FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
Penyusun :
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
Penyusun :
Penerbit :
BADAN PENERBIT DAN PERCETAKAN
FAKULTAS GEOGRAFI (BPFG)
Edisi Kedua
Cetakan ke-6
Mei, 2012
ii
iii
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2. Tujuan dan Sasaran ................................................................. 4
1.2.1. Tujuan ......................................................................... 4
1.2.2. Sasaran ........................................................................ 4
1.3. Ruang Lingkup ......................................................................... 5
1.3.1. Lingkup wilayah kajian ................................................ 5
1.3.2. Lingkup materi kajian .................................................. 5
1.4. Proses dan Metode .................................................................. 6
1.4.1. Proses dan metode pembelajaran ............................... 6
1.4.2. Metode evaluasi ........................................................... 6
1.5. Tugas dan Kewajiban ................................................................ 7
1.5.1. Tugas dan kewajiban mahasiswa ................................. 7
1.5.2. Tugas dan kewajiban pembimbing .............................. 7
1.6. Petunjuk Operasional .............................................................. 8
1.6.1. Operasional di lapangan ............................................. 8
1.6.2. Peralatan yang digunakan .......................................... 8
1.6.3. Lingkup pengamatan dan kajian ................................ 9
BAB 2
iv
11
12
14
14
15
17
21
BAB 3
BAB 4
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(c)
(d)
Geografis
Aksesibilitas
Penjelasan Fenomena
menarik:
Focus Interest
Genesa Bentuklahan
(Morfologi, Struktur, Proses)
- Volkanik
Solusional - Struktural Denudasional - Fluvial
Glasial - Marin
Organik - Eolin
Antropogenik -
Administrasi
(Kota - Desa)
Penjelasan
Bentanglahan dari 3
pendekatan: Spatial,
Ecological, Regional
Aktivitas Manusia
(Sosial & Penggunaan Lahan)
- Pertanian
Pelayanan - Permukiman
Industri - Perikanan
Wisata - Perdagangan
- Pertambangan
BAB 2
10
11
Ls = (G, L, E, K, H, 0, B, A)
Keterangan: Ls (bentanglahan)
E (edafik)
O (oseanik)
G (geomorfik)
K (klimatik)
B (biotik)
L (litologik)
H (hidrologik)
A (antropogenik)
Lf = (T, P, S, M, K)
Keterangan: Lf (bentuklahan)
P (proses alam)
M (material batuan)
T (topografi)
S (struktur geologis)
K (ruang dan waktu kronologis)
12
13
(h)
(i)
(j)
14
15
16
(d)
17
Bentang Desa
Bentang Kota
Rendah
Tinggi
Mata pencaharian
Pemanfaatan ruang
Ruang terbuka
Ruang terbangun
Terbatas
Lengkap
Dekat
Berjauhan
Hubungan sosial
Stratifikasi sosial
Lembaga-lembaga
Kontrol sosial
Tradisional
Stabil
Tidak stabil
18
19
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
20
21
22
SUB KOMPONEN
Agama, Kepercayaan,
Tradisi, Pengetahuan,
Teknologi, Ideologi
(Manusia + Sosekbud)
SUB KOMPONEN
Manusia dan kegiatan
sosial, ekonomi,
budaya dan politik
SUB KOMPONEN
Permukaan bumi
(darat, laut, udara)
23
BAB 3
24
25
26
27
28
29
30
Patiayam. Adanya Bukit Genuk dan Bukit Patiayam yang dikelilingi oleh
batugamping, menandakan bahwa kedua bukit tersebut semula merupakan
gunungapi di perairan laut. Batugamping di Bukit Patiayam ini lebih muda
dibanding dengan batugamping di Perbukitan Rembang yang berumur
Miosen Akhir. Antara Gunungapi Muria dengan Perbukitan Rembang
dipisahkan oleh dataran aluvial Kudus, yang dialasi oleh batugamping
pasiran dan batugamping lempungan, yang termasuk Formasi Bulu dan
merupakan bagian dari Perbukitan Rembang.
Dataran pantai selatan bagian tengah Jawa Tengah dengan lebar
berkisar antara 10-25 km. Dataran pantai ini sangat berbeda dengan
Perbukitan Selatan, baik di bagian barat maupun di bagian timur. Dataran
pantai dengan ketinggian kurang dari 10 meter, sedangkan perbukitan
dengan penyusun utama batugamping mempunyai ketinggian 100-200
meter dari permukan air laut. Di dataran pantai banyak ditempati gumuk
pasir dengan ketinggian 5-15 meter, beting gisik dan ledok antar beting
gisik. Ada beberapa beting gisik yang letaknya sejajar dengan garis pantai,
dengan jarak antar beting gisik 100-500 meter. Pada dataran pantai antara
Nusa Kambangan, Cilacap dengan Kali Bogowonto muncul perbukitan
berbatuan gamping, yaitu: Karang Bolong, Sranding, dan Bukit Selok, yang
sangat terkenal sebagai tempat upacara ritual.
Bentanglahan Perbukitan Selatan Jawa Tengah terdiri atas:
Pegunungan Baturagung, Ledok Wonosari dan Pegunungan Sewu.
Pegunungan Baturagung tersusun oleh beberapa formasi geologi, antara
lain: Formasi Kebo, Butak, Semilir, Nglanggran, Wonosari, dan Formasi
Kepek. Pegunungan Baturagung bagian barat mengalami persesaran
membentuk gawir yang merupakan dinding Graben Bantul bagian timur.
Ledok Wonosari merupakan bagian dari Plato Selatan, yang di bagian
selatan berbatasan dengan Pegunungan Sewu, sedangkan di bagian utara
berbatasan dengan Pegunungan Baturagung. Batuan di Ledok Wonosari
berupa napal dan batugamping terumbu yang membentuk perbukitan pada
pinggiran Ledok Wonosari. Lembah Kali Oyo dan Lembah Wonosari
terdapat pada Ledok Wonosari.
