Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN HASIL OBSERVASI

ILMU DAN TEKNOLOGI BAHAN

Proses Pembuatan Beton

DisusunOleh:
Nama : Ratih Oktaviani P. N.
NIM : 5113415021

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL S1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan hasil observasi
dengan judul Proses Pembuatan Beton.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada pihak perusahaan yang telah
mengizinkan

untuk melakukan observasi ini di perusahaan tersebut , khususnya bagi

Pimpinan Perusahaan dan staf yang berhubungan dengan observasi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu dan
Teknologi Bahan. Observasi ini dilaksanakan pada tanggal 28 September 2015 bertempat di
PT Jati Kencana Beton.
Demi kesempurnaan penulisan laporan ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca. Dengan terselesaikannya penulisan laporan ini, penulis
mengharapkan banyak manfaat yang dapat diambil.

Semarang, 12 September 2015

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... I
DAFTAR ISI ...........................................................................................................II
BAB I : PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan...................................................................................................... 1
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ................................................................ 1
1.4 Manfaat..................................................................................................... 1
BAB II : HASIL OBSERVASI ................................................................................ 2
2.1 Pengertian Beton ..................................................................................... 2
2.2 Bahan Penyusun Pembuat Beton ............................................................. 2
2.3 Perbandingan bahan-bahan penyusun beton pada proses mix desain ........ 5
2.4 Pengujian material penyusun beton agar sesuai standart .......................... 6
2.5 Pengadukan beton ................................................................................... 7
2.6 Alat yang digunakan untuk pembuatan beton secara automatic yaitu ....... 8
2.7 Proses Produksi ....................................................................................... 8
2.8 Bahan tambah kimia pada pembuatan beton ............................................ 8
2.9 Proses Perawatan Beton..........................................................................11
2.10 Senyawa kimia untuk perawatan beton ...................................................11
BAB III : KESIMPULAN ......................................................................................................12
LAMPIRAN 1.........................................................................................................................13
LAMPIRAN 2.........................................................................................................................14

II

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan dalam bidang konstruksi dari masa ke masa semakin mengalami
perkembangan baik dari segi material maupun segi desain. Di masa yang sekarang ini
pada konstruksi bangunan dibutuhkan pondasi yang sesuai dan kuat sehingga dapat
menopang gaya dan beban yang berada diatas pondasi tersebut.Dalam dunia
konstruksi biasanya digunakan beton ataupun beton bertulang sebagai pondasi dasar
bangunan. Beton dipercaya mempunyai kuat tekan yang baik dan dapat menerima
beban dari kontruksi tersebut. Beton sendiri terbentuk dari campuran semen, pasir.
agregat dan air.
Namun, untuk menghasilkan beton berkualitas baik diperlukan presentase
perbandingan campuran antara bahan-bahan tersebut yang sesuai dan pas sesuai
aturan. Oleh karena itu, kami melakukan observasi ke PT Jati Kencana Beton untuk
mengetahui proses produksi beton dan hal-hal yang berkaitan dengan beton meliputi
perawatan, bahan tambah kimia pada beton, kuat tekan beton serta pengujian material
penyusun beton.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui bahan penyusun pembuatan beton.
2. Mengetahui cara pengujian material penyusun beton.
3. Mengetahui presentase perbandingan bahan-bahan penyusun beton pada proses
mix desain.
4. Mengetahui proses mix desain pada pembuatan beton.
5. Mengetahui bahan tambah kimia yang digunakan pada pembuatan beton.
6. Mengetahui proses perawatan pada beton.
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu

: Selasa, 28 September 2015.

