Akuntansi
Akuntansi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kewajiban melaksanakan pembukuan (akuntansi) yang tertuang dalam salah satu
pernyataan Allah (QS, 2:282), menunjukkan betapa pentingnya akuntansi bagi masyarakat
Muslim. Fenomena akuntansi syariah diharapkan dapat mewakili kebutuhan akan laporan
keuangan yang benar-benar jujur, adil, dan dapat dipercaya kerena laporan keuangan
akuntansi syariah berbasiskan pada syariah, dan syariah sendiri memiliki tujuan mulia
yakni menciptakan kemaslahatan bagi umat manusia. Dengan demikian, tepat kiranya bila
prinsip-prinsip akuntansi syariah dapat dijadikan solusi alternatif dalam menjaga
akuntabilitas laporan keuangan
Banyaknya lembaga keuangan Islam yang telah berkembang di dunia, menimbulkan
berbagai wacana mengenai bagaimana seharusnya pencatatan dalam keuangan dan akuntansi
dalam lembaga keuangan Islam itu dibuat dan apakah akuntansi yang ada sekarang telah
mampu mewakili dari tujuan dalam operasional lembaga keuangan Islam. Dalam Accounting
Postulate and Principles From an Islamic Perspective (Review of Islamic Economics) oleh
Eltegani Abdulgader Ahmed mencoba untuk mencari kesesuaian antara postulat dan prinsip
akuntansi yang berlaku saat dilihat dari perspektif Islam yang didalamnya membahas
mengenai kesesuaian postulat dan prinsip dipandang dari perspektif Islam.
Akuntansi secara sosiologis saat ini telah mengalami perubahan besar. Akuntansi
tidak hanya dipandang sebagai bagian dari pencatatan dan pelaporan keuangan perusahaan.
Akuntansi telah dipahami sebagai sesuatu yang tidak bebas nilai (value laden), tetapi
dipengaruhi nilai-nilai yang melingkupinya. Bahkan akuntansi tidak hanya dipengaruhi,
tetapi juga mempengaruhi lingkungannya (lihat Hines 1989; Morgan 1988; Triyuwono
2000a; Subiyantoro dan Triyuwono 2003; Mulawarman 2006).
Ketika akuntansi tidak bebas nilai, tetapi sarat nilai, otomatis akuntansi konvensional
yang saat ini masih didominasi oleh sudut pandang Barat, maka karakter akuntansi pasti
kapitalistik, sekuler, egois, anti-altruistik. Ketika akuntansi memiliki kepentingan ekonomipolitik MNCs (Multi National Companys) untuk program neoliberalisme ekonomi, maka
akuntansi yang diajarkan dan dipraktikkan tanpa proses penyaringan, jelas berorientasi pada
kepentingan neoliberalisme ekonomi pula (Mulawarman 2007d).
Sayangnya, yang terjadi saat ini adalah praktek dari sistem akuntansi barat yang lebih
mengarah kepada sistem bebas nilai guna meraih keuntungan sebesar-besarnya. Tetapi,
1
apakah sistem akuntansi barat tersebut telah berhasil memakmurkan kehidupan seluruh umat
manusia secara global ? Ternyata tidak. Karena sistem akuntansi tersebut hanyalah ciptaan
dari manusia, maka sistem akuntansi barat tersebut tetap tidak akan sempurna. Terbukti
dengan krisis global yang melanda seluruh dunia akibat dari gagalnya sistem akuntansi
konvensional yang digadang-gadang oleh barat. Sekarang setelah sistem akuntansi
konvensional yang ada telah gagal, adakah solusi yang masuk akal untuk mengatasi segala
krisis yang ada. Sistem akuntansi syariah bisa menjadi solusinya.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Morita dan Cahyani (2009) yang membahas
perbedaan pengakuan pendapatan antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional pada PT.
Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk yang menerapkan dual banking system, yaitu
melaksanakan kegiatan perbankan secara umum sekaligus secara syariah. Perbedaan utama
antara Bank Konvensional dengan Bank Syariah, yaitu Bank Konvensional menerapkan
sistem bunga sedangkan Bank Syariah menerapkan sistem bagi hasil. Perbedaan yang dibahas
yaitu mengenai cara pengakuan maupun perhitungan pendapatan.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai Perbedaaan dan Persamaan antara Akuntansi Syariah dan Akuntansi
Konvensional dengan Contoh Kasus Pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah di atas, dapat penulis rumuskan
masalahnya yaitu sebagai berikut:
1. Apa Perbedaan Postulat / Prinsip Akuntansi Konvensional dan Akuntansi Syariah?
2. Apa Perbedaan Karakteristik Akuntansi Konvensional dan Akuntansi Syariah?
3. Apa persamaan antara Akuntansi Konvensional dan Akuntansi Syariah?
4. Contoh kasus perbedaan pengakuan pendapatan antara Bank Syariah dengan Bank
Konvensional pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan dari rumusan masalah yang ada, tujuan dari penulisan ini ialah :
1. Mendeskripsikan Perbedaan Postulat / Prinsip Akuntansi Konvensional dan Akuntansi
Syariah.
2. Mendeskripsikan Perbedaan Karakteristik Akuntansi Konvensional dan Akuntansi
Syariah.
penulisan
bagi
penulis
yaitu
untuk
menambah
wawasan,
serta
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perbedaan Postulat / Prinsip Akuntansi Konvensional dan Akuntansi Islam
Postulat Akuntansi adalah pernyataan yang dapat membuktikan kebenarannya sendiri
atau disebut juga aksioma yang sudah diterima karena kesesuaiannya dengan tujuan laporan
keuangan, yang menggambarkan aspek ekonomi, politik, sosiologis, dan hokum dari suatu
lingkungan dimana akuntansi itu beroperasi.
Secara prinsip terjadi beberapa perbedaan yang mendasar, akuntansi konvensional
lebih memberi kelonggaran penilaian laporan keuangan dengan menilai hanya terbatas pada
kewajaran (kebenaran relatif) yang merujuk pada standar yang berlaku, sedangkan akuntansi
syariah tuntutannya adalah kebenaran hakiki (al-haq) atau kebenaran moral yang harus
dipertanggungjawabkan dihadapan Allah, walaupun di satu sisi akuntansi syariah juga harus
merujuk pada standar tetapi standar tidak dimaksudkan sebagai pembenaran, artinya laporan
yang dibuat sesuai dengan standar tidak selalu benar menurut syariah, bila secara substansi
laporan menyimpang dari prinsip-prinsip syariah (Hidayat, 2002a:88-89).
Akuntansi konvensional lebih pada pemenuhan ketentuan standar-standar yang dibuat
oleh manusia, sedangkan akuntansi syariah, mencoba menemukan apa yang seharusnya
dibuat sesuai dengan anjuran Tuhan (wahyu), dalam tataran ini akuntansi syariah tidak hanya
diikat agar berada pada koridor standar akun-tansi tetapi diikat pula dengan
pertanggungjawaban dihadapan Tuhan (normatif religius).
Dari segi tujuan, antara akuntansi konvensioanal dengan akuntansi syariah memiliki
kemiripan yang hampir sepadan, karena beberapa poin tujuan memang sama, seperti dalam
hal laporan keuangan sebagai pemasok informasi, hanya pada titik tekan tertentu akuntansi
konvensional memberikan laporan kinerja historis yang memberikan informasi bagi pihakpihak yang membutuhkan sebagai alat dalam pengambilan keputusan bisnis, sedangkan
akuntansi syariah bukanlah merupakan tujuan, tetapi sarana untuk mencapai tujuan yakni
pemenuhan kewajiban zakat secara benar, hal ini menjadikan akuntansi syariah memiliki
titik tekan tujuan pada pertanggungjawaban (akuntabilitas) dihadapan Tuhan. Dengan kata
lain laporan keuangan akuntansi konvensional titik tekan tujuan pada pemberian informasi,
sedangkan laporan keuangan akuntansi syariah titik tekannya pada pertanggungjawaban
(akuntabilitas).