31
32
33
Segara Anakan selain besarnya sedimen yang diangkut oleh kedua sungai
tersebut juga dipercepat oleh tumbuhnya bakau dan pembentukan padang
gambut di Pantai Utara Nusa Kambangan.
34
bandeng, dan garam. Pantai Rembang bagian timur tertutup endapan pasir
kwarsa yang berasal dari perbukitan di sekitar Gunungapi Lasem.
Gunungapi Muria semula merupakan gunungapi yang muncul pada
perairan laut dangkal, yang kemudian bagian selatan terjadi sedimentasi
intensif sehingga membentuk daratan. Sedimen berasal dari Gunungapi
Muria, Perbukitan Rembang, Pegunungan Kendeng, maupun yang
terangkut oleh arus sepanjang pantai. Sedimen di Pantai Jepara sebagian
besar berasal dari Gunungapi Muria, yang terangkut oleh sungai-sungai
kecil berupa pasir, lempung dan geluh. Pada Musim Barat, terjadi
pengangkutan sedimen yang berasal dari Muara Kali Wulan di Perairan
Pantai Demak yang mengalir dari Lembah Randublatung, sehingga Pantai
Jepara terbentuk rataan lumpur walaupun relatif sempit. Rataan lumpur ini
sebagian digunakan untuk tambak, namun sekarang pada beberapa lokasi
sudah beralih fungsi menjadi permukiman. Sebagian besar sedimen Pantai
Timur Gunungapi Muria hingga Pantai Rembang berasal dari Perbukitan
Rembang dan Pegunungan Kendeng yang terangkut oleh Kali Juwana,
membentuk rataan lumpur. Rataan lumpur tersebut dimanfaatkan untuk
tambak. bandeng, udang dan garam. Berbeda dengan pantai barat dan
pantai timur Gunungapi Muria, pantai utara merupakan pantai berbatu
dengan abrasi intensif dan tidak terbentuk rataan lumpur.
Pantai Demak sebagian besar merupakan rataan lumpur yang sangat
luas, sebagai hasil proses sedimentasi yang diangkut oleh Kali Wulan, yang
berasal dari lembah Randublatung. Besarnya sedimen yang diangkut dan
diendapkan pada perairan laut yang dangkal dan relatif
tenang
menyebabkan cepatnya akresi. Selain pertambahan garis pantai,
pembentukan delta di Pantai Demak sangat cepat, terutama pada Delta
Wulan. Rataan lumpur ini sebagian telah dimanfaatkan oleh penduduk
sebagai lahan tambak bandeng, udang, garam, lahan pertanian, dan
sebagian lagi masih ditumbuhi mangrove.
Pantai Semarang terletak di Teluk Semarang, yang dibentuk oleh sisi
barat Gunungapi Muria dan Pantai Kendal. Sungai yang bermuara di Teluk
Semarang adalah Kali Garang, Kali Banjir Kanal Barat, dan Banjir Kanal
Timur. Sedimentasi relatif cepat, ditunjukkan oleh adanya rataan lumpur
35
36
37
Golongan penduduk usia muda, yaitu usia sekolah ke bawah, dan tua, yaitu
usia sudah tidak produktif, mendominasi struktur penduduk pada sebagian
besar Jawa Tengah bagian selatan. Kehidupan sangat ditopang oleh proses
remitan, yaitu kebutuhan di desa dengan cara pengiriman uang dari kota ke
desa yang dilakukan oleh para urbanit.
Kondisi tersebut sangat mempengaruhi oleh kualitas sumberdaya
manusia. Penduduk yang berpendidikan dan berkeahlian tinggi cenderung
keluar daerah, umumnya ke kota karena tidak banyak lapangan pekerjaan
yang sesuai dengan tingkat pendidikan dan keahliannya di daerah asal.
Sebagai akibatnya, hanya penduduk yang berpendidikan dan berkeahlian
rendah saja yang masih bertahan di daerah asal. Rendahnya kualitas
sumberdaya manusia ini memberikan kontribusi yang besar bagi tingkat
kesejahteraan penduduk, yang memunculkan penduduk miskin, baik
miskin ekonomi, miskin kultural, maupun munculnya gejala budaya
kemiskinan.
(2) Sosial Ekonomi
Potensi sumberdaya alam dan kualitas penduduk yang rendah
menjadikan kondisi sosial ekonomi bagian selatan Jawa Tengah cenderung
rendah. Penduduk umumnya masih mengandalkan sektor pertanian
sebagai mata pencaharian utama untuk menopang kehidupan, dengan
dominasi pertanian lahan kering, yaitu tegal atau sawah tadah hujan.
Kondisi kesuburan tanah yang relatif marjinal dan banyaknya lahan kritis
menjadikan produksi dan produktivitas pertanian rendah. Rendahnya
harga jual komoditas pertanian lahan kering menjadikan tingkat ekonomi
penduduk menjadi semakin rendah. Penanaman komoditas tembakau yang
memiliki nilai jual cukup tinggi ternyata juga belum mampu mengangkat
produktivitas pertanian di wilayah ini.
Sektor usaha yang juga banyak dikembangkan oleh penduduk adalah
peternakan sapi dan kambing, akan tetapi selama Musim Kemarau usaha
tersebut sangat terkendala oleh langkanya air dan tanaman makanan
ternak. Pada Musim Kemarau sering dijumpai truk mengangkut makanan
ternak setiap hari ke Kabupaten Gunungkidul. Untuk menghidupi satu ekor
38
sapi pada Musim Kemarau dibutuhkan biaya yang besar, sehingga sering
terjadi peternak menjual hewan untuk membeli rumput atau pakan.
