Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
Salsabila
(30701201153)
Aldilla Midodes
(3070141407)
Dio Hardiansyah
(30701401438)
(30701401506)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia memiliki caranya masing-masing untuk mengekspresikan apa yang
dirasakan oleh dirinya. Emosi adalah perasaan yang dapat diekspresikan dengan berbagai
macam cara seperti; menangis untuk perasaan yang membuat sedih atau perasaan yang
membuat bahagia, tertawa merupakan ekspresi dari perasaan atau hal-hal yang membuat
bahagia dan tertawa juga merupakan sebuah ekspresi ketika melihat atau mendengar halhal yang dianggap lucu, lalu membentak atau berteriak merupakan sebuah ekspresi dari
emosi marah, dan lain-lainnya. Kebanyakan orang mengenal emosi adalah sesuatu yang
membuat marah atau gusar, namun pada kebenarannya emosi dapat dikatakan sebagai
perasaan-perasaan yang kemudian dapat diekspresikan.
Emosi merupakan hal yang harus dapat dikontrol oleh setiap orang, karena jika
emosi tidak dapat dikontrol akan menyebabkan kerugian, baik secara fisik maupun
psikologis bagi individu tersebut. Sulitnya atau ketidakmampuan individu dalam
mengontrol emosinya tidak hanya berimbas pada kondisi fisik dan psikologis individu
tersebut, namun juga berimbas pada kondisi lingkungan tempat individu bersosialisasi.
Lingkungan individu akan merasa tidak nyaman karena sikap individu yang dianggap
terlalu berlebihan dalam mengekspresikan emosinya, sehingga hal ini dapat membuat
individu dikucilkan, merasa sendirian, terasing, dan merasa tidak-dipedulikan.
Emosi dapat disebut juga mood. Faktor sehari-hari yang mempengaruhi mood
seperti putus dengan kekasih, kerabat dekat atau teman meninggal dunia, gagal dalam
ujian masuk universitas atau gagal ujian sekolah, kehilangan benda favorit atau, atau
kehilangan-kehilangan barang yang dianggap penting dapat membuat seseorang
mengalami emosi sedih yang dapat menyebabkan stres, sedih atau depresi yang
berkepanjangan. Hal ini yang kemudian dapat dikategorikan sebagai gangguan mood dan
hal ini kemudian dapat merujuk kepada bunuh diri. Gangguan mood merupakan faktor
yang cukup berpengaruh menyebabkan seseorang untuk bunuh diri.
Makalah ini diharapkan dapat memberi pengetahuan yang mendalam mengenai
Gangguan Mood dan Bunuh Diri. Makalah ini dapat dijadikan bahan acuan dan
pembelajaran bagi pembaca. Sehingga diharapkan pembaca dapat mengatasi tekanan
yang dialami dan lebih memaknai hidup dengan belajar dari kondisi yang ada pada diri
pembaca.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan diajukan dalam
makalah adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan gangguan mood dan bunuh diri?
2. Apa saja gejala dan simtom gangguan mood dan bunuh diri?
3. Apa saja tipe dan karakteristik gangguan mood dan bunuh diri?
4. Apa saja teori tentang gangguan mood dan bunuh diri?
5. Bagaimana perspektif gangguan mood dan bunuh diri?
6. Bagaimana terapi dan penanganan gangguan mood dan bunuh diri?
C. Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
D. Manfaat
Manfaat secara teoritis :
Makalah ini diharapkan dapat memberi sumbangan atau kontribusi bagi pengembangan
ilmu pengetahuan dan penerapannya, khususnya di bidang psikologi Klinis.
Manfaat secara praktis :
Bagi mahasiswa makalah ini bermanfaat untuk mengaplikasikan teori-teori gangguan
mood kedalam kasus-kasus yang terjadi sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
kehidupan manusia ini sedikit banyak akan memberi pengaruh yang kuat terhadap
cara mereka dalam berinteraksi (Meier, 2000: 8-9).
Freud mengemukakan hipotesis bahwa setelah kehilangan seseorang yang
dicintai karena kematian, atau yang paling umum terjadi pada anak-anak perpisahan
atau berkurangnya kasih sayang, individu yang bersangkutan kemudian meleburkan
dirinya dengan orang yang meninggalkannya. Hal ini mungkin sebagai upaya yang
bisa dikatakan sia-sia untuk mengembalikan kehilangan tersebut. Freud berpendapat
bahwa secara tidak sadar kita menyimpan berbagai perasaan negatif terhadap orangorang yang kita cintai, lalu kemudian orang yang bersangkutan kemudian menjadi
objek kebencian dan kemarahannya sendiri.
