Anda di halaman 1dari 24

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem transmisi
Sistem transmisi adalah suatu sistem penyaluran energi listrik dari satu
tempat ke tempat lain, seperti dari stasiun pembangkit ke substation (gardu
induk). Pemakaian sistem transmisi didasarkan atas besarnya daya yang harus
disalurkan dari pusat-pusat pembangkit ke pusat beban dan jarak penyaluran yang
cukup jauh antara pusat pembangkit dengan pusat beban tersebut. Sistem
transmisi menyalurkan daya dengan tegangan tinggi yang digunakan untuk
mengurangi adanya rugi-rugi akibat jatuh tegangan.
Sistem transmisi dapat dibedakan menjadi sistem transmisi tegangan tinggi
(high voliage, HV), sistem transmisi tegangan ekstra tinggi (extra high voltage,
EHV), dan sistem transmisi ultra tinggi (Ultra high voltage, UHV). Besarnya
tegangan nominal saluran transmisi tegangan tinggi ataupun ekstra tinggi berbeda
beda untuk setiap negara atau perusahaan listrik di Negara tersebut, tergantung
kepada kemajuan tekniknya masingmasing. Di Indonesia tegangan tinggi yang
digunakan adalah 150 kV dan tegangan ekstra tinggi adalah tegangan 500 kV
yang terinterkoneksi antara Jawa dan Bali. Sistem interkoneksi ekstra tinggi ini
merupakan bagian terpenting dari penyaluran daya di Indonesia sehingga
kelangsungan dan keandalan sistem ini harus selalu dijaga.

Gambar 2.1 Jaringan Transmisi

Saluran transmisi mempunyai karakteristik yang dinamis yaitu berubahubah sesuai dengan keadaan sistem itu sendiri. Akibat dari perubahan karakteristik
tersebut dapat menimbulkan berbagai gangguan. Gangguan yang timbul di
jaringan transmisi antara lain :
1. Pengaruh perubahan frekuensi sistem
2. Pengaruh dari ayunan daya sistem
3. Pengaruh gangguan pada sistem transmisi
2.2 Gangguan Pada Jaringan Transmisi
Dalam sistem tenaga listrik, gangguan didefinisikan sebagai terjadinya
suatu kerusakan dalam penyaluran daya listrik yang menyebabkan aliran arus
listrik lebih besar dari aliran arus yang seharusnya. (Susi Irmalawati Panjaitan,
2014)
Gangguan sistem tenaga listrik adalah keadaan yang tidak normal, keadaan
ini dapat mengakibatkan kerusakan atau mempengaruhi sistem antara lain
(Sulasno, 1993):
1. Terjadi gangguan yang tidak normal dari batas yang diijinkan yang
menyebabkan arus yang besar mengalir pada saluran.
2. Gangguan dapat menurunkan, menghilangkan, atau menaikan sistem tegangan
diluar batas yang diijinkan.
3. Gangguan dapat menyebabkan sistem daya tiga fasa menjadi tidak simetris atau
tidak seimbang.
4. Gangguan dapat menghalangi aliran daya.
5. Gangguan dapat mengakibatkan sistem tidak stabil dan menghentikan aliran
daya sistem tenaga listrik.
6. Gangguan hubung singkat akan menimbulkan arus gangguan yang sangat besar
yang dapat merusak peralatan seperti generator, motor, kabel, maupun
transformator.
2.2.1

Gangguan hubung singkat

Secara umum, gangguan yang terjadi pada saluran transmisi yaitu :


1. Gangguan satu fasa ketanah
Gangguan ini adalah jenis gangguan yang paling sering terjadi pada
jaringan transmisi. Pada saat terjadi gangguan satu fasa ketanah pada fasa a maka
Ib = 0, Ic = 0, dan Va = 0 jika digambar menjadi :