Laporan keuangan pokok akuntansi konvensional yang terdiri dari neraca, laporan
laba-rugi, dan laporan arus kas, sedangkan pada akuntansi syariah masih ditambah lagi
4
laporan keuangan lainnya yang harus disampaikan yaitu laporan zakat. Bahkan ada beberapa
laporan keuangan yang dibutuhkan oleh bank syariah antara lain laporan investasi tidak
bebas penggunaan, laporan sumber dan penggunaan dana qardh (Media Akuntansi, 2000:21).
Menurut Haniffa dan Hudaib (2001); Muhammad (2002:16) Perbedaan Postulat
antara akuntansi konvensional dengan akuntansi syariah, yang meliputi:
1. Entitas, akuntansi konvensional mengakui adanya pemisahan antara entitas bisnis dan
pemilik, dalam akuntansi syariah entitas tidak memiliki kewajiban yang terpisah dari
pemilik.
2. Going concern, bisnis terus beroperasi sampai dengan tujuan tercapai (akuntansi
konvensional), kelangsungan usaha tergantung pada kontrak dan kesepakatan yang
didasari oleh saling ridha (akuntansi syariah).
3. Periode akuntansi, meskipun ada kesamaan dalam menentukan periode akuntansi
selama 12 bulan (satu tahun) namun akuntansi konvensional periode dimaksudkan
mengukur kesuksesan kegiatan perusahaan, sedangkan dalam akuntansi syariah
periodisasi bertujuan untuk penghitungan kewajiban zakat.
4. Unit pengukuran, akuntansi konvensional menggunakan unit moneter sebagai unit
pengukuran, akuntansi syariah menggunakan harga pasar untuk barang persediaan,
dan emas sebagai alat ukur dalam penghitungan zakat.
5. Pengungkapan penuh (menyeluruh), pengungkapan ini ditujukan sebagai alat dalam
pengambilan keputusan, dalam akuntansi syariah pengungkapan penuh ditujukan
untuk memenuhi kewajiban kepada Allah swt., kewajiban sosial, dan kewajiban
individu.
6. Obyektivitas, bebas dari bias subyektif, dalam akuntansi syariah obyektivitas
dimaknai dengan konsep ketakwaan, yaitu pengeluaran materi maupun non-materi
untuk memenuhi kewajiban,
7. Materialitas, ukuran materialitas dihubungkan dengan kepentingan relatif mengenai
informasi terhadap pengambilan keputusan, sedangkan akuntansi syariah mengakui
materialitas berkaitan dengan pengu-kuran yang adil dan pemenuhan kewajiban
kepada Allah, sosial, dan individu.
8. Konsistensi, yang dimaksudkan adalah pencatatan dan pelaporan secara konsisten
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima oleh umum, dalam akuntansi
syariah konsistensi dimaknai dengan pencatatan dan pelaporan secara konsisten
sesuai dengan prinsip syariah.
Akuntansi Konvensional
Entitas
dan pemilik
Going
Akuntansi Syari'ah
didasarkan
pembagian
laba
Entitas tidak memiliki kewajiban
terpisah dari pemilik.
pihak
yang
terlibat
dalam
tidak
sampai
akhir zakat,
kecuali
untuk
sektor
berdasarkan
musim
sukses-tidaknya panen
kegiatan perusahan
4
Unit Pengukuran
Pengungkapan
Untuk
tujuan
Penuh
keputusan.
(Menyeluruh)
kepada
Allah,
Obyektivitas
Kepercayan
yaitu
pengeluaran
memenuhi kewajiban.
