Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PEREKONOMIAN INDONESIA

DAYA SAING DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

DI SUSUN OLEH :
NAMA : USMAN SAHI
NIM : E2114157

Universitas Icsan Gorontalo


Fakultas Ekonomi
2016-2017

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Sudah banyak laporan darisejumlah lembaga dunia maupun dari


hasil-hasil penelitian di dalam negri selama ini yang menunjukan,bahwa
Indonesia sebagai seubuah Negara besar di dunia yang memiliki
kekayan sumber daya produksi yang sangat banyak, khususnya SDM
Pemerintah sebagai penyelenggara negara pasti mengharapkan
masyarakat yang makmur, sejahtera, serta dapat memenuhi
kebutuhannya. Akan tetapi masih ada beberapa kebutuhan yang tidak
dapat dipenuhi dari dalam negeri sehingga membutuhkan kerja sama
dengan negara lain. Faktor itu sendiri disebabkan oleh perbedaan kondisi
ekonomi, perbedaan biaya produksi, perbedaan SDA, perbedaan SDM,
perbedaan IPTEK, perbedaan selera masyarakat dan tidak semua negara
dapat memproduksi sendiri barang yang dibutuhkan.
Perdagangan Bebas adalah proses kegiatan ekonomi yang
dilakukan dengan tidak adanya hambatan buatan (hambatan yang
diterapkan pemerintah) dalam perdagangan antar individual-individual
dan perusahaan-perusahaan yang berada di negara yang berbeda.
Dengan tidak adanya hambatan yang diterapkan pemerintah dalam
melaksanakan perdagangan, tentunya ada kebebasan aturan, cara, dan
jenis barang yang dijual. Maka, munculah persaingan dagang yang ketat
baik antar individu ataupun perusahaan yang berada di Negara yang
berbeda yaitu yang kita kenal dengan istilah ekspor dan impor atau
proses penjualan dan pembelian yang dilakukan antar Negara.

Kebebasan inilah yang dianggap lebih baik dalam melakukan


perdagangan dan persaingan karna perdagangan ini dapat dilakukan oleh
lebih darti dua negara di seluruh dunia dan negara tersebut secara bebas
masuk atau keluar ke negara lain untuk mempromosikan barang atau
jasanya.

BAB II
PEMBAHASAN
DAYA SAING DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN
A. DAYA SAING
Dalam Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses,
dinyatakan bahwa: daya saing adalah kemampuan untuk menunjukkan
hasil lebih baik, lebih cepat atau lebih bermakna . Kemampuan yang
dimaksud dalam Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tersebut meliputi:
(1) kemampuan memperkokoh posisi pasarnya,
(2) kemampuan menghubungkan dengan lingkungannya,
(3) kemampuan meningkatkan kinerja tanpa henti, dan
(4) kemampuan menegakkan posisi yang menguntungkan.
Daya saing mencakup daya saing negara, daya saing
perusahaan/industri, dan daya saing produk/komoditas.
1. Daya Saing Perusahaan
Sementara itu, daya saing perusahaan berbeda dengan daya saing
bangsa. Suatu perusahaan memiliki daya saing atau keunggulan
kompetitif (competitive advantage) ketika perusahaan tersebut
mempunyai sesuatu yang tidak dimiliki pesaing, melakukan sesuatu
lebih baik dari perusahaan lain, atau mampu melakukan sesuatu yang
tidak mampu dilakukan oleh perusahaan lain.
Menurut Michael Porter terdapat dua tipe dasar dari keunggulan
kompetitif, yaitu: cost advantage dan differentiation advantage. Suatu

keunggulan kompetitif muncul ketika sebuah perusahaan dapat


menghasilkan produk yang sama dengan yang dihasilkan pesaingnya
dengan biaya yang lebih rendah (cost advantage), atau menghasilkan
produk/jasa yang berbeda dan lebih baik dari yang dihasilkan
pesaingnya (differentiation advantage). Keunggulan kompetitif akan
memungkinkan perusahaan untuk menciptakan nilai lebih untuk
pelanggannya dan perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang lebih
tinggi.
2. Daya Saing Ekonomi
Daya saing adalah sebuah konsep yang cukup rumit, tidak ada satu
indikatorpun yang bisa digunakan untuk mengukur daya saing yang
memang sangat sulit untuk diukur .misalnya walaupun pangsa ekspor
indonesia untuk sebuah produk di pasar dunia adalah yang terbesar
,tidak bisa di pastikan bahwa hal ini menunjukan yang sebenarnya ,
banyak penyebab tingginya pangsa ekspor sebuah Negara misalnya ,
bisa saja Negara tersebut mempunyai kapasitas produksi yang paling
besar sedangkan masyarakat dunia sebenarnya lebih suka produk yang
sama Negara lain contohnya Cola-Cola dan Big Cola

B. Liberalisasi Perdagangan Internasional


liberalisasi perdagangan adalah suatu keadaan dimana perusahaan dan
individu bebas untuk menjual barang atau jasa melampaui batas wilayah
negaranya. Ini berarti termasuk di dalamnya adalah kebebasan untuk
mendirikan perusahaan di negara lain dan bagi individu untuk bekerja di
negara lain.

