Kalau aku mengingat-ingat testimoni seniorku yang sudah bekerja di perusahaan internasional, kesombonganku menjadi hal yang pertama kali muncul. Apa? Cumlaude Teknik Komputer UI cuma ditawarin pekerjaan ginian? Yang bener aja Begitulah aku. Orang miskin yang tidak punya orangtua, ekonomi tingkat bawah, sombong, hidup pula. Mungkin ini sebabnya orangtuaku enggan hidup kembali untuk bertemu denganku. Kutolak tawaran itu dan aku tetap menganggur sampai 6 bulan lamanya. Menyambung hidup hanya mengandalkan uang yang dihadiahkan rektor pada lulusan cumlaude yang jika dihitung akan habis dalam 1 bulan ke depan. Aku mulai mencari pekerjaan dari kantor ke kantor tapi tidak ada yang cocok denganku. Hingga pada suatu sore aku singgah ke sebuah kantor konsultan pajak yang sedang membutuhkan tenaga di bidang komputer untuk mengubah sistem mereka yang baru saja dibobol. Kuterima pekerjaan itu dan aku mulai bekerja keesokan harinya. Hari-hariku di kantor berjalan lancar. Aku banyak membuat perubahan di bidang keamaan digital dan sejak saat itu kantor tersebut tidak pernah dibobol oleh peretas lagi. Kesombonganku pun muncul lagi Namanya juga cumlaude UI, masa pekerjaan ginian ga bisa dikerjain sih? Hahahaha Berselang tiga hari setelah kesombonganku muncul, aku diberhentikan oleh perusahaan tersebut dengan alasan pendidikanku terlalu bagus hanya untuk bekerja disitu. Percayalah, itu hanya omong kosong belaka lantaran aku sudah memperbaiki sistem mereka yang cacat. Aku menganggur lagi selama 3 bulan lamanya dan hanya hidup dari uang 2 bulan gaji ditambah pesangon yang mereka berikan kepadaku. Ketika aku hendak pergi untuk mencari makan, aku bertemu dosen mata kuliah Teknik Komputer Dasar di parkiran gedung. Aku mendatanginya dan menyalamnya dan dia berkata Halo, Suf. Apa kabar? Wah ini dia anak didik saya yang cerdas sekali. Baik, pak. Ah bapak bisa aja. UI gimana sekarang pak?
Di suatu malam yang dingin, aku menatapi
komputerku yang usang. Komputer pemberian kedua orangtuaku yang telah meninggalkan aku sejak aku masuk jenjang perkuliahan. Ia begitu setia menemaniku dikala teman-temanku pulang ke kampung halamannya dan bertemu orangtua mereka ketika libur semester tiba. Beginilah hidupku ketika masa kuliah, hanya mengandalkan beasiswa penuh dari perguruan tinggi karena aku tidak punya siapasiapa lagi. Adik ayahku hanyalah seorang buruh tani yang doyan mabuk tiap malam, sedangkan ibuku adalah anak tunggal sehingga aku tidak punya sanak saudara yang bisa membantuku. Terkadang aku suka meratapi nasibku yang naas ini. Ketika orang lain makan 3 kali sehari, aku hanya makan 2 kali sehari. Ketika orang lain mempunyai banyak buku untuk dijadikan pembanding, aku hanya bisa meminjam dan mencatatnya intisarinya dari perpustakaan. Sering sekali terbesit niatku untuk menjual komputerku, tapi jika komputer itu kujual maka tidak ada lagi barang yang bisa kujadikan penawar rindu akan kedua orangtuaku. Komputer itu adalah hal terindah yang pernah mereka berikan kepadaku. Meskipun komputer itu sudah tidak mengikuti perkembangan teknologi sekarang. Singkat cerita, masa perkuliahanku pun usai. Aku lulus dan menjadi Sarjana Teknik Komputer dari Universitas Indonesia dengan predikat cumlaude. Perasaan bangga dan senang pasti kurasakan. Tapi ketika aku mendengar orang berkata Selamat ya, nak. Anak papa memang hebat Wajahku selalu berubah seakan-akan gelarku itu tidak artinya tanpa kehadiran orangtuaku, tapi mau bagaimana lagi, mereka pasti tersenyum melihatku berhasil lulus lebih cepat daripada temanteman satu angkatanku. Predikat cumlaude tidak membuatku cepat diterima di dunia pekerjaan. Aku sempat menganggur selama 4 bulan. Di pagi hari yang mendung, datang sepucuk surat yang dikirim oleh perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan perangkat lunak.