Gambar 2.2 gangguan satu fasa ke tanah


Kondisi terminalnya sebagai berikut :
Ib = 0, Ic = 0, Va = 0 ....................................................(2.1)
Dari persamaan diatas, persamaan untuk mencari zero sequence, positive
sequence, dan negative sequence, yaitu :
(2.2)
(2.3)
(2.4)
Dari persamaan diatas maka :
(2.5)
Arus gangguan hubung singkat satu phasa ketanah dapat dihitung sebagai
berikut:
I a 0 I a1 I a 2

Ea
..........................................(2.6)
Z0 Z0 Z0

I a 3I a1

3E a
..................................................(2.7)
Z 0 Z1 Z 2

2. Gangguan dua fasa

Gambar 2.3 Gangguan hubung singkat 2 fasa


Kemungkinan terjadinya gangguan 2 fasa disebabkan oleh putusnya kawat
fasa tengah pada transmisi atau distribusi. Kemungkinan lainnya adalah dari
rusaknya isolator di transmisi atau distribusi sekaligus 2 fasa. Gangguan seperti
ini biasanya mengakibatkan 2 fasa ke tanah.
Va Vc ; I b I c ; I a 0.....................................................( 2.8)

Dan arus gangguan hubung singkat dapat dihitung dengan :


I a1

Ea
.........................................................(2.9)
Z 2 xZ 0
Z0
Z 2 xZ 0

I a2

Z2
xEa ..........................................(2.10)
Z1 Z 2 Z1 Z 0 Z 2 Z 0

I a1

Z0
xEa ..........................................(2.11)
Z1 Z 2 Z1 Z 0 Z 2 Z 0

3. Ganguan tiga fasa

Gambar 2.4 Gangguan hubung singkat 3 fasa ketanah


Kemungkinan terjadinya gangguan 3 fasa adalah putusnya salah satu
kawat fasa yang letaknya paling atas pada transmisi atau distribusi, dengan
konfigurasi kawat antar fasanya disusun secara vertikal. Kemungkinan terjadinya
memang sangat kecil, tetapi dalam analisanya tetap harus diperhitungkan.
Kemungkinan lain adalah akibat pohon yang cukup tinggi dan berayun
sewaktu angin kencang, kemudian menyentuh ketiga kawat pada transmisi atau
distribusi.
Rumus dasar yang digunakan untuk menghitung besarnya arus gangguan hubung
singkat tiga fasa adalah:

10

I=

V
Z
Sehingga arus gangguan hubung singkat tiga fasa dapat dihitung dengan

menggunakan rumus:

I 3 fasa

v ph
Z 1eq
...................................................................................................(2.12)

Dimana:
I 3fasa = Arus gangguan hubung singkat tiga fasa (A)
Vph = Tegangan fasa - netral (V)
Z1eq = Impedansi ekivalen urutan positif (ohm)
2.3 Sistem Proteksi Saluran Transmisi
Rele proteksi adalah suatu piranti baik elektrik maupun magnetik yang
dirancang untuk mendeteksi suatu kondisi ketidaknormalan yang tidak diinginkan
terjadi pada peralatan system tenaga listrik. Jika terjadi ketidaknormalan pada
sistem tenaga listrik, maka secara otomatis rele proteksi akan memberikan sinyal
atau perintah untuk membuka pemutus tenaga (circuit breaker) agar bagian yang
terganggu dapat dipisahkan dari sistem yang normal. Rele proteksi juga berfungsi
untuk menunjukkan lokasi dan macam gangguannya sehingga memudahkan
evaluasi pada saat terjadi gangguan. (Susi Irmalawati Panjaitan, 2014)
Ada beberapa kriteria yang perlu diketahui pada pemasangan suatu sistem
proteksi dalam suatu rangkaian sistem tenaga listrik yaitu:
1. Selektifitas
Sistem proteksi harus dapat memilih bagian sistem yang harus diisolir apabila rele
proteksi mendeteksi gangguan. Bagian yang dipisahkan dari sistem yang normal
adalah bagian yang terganggu saja.