Tempat

: PT. Jati Kencana Beton. Jalan Karangjati Ungaran

1.4 Manfaat
Observasi ini sangat bermanfaat bagi penulis ( mahasiswa ) karena dapat
menambah ilmu dan wawasan serta mengetahui tentang proses pembuatan beton dan
hal-hal yang berkaitan dengan pembuatan beton sehingga dapat membantu penulis
(mahasiswa) dalam memenuhi pengetahuan.
1

BAB II
HASIL OBSERVASI

2.1 Pengertian Beton


Beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi
agregat dan pengikat semen. Bentuk paling umum dari beton adalah beton semen
Portland, yang terdiri dari agregat mineral (biasanya kerikil dan pasir), semen dan air.
Biasanya dipercayai bahwa beton mengering setelah pencampuran dan peletakan.
Sebenarnya, beton tidak menjadi padat karena air menguap, tetapi semen berhidrasi,
mengelem komponen lainnya bersama dan akhirnya membentuk material seperti-batu.
Beton digunakan untuk membuat perkerasan jalan, struktur bangunan, fondasi, jalan,
jembatan penyeberangan, struktur parkiran, dasar untuk pagar/gerbang, dan semen
dalam bata atau tembok blok. Nama lama untuk beton adalah batu cair.
Dalam perkembangannya banyak ditemukan beton baru hasil modifikasi, seperti
beton ringan, beton semprot (eng: shotcrete), beton fiber, beton berkekuatan tinggi,
beton berkekuatan sangat tinggi, beton mampat sendiri (eng: self compacted concrete)
dll. Saat ini beton merupakan bahan bangunan yang paling banyak dipakai di dunia.
2.2 Bahan Penyusun Pembuatan Beton.
Material

penyusun

beton

secara

umum

dibedakan

atas:

semen: bahan pengikat hidrolik, agregat campuran: bahan batu-batuan yang netral
(tidak bereaksi) dan merupakan bentuk sebagian besar beton (misalnya: pasir, kerikil,
batu-pecah, basalt); air bahan tambahan (admixtures) bahan kimia tambahan yang
ditambahkan ke dalam spesi-beton dan/atau beton untuk mengubah sifat beton yang
dihasilkan (misalnya; 'accelerator', 'retarder' dan sebagainya Sedangkan produk
campuran tersebut dibedakan atas: batuan-semen: campuran antara semen dan air (pasta
semen) yang mengeras spesi-mortar: campuran antara semen, agregat halus dan air
yang belum mengeras; mortar: campuran antara semen, agregat halus dan air yang telah
mengeras; spesi-beton: campuran antara semen, agregat campuran (halus dan kasar)
dan air yang belum mengeras; beton: campuran antara semen, agregat campuran dan air
yang telah mengeras.

1.

Portland Cement
Portland Cement (PC) atau semen adalah bahan yang bertindak sebagai
bahan pengikat agregat, jika dicampur dengan air semen menjadi pasta. Dengan
proses waktu dan panas, reaksi kimia akibat campuran air dan semen menghasilkan
sifat perkerasan pasta semen. Penemu semen (Portland Cement) adalah Joseph
Aspdin di tahun 1824, seorang tukang batu kebangsaan Inggris. Dinamakan semen
Portland, karena awalnya semen dihasilkan mempunyai warna serupa dengan tanah
liat alam di Pulau Portland.
Semen portland dibuat melalui beberapa langkah, sehingga sangat halus dan
memiliki sifat adhesif maupun kohesif. Semen diperoleh dengan membakar
karbonat atau batu gamping dan argillaceous (yang mengandung aluminia) dengan
perbandingan tertentu. Bahan tersebut dicampur dan dibakar dengan suhu 1400 C1500 C dan menjadi klinker. Setelah itu didinginkan dan dihaluskan sampai
seperti bubuk. Lalu ditambahkan gips atau kalsium sulfat (CaSO4) kirakira 24 %
persen sebagai bahan pengontrol waktu pengikatan. Bahan tambah lain kadang
ditambahkan pula untuk membentuk semen khusus misalnya kalsium klorida untuk
menjadikan semen yang cepat mengeras. Semen biasanya dikemas dalam kantong
40 kg/ 50 kg (Sutikno, 2003:2).
Menurut SII 0031-81 semen portland dibagi menjadi lima jenis, sebagai berikut:
Jenis I

: Semen untuk penggunaan umum, tidak memerlukan persyaratan


khusus.

2.

Jenis II

: Semen untuk beton tahan sulfat dan mempunyai panas hidrasi sedang.

Jenis III

: Semen untuk beton dengan kekuatan awal tinggi (cepat mengeras).