Wah, sekarang mahasiswa jadi banyak
sekali. Kita kewalahan mengaturnya. Oh iya, kamu udah tau pengumuman S2 gratis bagi alumnus yang cumlaude? Kamu mau ikut tidak? Aku langsung terkejut dengan berita itu. Aku ingin melanjutkan S2 itu tapi jika nanti aku bertemu teman-temanku dan mereka bertanya mengenai pekerjaanku, habislah aku. Seorang Cumlaude Susah Mendapat Pekerjaan. Itu akan menjadi judul yang sangat indah untuk ditampilkan di festival film mahasiswa. Kelaparanku tiba-tiba sirna dengan campuran perasaan senang dan malu yang terbesit dalam pikiranku. Wah terimakasih banyak ya, pak atas informasinya. Nanti jika saya berminat, saya langsung pergi ke UI aja untuk mendaftar Oh iya, tolong dipikirkan baik-baik ya. Sayang otak kamu itu jika tidak dikembangkan lagi Iya, pak nanti saya pertimbangkan lagi. Terimakasih, pak. Menurut angka perhitungan, kemungkinan aku melanjutkan pendidikan itu sangat kecil. Rasa sombong dan malu menjadi alasan utama mengapa aku tidak mau meneruskan pendidikanku ke jenjang S2. Andai saja aku bisa menanggalkan rasa sombong dan malu itu. Dengan rasa sombong dan malu yang menempel di hatiku, aku memberanikan diri pergi ke kampusku dulu dan pergi ke gedung rektorat untuk mendafatar. Woi, Yusuf. Lo balik lagi kesini? Ngapain? Mau daftar S2 nih, Don. Pak Tahar bilang ada program S2 gratis bagi cumlaude Widih temen gue mau S2 nih. Btw sekarang lo kerja dimana, Suf? Sudah kuduga pertanyaan ini akan menjadi pertanyaan paling sering terucap seantero UI. Kecemasan terbesarku memang betul-betul terjadi. Sementara ini masih nganggur, Don. Kayaknya mau ngambil jurusan bidang penelitian aja deh biar gak masalah nyari kerja. Aduh, Suf. Otak lo itu sayang banget dipake buat penelitian doang. Padahal lo bisa kerja sampe Amerika sana. Eeehh malah mau jadi peneliti. Gaada duitnya bro. Mau gimana lagi, Don. Buktiya sampe sekarang gue masih nganggur. Boro-boro mau kerja sampe Amerika.
Iyadeh terserah lo aja. Yang penting lo
bahagia dan nyaman aja sama pekerjaan lo nanti. Gue pergi dulu ya, Suf. Maktkul kalkulus ngulang 3 kali ga lulus-lulus nih. Gak kaya lo sekali masuk langsung lulus. Hahahaha. Seketika hatiku tersentak mendengar hal itu. Betapa tidak bersyukurnya aku memiliki otak yang cemerlang dibandingkan teman-temanku. Aku memutuskan untuk mengambil S2 bidang Fisika Astronomi di Universitas Indonesia. Masa perkuliahan pascasarjanaku berjalan lancar. Jauh lebih lancar dari teman-temanku. Aku menyandang gelar masterku 2 tahun setelah aku mendapatkan gelar sarjana. Aku bersama 3 temanku bersama-sama diterima di LAPAN. Ya, baru kali ini aku mendapatkan pekerjaan yang benar-benar sesuai dengan pendidikanku. Bukan seperti pekerjaan sebelumnya yang terlalu mudah untuk seukuran cumlaude UI (Lagi-lagi kesombonganku muncul). Perjuangan kami untuk menembus NASA sangatlah sulit. LAPAN bukanlah lembaga yang diperhitungkan oleh NASA. Kami memutuskan untuk tetap di LAPAN dan meneliti siang dan malam masalah gelombang gravitasi. Keterbatasan alat dan modal membuat kami sedikit tersendat dalam melakukan penelitian. Kami cukup melakukan perhitungan yang memungkinkan terjadinya gelombang gravitasi masif. Penelitian kami ternyata menarik perhatian lembaga astronomi Eropa yang bermarkas di Jerman. Kami diundang kesana untuk melakukan penelitian lebih lanjut bersama dengan orang-orang sana. Perhitungan demi perhitungan kami lakukan untuk mencari sesuatu yang sampai sekarang masih belum ditunjukkan oleh Sang Pencipta. 10 bulan lamanya kami berjuang untuk seakan-akan mendesak Sang Pencipta agar menunjukkan apa yang sedang kami perjuangkan. Dan ternyata memang Ia adalah Yang Mahakuasa. Ia memanggil profesor kami kembali padaNya, mungkin itu merupakan peringatan bagi kami agar tak mendesakNya. Aku selalu berdoa agar ayah dan ibuku mau berbincang denganNya agar ia bersedia menunjukkan apa yang selama ini kami cari. 5 bulan setelah kepergian profesor kami, akhirnya kami menemukan gelombang itu. Dan tebak siapa yang melakukan perhitungan terhadap 2 lubang hitam yang saling berinteraksi membentuk
gelombang gravitasi masif. AKULAH YANG