11

2. Keandalan
Suatu sistem proteksi dikatakan handal jika dapat bekerja dengan baik dan benar
pada berbagai kondisi sistem. Keandalan sistem proteksi dibagi atas dua unsur
yaitu kemampuan rele yang selalu bekerja dengan baik pada kondisi abnormal dan
kemampuan rele untuk tidak bekerja pada kondisi normal.
3. Kecepatan kerja
Tujuan terpenting dari sistem proteksi adalah memisahkan bagian yang terkena
gangguan dari sistem yang normal dengan cepat agar tidak menimbulkan kerugian
yang lebih besar. Sistem proteksi harus memiliki tingkat kecepatan yang tinggi
agar

meningkatkan mutu pelayanan, keamanan manusia,peralatan dan stabilitas

operasi.
4. Sensitivitas
Sensitivitas adalah kepekaan rele proteksi terhadap segala macam gangguan
dengan tepat yakni gangguan yang terjadi di daerah perlindungannya.
5. Ekonomis dan sederhana
Sistem proteksi yang digunakan

hendaknya

ekonomis

dengan

tidak

mengesampingkan fungsi dan keandalannya.


2.4

Rele Jarak ( Distance Relay )

2.4.1

Pengertian Rele Jarak


Rele jarak (distance relay) merupakan proteksi yang paling utama pada

saluran transmisi. Rele jarak menggunakan pengukuran tegangan dan arus untuk
mendapatkan impedansi saluran yang harus diamankan. Jika impedansi yang
terukur di dalam batas pengaturannya, maka rele akan bekerja. Disebut rele jarak,
karena impedansi pada saluran besarnya akan sebanding dengan panjang saluran.
Oleh karena itu, rele jarak tidak tergantung oleh besarnya arus gangguan yang
terjadi, tetapi tergantung pada jarak gangguan yang terjadi terhadap rele proteksi.
Impedansi yang diukur dapat berupa Z, R saja ataupun X saja, tergantung jenis
rele yang dipakai.

12

Gambar 2.5 pengawatan rele jarak


Rele jarak mengukur tegangan pada titik rele dan arus gangguan yang
terlihat dari rele, dengan membagi besaran tegangan dan arus, maka impedansi
sampai titik terjadinya gangguan dapat di tentukan. Perhitungan impedansi dapat
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
Zf = Vf/If .............
(2.13)
Dimana: Zf = Impedansi (ohm)
Vf = Tegangan (Volt)

13

If = Arus gangguan (Ampere)

2.4.2

Karakteristik Rele Jarak


Rele jarak dapat diklasifikasi berdasarkan karakteristik

impedansi (R-X) di dalam koordinat polar, jumlah input atau


masukan

rele,

dan

metode

yang

digunakan

membandingkan

input

tersebut.

Umumnya

metode

untuk
yang

digunakan adalah dengan membandingkan dua input (dapat


berupa besaran atau sudut fasa) untuk menentukan apakah
gangguan yang terjadi berada di dalam atau di luar daerah kerja
rele.

Rele

jarak

memiliki

beberapa

karakteristik

kerja,

diantaranya adalah mho, impedansi, reaktansi dan quadrilateral.


1. karakteristik mho

gambar 2.6 karakteristik kerja mho


Karakteristik rele jarak ini dapat digambarkan dalam
diagram R-X merupakan suatu lingkaran yang melalui titik pusat
yang ditunjukkan pada gambar 2.6(a). Dari diagram tersebut
terlihat karakteristik rele ini sudah berarah, sehingga pada rele
jenis ini tidak perlu ditambahkan elemen penyearah karena rele
hanya akan mengamankan gangguan didepannya. Rele jarak
jenis Mho ini dapat digeser karakteristik kerjanya dengan
memasukan faktor arus pada trafo arus pembantu dan impedansi
pada kumparan tegangan sehingga karakteristiknya menjadi
seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.6 (b).
2. karaktektik impedansi