Jenis IV

: Semen untuk beton yang memerlukan panas hidrasi rendah.

Jenis V

: Semen untuk beton yang sangat tahan terhadap sulfat.

Agregat Kasar dan Agregat Halus


Agregat kasar yang digunakan dalam SCC dibatasi kurang lebih hanya 50%
dari total volume beton. Hal ini dilakukan agar blok-blok yang terjadi ketika aliran
beton melewati tulangan baja dapat ditekan seminimal mungkin. Blok-blok ini
terjadi karena sifat viskositas yang tinggi dari aliran beton segar sehingga agregatagregat kasar saling bersinggungan. Akibat terjadinya saling kontak antara agregat
kasar maka aliran beton sangat lambat maka beton akan terkumpul di satu tempat
sehingga mengurangi tingkat workability dari beton. Pembatasan jumlah agregat

kasar dilakukan agar kemampuan aliran beton melewati tulangan lebih maksimal.
Demikian pula yang terjadi dengan agregat halus sehingga jumlah agregat halus
dalam mortar dibatasi kurang lebih 40% dari total volume mortar (Vanda dan
Fenny, 2004).
Selain dari segi jumlah, ukuran dari agregat kasar juga harus dibatasi. Batasan
untuk ukuran agregat kasar adalah maksimum 20 mm. Hal ini dilakukan untuk
menghindari segregasi pada saat aliran beton melewati struktur dengan tulangan
yang rapat.
3.

Air
Air merupakan bahan yang diperlukan untuk proses reaksi kimia, dengan
semen untuk pembentukan pasta semen. Air juga digunakan untuk pelumas antara
butiran dalam agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan. Air dalam campuran
beton menyebabkan terjadinya proses hidrasi dengan semen. Jumlah air yang
berlebihan akan menurunkan kekuatan beton. Namun air yang terlalu sedikit akan
menyebabkan proses pencampuran yang tidak merata.
Air yang dipergunakan harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Tidak mengandung lumpur dan benda melayang lainnya yang lebih dari 2 gram
perliter.
2. Tidak mengandung garam atau asam yang dapat merusak beton, zat organik dan
sebagainya lebih dari 15 gram per liter.
3. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 1 gram per liter.
4. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram per liter.

4.

Pasir
Pasir untuk pencampuran beton biasanya terdiri dari pasir halus dan pasir
kasar. Pasir halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi
alami dari hasil batu-batuan atau berupa buatan yang dihasilkan oleh alat pemecah
batu. Menurut SNI (2002) pasir haus adalah butiran yang berukuran maksimum 5
mm dan minimum berukuran 0,063 mm. Kandungan pasir dalam campuran beton
biasanya sangat tinggi. Komposisi pasir tersebut berkisar 60%-70% dari berat
campuran beton. Walau fungsinya hanya sebagai pengisi, tetapi karena
komposisinya yang cukup besar maka pasir ini pun menjadi penting dalam
pembuatan beton.
Sifat pasir yang paling berpengaruh terhadap kekuatan beton adalah
kekerasan butiran butiran pasir dan ukuran maksimumnya. Dari campuran beton
yang baik akan didapatkan kekuatan beton yang sesuai dengan yang disyaratkan.
Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi alami
dari batu-batuan atau berupa batu yang diperoleh dari alat pemecah batu.
4

Pada umumnya yang dimaksud dengan pasir kasar menurut SNI (2002)
adalah pasir dengan ukuran butirannya lebih besar dari 5 mm dan maksimum
ukurannya 31,5 mm. Jenis agregat ini permukaannnya kasar dan banyak
memerlukan air untuk penggunaan dalam beton serta kegunaannya cukup bagus.
Agregat kasar tidak mengandung lumpur lebih dari 1%. Bila persentase lumpur
melebihi 1% maka agregat kasar harus dicuci dulu sebelum digunakan.
2.3 Perbandingan bahan-bahan penyusun beton pada proses mix desain.
1.

Untuk mendapatkan beton berkualitas, perbandingan campuran bahan harus sesuai


standar yang telah ditetapkan. Penggunaan air juga tidak boleh berlebihan dan
keseimbangan perbandingan agregat kasar dan halus harus tepat sehingga campuran
beton

tidak

terlalu

kasar

atau

halus.

