Anda di halaman 1dari 3

Kajian mengenai keluarnya peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.

I/PERMENKP/2015
Tentang
Penangkapan LOBSTER (Panulirus spp.), KEPITING (Scylla spp.), dan Rajungan
(Portunus pelagicus spp.)
Kondisi perikanan dan kelautan Indonesia mengalami perkembangan yang sangat
signifikan dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir terutama dari sector perikanan tangkap.
Ini dibuktikan dengan Total volume ekspor hasil perikanan Indonesia mengalami peningkatan
sebesar 6,02 persen pada tahun 2012 , dari 1.159 juta ton pada tahun 2011 menjadi sebesar 1.229
juta ton. Sedangkan berdasarkan nilai, dibanding dengan tahun 2011, total nilai ekspor ditandai
dengan kenaikan nilaiekspor hasil perikanan tahun 2012 sebesar 9,44 persen, dari US$3,52
miliar menjadi US$3,85 miliar pada tahun 2012. (statistik.kkp.go.id, 2012)
Beberapa contoh komoditas ekspor kelautan dan perikanan Indonesia adalah LOBSTER
(Panulirus spp.), KEPITING (Scylla spp.), dan Rajungan (Portunus pelagicus spp.). Komoditas
ini sangat diminati oleh pasar luar negeri terutama Negara-negara di benua amerika serta di
beberapa kawasan asia misalnya Hongkong dan jepang. Pasar luar negeri sangat berminat
dengan Lobster, kepiting serta rajungan dari Indonesia karena memiliki rasa yang lebih enak
daripada yang berasal dari kawasan lain.
Besarnya nilai ekspor tersebut tentunya harus diimbangi dengan ketersediaan stok yang
memadai bukan hanya untuk kurun waktu bulanan, namun juga dalam kurun waktu tahunan
bahkan puluhan tahun. Mengingat hal tersebut maka pemerintah melalui kementerian kelautan
dan perikanan telah mengeluarkan Peraturan Menteri No. I/PERMEN-KP/2015 Tentang
Penangkapan LOBSTER (Panulirus spp.), KEPITING (Scylla spp.), dan Rajungan (Portunus
pelagicus spp.)
Menanggapi keluarnya peraturan tersebut tentunya penting bagi kami untuk mengkaji
serta menelaah bagimana dampak dikeluarkannya peraturan tersebut bagi lingkungan serta bagi
masyarakat khususnya masyarakat nelayan. Secara biologi, LOBSTER (Panulirus spp.),
KEPITING (Scylla spp.) dan Rajungan (Portunus pelagicus spp) merupakan biota laut dari
subfilum crustacea yang mempunyai habitat hidup di perairan laut. Ketiga spesies tersebut
berkembang biak dengan cara bertelur dan mempunyai siklus perkembanganbiakan secara

periodik mulai dari telur,larva, spesies muda sampai dewasa. Untuk mencapai setiap siklus
tersebut tentunya diperlukan rentangan waktu tertentu. Dalam rentangan tersebut seharusnya
keberadaaan dari masing-masing siklus tersebut tidak mengalami gangguan sehingga keberadaan
spesies dewasa masih tetap terjaaga. Hal ini juga berperan demi keseimbangan ekosistem
perairan. Sehingga dengan adanya pembatasan penangkapan LOBSTER (Panulirus spp.),
KEPITING (Scylla spp.), dan Rajungan (Portunus pelagicus spp.) dalam kondisi bertelur dapat
membantu menjaga ketersediaan spesies tersebut untuk kondisi berkelanjutan.
Secara ekonomis keluarnya peraturan menteri ini telah menimbulkan berbagai polemik di
masyarakat terutama masyarakat nelaayan. Beberapa masyarakat nelayan menanggapi positif
dengan terbitnya kebijakan ini, namun ada pula yang menanggapi negatif dengan terbitnya
peraturan ini. Masyarakat yang menolak berdalih bahwa dengan keluarnya peraturan ini akan
mengurangi hasil tangkapan nelayan sehingga akan mengurangi pendapatan nelayan mengingat
LOBSTER (Panulirus spp.), KEPITING (Scylla spp.), dan Rajungan (Portunus pelagicus spp.)
merupakan komuditas ekspor yang bernilai ekonomis tinggi.
Mengingat keluarnya peraturan ini memiliki pengaruh terhadap masyarakat, maka
penting bagi kami dari Kementerian Kajian, Aksi dan Kebijakaan Publik untuk menanggapi
kebijakan ini. Sebenarnya jika kita lihat secara kacamata biologis kebijakan ini akan berdampak
positif terhadap keberlangsungan ekosistem perairan dalam jangka waktu yang lama. Jika
dikaitkan dengan nilai ekonomis, dikeluarkannya peraturan ini tidak serta-merta akan berdampak
negatif terhadap masyarakat. Hal ini karena dengan terbitnya peraturan ini maka keberadaan
komoditas LOBSTER (Panulirus spp.), KEPITING (Scylla spp.), dan Rajungan (Portunus
pelagicus spp.) dapat dijaga kelestariannya dan ketersediaannya sehingga nantinya komoditas ini
tidak akan menjadi barang langka di perairan Indonesia.
Memang pada kenyataannya tidak mudah untuk beradaptasi dengan kebijakan ini apalagi
bagi masyarakat nelayan yang telah sekian lama menggantungkan hidupnya dari menangkap
LOBSTER (Panulirus spp.), KEPITING (Scylla spp.), dan Rajungan (Portunus pelagicus spp.).
Namun perlu disadari pula oleh masyarakat bahwa komoditas ini ketersediannya akan berkurang
seiring jalannya waktu jika kita tidak tepat dalam menjaga kelestariannya. Dengan terbitnya
peraturan ini pemerintah melalui kementerian kelautan dan perikanan telah mempertimbangkan
keberadaan komoditas ini agar bisa menjadi sumber daya yang berkelanjutan.

Kami dapat menawarkan usul kepada pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan yang
dapat menolong nelayan sehingga tidak terganggu pendapatannya. Misalnya pemerintah dapat
mengeluarkan kebijakan untuk membeli hasil tangkapan nelayan yang tidak sesuai ketentuan
dalam peraturan yang telah diterbitkan untuk selanjutnya dapat ditangkarkan oleh sampai nanti
siap untuk dijual.
Demikian

beberapa

kajian

yang

dapat

kami

sampaikan

dalam

menanggapi

peerkembangkan di masyarakat terkait dengan terbitnya peraturan Menteri Kelautan dan


Perikanan No. I/PERMEN-KP/2015 Tentang Penangkapan Lobster (Panulirus spp.), Kepiting
(Scylla spp.), dan Rajungan (Portunus pelagicus spp.).
Hidup Mahasiswa Indonesia!!
Hidup Rakyat Indonesia!!
Semoga apa yang kami perjuangkan dapat memberi dampak positif kepada masyarakat, bangsa
dan Negara
Salam Aksi Inspiratif,
Kementerian Kajian, Aksi dan Kebijakan Publik
BEM-PM Universitas Udayana

Anda mungkin juga menyukai