7
Materialitas
Dihubungkan
dengan Berkaitan
Konsistensi
pengukuran
dan
pemenuhan
adil
pengambilan keputusan
8
dengan
dan individu.
sisten
sesuai
dengan
prinsip
syari'ah
9
Konservatisme
Akuntansi Konvensional
Akuntansi Syari'ah
Ketauhiddan (unity of
Sistem
Akuntansi
Prinsip
God)
Sekuler
Syari'ah
Individualis
Memaksimalkan keuntungan
Survival of the fittest
Kepentingan umat
Keuntungan yang wajar
Persamaan Rahmatan li
al-'alamin
Akuntansi
Kriteria
Berdasarkan
perdagangan
pada
kapitalis modern
disclosure
memenuhi
ketuhan
untuk
informasi
syari'ah
dan
memenuhi
kebutuhan
Islamic
Financial
Report User
Informasi yang ditujukan pada Pertanggungjawaban
per
tanggungjawaban
pemilik modal
kepada kepada
umat/
masyarakat
luas
(khususnya
dalam
memanfaatkan
sumberdaya).
Seperti diuraikan oleh pengkaji sosial ekonomi islam Merza Gamal dalam sebuah
tulisannya, adapun persamaan kaidah akuntansi syariah dengan akuntansi konvensional
terdapat pada hal-hal sebagai berikut:
1. Prinsip pemisahan jaminan keuangan dengan prinsip unit ekonomi
2. Prinsip penahunan (hauliyah) dengan prinsip periode waktu atau tahun pembukuan
keuangan
3. Prinsip pembukuan langsung dengan pencatatan bertanggal
4. Prinsip kesaksian dalam pembukuan dengan prinsip penentuan barang
5. Prinsip perbandingan (muqabalah) dengan prinsip perbandingan income dengan cost
(biaya)
6. Prinsip kontinuitas (istimrariah) dengan kesinambungan perusahaan
7. Prinsip keterangan (idhah) dengan penjelasan atau pemberitahuan.
D. Contoh kasus Perbedaan Pengakuan Pendapatan antara Bank Syariah dengan
Bank Konvensional pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
1) Jenis-Jenis Pendapatan Bank BNI
Pendapatan merupakan pemasukan yang diperoleh perusahaan akibat dari penjualan
produk maupun jasa yang dihasilkan, dimana arus kas masuk tersebut mengakibatkan
meningkatnya ekuitas perusahaan yang bukan berasal dari konstribusi pemodal. Bank BNI
memperoleh imbalan atau pendapatan atas jasa yang diberikan kepada masyarakat dalam
bentuk pemberian fasilitas penyimpanan maupun penyaluran dana dari masyarakat atau
aktivitas lainnya yang berguna bagi kelancaran peredaran uang. Dalam aktivitas pemberian
fasilitas tersebut, Bank BNI yang merupakan salah satu bank di Indonesia yang menjalankan
dual banking system, yaitu menjalankan kegiatan usaha secara konvensional dan syariah,
memperoleh pendapatannya dari berbagai sumber yang berbeda. Untuk memahami jenis
pendapatan yang diperoleh Bank BNI Konvensional dan Syariah, uraian berikut ini akan
memberikan gambaran tentang jenis pendapatan tersebut.
Pendapatan provisi, komisi, dan fee. Pendapatan ini berasal dari transaksi
letter of credit dan kartu kredit yang diterbitkan Bank BNI.
Pendapatan jual beli surat berharga. Pendapatan ini diperoleh dari selisih
antara harga perolehan dengan harga pasar ketika surat berharga itu dijual.
Pendapatan lainnya. Pendapatan ini berasal dari fee based income, seperti
biaya kiriman uang dan biaya inkaso.
Pendapatan
administrasi.