MELAKUKAN PERHITUNGAN ITU. Tapi kini aku tak mau sombong karena tanpa rekan-rekanku, kedua orangtuaku yang membujukNya, dan pastinya Sang Pencipta aku tidak mungkin bisa menemukan gelombang ini. Ketika kami melakukan perayaan penemuan ini, aku bertemu mahasiswa Indonesia yang berkuliah di Jerman turut hadir disana. Mata ini seakan-akan tak bisa mengalihkan pandangan padanya. Ia begitu cantik sampai aku tak sadar kalau aku dipanggil untuk menaiki panggung. Tapi inilah saatnya untuk aku menunjukkan padanya kapasitas seorang cowok penemu gelombang gravitasi. Trik pamer kebolehan ini cukup berhasil membuatnya terkesima. Dengan gayaku yang purapura tak melihatnya dan sibuk tersenyum pada para hadirin sukses membuatnya tidak ilfil melihatku yang sebenarnya sudah gatal tak menyombongkan diri. Diriku tetap tak bisa mengalihkan pandangan ini ketika ia sedang mengambil makanan. Langsung saja aku ikut di dalam antrian mengambil makanan agar semakin dekat pada dirinya dan tampaknya dewi fortuna sedang berpihak padaku. Ia terlihat sedang sendiri di mejanya melahap makanan yang rasanya tidak terlalu aku suka. Bayangkan saja bocah miskin yang terbiasa makan pecel ayam harus menyesuaikan diri memakan makanan western. Hei, mejanya kosong ga ya? Ohiya kosong kok. Duduk aja Langkah pertama berhasil. Di Jerman ngambil jurusan apa? Di kota mana? Aku ngambil jurusan Teknik Astronotika di Achen. Makanya aku bisa ikut acara lembaga astronomi Eropa ini Udah masuk semester berapa nih? Ini lagi jalan semester 5. Kak, kok bisa nemuin gelombang gravitasi itu gimana sih? Kayaknya keren banget. Itukan salah satu prediksi Einstein saat mencetuskan Relativitas Umum. Hahaha, biasa aja kok. Cuma mikir kalau neliti cuma dari interaksi antar bintang biasa kayanya gabakal nemu, jadi cari-cari objek yang masif yaitu lubang hitam. Btw jangan manggil kak dong, kurang enak hahaha Ohiya aku belum perkenalin nama aku ya. Nama aku Dhanisa, temen-temen sih manggilnya Denis. Jadi berasa cowok nih hahaha
Saya Yusuf. Salam kenal ya. Enak banget nih
punya temen ngobrol yang nyambung banget. Hahaha bisa aja. Itu 2 temennya udah nunggu tuh. Kasian dikacangin hahaha Ah mereka ganggu orang lagi ngobrol aja nih. Boleh minta nomor HP kamu gak ya? Biar bisa janjian diskusi bareng lagi Aku tulisin aja ya. Ini. Makasih ya, Denis. Nanti saya hubungi lagi Iya sama-sama, Yusuf. Di satu sisi aku kecewa tidak bisa berbincang lagi dengannya, di sisi yang lain aku senang bisa mendapatkan nomor HPnya. Memang 2 orang temanku itu adalah orang terbaik di Negeri Hitler ini. Setelah acara itu kedekatanku dengannya semakin menjadi-jadi. Sepertinya ia sangat senang ketika sesekali kubawa ia ke kantorku. Kami sesekali iseng-iseng menatap langit yang penuh bintang. Betapa agungnya Dia yang menciptakan alam semesta ini. Disaat seperti ini aku sering bertekad untuk tidak sering menyombongkan diri tapi selang beberapa jam kecenderungan itu muncul lagi. Sepertinya aku dan Denis benar-benar saling jatuh cinta. Kebersamaan kami benar-benar mencerminkan hubungan cinta yang sejati dan sempurna. Tak pernah lepas pandanganku terhadapnya pada saat kami sedang berjalan-jalan di pinggir jalan kota Munich. Ya, Denis hanya bisa pergi ke Munich setiap hari Sabtu karena jarak AchenMunich tidak sedekat Jakarta-Bandung. Kadang aku yang pergi ke Achen untuk menjumpainya. Satu setengah tahun berlalu dan tibalah saatnya Denis selesai dari pendidikan Teknik Astronotika di Achen. Ia sekarang memiliki gelar Sarjana Teknik. Aku turut hadir dalam wisuda wanita yang kucintai itu. Aku bertemu dengan kedua orangtuanya dan berbincang-bincang sedikit. Orangtuanya datang dari Padang untuk melihat putri mereka satu-satunya diberikan gelar Sarjana Teknik dari Jerman. Ini Yusuf si penemu gelombang gravitasi ya? Berita penemuan kamu sampai ke Indonesia loh. Hebat sekali kamu. Saya senang punya calon menantu seperti kamu. APA? Belum pernah terpikir olehku untuk mempersunting Denis menjadi istriku. Memang jika melihat situasi dan keadaan sekarang sudah besar sekali kemungkinannya aku akan melamar dia, tetapi memang niatan itu belum pernah terpikirkan olehku.
