Anda di halaman 1dari 26

MACHINERY BEARING

LUBRICATION

Dr. Ir. Viktor Malau, DEA


Jurusan Teknik Mesin dan Industri
Fakultas Teknik
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA

SEKILAS TENTANG PELUMAS


Pelumas dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang berada
atau disisipkan diantara dua permukaan yang bergerak secara
relatif agar dapat mengurangi gesekan antar permukaan
tersebut.
Bahan dasar minyak pelumas dari minyak bumi secara
konvensional sudah tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan
peralatan-peralatan modern, khususnya untuk pemakaian pada
temperatur tinggi. Sekarang, penambahan bahan sintetis atau
bahan dasar minyak bumi yang sudah diproses lanjut sudah
cukup banyak digunakan pada kendaraan penumpang.

Pada masa mendatang, kebanyakan minyak dasar harus digunakan


hampir secara keseluruhan dengan minyak dasar sintetis atau
minyak dasar dari minyak bumi dengan cara pemrosesan baru.

FUNGSI MINYAK PELUMAS


1. Mengurangi gesekan dan keausan (wear)
Dengan mengurangi gesekan berarti akan mengurangi energi hilang
dan juga mengurangi pemanasan lokal. Pelumas / Oli mencegah
hubungan langsung antara dua metal/part yang bergesekan
sehingga koefisien gesek turun dan dapat mencegah keausan
dengan membentuk lapisan (oil film) pada permukaan logam/part.
Dengan demikian umur logam /part menjadi meningkat.

2. Pendingin
Di dalam engine, pelumas juga berfungsi sebagai zat penukar panas
antara bagian-bagian yang terpanasi akibat pembakaran (misal:
piston) dan sistem pelepas panas (misal: jacket pendingin dll). Pada
sistem yang lain, pelumas sebagai pelepas panas dari hasil gesekan
atau kerja mekanik lainnya.
3. Anti korosi / karat
Baik dari hasil degradasi pelumas atau akibat kontaminasi hasil
pembakaran, pelumas bisa bersifat asam dan menjadikan korosi
pada logam. Adanya uap air dapat juga menyebabkan karat pada
besi. Oleh sebab itu pelumas harus bisa menanggulangi efek-efek
tersebut.

4. Pembersih
Pelumas juga sebaiknya bisa mencegah terjadinya fouling serpihanserpihan yang dihasilkan dari proses mekanis, dari hasil degradasi
pelumas itu sendiri maupun dari hasil proses pembakaran. Apa yang
disebut deposit adalah seperti karbon padat, varnish atau endapan.
Ini dapat mengganggu pengoperasian alat. Kasus ekstrem adalah
ring piston tidak bisa bergerak, dan aliran minyak tersumbat, hal ini
bisa terjadi jika minyak pelumas tidak mampu mencegah hal ini.
Pencegahan deposit dan juga dispersi kontaminan termasuk dalam
kategori ini
5. Perapat (Sealing)
Minyak pelumas seharusnya dapat juga menjadi seal antara piston
dan silinder (piston ke ring dan ring ke dinding silinder).

6. Bantalan / baffer
Meneruskan tekanan secara terpencar dan meredam benturan.
Biasanya terjadi jika dua buah gear saling bertemu / berbenturan,
sehingga tumbukan / benturan tidak terjadi secara paksa / kasar.

Agar fungsi minyak pelumas tersebut dapat dicapai, maka perlu


dihindari:
1. Mempunyai viskositas yang terlalu rendah
Hal ini akan memungkinkan kontak antara logam dengan logam dan
menyebabkan keausan serta dapat meningkatkan lepasnya /
hilangnya pelumas.
2. Mempunyai viskositas yang terlalu tinggi
Hal ini akan meningkatkan kerugian tenaga dan, dalam kasus
engine, dapat menyulitkan pada saat start.