14

Gambar 2.7 karakteristik impedansi


Karakteristik rele ini mempunyai lingkaran dengan titik
pusatnya di tengah-tengah. Kelemahan rele ini yaitu tidak
berarah, karena kedua besaran yang dibandingkan yaitu arus
dan tegangan dibangkitkan secara mekanis, masingmasing kopel
yang dibangkitkan tidak tergantung fasanya. Rele akan bekerja
untuk gangguan di depan dan di belakang rele. Oleh karena itu
rele ini harus dilengkapi dengan rele arah untuk digunakan
sebagai rele pengukur.
3. karakteristik reaktansi
Pada karakteristik rele jarak ini, impedansi yang dilihat rele
tidak memperhatikan adanya tahanan busur, karena dianggap
tahanan busur untuk berbagai gangguan hampir sama. Rele ini
hanya

untuk

mengukur

komponen

reaktif

dari

impedansi

jaringan. Berikut gambar dari Karakteristik reaktansi:

Gambar 2.8 karakteristik kerja reaktansi


Rele akan bekerja jika reaktansi yang dilihat rele lebih kecil
dari

reaktansi

yang

diatur.

Karakteristik

rele

ini

kurang

dipengaruhi adanya tahanan busur sewaktu terjadinya gangguan


hubung singkat satu fasa ke tanah sehingga baik digunakan
untuk pengamanan gangguan tanah.

15

4. karakteristik quadrilateral
Karakteristik kerja quadrilateral dapat dibentuk dengan
menentukan setelan forward reach dan resistive reach yang masingmasing dapat di setel independen.

Gambar 2.9 karakteristik kerja quadrilateral


Rele

dengan

karakteristik

quadrilateral

akan

bekerja

apabila impedansi yang terukur oleh rele berada di dalam bidang


yang dibatasi oleh empat garis yang telah disebutkan di atas.
Quadrilateral mempunyai jangkauan resistansi yang lebih luas
daripada karakteristik mho. Karakteristik kerja quadrilateral
mempunyai kelebihan dalam hal pengukuran impedansi untuk
gangguan ke tanah atau ground fault. Gangguan ke tanah,
mempunyai resistansi yang cukup tinggi yang di akibatkan oleh
busur api (resistive arc) dan impedansi ke tanah itu sendiri
sehingga

menyebabkan

resistansi

gangguan

ke

tanah

mempunyai nilai yang cukup signifikan.


2.4.3 Pengaturan Rele Jarak
Pengaturan rele jarak berdasarkan pada daerah atau zona dari saluran
transmisi yang akan diproteksi. Zona ini menggambarkan seberapa panjang
saluran yang diproteksi oleh pengaman jarak. Secara umum, zona pada proteksi
rele jarak terdiri dari tiga zona, yaitu:

16

a. Zona 1 : mengamankan saluran yang diproteksi (protected line) Pengaturannya


adalah 80-85 % impedansi saluran yang diproteksi.
Z1 = 0,8 x ZL1
b. Zona 2 : mengamankan saluran yang diproteksi (protected line) dan saluran
sebelahnya (adjacent line) Pengaturannya adalah 115-120 % impedansi saluran
yang diproteksi.
Z2 = Z1 + 0,2 Z2
c. Zona 3: mengamankan saluran sebelahnya (adjacent line)
Pengaturannya adalah saluran yang diproteksi ditambah 115-120 persen saluran
sebelahnya (adjacent line). Maka penyetelan rele untuk zona 3 ini yaitu :
Z3 = ( ZL1 + 1,2 ZL2 )
Ada dua hal yang harus dikoordinasikan dalam penyetelan rele jarak yaitu:
1. Koordinasi antara rele salah satu ujung dengan rele ujung lainnya dalam satu
saluran yang diamankan sehingga jika rele pada salah satu ujung saluran yang
diamankan bekerja seketika, maka rele pada ujung yang lain akan bekerja seketika
pula.
2. Koordinasi antara suatu rele dengan rele seksi berikutnya, sehingga tidak terjadi
tumpang tindih (overlapping) dengan pengamanan seksi berikutnya ataupun jika
terjadi tumpang tindih dilakukan perlambatan waktu untuk rele yang bukan pada
daerah pengamanannya