2 bulan setelah Denis wisuda, ia bekerja di
lembaga pengembangan antariksa Jerman. Niatku untuk melamarnya sudah semakin jadi, tidak seperti saat ia wisuda, tetapi... Tiba-tiba datang sepucuk surat dari petugas pos Munich. Dari amplopnya terlihat lambang Garuda Pancasila. Dan isinya adalah undangan dari Pak Presiden yang diteruskan oleh KBRI untuk Jerman. Buru-buru aku menyimpan cincin yang kubeli untuk Denis dan aku langsung pergi menemuinya dan berpamitan karena besok aku harus pulang ke Indonesia. Aku pergi dulu, ya. Presiden mengundangku untuk berbincang-bincang. Iya, Suf. Hati-hati, ya. Cepatlah kembali kesini. Jerman pasti merindukanmu 17 jam penerbangan membawaku pulang ke tanah air. Aku langsung bertolak ke Istana Negara untuk menemui Presiden. Yusuf, selamat atas penemuan kamu, ya. Indonesia sangat bangga pada kamu. Ini ada sedikit hadiah karena kamu sudah mengharumkan nama Indonesia di bidang ilmu pengetahuan. Saya juga mau menawarkan sesuatu buat kamu. Kamu bersedia tidak jadi Kepala LAPAN? Yang merekomendasikan kamu itu Kepala LAPAN sekarang. Ia sebentar lagi pensiun. Negara membutuhkanmu Habislah diriku. Disaat diriku sudah mantap melamar Denis, datanglah petir menyambar kemantapan hatiku. Sekarang aku harus memilih antara Denis atau LAPAN. Jika aku mengajak Denis pulang ke Indonesia, sudah pasti ia menolak. Jika aku memilih LAPAN, maka aku harus merelakan Denis. Saya belum bisa beri jawabannya sekarang, pak. Pekerjaan saya di Jerman juga masih ada yang belum terselesaikan. Mungkin nanti saya akan pertimbangkan lebih matang sampai pekerjaan saya selesai. Keesokan harinya aku langsung kembali ke Jerman tetapi tidak langsung menemui Denis. Diriku terlalu takut untuk mengatakan hal ini kepadanya. Kuputuskan untuk melanjutkan pekerjaanku disini sampai nanti aku akan memutuskan pulang ke
Indonesia atau menetap di Jerman dan hidup bahagia
bersama Denis. Hari demi hari kulalui bersama Denis tanpa pernah membahas tentang hal ini. Ingin sekali mengatakan semuanya pada Denis, tapi aku takut sekali ia perlahan-lahan melupakanku padahal aku belum memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Malam hari di musim dingin, aku dan Denis pergi ke sebuah kedai kopi di Munich. Aku berencana untuk mengatakan semuanya kepada Denis, tapi bibir ini sulit sekali untuk mengatakannnya. Denis, aku diminta Presiden untuk mengisi kursi Kepala LAPAN yang sebentar lagi akan kosong. Tapi aku ingin melamarmu menjadi istriku.Maukah engkau menjadi isitriku dan pulang ke Indonesia? Maaf, Suf. Aku gak bisa. Pekerjaanku disini sudah baik. Tidak mungkin aku meninggalkan pekerjaanku. Pasti orangtuaku akan sangat kecewa. Jika kau tetap ingin bersamaku, temui aku besok sore di gedung tempat kita pertama kali bertemu. Aku pamit dulu Denis tampak sangat kecewa terhadapku. Aku tahu pasti ia akan menolak lamaranku dan kembali ke Indonesia. Kuputuskan untuk tak menemuinya di sore itu. Ya, aku memilih untuk mengabdi pada negara yang telah banyak berkontribusi dalam pendidikanku, dan aku perlahan-lahan mencoba melupakan Denis ciptaan terindah dari Tuhan yang pernah berbagi kebahagiaan bersamaku. Denis, Terimakasih sudah pernah memberikan kebahagiaan padaku Terimakasih atas semua yang pernah engkau hadirkan dalam hidupku Sekarang kita harus berjalan berjalan masing-masing Aku harap engkau menemukan tambatan hati yang jauh lebih baik dariku Maaf atas segala kekecewaan yang aku perbuat Maaf aku harus meninggalkanmu dan kembali ke tanah air Sekali lagi maaf.