3. Mempunyai indeks viskositas yang terlalu rendah


Hal ini berarti bahwa lapisan film pelumas tidak terlalu tipis pada saat
temperatur tinggi (atau tidak terlalu tebal pada saat suhu rendah).
4. Terlalu mudah menguap
Tingkat penguapan tinggi (high volatility) akan menyebabkan tingkat
konsumsi pelumas naik akibat menguapnya kandungan ringan dari
pelumas tersebut.
5. Berbusa saat digunakan
Jika berbusa, minyak akan kehilangan sifat pelumasannya, dan/atau
berkurang-nya minyak itu sendiri dari mesin.
6. Menjadi tidak stabil karena oksidasi ataupun reaksi kimia
Pelumas engine ditujukan untuk temperatur tinggi dan juga
mencegah kontaminasi asam atau zat kimia lainnya. Minyak pelumas
haruslah tahan terhadap hal ini agar pelumas tersebut tetap awet.

7. Merusak komponen sistem emisi, coating ataupun seal


Unjuk kerja konverter katalis dapat terdegradasi oleh pelumas yang
tidak stabil atau menggunakan aditif yang tidak sesuai. Beberapa
peralatan menggunakan cat atau coating dan kebanyakan
mempunyai sifat sebagai seal. Bahan-bahan ini dapat terdegradasi
secara serius oleh pelumas.
8. Menghasilkan deposit dari residu
Jika minyak pelumas mengalami dekomposisi karena adanya logam
yang panas (misalnya; ring dalam suatu zona). Kondisi seperti ini
dapat menghasilkan produk-produk oksidasi yang berpolimerisasi
membentuk lapisan kuning atau coklat yang diketahui sebagai
"varnish" atau "lacquer". Ini lama-lama akan bertambah terus dan
kemudian terjadi karbonisasi sehingga menjadi karbon padat.

Deposit ini akan menggangu gerak pada bagian yang seharusnya


bisa secara bebas gerakannnya (misal, ring piston). Selain tidak
memproduksi deposit pada bagian yang bergerak engine, pelumas
juga sebaiknya tidak menghasilkan deposit di ruang pembakaran. Ini
mendorong terjadinya penyulutan awal (pre-ignition).
9. Sangat mahal
Hal ini sering menjadi kendala, bukan karena pelumas yang mahal
tidak berguna dilihat dari sisi ekonomi pengoperasian engine, tetapi
karena kompetisi antar penyalur, sehingga beban harga tetap akan
terkena ke pengguna.

KLASIFIKASI PELUMAS / OLI


Didasarkan atas nilai kekentalan dari oli tersebut. Kekentalan adalah
besarnya tahanan dari suatu pengaliran minyak pelumas melalui aliran
tertentu. Semakin besar derajat / nilainya maka semakin kental minyak
pelumas tersebut.Tingkat kekentalan minyak pelumas dinyatakan
dengan SAE (Society of Automotive Engineers), tingkat kekentalan
merupakan juga kemampuan untuk bisa membuat lapisan oli (oil film).
Jenis minyak pelumas terdiri dari single grade dan multi grade oil. Multi
grade oil adalah oli yang nilai kekentalannya tidak terpengaruh oleh suhu
(pada range temperatur tertentu), dan biasanya di tandai dengan kode
W dibelakangnya.

Contoh dapat disebutkan sbb: SAE 10W; SAE


10W-30; SAE 30. Huruf W pada 10W menunjukkan
derajat viskositas / kekentalan pada 0 oF (-17,8 oC)
yang merupakan patokan pada viskositas mesin
untuk start pada keadaan dingin. Nomor yang tidak
memakai huruf W merupakan derajat viskositas
pada 210 oF (98,9 oC).

Selain SAE dengan klasifikasi berdasarkan nilai kekentalan, ada juga


API (American Proteleum Institute) yang berdasarkan mutu/penggunaan.
Biasanya dengan kode SA, SB, SC dan SD untuk motor bensin atau CA,
CB, CC, CD untuk mesin diesel. Huruf pertama S: Motor Bensin dan C:
Motor Diesel. Huruf kedua A - B: tugas ringan, C - D: tugas berat.
Pelumas / oli terbuat dari bahan dasar dengan bahan-bahan tambahan
untuk meningkatkan kemampuan pelumas tersebut. Bahan-bahan
tambahan tersebut dapat berupa: anti karat, detergen untuk melepas
karbon sisa pembakaran, anti oksidan (pelindung hangus) untuk
mepertahankan umur oli, penahan tekanan tinggi untuk
mempertahankan lapisan oli akibat tekanan tinggi, pengental untuk
menahan encernya pelumas pada suhu tinggi.