17

Gambar 2.10 zona proteksi rele jarak

18

Ket : 21 = rele jarak


: zona 1
: zona 2
: zona 3
: gangguan
Pada gambar diatas gangguan terjadi disekitar 10 % daerah jangkauan rele. Maka
semua rele akan merasakan gangguan. Pada gambar ini rele 21a diharapkan
bekerja seketika karena rele ini yang terdekat dari gangguan terjadi. Sedangkan
rele 21d dan 21 c akan membaca gangguan pada zona 2 dan zona 3 sehingga
diperlukan waktu delay untuk memutus gangguan. Begitu pula untuk rele 21b
yang hanya membaca gangguan pada zona 3 maka diperlukan waktu delai yang
lebih lama lagi.

2.5
2.5.1

Rele Arus Lebih (Over Current Relay)


Pengertian Rele Arus Lebih (Over Current Relay)
Rele arus lebih bekerja berdasarkan adanya kenaikan arus yang melebihi

suatu nilai pengaman yang telah ditentukan dan dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan. Rele arus lebih akan pick up jika besar arus melebihi nilai
penyetelan. Pada proteksi jaringan transmisi, rele arus lebih digunakan sebagai
proteksi cadangan terhadap telai jarak. Rele ini digunakan untuk mengamankan
peralatan terhadap gangguan hubung singkat antar fasa, hubung singkat satu fasa
ke tanah dan beberapa hal dapat digunakan sebagai pengaman beban lebih.
2.5.2 Jenis Rele OCR Berdasarkan Karakteristik Waktu
1. Rele waktu seketika (instantaneous relay)
Rele yang bekerja seketika (tanpa waktu tunda) ketika arus yang mengalir
melebihi nilai penyetelannya, rele akan bekerja dalam waktu beberapa mili detik
(10-20 ms). Rele ini jarang berdiri sendiri tetapi umumnya dikombinasikan
dengan rele arus lebih dengan karakteristik yang lain.

19

Gambar 2.11 Karakteristik rele waktu seketika (instantaneous relay)


2. Rele arus lebih waktu tertentu (definite time relay)
Rele ini akan memberikan perintah pada PMT pada saat terjadi gangguan
hubung singkat dan besarnya arus gangguan melampaui penyetelannya (Is), dan
jangka waktu kerja rele mulai pick up sampai kerja rele diperpanjang dengan
waktu tertentu tidak tergantung besarnya arus yang mengerjakan rele.

Gambar 2.12 Karakteristik rele arus lebih waktu tertentu


(definite time relay)
3. Rele arus lebih waktu terbalik (inverse time relay)
Rele ini akan bekerja dengan waktu tunda yang tergantung dari besarnya arus
secara terbalik (inverse time), makin besar arus makin kecil waktu tundanya.
Karakteristik ini bermacam-macam dan setiap pabrik dapat membuat karakteristik
yang berbeda-beda, karakteristik waktunya dibedakan dalam 4 kelompok:

1. Standart inverse

20

0,14
Ihs
Iset

.TMS

0 , 02

1
.....................................................................................(2.14)

2. very inverse
t

13,5
Ihs
Iset

.TMS

1
........................................................................................(2.15)

3. extremely inverse
t

80
Ihs
Iset

.TMS

1
.........................................................................................

(2.16)
4. long time inverse
t

120
.TMS
Ihs
Iset 1

..........................................................................................(2.17)

Dimana: T = waktu rele kerja dengan (s)


Ihs = arus hubung singkat (A)
Iset = arus setelan rele (A)
TMS = Time Multiple Penyetelan (karakteristik kerja rele yang diinginkan
sesuai dengan hasil perhitungan). (Sugeng Priyono, 2013)

21

2.5.3

Gambar 2.13 Karakteristik rele arus lebih waktu terbalik


(inverse time relay)
Prinsip Kerja OCR
Prinsip kerja OCR adalah berdasarkan adanya arus lebih yang dirasakan

rele, baik disebabkan adanya gangguan hubung singkat atau beban lebih untuk
kemudian memberikan perintah trip ke PMT sesuai dengan karakteristik
waktunya.