Sektor pertambangan khususnya bahan galian golongan C, pada saat
ini merupakan primadona baru, terutama di Kabupaten Gunungkidul dan
Wonogiri. Dua kabupaten ini secara geologis memiliki potensi bahan galian
golongan C cukup besar, terutama batugamping, dolomit, dan tuf. Usaha
pertambangan rakyat yang dikembangkan juga belum menunjukkan
prospek usaha yang cerah dengan keuntungan ekonomis yang tinggi bagi
penduduk. Nilai tambah hasil produksi ini masih lebih banyak dinikmati
oleh penduduk di luar daerah, terutama para pemilik modal atau penguasa
pasaran.
Di Kabupaten Wonogiri terdapat sektor usaha yang sangat potensial,
yaitu pemanfaatan tanaman obat-obatan, yang telah mengangkat nama
Wonogiri dengan predikat wilayah penghasil jamu. Satu perusahaan yang
cukup terkenal, yaitu, Air Mancur, berasal dari Kota Wonogiri. Profesi
sebagai penjual jamu gendongan yang tersebar di setiap kota terutama di
Jawa, banyak dilakukan oleh warga Wonogiri.
Tingginya mobilitas penduduk di Kabupaten Wonogiri dan
Gunungkidul, memberikan peluang usaha ekonomi yang sangat baik, yaitu
sektor transportasi darat. Di kedua kabupaten tersebut banyak dijumpai
perusahaan bus, yang terutama melayani jalur ke Jakarta. Kemudahan
transportasi ini juga memberikan kontribusi yang baik terhadap
peningkatan pendapatan penduduk terutama melalui pola remitan, yaitu
pengiriman uang kepada sanak famili di desa yang dilakukan oleh para
perantau di kota, terutama Jakarta.
(3) Sosial Budaya
Kesejahteraan rakyat diantaranya dapat diamati berdasar tingkat
sosial maupun jumlah kegiatan sosial budaya yang dilakukan penduduk.
Sosial budaya merupakan salah satu aspek yang luas cakupannya. Tingkat
sosial masyarakat dapat diukur dari tingkat pendidikan, tingkat gizi dan
kesehatan, serta kualitas perumahan dan lingkungan. Kegiatan sosial
39
budaya dapat tercermin dari penggunaan lahan, akses pada informasi dan
hiburan, tingkat modernitas, dan berbagai kegiatan yang melibatkan
masyarakat secara merata dan mengandung corak sosial dan budaya.
Tingkat sosial penduduk di bagian selatan Jawa Tengah termasuk
dalam kategori menengah ke bawah. Hal ini terlihat dari tingkat pendidikan
yang relatif rendah, umumnya masih di bawah tamat SMA. Tingkat
kecukupan gizi, kesehatan masyarakat, kualitas perumahan dan lingkungan
juga cenderung masih rendah, terutama karena secara ekonomi dan budaya
memang kurang mendukung untuk terciptanya kualitas perumahan dan
lingkungan yang baik.
Penggunaan lahan yang merupakan salah satu aspek kegiatan budaya
manusia, memberikan gambaran tingkat modernitas. Dominasi bentuk
penggunaan lahan pertanian lahan kering, sawah tadah hujan, lahan
terbuka yang tandus, dan lahan kritis, memberikan gambaran bahwa upaya
penduduk untuk memanfaatkan lahannya masih kurang optimal. Menurut
sejarahnya, Gunungkidul semula merupakan kawasan hutan yang sangat
lebat dan kaya diversitas flora dan fauna; tetapi karena tidak arifnya
manusia dalam mengelola lahan menjadikan kawasan hutan menjadi
tandus dan kering. Tingkat pengetahuan dan inovasi yang merupakan tolok
ukur modernisasi masih relatif rendah di wilayah bagian selatan Jawa
Tengah, terbukti dari banyaknya upaya pendayagunaan sumber air bawah
tanah yang selalu gagal dilaksanakan padahal sudah memakan biaya yang
sangat banyak. Berbagai kegiatan sosial dan budaya yang dilakukan oleh
masyarakat juga cenderung sedikit, karena hampir seluruh waktunya
digunakan untuk mengelola lahan atau malah sebaliknya digunakan
menganggur.
40
41
42
43
44
45
46
gas. Piroklastis dalam berbagai ukuran, mulai dari bongkah hingga debu.
Lava merupakan magma yang telah keluar dari perut bumi, sehingga gas
yang terkandung didalamnya sudah keluar, membentuk batuan dengan
struktur skoria. Dalam jumlah besar gas yang keluar pada waktu erupsi
sering disebut awan panas atau nuees ardente, yaitu gas bercampur
piroklastis dengan suhu dapat mencapai 200oC, sehingga sangat berbahaya
bagi kehidupan.
Kawah di puncak Merapi berbentuk tapal kuda yang terbuka ke arah
barat, menyebabkan hampir semua aliran lava dan piroklastik ke barat,
masuk wilayah Magelang dan Sleman, seperti nampak di Gambar 3.3.
Piroklastik yang keluar dari kawah dengan tekstur debu hingga bongkah.
Debu dan pasir dapat terangkut oleh aliran sungai lebih jauh dibanding
bongkah. Hujan orografis banyak terjadi pada Musim Barat, sehingga
sebagian besar curah hujan jatuh pada sisi barat dan utara Gunungapi
Merapi. Bentuk kawah yang terbuka ke barat dan tingginya curah hujan
pada sisi barat Gunungapi Merapi sangat berpengaruh terhadap sebaran
bahaya lahar hujan dan awan panas, selain memberikan bahan tambang
berupa pasir dan potensi air yang cukup tinggi pada sisi barat Gunungapi
Merapi.
