DisusunOleh:
Nama : Ratih Oktaviani P. N.
NIM : 5113415021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan hasil observasi
dengan judul Proses Pembuatan Beton.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada pihak perusahaan yang telah
mengizinkan
Pimpinan Perusahaan dan staf yang berhubungan dengan observasi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu dan
Teknologi Bahan. Observasi ini dilaksanakan pada tanggal 28 September 2015 bertempat di
PT Jati Kencana Beton.
Demi kesempurnaan penulisan laporan ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca. Dengan terselesaikannya penulisan laporan ini, penulis
mengharapkan banyak manfaat yang dapat diambil.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... I
DAFTAR ISI ...........................................................................................................II
BAB I : PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan...................................................................................................... 1
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ................................................................ 1
1.4 Manfaat..................................................................................................... 1
BAB II : HASIL OBSERVASI ................................................................................ 2
2.1 Pengertian Beton ..................................................................................... 2
2.2 Bahan Penyusun Pembuat Beton ............................................................. 2
2.3 Perbandingan bahan-bahan penyusun beton pada proses mix desain ........ 5
2.4 Pengujian material penyusun beton agar sesuai standart .......................... 6
2.5 Pengadukan beton ................................................................................... 7
2.6 Alat yang digunakan untuk pembuatan beton secara automatic yaitu ....... 8
2.7 Proses Produksi ....................................................................................... 8
2.8 Bahan tambah kimia pada pembuatan beton ............................................ 8
2.9 Proses Perawatan Beton..........................................................................11
2.10 Senyawa kimia untuk perawatan beton ...................................................11
BAB III : KESIMPULAN ......................................................................................................12
LAMPIRAN 1.........................................................................................................................13
LAMPIRAN 2.........................................................................................................................14
II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan dalam bidang konstruksi dari masa ke masa semakin mengalami
perkembangan baik dari segi material maupun segi desain. Di masa yang sekarang ini
pada konstruksi bangunan dibutuhkan pondasi yang sesuai dan kuat sehingga dapat
menopang gaya dan beban yang berada diatas pondasi tersebut.Dalam dunia
konstruksi biasanya digunakan beton ataupun beton bertulang sebagai pondasi dasar
bangunan. Beton dipercaya mempunyai kuat tekan yang baik dan dapat menerima
beban dari kontruksi tersebut. Beton sendiri terbentuk dari campuran semen, pasir.
agregat dan air.
Namun, untuk menghasilkan beton berkualitas baik diperlukan presentase
perbandingan campuran antara bahan-bahan tersebut yang sesuai dan pas sesuai
aturan. Oleh karena itu, kami melakukan observasi ke PT Jati Kencana Beton untuk
mengetahui proses produksi beton dan hal-hal yang berkaitan dengan beton meliputi
perawatan, bahan tambah kimia pada beton, kuat tekan beton serta pengujian material
penyusun beton.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui bahan penyusun pembuatan beton.
2. Mengetahui cara pengujian material penyusun beton.
3. Mengetahui presentase perbandingan bahan-bahan penyusun beton pada proses
mix desain.
4. Mengetahui proses mix desain pada pembuatan beton.
5. Mengetahui bahan tambah kimia yang digunakan pada pembuatan beton.
6. Mengetahui proses perawatan pada beton.
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu
Tempat
1.4 Manfaat
Observasi ini sangat bermanfaat bagi penulis ( mahasiswa ) karena dapat
menambah ilmu dan wawasan serta mengetahui tentang proses pembuatan beton dan
hal-hal yang berkaitan dengan pembuatan beton sehingga dapat membantu penulis
(mahasiswa) dalam memenuhi pengetahuan.
1
BAB II
HASIL OBSERVASI
penyusun
beton
secara
umum
dibedakan
atas:
semen: bahan pengikat hidrolik, agregat campuran: bahan batu-batuan yang netral
(tidak bereaksi) dan merupakan bentuk sebagian besar beton (misalnya: pasir, kerikil,
batu-pecah, basalt); air bahan tambahan (admixtures) bahan kimia tambahan yang
ditambahkan ke dalam spesi-beton dan/atau beton untuk mengubah sifat beton yang
dihasilkan (misalnya; 'accelerator', 'retarder' dan sebagainya Sedangkan produk
campuran tersebut dibedakan atas: batuan-semen: campuran antara semen dan air (pasta
semen) yang mengeras spesi-mortar: campuran antara semen, agregat halus dan air
yang belum mengeras; mortar: campuran antara semen, agregat halus dan air yang telah
mengeras; spesi-beton: campuran antara semen, agregat campuran (halus dan kasar)
dan air yang belum mengeras; beton: campuran antara semen, agregat campuran dan air
yang telah mengeras.