Gambar 2.14 Rangkaian Pengawatan OCR


Cara kerjanya dapat diuraikan sebagai berikut:
Pada kondisi normal arus beban (Ib) mengalir pada jaringan dan
oleh transformator arus besaran arus ini ditransformasikan ke
besaran sekunder (Ir). Arus (Ir) mengalir pada kumparan rele tetapi
karena arus ini masih lebih kecil dari pada suatu harga

yang

ditetapkan (penyetelan), maka rele tidak bekerja.


Bila terjadi gangguan hubung singkat, arus (Ib) akan naik dan
menyebabkan arus (Ir) naik pula, apabila arus (Ir) naik melebihi
suatu harga yang telah ditetapkan (diatas penyetelan), maka rele
akan bekerja dan memberikan perintah trip pada tripping coil

22

untuk bekerja dan membuka PMT, sehingga jaringan yang


terganggu dipisahkan dari sistem.
2.5.4

Setelan OCR
Arus penyetelan OCR
Arus penyetelan untuk rele OCR adalah:
Iset (primer) = 1,1 x Inominal transformator...............................(7)
Nilai tersebut adalah nilai primer, untuk mendapatkan nilai setelan
sekunder yang dapat disetkan pada rele OCR, maka harus dihitung
dengan menggunakan rasi transformator arus (CT) yang terpasang

pada sisi primer maupun sisi sekunder transformator tenaga.


1
Iset ( primer ) x
rasioCT
Iset (sekunder) =
....................................(8)
Setelan waktu TMS
Hasil perhitungan arus gangguan hubung singkat, selanjutnya
digunakan untuk menentukan nilai setelan waktu (TMS). Rumus
untuk menentukan nilai setelan waktu bermacam-macam sesuai
dengan desain pabrik pembuat rele. Dalam hal ini diambil rumus TMP
dengan rele merk MC 30

Tabel 2.1 karakteristik Operasi Waktu Jenis Rele Inverse Time


(Catalogue Overcurrent Relay Type MC30)

23

Gambar 2.15 Karakteristik Rele Arus Lebih


2.6
2.6.1

Rele Hubung Tanah (Ground Fault Relay)


Pengertian Rele Hubung Tanah (Ground Fault Relay)

24

Rele hubung tanah adalah suatu rele yang bekerja berdasarkan adanya
kenaikan arus yang melebihi suatu nilai penyetelan pengaman tertentu dan dalam
jangka waktu tertentu bekerja apabila terjadi gangguan hubung singkat fasa ke
tanah. Dibawah ini merupakan gambar rangkaian pengawatan GFR:

Gambar 2.16 Rangkaian Pengawatan Rele GFR


2.6.2

Prinsip Kerja GFR


Pada kondisi normal beban seimbang Ir, Is, It sama besar, sehingga pada

kawat netral tidak timbul arus dan GFR tidah dialiri arus. Bila terjadi terjadi
ketidak seimbangan arus atau terjadi gangguan hubung singkat ke tanah, maka
akan timbul arus urutan nol pada kawat netral, sehingga GFR bekerja.
2.6.3

Setelan GFR
Arus penyetelan OCR
Arus penyetelan untuk rele GFR adalah:
Iset (primer) = 0,2 x Inominal transformator.............................................(9)
Nilai tersebut adalah nilai primer, untuk mendapatkan nilai setelan
sekunder yang dapat disetkan pada rele GFR, maka harus dihitung dengan
menggunakan rasi transformator arus (CT) yang terpasang pada sisi primer

maupun sisi sekunder transformator tenaga.