47
48
Aliran lahar atau volcanic mudflow, sebagai bagian dari gerak massa
batuan, sebarannya tidak begitu jauh karena gerakan lahar dipengaruhi
oleh gaya gravitasi, bukan pengangkutan oleh air. Akibat tidak meratanya
sedimen dalam sebarannya, baik oleh aliran sungai maupun lahar, maka
berakibat timbulnya perbedaan lereng pada tubuh gunungapi. Satuan
lereng yang terbentuk pada gunungapi adalah: kerucut gunungapi (volcanic
cone), lereng gunungapi (volcanic slope), kaki gunungapi (volcanic foot),
dataran kaki gunungapi (volcanic foot plain), dan dataran fluvial gunungapi
(fluvio volcanic foot plain). Adanya satuan tersebut sangat menentukan
kondisi hidrologi, tanah, proses geomorfologi, vegetasi, dan penutup lahan,
yang akhirnya berpengaruh terhadap aktivitas manusia dalam pemanfaatan
sumberdaya lahan di wilayah Gunungapi Merapi.
49
Gambar 3.4.
50
51
52
Kunci:
Sesar bertingkat, Gawir sesar, Teluk purba, Teras marin, Garis pantai,
Laguna, Sumber air panas, Cliff, Abrasi, Rip current, Beting gisik, Gumuk
pasir, Dataran fluvio-marin, Wisata budaya, Wisata alam, Gunungapi
bawah laut, Proses marin
53
Gambar 3.7.
Kunci:
54
Gambar 3.8.
55
Gambar 3.9.
56
Kunci:
57
Kunci:
58
59
dan sebagai tempat rekreasi, limbah pakan ikan dan limbah wisata dapat
memberikan dampak negatif di lingkungan waduk.
Kunci:
60
Kunci:
61
dibawah stereoskop, atau kenampakan pada peta topografi atau peta rupa
bumi. Kenampakan di lapangan dapat diketahui dengan rekonstruksi
struktur perlapisan batuan (Gambar 3.16), yaitu dengan mengukur arah
dan besarnya dip-strike perlapisan batuan. Penamaan sungai dan lembah
didasarkan pada struktur perlapisan batuan. Sungai konsekuen pada kubah
sering ada yang menyebut sebagai sungai anteseden, padahal sungai
anteseden adalah sungai yang dapat mempertahankan alirannya walaupun
terjadi pangangkatan pada sebagian aliran sungai tersebut, sehingga
penamaan ini perlu dipertimbangkan.
62
Kunci:
Kunci:
63
64
Kunci :
Hamparan lumpur
mengandung air asin
65
Juwana yang bersifat lempungan yang mengalir dari Lembah Lusi, dan
sebagian lagi dari sungai-sungai yang berhulu di Perbukitan Rembang sisi
utara, serta hasil pengangkutan oleh arus sepanjang pantai, bersifat pasir
bergeluh. Rataan lumpur banyak terbentuk di Pantai Rembang bagian
barat. Pada rataan lumpur ini banyak diusahakan untuk tambak udang,
bandeng, tambak garam, dan sisanya untuk habitat bakau.
66
Kunci :
sedimen
bertekstur
geluh-lempung,
yang
selanjutnya
67
68
69
Kunci:
70
71
sering dilanda
banjir. Penyebab utama banjir adalah daerah tangkapan hujan yang sangat
luas yang berasal dari Perbukitan Rembang, Kendeng dan Gunungapi
Muria cukup besar dan mengalir pada dataran, sehinga aliran tidak dapat
lancar, mengakibatkan banjir atau genangan.
Kali Wulan merupakan sungai utama yang bermuara di
Pantai
72
sebagian besar wilayah tambak masih berupa jalan tanah yang hanya dapat
dilalui kendaraan roda 4 pada musim kemarau, dan hanya kendaraan yang
beroperasi pada tambak yang melewatinya. Kendaraan umum masih sangat
jarang, bahkan pada jalur tertentu perahu kecil masih digunakan untuk
lalulintas sungai.
Kunci:
bagian timur,
73
Kunci:
74
Namun
75
berdampak pada erosi dan gerak massa batuan pada lereng perbukitan dan
pegunungan meningkat, yang selanjutnya berpengaruh pada meningkatnya
sedimentasi pada Rawa Pening, sehingga terjadi pendangkalan.
76
77
yang
berkaitan
dengan
kondisi
lokasi
tersebut.
Pada
78
Bebas dari bahaya alami yang berupa: banjir, longsoran dan bahaya
yang berasal dari Gunungapi Merapi; dan
Pengembangan untuk masa mendatang masih sangat memungkinkan, karena ketersediaan lahan, dan aksesibilitas yang sangat baik.
Kunci:
awan
panas,
piroklastis,
dengan
letusan
berbentuk
ardente disebut pula wedus gembel, karena bentuknya mirip dengan bulu
kambing gembel. Sebaran letusan yang berupa piroklastis, yang terdiri dari
frakmen batuan dari debu hingga bongkah akan tersebar di sekeliling
lubang kepundan. Semakin jauh sebaran piroklastis semakin halus, dan
sebaliknya semakin dekat semakin besar. Debu akan tersebar sangat jauh,
tergantung dari musim dan kecepatan angin. Piroklastis yang keluar dari
perut bumi tidak seluruhnya terlempar jauh dari lubang kepundan, namun
ada sebagian yang menumpuk didekatnya, membentuk kubah lava. Kubah
lava ini bagian dalam masih sangat panas, walaupun bagian permukaan
sudah relatif dingin. Guguran kubah lava akan menyebabkan timbulnya
awan panas, karena di dalam kubah lava suhunya masih sangat tinggi.