1.
Portland Cement
Portland Cement (PC) atau semen adalah bahan yang bertindak sebagai
bahan pengikat agregat, jika dicampur dengan air semen menjadi pasta. Dengan
proses waktu dan panas, reaksi kimia akibat campuran air dan semen menghasilkan
sifat perkerasan pasta semen. Penemu semen (Portland Cement) adalah Joseph
Aspdin di tahun 1824, seorang tukang batu kebangsaan Inggris. Dinamakan semen
Portland, karena awalnya semen dihasilkan mempunyai warna serupa dengan tanah
liat alam di Pulau Portland.
Semen portland dibuat melalui beberapa langkah, sehingga sangat halus dan
memiliki sifat adhesif maupun kohesif. Semen diperoleh dengan membakar
karbonat atau batu gamping dan argillaceous (yang mengandung aluminia) dengan
perbandingan tertentu. Bahan tersebut dicampur dan dibakar dengan suhu 1400 C1500 C dan menjadi klinker. Setelah itu didinginkan dan dihaluskan sampai
seperti bubuk. Lalu ditambahkan gips atau kalsium sulfat (CaSO4) kirakira 24 %
persen sebagai bahan pengontrol waktu pengikatan. Bahan tambah lain kadang
ditambahkan pula untuk membentuk semen khusus misalnya kalsium klorida untuk
menjadikan semen yang cepat mengeras. Semen biasanya dikemas dalam kantong
40 kg/ 50 kg (Sutikno, 2003:2).
Menurut SII 0031-81 semen portland dibagi menjadi lima jenis, sebagai berikut:
Jenis I
2.
Jenis II
: Semen untuk beton tahan sulfat dan mempunyai panas hidrasi sedang.
Jenis III
Jenis IV
Jenis V
kasar dilakukan agar kemampuan aliran beton melewati tulangan lebih maksimal.
Demikian pula yang terjadi dengan agregat halus sehingga jumlah agregat halus
dalam mortar dibatasi kurang lebih 40% dari total volume mortar (Vanda dan
Fenny, 2004).
Selain dari segi jumlah, ukuran dari agregat kasar juga harus dibatasi. Batasan
untuk ukuran agregat kasar adalah maksimum 20 mm. Hal ini dilakukan untuk
menghindari segregasi pada saat aliran beton melewati struktur dengan tulangan
yang rapat.
3.
Air
Air merupakan bahan yang diperlukan untuk proses reaksi kimia, dengan
semen untuk pembentukan pasta semen. Air juga digunakan untuk pelumas antara
butiran dalam agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan. Air dalam campuran
beton menyebabkan terjadinya proses hidrasi dengan semen. Jumlah air yang
berlebihan akan menurunkan kekuatan beton. Namun air yang terlalu sedikit akan
menyebabkan proses pencampuran yang tidak merata.
Air yang dipergunakan harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Tidak mengandung lumpur dan benda melayang lainnya yang lebih dari 2 gram
perliter.
2. Tidak mengandung garam atau asam yang dapat merusak beton, zat organik dan
sebagainya lebih dari 15 gram per liter.
3. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 1 gram per liter.
4. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram per liter.
4.
Pasir
Pasir untuk pencampuran beton biasanya terdiri dari pasir halus dan pasir
kasar. Pasir halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi
alami dari hasil batu-batuan atau berupa buatan yang dihasilkan oleh alat pemecah
batu. Menurut SNI (2002) pasir haus adalah butiran yang berukuran maksimum 5
mm dan minimum berukuran 0,063 mm. Kandungan pasir dalam campuran beton
biasanya sangat tinggi. Komposisi pasir tersebut berkisar 60%-70% dari berat
campuran beton. Walau fungsinya hanya sebagai pengisi, tetapi karena
komposisinya yang cukup besar maka pasir ini pun menjadi penting dalam
pembuatan beton.
Sifat pasir yang paling berpengaruh terhadap kekuatan beton adalah
kekerasan butiran butiran pasir dan ukuran maksimumnya. Dari campuran beton
yang baik akan didapatkan kekuatan beton yang sesuai dengan yang disyaratkan.
Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi alami
dari batu-batuan atau berupa batu yang diperoleh dari alat pemecah batu.
4
Pada umumnya yang dimaksud dengan pasir kasar menurut SNI (2002)
adalah pasir dengan ukuran butirannya lebih besar dari 5 mm dan maksimum
ukurannya 31,5 mm. Jenis agregat ini permukaannnya kasar dan banyak
memerlukan air untuk penggunaan dalam beton serta kegunaannya cukup bagus.
Agregat kasar tidak mengandung lumpur lebih dari 1%. Bila persentase lumpur
melebihi 1% maka agregat kasar harus dicuci dulu sebelum digunakan.
2.3 Perbandingan bahan-bahan penyusun beton pada proses mix desain.
1.
tidak
terlalu
kasar
atau
halus.
Perhatikan
juga
proses
Kualitas beton itu sendiri banyak macamnya tergantung pada kekuatannya menahan
beban tekan tiap cm2-nya. Misalnya beton K 175 mampu menahan beban 175
kg/cm2 setelah beton tersebut berumur 28 hari. Begitu pula dengan betonK 200 dan
K 250 yang mampu menahan beban200 kg/cm2 dan 250 kg/cm2 setelah berumur 28
hari. Beton K 175 dan K 200 bisa digunakan untuk mengecor kolom, fondasi, lantai
pabrik, atau konstruksi yang tidak membutuhkan beton bermutu tinggi. Sedangkan K
225 dan K 250 untuk pengecoran dak, tangga, dan balok dengan bentang yang tidak
terlalu panjang.
3.
Penggunaan volume air yang berlebihan dapat berisiko menurunkan kuat tekan
beton.
2.4 Pengujian material penyusun beton agar sesuai standart.
1.
2.
a.
Gelas ukur
Pasir
Air
Larutan NaCl
b.
Langkah pengujian
Lalu masukka pasir pada gelas ukur dan tambahkan larutan NaCl.
Kemudian tunggu lumpur terpisah dengan air hingga air terlihat jernih.
c.
Hasil Pengujian
Kadar lumpur pada pasir tidak melebihi 5 % dari berat awal pasir.
3.
4.
a.
Gelas ukur
Pasir
Larutan NaOH
b.
Langkah Pengujian
Kemudian masukkan pasir pada gelas ukur dan tambahkan larutan NaOH.
5.
Analisis saringan
Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pemeriksaan untuk
menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus dan agregat kasar dengan
menggunakan saringan.Analisis Saringan.
Pada pengujian analisis saringan, agregat halus harus lolos saringan nomor 200.
Namun di PT Jati Kencana Beton proses pemisahan ukuran agregat dilakukan dengan
mesin tertentu
Dengan tangan
Pengadukan dengan menggunakan tangan biasanya dilakukan apabila jumlah
beton yang dibuat tidak banyak atau jika tidak ada mesin pengaduk.
b.
Dengan mesin
Untuk pengerjaan besar yang menggunakan beton dalam jumlah yang banyak,
pengadukan dengan menggunakan mesin. Pengadukan dengan menggunakan
mesin akan menghasilkan beton yang lebih seragam.
2.6 Alat yang digunakan untuk pembuatan beton secara automatic yaitu:
1.
Control Panel
Control panel adalah alat pengatur dalam pembuatan beton, mengatur mix desain
beton yang dikendalikan.
2.
Hopper
Alat untuk menampung material pasir dan kerikil sebelum diproses. Dibawah
Hopper terdapat timbangan untuk mengukur masa jenis material. Hopper
dioperasikan oleh operator di control panel.
3.
Loader
Kendaraan untuk mengangkut material dan memasukkannya kedalam hopper.
4.
Slump
Alat untuk mengukur tingkat kecairan beton. Standard slump test yaitu sekitar 812 cm
5.
6.
Oven
Oven berfungsi untuk mengeringkan material pembuat beton.
7.
Timbangan
Timbangan yaitu untuk menimbang berat material pembuat beton.
8.