1
Iset ( primer ) x
rasioCT
Iset (sekunder) =
..................................(10)
Setelan waktu TMS
Hasil perhitungan arus gangguan hubung singkat, selanjutnya digunakan
untuk menentukan nilai setelan waktu (TMS). Sama halnya dengan OCR,

25

GFR menggunakan rumus penyetelan TMS sama dengan OCR, tetapi


waktu kerja rele yang diinginkan berbeda. GFR cenderung lebih sensitif
daripada OCR.
2.6.4 Contoh Perhitungan Setelan OCR dan GFR

pada kasus diatas diketahui rasio CT , rasio CB dan KHA kabel saluran yaitu :
rasio CT : 400/1
kapasitas CB : 800 A
KHA penghantar : 645 A
Arus hubung singkat 3phasa : 1250 A
Arus hubung singkat 1 phasa : 800 A
Iset = 1 s
Setelan arus :
Iset (primer) : 1,1 x 400 = 440A
1
Iset ( primer ) x
rasioCT
=
Iset(sekunder)
= 440 X 1/400
= 1,1 A

Untuk menghasilkan waktu tunda sekitar 1 detik maka TMS yang diperlukan
adalah :

26

0,14
Ihs
Iset

.TMS

0 , 02

0,14
1250
440

.TMS

0, 02

TMS = 0,150

Setelan GFR
Iset primer : 0,2 x 440 = 88 A

Iset ( primer ) x
Iset(sekunder) =

1
rasioCT

Iset sekunder :
= 88 X 1/400
= 0,2 A

Untuk menghasilkan waktu tunda sekitar 1 detik maka TMS yang diperlukan
adalah :

0,14
Ihs
Iset

.TMS

0 , 02

0,14
800
88

.TMS

0 , 02

TMS = 0,321

27

2.7

Digsilent powerfactory
Digsilent

powerfactory

merupakan

suatu

perangkat

lunak

yang

mendukung sistem tenaga listrik. Perangkat ini mampu bekerja dalam keadaan
offline untuk simulasi tenaga listrik, online untuk pengelolaan data real-time atau
digunakan untuk mengendalikan sistem secara real-time. Fitur yang terdapat di
dalamnya pun bermacam-macam antara lain fitur yang digunakan untuk
menganalisa pembangkitan tenaga listrik, sistem transmisi maupun sistem
distribusi tenaga listrik
Uraian instruksi kerja dalam pengoperasian software DigSilent pada studi sistem
tenaga listrik yaitu:
1. Menjalankan Software (START)
a. Double klik ikon DigSilent
b. Masukkan Nama, Sandi, Bahasa, klik OK
2. Membuat Case (Project) baru dan GRID
a. Klik New berikan nama Project, klik Execute
b. Set input variable line/cable dan Load, klik OK
c. Membuat GRID: Isi Nama GIRD Element, Frekuensi, Owner, klik OK
3. Membuat Database (LIBRARY)
a. Membuat Library BUSBAR: pilih New Object, pilih Element, klik New
Element Type, pilih BUSBAR Type, klik OK, masukkan parameter Nama
dan Nominal pada Basic Data, klik OK
b. Membuat Library BEBAN: pilih New Object, pilih Element, klik Element
Type, klik Net Element Type, pilih Generald Load Type, klik OK pada Basic
Data, masukkan Parameter Nama, Sistem, Phasa, Connection, klik OK
c. Membuat Library LINE: pilih New Object, pilih Element, klik Net Element
Type, pilih Line Type, klik OK, masukkan parameter yang diminta pada
Basic Data dan Load Flow, klik OK

28

d. Membuat Library GENERATOR: pilih New Object Type, klik Net Element
Type, pilih Syncrhonous Machine Type, klik OK, masukkan parameter yang
diminta pada Basic Data dan Load Flow, klik OK
e. Membuat Library TRNSFORMATOR: pilih New Object, Type, klik Net
Element Type, pilih 2-Winding Transformer Type, klik OK, masukkan
parameter yang diminta pada Basic Data dan Load Flow, klik OK

Anda mungkin juga menyukai