79
Guguran kubah lava ini dapat disebabkan oleh gempa, atau hujan yang
mampu merubah kestabilan kubah lava tersebut.
Morfologi puncak Gunungapi Merapi sangat menentukan arah aliran
lahar dan piroklastis. Bentuk kawah yang menyerupai tapal, kuda yang
terbuka ke barat-barat daya, menyebabkan hampir semua aliran piroklastis
melalui celah tersebut, begitu lokasi terbentuknya kubah lava. Oleh karena
itu hampir semua bencana yang diakibatkan oleh awan panas, aliran
piroklastis, dan lahar hujan, ke arah barat-barat daya, yaitu: masuk Kali
Krasak, Putih (Gambar 3.29), Blongkeng, dan Kali Senowo. Lahar tidak
pernah terjadi ke arah timur, sedangkan ke arah selatan pernah terjadi
masuk Kali Woro, dan diperkirakan terjadi pada Jaman Mataram Kuno,
yaitu letusan tahun 1006, yang mengakibatkan sebagian besar lereng
Gunungapi Merapi bagian barat dan selatan ditimpa hujan abu yang amat
lebat, sehingga air sungai mengalir bagaikan lahar hujan.
80
81
Kunci : Kubah lava, Awan panas, Hujan orografis, Lahar hujan, Bangunan
pengendali sedimen, Penambangan, Dampak penambangan
82
BAB 4
4.1. Penetuan Posisi dan Penelusuran Jalur dengan Peta dan GPS
Untuk dapat mengetahui posisi lokasi pengamatan di lapangan,
diperlukan peralatan yang terdiri atas: GPS (Global Posisioning System)
dan Peta Topografi atau Peta Rupa Bumi. Alat GPS dapat dipakai untuk
menelusur jalur perjalanan, sedangkan GPS akan merekam posisi suatu
tempat atas bantuan satelit yang mengorbit, yang kemudian memberikan
sinyal untuk menentukan koordinat di lapangan. Untuk GPS tipe Garmin,
seperti yang banyak digunakan untuk menentukan koordinat yang terekam
dapat berupa koordinat geografis, yaitu letak lintang dan bujur atau
koordinat UTM (Universal Transverse Mercator). Koordinat geografis yang
83
Jakarta,
yang
merupakan
hasil
analisis
dan
pengolahan data secara digital antara Peta Topografi yang lama dengan
Foto Udara atau Citra Penginderaan Jauh. Untuk seluruh Pulau Jawa telah
diterbitkan Peta RBI, dengan skala terbesar 1:25.000, sedangkan luar Jawa
skala terbesar 1:50.000. Kelebihan peta ini dibanding dengan Peta
Topografi, bahwa di samping informasi yang ada dalam Peta Topografi,
peta RBI juga telah menunjukkan tipe dan sebaran penggunaan lahan, yang
disimbulkan dengan area berwarna, informasi tempat-tempat penting,
misalnya perkantoran dan potensi sumberdaya alam penting, misalnya:
perkebunan, industri, pertambang-an, dan sebagainya.
84
85
Datar
0-2
<5
Berombak
3-7
5 - 25
Bergelombang
8 - 13
26 - 75
Berbukit
14 - 20
76 - 200
Bergunung
21 - 55
201 - 500
Bergunung curam
56 - 140
501 - 1000
Bergunung terjal
> 140
> 1000
lipatan
atau
patahan
untuk
perbukitan
struktural,
86
Topografi
Bentuklahan
Horisontal
Rendah
Tinggi
Dataran
Plato
Kubah
Tinggi
Pegunungan Dome
Lipatan
Tinggi
Patahan
Tinggi
Tinggi
Volkan
Kompleks
Rendah
Tinggi
Pegunungan Lipatan
(antiklinal, sinklinal, monoklinal,
homoklinal)
Pegunungan Blok Patahan
(graben, patahan bertingkat, patahan
normal, patahan membalik, patahan
diagonal, patahan horizontal)
Bentukan Gunungapi
(kubah lava, medan lahar, medan lava)
Bentukan intrusif
(batolit, lakolit, neck, dyke)
Pegunungan Kompleks
(terdapat lebih dari satu struktur geologi
yang tidak dapat dipisahkan)
87
Erosional
Pelapukan
Lubang tikus,
Kelinci, semut
Gua karst
Aliran sungai
Lembah sungai
Gelombang
Gua pantai
Angin
Celah angin
Organisme
Antropogenik
Pemenggalan
lereng
Residual
Perbukitan
eksfoleasi
Bukit sisa
Igir,
punggungan
Tebing terjal
Deposisional
Endapan kerikil
berbentuk kerucut
(tallus cone)
Platforms
Gosong sungai
Delta
Betinggisik
Gisik
Batu jamur
Gumuk pasir
?
Lereng
terpotong
Terumbu karang
Ant hills
Lereng urugan
88
Genesa Bentuklahan
Gelombang atau
Arus laut
Angin
Gumuk pasir
Solusional
Organisme
Struktural
Endogen
Volkanisme
Fluvial
Eksogen
Contoh Bentuklahan
Denudasional
Antropogen
Batuan /
Struktur
Proses
Kawah
Depresi
volkanis
Pirklastis
Volkanis
Kubah lava
Pegunungan
Pirklastis
Volkanis
Kerucut
Pegunungan
Pirklastis
Volkanis,
gravitasi
Lereng
gunungapi
Perbukitan
Pirklastis
Volkanis,
gravitasi
Bentuklahan
Ciri-ciri
Bentuk depresi di
puncak kerucut atau
pada lereng
Endapan piroklastis
di dekat lubang
kepundan, biasanya
sangat labil, mudah
longsor
Tubuh gn api paling
atas dengan lereng
paling curam.