Perhatikan

juga

proses

pengadukannyaharushomogen.Beton pada umumnya mengandung rongga udara


sekitar 1%-2%, pasta (semen dan air) sekitar 25%-40% dan (agregat halus dan
kasar) sekitar 60%-75%
2.

Kualitas beton itu sendiri banyak macamnya tergantung pada kekuatannya menahan
beban tekan tiap cm2-nya. Misalnya beton K 175 mampu menahan beban 175
kg/cm2 setelah beton tersebut berumur 28 hari. Begitu pula dengan betonK 200 dan
K 250 yang mampu menahan beban200 kg/cm2 dan 250 kg/cm2 setelah berumur 28
hari. Beton K 175 dan K 200 bisa digunakan untuk mengecor kolom, fondasi, lantai
pabrik, atau konstruksi yang tidak membutuhkan beton bermutu tinggi. Sedangkan K
225 dan K 250 untuk pengecoran dak, tangga, dan balok dengan bentang yang tidak
terlalu panjang.

3.

Untuk memperoleh mutu beton yang beragam sangat dipengaruhi perbandingan


bahannya. Bagi beton kualitas rendah atau sedang, misalnya K 200 hinggaK 250
dapat menggunakan metode perbandingan 1 semen : 2 pasir : 3 agregat kasar hingga
perbandingan 1 semen : 1,5 pasir : 2,5 agregat kasar. Sedangkan untuk beton kualitas
tinggi seperti K 400 menggunakan metode perbandingan berat dan memerlukan
perencanaan khusus. Disini penggunaan jumlah semen. Sangat berpengaruh terhadap
kualitas beton, karena sebagai perekat material yang lain. Perbandingan bahan dari
tiap campuran beton adalah perbedaan jumlah pemakaian semennya, sedangkan
volume pasir dan agregat kasar tidak banyak berubah. Penambahan semen pada
campuran beton memang dapat meningkatkan kualitasnya, namun perbandingan
penggunaan air dengan semen juga sangat menentukan, selain tingkat kekerasan,
bentuk, gradasi, permukaan dan ukuran maksimum dari agregat yang digunakan.

Penggunaan volume air yang berlebihan dapat berisiko menurunkan kuat tekan
beton.
2.4 Pengujian material penyusun beton agar sesuai standart.
1.

Pengujian Kadar Lumpur


Menentukan kandungan lumpur pada agregat halus. Kandungan lumpur pada
agregat halus tidak boleh lebih dari 5% sudah merupakan ketentuan dalam peraturan
bagi penggunaan agregat halus pada pembuatan beton. Untuk pengujian kadar lumpur
digunakan larutan NaCl.
Saat observasi dilakukan, kami mahasiswa ditunjukkan proses pengujian kadar
lumpur. Adapun proses tersebut yaitu:

2.

a.

Alat dan Bahan

Gelas ukur

Pasir

Air

Larutan NaCl

b.

Langkah pengujian

Siapkan alat dan bahan

Lalu masukka pasir pada gelas ukur dan tambahkan larutan NaCl.

Kemudian tunggu lumpur terpisah dengan air hingga air terlihat jernih.

c.

Hasil Pengujian

Lumpur akan berada diatas pasir.

Kadar lumpur pada pasir tidak melebihi 5 % dari berat awal pasir.

Pengujian Berat Jenis Semen


Berat jenis semen dicari dengan menggunakan metode Le Chatelier Semen yang
digunakan adalah semen portland pozolan. Sesuai dengan standar ASTM C-188, berat
jenis semen normal yang didapatkan melalui pengujian dengan metode Le Chatelier
adalah 3.15 gram/ml.

3.

Pengujian kadar bahan organik pada pasir


Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui adanya bahan organik pada agregat
halus yang akan digunakan untuk campuran bahan pembuatan beton atau mortar.
Pada pengujian kadar bahan organik digunakan larutan NaOH. Pada pengujian kadar
bahan organik, warna yang ditunjukkan pada tagung ukur adalah warna kuning yang
menunjukkan bahwa kadar organik pada agregat halus sesuai standart dan aturan.
Pengujian Bahan Organik:
6

4.

a.