Dengan perdagangan bebas tidak ada lagi hambatan yang dibuat oleh
suatu negara dalam melakukan suatu transaksi perdagangan dengan
negara lainnya. Negara-negara di dunia atau yang terlibat langsung
dalam perdagangan bebas mempunyai hak untuk menjual produk baik
barang ataupun jasa terhadap negara lain tanpa harus dibebani oleh
batasanbatasan pajak atau bea masuk.
Dengan adanya perdagangan bebas, diharapkan interaksi antarnegara
dalam perdagangan menjadi lebih intensif tanpa harus dibatasi oleh
peraturan yang membelenggu di dalam negeri negara tujuan. Adanya
liberalisasi merupakan arus pemikiran umum yang muncul sebagai
respon perkembangan dunia yang sangat dinamis, progresif
dan berkarakter multidimensi.Karakter multidimensi ini berdasarkan
pada sebuah teori yang dikemukakan oleh Talcott Parson. Proses
perkembangan liberalisasi dalam fase awal akan mempengaruhi orientasi
ekonomi dan struktur politik hingga menjalar pada struktur sosial. Pada
fase terakhir, kondisi ini akan merombak tatanan budaya suatu
komunitas tertentu.
Apabila dilihat dari sejarahnya, konsep liberalisasi perdagangan
jasa bukan berasal dari kebudayaan asli bangsa Indonesia, maka
fenomena seperti ini nampaknya sulit untuk dipahami dan diterima oleh
masyarakat. Selain itu, nampaknya ada persoalan dalam hal konsistensi
diseminasi informasi dan peningkatan keahlian dan wawasan mengenai
masalah ini di berbagai bidang kehidupan, sehingga isu liberalisasi
perdagangan jasa selalu dianggap sebagai sesuatu yang baru. Terlepas
dari kondisi tersebut, liberalisasi perdagangan jasa merupakan fakta
yang perlu dipahami oleh masyarakat karena pengaruhnya sangat besar
dalam kehidupan keseharian masyarakat itu sendiri.
Bagian Eropa barat proses integrasi ekonomi dan politik yang berjalan
sejak akhir perang dunia II telah mewujudkan masyarakat Eropa yang
semakin terintegrasi dengan perjajanjian Maastricht, yang membuat
Eropa barat semakin mengarah kepada unifikasi politik maupun
ekonomi. Eropa tengah, negara-negara yang pada periode perang dingin

merupakan bagian dari Uni Soviet (Hungaria, Polandia, Cekoslovakia)


juga semakin terintegrasi ke dalam sistem Eropa barat. Begitu pula
dengan negaranegara di kawasan Baltik yang semakin masuk kedalam
zona Deutsche Mark kedalam kegiatan ekonominya Ibid.
Dengan demikian maka kekuatan ekonomi pada periode ini terpusat
pada tiga kekuatan besar, yakni Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang
yang pada gilirannya akan diimbangi oleh Cina. Pada periode ini,
kemudian timbul rivalitas baru antara negara-negara, namun dalam
bidang ekonomi.

BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
Liberalisasi ekonomi merupakan sebuah paham atau sistem ekonomi
yang menempatkan peran swasta sebagai tokoh utama dari pelaku
ekonomi. Dalam ekonomi liberal, peran pemerintah tidak diperkenankan
turut campur. Semuanya diatur oleh swasta ataupun individu pemilik
modal.
Dalam prakteknya di Indonesia liberalisasi ini diwujudkan dalam
berbagai kebijaksanaan deregulasi baik di sektor perdagangan keuangan
ataupun sektor riil khususnya manufaktur. Liberalisasi juga mencakup
bidang penanaman modal asing (PMA). Kebijaksanaan liberalisasi telah
menunjukkan manfaat antara lain berupa meningkatnya ekspor produk
padat rakyat meningkatnya tabungan masyarakat dan lebih efisiennya
produksi di beberapa jenis industri.
Akibat dari kebijaksanaan liberalisasi adalah semakin dominannya
modal kuat domestik dan asing dalam menguasai pasar dosmetik.
Liberalisasi yang dimaksudkan memberikan kesempatan kepada
mekanisme pasar dalam bersaing yang sehat berubah menjadi pasar yang
oligopolistis. Dominasi ini mencakup hampir seluruh sektor
perekonomian mulai dari sektor keuangan, perdagangan sampai
produksi di sektor manufaktur.

Strategi yang harus dilakukan Indonesia untuk menghadapi liberalisasi


perdagangan adalah dengan strategi jangka menengah panjang, yakni
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI). "Kuncinya SDM dan teknologi dengan membangun pusatpusat pertumbuhan dan the center of excellent. pemerintah membentuk
tim komite untuk menghadapi liberalisasi.

Anda mungkin juga menyukai