Bagian dari tubuh gn
api di bawah kerucut
gn api
Keterangan
Dapat terbetuk
danau kawah
Sering longsor,
terjadi awan
panas (wedus
gembel)
Banyak terjadi
guguran batu
Sedikit guguran
batu
89
Kaki
gunungapi
Bergelombang
Pirklastis
Volkanis
gravitasi
Dataran kaki
gunungapi
Dataran
Pirklastis
endapan
fluvial
Sedimen
-tasi
Dataran
fluvial
gunungapi
Dataran
Endapan
fluvial
Sedimen
-tasi
Medan lahar
Lembah
sungai,
berombakdatar
Endapan
lahar
Deposisi
aliran
lahar
Medan lava
Lembah,
berombakbergunung
Endapan
lava
Deposisi
aliran
lava
Baranco
lembah
sungai,
berombakberbukit
Endapan
piroklastis
Erosi
lembah
lanjut
Sumbat lava
Bergunung
Masif,
struktur
blok
Volkanis
Mulai ada
mataair pada
tekuk lereng
Airtanah
dangkal,
sedimentasi
intensif
Airtanah
dangkal,
sedimentasi
intensif
Medan berbatu,
dapat rawan
bencana
Medan berbatu,
dapat rawan
bencana
Lembah yang
dalam pada
tubuh
gunungapi
Lava yang
membeku pada
lubang
kepundan
Relief
Batuan /
Struktur
Proses
Ciri-ciri
Keterangan
LIPATAN
Perbukitan
antikinal
Perbukitan
antiklinal
menunjam
Perbukitan
Perbukitan
Berlapis,
cembung
miring
Endapan
purba,
erosi,
longsor
Berlapis,
cembung
miring
Endapan
purba,
erosi,
longsor
Pola memanjang,
sering telah terdenudasi, membentuk
igir, atau leembah
sejajar, dip ke arah
luar
Perbukitan dgn pola
memanjang, igir
menyudut dgn bidang
horisontal, tidak
sejajar, sering telah
terdenudasi, dip ke
arah luar
Rawan erosi,
gerak massa
batuan, langka
air domestik
Rawan erosi,
gerak massa
batuan, langka
air domestik
90
Perbukitan
sinklinal
Perbukitan
sinklinal
menunjam
Relief bergelombang dgn
struktur
antilinal
Relief berombak dgn
struktur
antiklinal
menunjam
Relief berombak dgn
struktur
sinklinal
menunjam
Perbukitan
blok
Bukit
terisoler
Berlapis,
Cekung
miring
Endapan
purba
erosi,
longsor
Berlapis,
Cekung
miring
Endapan
purba
erosi,
longsor
Bergelomb
ang
Berlapis
cembung
miring
Endapan
purba,
erosi,
longsor
Berombak
Berlapis
cembung
Erosi,
longsor
Berombak
Berlapis,
cekung
Endapan
puurba,
erosi,
longsor
Berlapis,
masif
Endapan
purba,Te
ktonik
Berlapis,
masif
Tektonik
Perbukitan
Perbukitan
Perbukitan
Bukit
Rawan erosi,
gerak massa
batuan, langka
air domestik
Rawan erosi,
gerak massa
batuan, langka
air domestik
Rawan erosi,
gerak massa
batuan, langka
air domestik
Rawan erosi,
gerak massa
batuan, langka
air domestik
Rawan erosi,
gerak massa
batuan, langka
air domestic
Rawan erosi,
guguran batu,
langka air,
kecuali ada
mataair kontak
Rawan erosi,
langka air
PATAHAN
Normal
Perbukitan
Patahan
Tektonik
Membalik
Perbukitan
Patahan
Tektonik
Tangga
Perbukitan
Patahan
Tektonik
Perbukitan
Patahan
Tektonik
Enggsel
Ada kelurusan,
bidang goresan, jalur
mataair, jalur vegetasi
Ada kelurusan,
bidang goresan, jalur
mataair, jalur
vegetasi, terbentuk
dinding menggantung
Ada kelurusan,
bidang goresan, jalur
mataair, jalur
vegetasi,
mirip dengan
lenampakan tangga
Ada kelurusan,
bidang goresan, jalur
mataair, jalur
Pada lereng
terjal rawan
erosi, guguran
batu
Pada lereng
terjal rawan
erosi, guguran
batu
Pada lereng
terjal rawan
erosi, guguran
batu
Pada lereng
terjal rawan
erosi, guguran
91
vegetasi, penurunan
patahan tidak sama
Graben
Horisontal
Terbentuk
lembah
antar
dinding
terjal
Sering
ditemukan
kenampaka
n sungai,
atau
perbukitan
yang
pasang
annya
bergeser
Patahan
Patahan
batu
Tektonni
Kelurusan
membatasi
lembah , ada bidang
goresan
Jika sudah
tertutup
sedimen
potensi air
tinggi
Tektonik
Kelurusan yang
ditempati sungai,
vegetasi, atau jalur
mata air
Sering
membentuk
sungai lurus,
atau jalur
perbukitan
bergeser
Relief
Batuan /
Struktur
Berlapis,
tidak
kompak
Proses
Ciri-ciri
Sediment
asi
Air tanah
dangkal,
sebagai lahan
permukiman
dan pertanian
Sediment
asi
Untuk lahan
pertanian
Pola sejajar
sungai, untuk
permukiman
Dataran
aluvial
Datar
Dataran
banjir
Datar
Tanggul
sungai