Alat dan Bahan

Gelas ukur

Pasir

Larutan NaOH

b.

Langkah Pengujian

Siapkan alat dan bahan.

Kemudian masukkan pasir pada gelas ukur dan tambahkan larutan NaOH.

Lalu tunggu sampai bahan organik terpisah dari pasir.

Pengujian Berat Volume


Pengujian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui berat isi dan kandungan
udara pada agregat kasar dan halus yang kan digunakan.

5.

Analisis saringan
Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pemeriksaan untuk
menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus dan agregat kasar dengan
menggunakan saringan.Analisis Saringan.
Pada pengujian analisis saringan, agregat halus harus lolos saringan nomor 200.
Namun di PT Jati Kencana Beton proses pemisahan ukuran agregat dilakukan dengan
mesin tertentu

2.5 Pengadukan beton


Pengadukan beton adalah proses pencampuran antara bahan-bahan dasar beton
dalam perbandingan yang telah ditentukan. Pengadukan dilakukan sedemikian rupa
sampai adukan beton benar-benar homogen, warnanya tampak rata, kelecekancukup.
Adukan beton yang kurang homogeny akan menghasilkan beton yang kurang baik
kualitasnya. Pengadukan beton dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
a.

Dengan tangan
Pengadukan dengan menggunakan tangan biasanya dilakukan apabila jumlah
beton yang dibuat tidak banyak atau jika tidak ada mesin pengaduk.

b.

Dengan mesin
Untuk pengerjaan besar yang menggunakan beton dalam jumlah yang banyak,
pengadukan dengan menggunakan mesin. Pengadukan dengan menggunakan
mesin akan menghasilkan beton yang lebih seragam.

2.6 Alat yang digunakan untuk pembuatan beton secara automatic yaitu:
1.

Control Panel
Control panel adalah alat pengatur dalam pembuatan beton, mengatur mix desain
beton yang dikendalikan.

2.

Hopper
Alat untuk menampung material pasir dan kerikil sebelum diproses. Dibawah
Hopper terdapat timbangan untuk mengukur masa jenis material. Hopper
dioperasikan oleh operator di control panel.

3.

Loader
Kendaraan untuk mengangkut material dan memasukkannya kedalam hopper.

4.

Slump
Alat untuk mengukur tingkat kecairan beton. Standard slump test yaitu sekitar 812 cm

5.

Mesin Kuat Tekan


Mesin kuat tekan berfungsi untuk mengukur kuat tekan beton. Dengan mesin ini
kita dapat menghitung kualitas beton yang diuji.

6.

Oven
Oven berfungsi untuk mengeringkan material pembuat beton.

7.

Timbangan
Timbangan yaitu untuk menimbang berat material pembuat beton.

8.

Mobil Molen/Mixer
Adalah kendaraan untuk mengangkut sekaligus mencampur dan memproses beton
agar beton tetap dalam keadaan baik hingga sampai ketempat tujuan.

2.7 Proses Produksi


Produksi pada PT Jati Kencana Beton dilakukan dalam skala besar.
2.8 Bahan tambah kimia pada pembuatan beton
Pada pembuatan beton diperlukan bahan tambah kimia agar didapat mutu beton
yang lebih baik. Beberapa bahan tambah kimia yang digunakan pada pembuatan beon
adalah sebagai berikut:
1. Fly Ash ( abu terbang )
Fly ash (abu terbang) adalah material yang berasal dari sisa pembakaran batu
bara yang tidak terpakai. Mutu fly ash tergantung pada kesempurnaan proses
pembakarannya. Komponen utama dari abu terbang batubara yag berasal dari
pembangkit listrik adalah silikat (SiO2), alumina(Al2O3), dan besi oksida(Fe2O3),
8

