam menghadapi kendala-kendala telah kami lakukan. Namun
kami menyadari apa yang diupayakan sepenuhnya belum bisa memberikan hasil yang
maksimal :
a. Program Kependidikan/ Lingkungan sekolah
Adapun rekomendasi upaya yang dilakukan terkait dengan kendala-kendala yang
dihadapi dalam program kependidikan/lingkungan sekolah adalah, yakni:
1) Pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan harus tanggap dan bertindak cepat dalam
mengadakan pembangunan gedung sekolah dan fasilitas sekolah lainnya untuk SMA
Negeri Meyerga, demi meratanya tingkatan pendidikan di Kampung Meyerga.
Karena belajar pada siang bagi siswa sangat tidak efektif utamanya karakteristik
siswa di tempat ini mudah bosan dan punya banyak kegiatan di kebun yang biasanya
dilakukan bertepatan dengan jadwal sekolah mereka.
2) Pemerintah setidaknya merespon kekurangan guru dengan menempatkan guru-guru
yang profesional dan memiliki kualifikasi yang tepat terhadap kebutuhan guru di
sekolah, atau di SMAN Meyerga secara khusus, sehingga dapat memberikan sajian
pendidikan yang berkualitas demi terwujudnya pendidikan yang merata bagi seluruh
Bangsa Indonesia.
Pelaksanaan UN