Berombak
Teras
deposisional
Datar
Berlapis,
tidak
kompak
Teras batuan
dasar
Datar
Berlapis,
/ tidak
kompak/
tidak
Erosi,
Rawa
belakang
Cekung datar
Berlapis,
tidak
kompak
Sediment
asi
Sediment
asi
Kipas aluvial
Datar berombak
Berlapis,
tidak
kompak
Berlapis,
tidak
kompak
Berlapis,
tidak
kompak
Keterangan
Sediment
asi, erosi
Sediment
asi, erosi
Pola sejajar
sungai, untuk
permukiman,
lahan pertanian
Tanah tipis,
untuk
pertanian,
permukiman
Lahan
pertanian,
perikanan air
tawar
Lahan
permukiman,
pertanian
92
Gosong
sungai
Datar berombak
Berlapis,
tidak
kompak
Gosong
sungai
lengkung
dalam
Datar cembung
berombak
Berlapis,
tidak
kompak
Sediment
asi
Danau tapal
kuda
Datar cekung
berombak
Berlapis,
tidak
kompak
Sediment
asi
Meander
terpenggal
Cekung
Berlapis,
tidak
kompak
Sediment
asi
Datar
Berlapis,
tidak
kompak
Sediment
asi
Datar
Berlapis,
tidak
kompak
Sediment
asi,
abrasi
Sediment
asi
Dasar sungai
mati
Dataran
aluvial pantai
Delta
Datar
Berlapis,
tidak
kompak
Sediment
asi
Lahan kosong,
pertanian
Lahan kosong,
pertanian
Lahan
perikanan,
pertanian
Lahan
perikanan,
pertanian
Jika deposisonal merupakan
tendon air
potensial
Dapat sebagai
tendon air
tawar, rawan
intrusi air asin
Untuk pertanian surjan
Pada bekas alur
rawan banjir,
pada
punggungan
untuk
pertanian
Gisik
Betinggisik
Relief
Berombak
Berombak
Batuan /
Struktur
Pasir
lepas
Pasir
lepas
Proses
Ciri-ciri
Sediment
asi,
deposisi,
abrasi
Berombak, materi
pasir lepas, terpengaruh pasang surut
Berfungsi
sebagai
kantong air
tawar
Deposisi,
ablasi
Berombak, sejajar
garis pantai, materi
pasir lepas. Sering
digunakan
permukiman
Berfungsi
sebagai
kantong air
tawar
Keterangan
93
Ledok antar
betinggisik
Berombak
Laguna
Datar cekung
Laguna mati
Datar cekung
Bura
Datar
Pelataran
laut
Datar
Teras laut
Datar
Cliff
Terjal,
berbukit
Runtuhan
batu klif
Rumtuhan
batu
Rawa payau
Datar cekung
Rawa
belakang
deltaik
Datar cekung
Dataran delta
Datar
Pasir pasir
bergeluh,
lepas
Pasir pasir geluh,
berlempung
Pasir pasir geluh,
berlempung
Pasir pasir geluh,
berlempung
Batuan
dasar,
pasir,
geluh,
lempung
Batuan
dasar,
pasir,
geluh,
lempung
Sedimen
-tasi
Sedimen
-tasi
Dapat
digunakan
untuk wisata.
Sedimen
-tasi
Bekas lagun
airnya asin
Sebagai lahan
pertanian
sistem surjan
Sedimen
-tasi
Sedimen klastis
menjorok ke
laut, air asin
Abrasi,
Sedimen
-tasi
current
Abrasi,
erosi
Batuan
dasar
Abrasi
Bongkah
batu
Abrasi
Runtuhan bebatuan
dari klif pada
perairan laut.
Sedimen
-tasi
Sedimentasi
Sedimen
-tasi
Dataran pada
bentuklahan delta
Pelataran laut
hasil abrasi,
sering
terbentuk RIP
Terdapat dekat
garis pantai
atau sangat
jauh
Bagian bawah
terdapat
runtuhan batu
Bongkah
bebatuan pada
pelataran laut
Sebagai habitat
ikan
Sebagai habitat
ikan,
94
Rataan
lumpur
Datar
Sedimen
-tasi
Endapan lumpur
pada tepi laut, masih
terpengaruh pasang
surut
Dapat
digunakan
untuk tambak
banding, udang
dan garam
Gumuk pasir
barkan
Relief
Batuan /
Struktur
Proses
Ciri-ciri
Keterangan
Gumuk pasir
tua bervegetasi, yang muda
belum
bervegetasi,
Sebagai
kantong
airtawar
berombak
Pasir
lepas
Deposisi,
ablasi
berombak
Pasir
lepas
Deposisi,
ablasi
Gumuk pasir
sisir
berombak
Pasir
lepas
Deposisi,
ablasi
Gumuk pasir
sejajar
berombak
Pasir
lepas
Deposisi,
ablasi
Gumuk pasir
parabola
berombak
Pasir
lepas
Deposisi,
ablasi
Gumuk pasir
gabungan
berombak
Pasir
lepas
Deposisi,
ablasi
Cekungan
Pasir
lepas
Ablasi
Gumuk pasir
melintang
Blowout
hollow
Bentuknya melintang
arah angin, relief
berombak, cerah keabu-abuan
Merupakan
perkembanagan dari
gumuk pasir
melintang, relief
berombak, cerah keabu-abuan
Merupakan
perkembanagan dari
gumuk pasir sisir,
relief berombak,
cerah - keabu-abuan
Merupakan
perkembangan dari
gumuk pasir
melintang, relief
berombak, cerah keabu-abuan
Merupakan gabungan
beberapa gumuk pasir
yang berkembang di
wilayah tersebut.