sisanya adalah karbon, kalsium, magnesium, dan belerang. Abu terbang mempunyai
sifat pozzolan yaitu bahan yang mengandung silika. Penambahan mineral berupa
silika ke dalam campuran beton merupakan salah satu cara meningkatkan mutu
semen, yang berarti juga meningkatkan mutu beton yang dihasilkan.Kegunaan fly ash
dalam produksi beton mutu tinggi dapat memberikan keuntungan dalam hal
mengurangi pencemaran udara yang diakibatkan oleh fly ash. Selain itu, emisi CO2
yang dihasilkan dari proses pembuatan semen dapat dikurangi dengan cara
mengurangi produksi semen. Persentase penggunaan fly ash harus dalam kadar yang
optimum yaitu < 15 % dari kadar semen agar beton yang dihasilkan tidak mengalami
reduksi kekuatan.
2. Water-Reducing Admixtures (Plasticizer)

7
7
Water-Reducing Admixtures adalah bahan tambah yang mengurangi air
pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu.
Bahan tambah ini biasa disebut water reducer atau plasticizer.
Plasticizer dapat digunakan dengan cara-cara sebagai berikut:
1.

Kadar semen tetap, air dikurangi


Cara ini untuk memproduksi beton dengan nilai perbandingan atau faktor air
semen (fas) yang rendah. Dengan faktor air semen yang rendah akan
meningkatkan kuat tekan beton. Dengan penambahan plasticizer, walaupun fas
rendah, beton tetap memiliki sifat workabilitas yang baik.

2.

Kadar semen tetap, air tetap


Cara ini untuk memproduksi beton dengan slump yang lebih tinggi. Tingginya
nilai slump akan memudahkan penuangan adukan.

3.

Kadar semen dikurangi, faktor air semen tetap


Cara ini dilakukan untuk memperoleh beton dengan penggunaan semen yang
lebih sedikit, sehingga mengurangi biaya.
9

3.

Retarder
Bahan kimia untuk memperlambat proses ikatan beton. Bahan ini diperlukan
apabila dibutuhkan waktu yang cukup lama antara pencampuran/ pengadukan
beton dengan penuangan adukan. Atau dimana jarak antara tempat pengadukan
beton dan tempat penuangan adukan cukup jauh.

4.

Accelerator
Bahan kimia untuk mempercepat proses ikatan dan pengerasan beton. Bahan ini
digunakan jika penuangan adukan dilakukan di bawah permukaan air, atau pada
struktur

beton

yang

memerlukan

pengerasan

segera.Beberapa

macam

accelerator, yaitu Calsium chlorida (CaCl2), Aluminium Chlorida, Natrium


Sulfat, dan Aluminium Sulfat.
5.

Water Reducer Retarder (WRR)


Bahan kimia tambahan berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air dan
memperlambat proses ikatan.Pengaruhnya pada beton adalah Kekuatan Tekan,
Setting Time, dimana retarder menghambat setting time beton.

6.

Water Reducer Accelerator


Bahan kimia tambahan berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air dan
mempercepat proses ikatan. Diperlukan untuk mempercepat proses pekerjaan
konstruksi beton, pencampuran beton dilakukan di tempat atau dekat dengan
penuangannya karat pada penulang. Pada kenyataan di lapangan terkadang
diperlukan kondisi kombinasi dari ketiga perilaku penambahan zat kimia
tersebut yaitu untuk mengurangi penggunaan air dan memperlambat proses
ikatan campuran beton, atau untuk mengurangi air dan mempercapat waktu
pengikatan serta pengerasan campuran beton..

7.

High Range Water Reducer (Superplasticizer)


Bahan kimia yang berfungsi mengurangi air sampai 12% atau bahkan lebih.
Dengan pemakaian bahan tambahan ini diperoleh adukan dengan faktor air
semen lebih rendah pada nilai kekentalan adukan yang sama atau diperoleh
adukan dengan kekentalan lebih encer dengan fakor air semen yang sama,
sehingga kuat tekan beton lebih tinggi.

8.