Pelumas
Bahan dari pelumas pada dasarnya terbuat dari:
1. Lemak hewani : minyak ikan, lemak sapi, dll.
2. Minyak nabati : minyak jarak, minyak kelapa,
3. Minyak mineral : minyak bumi, batubara, dll
4. Minyak sintetis : silikon, poliglikol, diester, dll

LUBE ADDITIVES
Beberapa zat additive untuk berbagai keperluan (hal.8):
1. VI Improver
misal: poliisobutena, polimetakrilat, dll.
2. Detergent
misal: sulfonat, tiofosfonat, fenat, dll.
3. Dispersant
misal: kopolimer, polimer hidrokarbon,
4. Anti oksidant misal: hindered phenols, beberapa amina.
5. Anti korosi
misal: zink diorgano ditiofosfat, dll.
6. Anti karat
misal: asam alkenil suksinat, amina fosfat.
7. Anti busa
misal: silikon, kopolimer organik, dll.
8. Penurun titik tuang misal: polimetakrilat, poliakril amida.
9. Anti denyit, anti noda, anti dengking, dan anti tekanan ekstrem,
dll.

Bahan pelumas dapat dalam bentuk


1. Cair (minyak): kecepatan tinggi
2. Padat (grease): kecepatan rendah, lokasi berdebu, tidak
mudah dijangkau, permukaan bantalan terbuka
3. Padat (MoS)
Macam-macam gemuk yang banyak digunakan:
1. Gemuk sabun kalsium
2. Gemuk sabun natrium
3. Gemuk sabun lithium
4. Gemuk sabun campuran
5. Gemuk sabun silikon

Aditif pada pelumas berfungsi (hal. 27)


Control Scale
1. Anti oxidant, untuk mencegah oksidasi
Maintain pH
2. VI improver, untuk menaikkan VI
3. Pour point depressant, untuk menurunkan titik tuang pelumas
agar mudah mengalir pada suhu rendah.
4. Detergent, untuk membersihkan kotoran
5. Dispersant, untuk membersihkan atau mengendalikan kotoran
6. Anti rust atau anti karat, untuk mencegah terjadinya karat
7. Anti wear / extreem pressure, untuk mencegah keausan pada
bagian mesin dalam kondisi boundary lubrication
8. Anti foam atau anti busa, untuk mencegah terbentuknya busa
(buih).

PELUMASAN

KEAUSAN AKIBAT GESEKAN (WEAR OUT)


1. Aus akibat efek lekat / adhesi
Logam yang satu melekat pada logam lain (gaya adhesi),
sebagai akibat adanya gesekan.
2. Aus akibat gores
Permukaan yang satu lebih kasar (tajam) dan keras dari
permukaan yang lain.
3. Aus makan
Lapisan permukaan yang satu lepas dan melekat pada
permukaan yang lain akibat gesekan, terutama pada dua
bahan permukaan yang homogen dibandingkan dengan
bahan yang heterogen.

4. Aus tekan (aus lelah)


Keausan ini terjadi sebagai akibat bahan gesekan menerima
beban (dinamis) secara terus menerus, yang menyebabkan
terjadinya kelelahan (fatigue failure).
5. Aus akibat korosi

Keausan ini akibat reaksi kimia dari logam dari lapisan gesekan
dengan zat kimia lain yang ada, yang mungkin ada dalam
komposisi minyak pelumas.
6. Aus akibat abrasi

Akibat gesekan yang menyebabkan terjadinya keausan, dimana


keausan akan berupa partikel yang lepas. Partikel yang lepas ini
sering menyebabkan goresan pada lapisan permukaan pada
saat bergesekan.

KURVA STRIBECK: KOEFISIEN GESEK

HIDRODINAMIS

Distribusi tekanan pada bahan pelumas

HIDROSTATIS

F
d

F
so =
dL
L

Bahan Lapisan
Baja keras pada baja keras
Baja keras pada perunggu /metal anti gesek
Baja pada perunggu/ metal anti gesek
Baja pada besi tuang

s0 < (N / mm2)
15
9
6
2,50

BANTALAN LUNCUR (SLEEVE BEARING)

Anda mungkin juga menyukai