Bentukan hasil ablasi,
berupa cekungan
pada komples
Idem
idem
Idem
Idem
Idem
Ada yang
berair/ lembab
utk pertanian
95
Kubah kars
Relief
Batuan /
Struktur
Proses
Perbukitan
Gamping
horisontal
Solusional,
erosi
Solusional,
erosi
Dataran
aluvial kars
Datar
Lempung
geluh
Dolin
Cekungdatar
Lempung
geluh
Danau dolin
Cekung datar
Lempung
geluh
Uvala
Datar
Lempung
geluh
Polye
Datar
Lempung
geluh
Solusional,
erosi
Solusional,
erosi
Solusional,
erosi
Solusional,
erosi
Ciri-ciri
Perbukitan berbatuan
gamping, sering
dipisahkan oleh relief
dataran, atau
berombak
Datar materi
penyusun endapan
lempung , sering
dipisahkan oleh
perbukitan atau
dataran
Keterangan
Struktur
horizontal,
umunya tanah
sangat tipis
Dataran antar
kubah karst,
digunakan
untuk lahan
pertanian
Cekungan antar
kubah kars
Sebagai lahan
pertanian
Cekungan antar
kubah kars yang terisi
air
Sebagai
sumberair
domestic
Gabungan
dolin
Dataran memanjang
dibatasi oleh
perbukian
Digunakan
untuk lahan
pertanian
Relief
Batuan /
Struktur
Proses
Perbukitan
Masif,
volkan,
struktural
erosi,
longsor,
denudasi
Kompleks
perbukitan
sisa dan
terisolir
Perbukitan
Masif,
volkan,
struktural
erosi,
longsor,
denudasi
Permukaan
planasi
Berombak
bergelomb
ang
Masif,
volkan,
struktural
erosi,
longsor,
denudasi
Perbukitan
denudasional
Ciri-ciri
Perbukitan yang
banyak mengalami
proses erosi, longsor,
sehingga struktur asli
tidak nampak
Perbukitan yang
dipisahkan oleh
dataran aluvial dari
kompleks perbukitan utama
Perbukitan atau relief
bergelom- bang yang
telah mengalami
penda- taran
Keterangan
Pelapukan,
erosi, dan gerak
massa batuan
banyak terjadi
Bukit terpisah
dari induknya
Permukaan
lahan menjadi
rendah atau
datar oleh
berbagai proses
96
Kipas
koluvial dan
kerucut
koluvial
Berombak
Masif,
volkan,
struktural
erosi,
longsor,
denudasi
Dinding
terjal
Perbukitan
terjal
Masif,
volkan,
struktural
erosi,
longsor,
denudasi
Lahan rusak
Berombak berbukit
Masif,
volkan,
struktural
erosi,
longsor,
denudasi
Endapan material
batuan pada kaki
lereng oleh proses
gravitasi, tidak
mengalami sortasi
Dinding terjal
terbentuk oleh
patahan normal,
membalik atau abrasi
Lahan yang
mengalami proses
lanjut sehingga tidak
dapat dimanfaatkan
lagi
Lereng bawah
lembah, atau
ada renbesan,
vegetasi lebih
rapat
Terbentuk
kerucut aluvial,
atau endapan
rombakan batu
Lereng tidak
teratur, lapisan
tanah teraduk
oleh gerak
massa batuan
(fringing
reef)
Lahan
gambut (peat
Relief
Batuan /
Struktur
Datar
Batugam
ping
terumbu
Datar berombak
Batugam
ping
terumbu
Datar
Gambut
land)
(b)
Proses
Ciri-ciri
Keterangan
Pertumb
uhan
binatang
karang
Pertumb
uhan
binatang
karang
Dataran di pantai
berbatuan
batugamping
terumbu
Pantai berbatuan
batugamping
terumbu masih
terpengaruh pasut
Endapan
bahan
organik
Hamparan gambut
Terdapat
dipelataran
pantai, sebagai
habitat ikan
Terdapat
dipelataran
pantai, sebagai
habitat ikan
Tanah dan air
asam, air hujan
sebagai air
domestik
perkembangan
horison,
tekstur,
struktur,
konsistensi,
97
air.
Parameter
airtanah
dan
mataair,
meliputi:
pertanian,
perkebunan,
perikanan,
peternakan,
98
(c)
(d)
(e)
(f)
sumberdaya
bentang
lahan.
budaya
Penggunaan
yang
ada.
lahan
dapat
Indikator
kunci
99
2. Tata Ruang
Keterangan:
*)
**)
Kawasan lindung, terdiri dari lindung bawahan, yaitu: hutan lindung, resapan air, dan
lindung setempat, yaitu : sempadan sungai, sempadan pantai, sekitar waduk atau
danau, sekitar mata air, kawasan rawan bencana, kawasan suaka alam, cagar budaya.
Kawasan budidaya, terdiri dari kawasan hutan produksi, pertanian, pertambangan,
perindustrian, pariwisata, permukiman kota dan desa.
100
101
102
103
: ...
: ...
...
No
Kunci Identifikasi
1.
Bentuklahan
2.
Genesis
3.
Proses Geomorfologi
4.
Karakteristik Tanah
5.
Karakteristik Hidrologi
6.
7.
104
: ...
: ...
...
No
Kunci Identifikasi
1.
2.
Kondisi Kependudukan
3.
Permukiman
4.
Ekonomi
5.
Sosial Budaya
6.
7.
1. Penggunaan Lahan
2. Tata Ruang
105
1.
2.
Posisi Lokasi
Bentuklahan
Tipe
Genesis
Demografis
Proses
Permukiman
Tanah
Ekonomi
Air Permukaan
Sosial-Budaya
Air Tanah
Pengg. Lahan
Vegetasi
Tata Ruang
Masalah Fisik
Masalah
Sosial
Catatan
Catatan
Bentuklahan
Tipe
Genesis
Demografis
Proses
Permukiman
Tanah
Ekonomi
Air Permukaan
Sosial-Budaya
Air Tanah
Pengg. Lahan
Vegetasi
Tata Ruang
Masalah Fisik
Masalah
Sosial
Catatan
Catatan
3.
106
: ...
: ...
...
107