High Range Water Reducer (HRWR)


Bahan kimia tambahan berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air dan
mempercepat proses ikatan dan pengerasan beton. Bahan kimia tambahan
biasanya dimasukkan dalam campuran beton dalam jumlah yang relatif kecil
10

dibandingkan dengan bahan-bahan utama, maka tingkatan kontrolnya harus


lebih besar daripada pekerjaan beton biasa. Hal ini untuk menjamin agar tidak
terjadi kelebihan dosis, karena dosis yang berlebihan akan bisa mengakibatkan
menurunnya kinerja beton bahkan lebih ekstrem lagi bisa menimbulkan
kerusakan pada beton.
2.9

Proses Perawatan Beton


Proses curing (perawatan) pada beton memainkan peran penting pada
pengembangan kekuatan dan daya tahan beton, proses curing dilaksanakan segera
setelah proses pencetakan selesai. Proses curing ini meliputi

pemeliharaan

kelembaban dan kondisi suhu, baik dalam beton maupun di permukaan beton dalam
periode waktu tertentu. Proses curing

pada beton bertujuan

memberikan

kelembaban yang cukup pada proses hidrasi lanjutan dan pengembangan kekuatan,
stabilitas volume, ketahanan terhadap pembekuan dan pencairan serta abrasi. Pada
proses cuing dilakukan perendaman pada beton yang sudah jadi selama 28 hari agar
umur tekan beton mencapai 100 %. Pada proses perendaman, air perendaman harus
diganti agar tidak terjadi lumutan pada beton karena jika beton berlumut akan
mengurangi tingkat kuat tekan beton sebesar 5%.
Cara-cara perawatan umum yang biasa digunakan
-

Lapisan pasir yang dibasahi dengan tebal tidak kurang dari 5 cm diletakkan
diatas permukaan beton yang sedang kita rawat.

Permukaan beton yang ditutup dengan karung yang dibasahi terus-menerus.

Menggunkan lapisan curing compound.

Direndam dalam air dengan mengganti air secara berkala

2.10 Senyawa kimia untuk perawatan beton


Senyawa kimia untuk perawatan beton dengan membentuk lapisan tipis adalah
suatu cairan yang disemprotkan pada permukaan beton untuk menghambat
penguapan air dari beton.

11

BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil observasi serta pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa proses
pembuatan beton meliputi beberapa tahap, yaitu:
1. Pengujian bahan dasar pembuat beton agar sesuai standart yaitu pengujian kadar
lumpur, berat volume, berat jenis, gradasi saringan dan los angeles.
2. Proses pengadukan, yaitu proses pencampuran agregat kasar, agregat halus, semen
dan air hingga menjadi beton siap cetak. Beton pada umumnya mengandung rongga
udara sekitar 1%-2%, pasta (semen dn air) sekitar 25%-40% dan (agregat halus dan
kasar) sekitar 60%-75%.
3. Pada pembuatan beton juga ditambahkan berbagai macam bahan kimia untuk
meningkatkan mutu juga kualitas beton.
4. Proses perawatan, yaitu perilaku yang dilakukan agar beton tetap berkualitas baik.
Proses perawatan beton yaitu dengan dilakukan perendaman dalam air atau dilapisi
karung goni yang dibasahi. Perawatan beton bertujuan agar beton tidak ditumbuhi
lumut karena lumut dapat mengurangi kuat tekan beton sebesar 5 %.

12

Lampiran 1.
Anggota Kelompok:
1. Mufita Aulia Zelin

(5113415006)

2. Annisaul Hidayah

(5113415007)

3. Adib Maulana N M

(5113415008)

4. Ahmad Jirjisul Baist

(5113415010)

5. Martias Anggraini P A

(5113415012)

6. Muh. Nasihudin

(5113415018)

7. Ratih Oktaviani P N

(5113415021)

8. Mokh. Kharisma R

(5113415024)

9. Novtavian Adek S

(5113415026)

10. Dody Purnomo

(5113415030)

11. Mauludin Afif

(5113415041)

13

Lampiran 2
1. Pengujian Kadar Lumpur

2. Pengujian Kadar Bahan Organik

3. Proses Pencetakan Beton

3. Gradasi Saringan

4. Mesin Kuat Tekan

14

4. Proses Produksi

5. Proses Perawatan

6. Mesin-mesin Produksi

15

Dokumentasi

16

Anda mungkin juga menyukai