B. Tipe-tipe dan Karakteristik Gangguan Mood
Seseorang dengan gangguan mood (mood disorder) mengalami gangguan
mood yang cukup parah atau berlangsung dalam jangka waktu yang lama sehingga
mengganggu individu tersebut ketika melakukan kegiatan sehari-hari. Gangguan
mood terbagi menjadi dua kategori, yaitu;
1. Gangguan Depresi (Gangguan Unipolar)
Gangguan Depresi dianggap sebagai gangguan unipolar dikarenakan
gangguan ini mengacu pada suatu kutub, atau satu arah, tunggal. Nevid dkk,
pada bukunya yang berjudul Abnormal Psychology menggambarkan ciri-ciri
umum dari depresi yaitu:
Perubahan pada kondisi emosional yang dimana mood mengalami
perubahan sehingga munculnya periode perasaan terpuruk secara terusmenerus, depresi, sedih atau muram, selalu menangis, meningkatnya
iritabilitas (mudah tersinggung), mengalami kegelisahan, dan kehilangan
kesabaran.
Mood yang depresi, sedih dan tertekan hampir sepanjang hari, dan
hampir setiap hari. Dapat berupa mood yang mudah tersinggung
makan.
Setiap hari (atau hampir setiap hari) mengalami insomnia atau
setiap hari.
Perasaan lelah atau kehilangan energi hampir setiap hari.
Perasaan tidak berharga atau salah tempat ataupun rasa bersalah
yang berlebihan atau tidak tepat hampir tiap hari.
depresi yang membuat orang menjadi tidak aktif dan menarik diri dari
lingkungan sosial.
Penurunan dalam tingkatan reinforcement dapat terjadi karena banyak
alasan. Reinforcement sosial dapat hilang saat orang terdekat menjadi pemberi
reinforcement, meninggal atau meninggalkan seseorang yang lain. Orang yang
menderita kehilangan sosial lebih cenderung menjadi depresi bila mereka
kurang memiliki keterampilan sosial dalam membentuk hubungan baru.
Perubahan dalam kondisi kehidupan juga dapat merubah keseimbangan antara
usaha dan reinforcement.
6. Teori Interpersonal Depresi
Orang yang depresi akan memicu reaksi negatif dari orang lain sehingga
orang yang depresi merasa kurangnya dukungan sosial. Jika orang yang
depresi memberikan reaksi negatif maka respon yang diterima dari orang lain
pun akan negatif. Contohnya, orang lain dapat menganggap hal ini sebagai
sesuatu yang menyebalkan: berbicara sangat lambat, dengan banyak jeda dan
keengganan; keterbukaan diri yang negatif; lebih banyak afek negatif; jarang
melakukan kontak mata; dan sedikitnya ekspresi wajah yang positif serta lebih
banyak ekspresi wajah yang negatif (Field, 1995; Gotlib & Robinson, 1982;
Gottman & Krokoff, 1989; Smith, Vivian, & OLeary, 1990 dalam Davison
dkk., 2006).
7. Teori Psikologis Gangguan Bipolar
Seperti depresi unipolar, stres kehidupan tampaknya berperan penting
dalam memicu berubah-ubahnya mood pada gangguan bipolar (Johnson &
Miller, 1997; Malkoff-Schwartz dkk., 1998 dalam Davison dkk., 2006). Dalam
suatu studi mengenai faktor-faktor kognitif, gaya atribusional dan sikap
disfungsional bersama dengan peristiwa negatif dalam hidup memprediksi
meningkatnya simtom-simtom depresi pada pasien bipolar (Reilly-Harrington
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Gangguan mood mencakup gangguan emosi yang menyebabkan
ketidakberfungsian seseorang. DSM-IV-TR mencantumkan dua jenis utama gangguan
mood: gangguan depresi mayor dan gangguan bipolar. DSM-IV-TR juga
mencantumkan dua gangguan mood kronis yaitu siklotimia dan distimia.
Berbagai teori psikologi tentang depresi mencakup psikoanalisis, kognitif,
belajar, humanistik, dan interpersonal. Berbagai terapi psikologis efektif bagi depresi.
Berbagai penanganan biologis sering kali digunakan bersama dengan penanganan
psikologis.
Kecenderungan untuk melenyapkan diri sendiri dengan bunuh diri tidak
terbatas pada orang yang mengalami depresi. Sebagian besar perspektif bunuh
diri menganggapnya sebagai tindakan yang biasanya didasari keputusasaan
untuk mengakhiri eksistensi yang dirasakan tidak tertahankan bagi seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Davison, Gerarld C., Jhon M. Neale, Ann M. Kring. 2006. Psikologi Abnormal Ed. ke-9.
Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.
Nevid, Jeffrey S., Spencer A. Rathus, Beverly Greene. 2005. Psikologi Abnormal Ed. Ke-5
Jilid I. Jakarta. Erlangga.