Mobil Molen/Mixer
Adalah kendaraan untuk mengangkut sekaligus mencampur dan memproses beton
agar beton tetap dalam keadaan baik hingga sampai ketempat tujuan.
sisanya adalah karbon, kalsium, magnesium, dan belerang. Abu terbang mempunyai
sifat pozzolan yaitu bahan yang mengandung silika. Penambahan mineral berupa
silika ke dalam campuran beton merupakan salah satu cara meningkatkan mutu
semen, yang berarti juga meningkatkan mutu beton yang dihasilkan.Kegunaan fly ash
dalam produksi beton mutu tinggi dapat memberikan keuntungan dalam hal
mengurangi pencemaran udara yang diakibatkan oleh fly ash. Selain itu, emisi CO2
yang dihasilkan dari proses pembuatan semen dapat dikurangi dengan cara
mengurangi produksi semen. Persentase penggunaan fly ash harus dalam kadar yang
optimum yaitu < 15 % dari kadar semen agar beton yang dihasilkan tidak mengalami
reduksi kekuatan.
2. Water-Reducing Admixtures (Plasticizer)
7
7
Water-Reducing Admixtures adalah bahan tambah yang mengurangi air
pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu.
Bahan tambah ini biasa disebut water reducer atau plasticizer.
Plasticizer dapat digunakan dengan cara-cara sebagai berikut:
1.
2.
3.
3.
Retarder
Bahan kimia untuk memperlambat proses ikatan beton. Bahan ini diperlukan
apabila dibutuhkan waktu yang cukup lama antara pencampuran/ pengadukan
beton dengan penuangan adukan. Atau dimana jarak antara tempat pengadukan
beton dan tempat penuangan adukan cukup jauh.
4.
Accelerator
Bahan kimia untuk mempercepat proses ikatan dan pengerasan beton. Bahan ini
digunakan jika penuangan adukan dilakukan di bawah permukaan air, atau pada
struktur
beton
yang
memerlukan
pengerasan
segera.Beberapa
macam
6.
7.
8.
pemeliharaan
kelembaban dan kondisi suhu, baik dalam beton maupun di permukaan beton dalam
periode waktu tertentu. Proses curing
memberikan
kelembaban yang cukup pada proses hidrasi lanjutan dan pengembangan kekuatan,
stabilitas volume, ketahanan terhadap pembekuan dan pencairan serta abrasi. Pada
proses cuing dilakukan perendaman pada beton yang sudah jadi selama 28 hari agar
umur tekan beton mencapai 100 %. Pada proses perendaman, air perendaman harus
diganti agar tidak terjadi lumutan pada beton karena jika beton berlumut akan
mengurangi tingkat kuat tekan beton sebesar 5%.
Cara-cara perawatan umum yang biasa digunakan
-
Lapisan pasir yang dibasahi dengan tebal tidak kurang dari 5 cm diletakkan
diatas permukaan beton yang sedang kita rawat.
11
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil observasi serta pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa proses
pembuatan beton meliputi beberapa tahap, yaitu:
1. Pengujian bahan dasar pembuat beton agar sesuai standart yaitu pengujian kadar
lumpur, berat volume, berat jenis, gradasi saringan dan los angeles.
2. Proses pengadukan, yaitu proses pencampuran agregat kasar, agregat halus, semen
dan air hingga menjadi beton siap cetak. Beton pada umumnya mengandung rongga
udara sekitar 1%-2%, pasta (semen dn air) sekitar 25%-40% dan (agregat halus dan
kasar) sekitar 60%-75%.
3. Pada pembuatan beton juga ditambahkan berbagai macam bahan kimia untuk
meningkatkan mutu juga kualitas beton.
4. Proses perawatan, yaitu perilaku yang dilakukan agar beton tetap berkualitas baik.
Proses perawatan beton yaitu dengan dilakukan perendaman dalam air atau dilapisi
karung goni yang dibasahi. Perawatan beton bertujuan agar beton tidak ditumbuhi
lumut karena lumut dapat mengurangi kuat tekan beton sebesar 5 %.
12
Lampiran 1.
Anggota Kelompok:
1. Mufita Aulia Zelin
(5113415006)
2. Annisaul Hidayah
(5113415007)
3. Adib Maulana N M
(5113415008)
(5113415010)
5. Martias Anggraini P A
(5113415012)
6. Muh. Nasihudin
(5113415018)
7. Ratih Oktaviani P N
(5113415021)
8. Mokh. Kharisma R
(5113415024)
9. Novtavian Adek S
(5113415026)
(5113415030)
(5113415041)
13
Lampiran 2
1. Pengujian Kadar Lumpur
3. Gradasi Saringan
14
4. Proses Produksi
5. Proses Perawatan
6. Mesin-mesin Produksi
15
Dokumentasi
16