Pendapatan
ini
bersumber
dari
biaya
antara
Pendapatan jual beli surat berharga. Pendapatan ini berasal dari penerbitan
obligasi, dimana pendapatan yang akan diperoleh berupa bagi hasil.
c. Pendapatan Non-Operasional
10
atas kredit yang dikelompokkan sebagai kredit lancar (performing) dan kredit kurang lancar
(nonperforming). Hal tersebut dapat ditentukan sebagai berikut :
a. Pendapatan bunga yang digolongkan performing diakui berdasarkan konsep
akrual. Kebijakan ini dilakukan, karena pengembalian pokok pinjaman beserta
bunga dapat terlaksana sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
b. Pendapatan bunga atas pinjaman yang diberikan atau aktiva produktif lainnya
yang diklasifikasikan bermasalah (nonperforming) diakui pada saat pendapatan
tersebut diterima (cash basis). Hal ini dilakukan, karena kredit yang digolongkan
nonperforming kemampuan untuk mengembalikan pokok pinjaman beserta bunga
tidak terlaksana dengan baik sehingga bank akan mengakui pendapatan apabila
uang kas sudah diterima.
c. Pada saat pinjaman diklasifikasikan sebagai bermasalah, bunga yang telah diakui
tetapi belum tertagih akan dibatalkan pengakuannya. Selanjutnya bunga yang
dibatalkan tersebut diakui sebagai tagihan kontijensi, yaitu pendapatan bunga
kredit dalam penyelesaian. Penyesuaian ini dilakukan oleh bank dimaksudkan
agar tidak terjadi kekeliruan dalam perolehan pendapatan bunga.
11
untuk pembiayaan dengan akad mudharabah. Pada BNI Syariah pembiayaan mudharabah ini
bersifat muqayyadah, artinya bank memberikan batasan kepada nasabah mengenai tempat,
cara dan obyek investasinya. Pada pembiayaan mudaharabah muqayyadah ini nasabah dapat
diperintahkan
untuk tidak
mencampuri
dana
bank
dengan
dana
lainnya,
tidak
12
Rp 97.000.000
Rp 92.150.000
Rp 27.850.000
Rp 120.000.000
C)
Pendapatan dari penyaluran
Rp 7.159.126
pembiayaan
Pendapatan investasi dari 1000
56,67
DPKM
GWM : Simpanan wajib pada Bank Indonesia sebesar 5 %.
Rumus Pendapatan Investasi dari 1000 DPKM:
13
F=
B
1
E 1000
D
A
Contoh :
Ibu Dara memiliki Tabungan Mudharabah di bank syariah sebesar Rp 10 juta dengan nisbah
bagi hasil nasabah : bank = 45 : 55, dengan masa pengendapan selama satu bulan.
Berdasarkan hasil perhitungan pendapatan dari setiap 1000 DPKM dalam tabel di atas, maka
bagi hasil yang akan diterima ibu Dara bulan ini dapat dihitung sebagai berikut :
F
56,67
DPKM
Saldo rata-rata harian Ibu Dara
Rp 10.000.000,00
(Rupiah)
Nisbah nasabah
45,00
Rp 255.015,00
bulan ini :
Rumus Porsi Bagi Hasil Untuk Nasabah :
F=
G
H
F
1000
100
Dengan demikin ibu Dara pada bulan tersebut akan memperoleh bagi hasil sebesar Rp
255.015,00 (belum dikenakan pajak).
4) Catatan Akuntansi yang Digunakan
Suatu kejadian masalah yang masih diasumsikan dapat dibuktikan dengan adanya
fakta yang terjadi. Oleh karena itu, penulis memberikan gambaran mengenai perlakuan
praktik akuntansi penerapan pengakuan pendapatan bunga pada Bank BNI Konvensional
maupun bagi hasil pada BNI Syariah dengan penguraian contoh soal berikut ini :
KASUS I
PT. Abadi Selamanya pada bulan Juli mendapatkan pinjaman dari Bank Konvensional
sebesar Rp 1.200.000.000,00 dengan perincian sebagai berikut :
Plafond
: Rp 1.200.000.000,00
: 60 bulan
Provisi
1.
Kr
Rp 1.200.000.000
Rp 1.200.000.000
Kas/Rekening
Kr
Rp 6.000.000,00
Rp 6.000.000,00
Kas/rekening
Rp. 36.000.000,-
Kr
Kr
Rp. 20.000.000,-
Kasus II
Pada bulan Juli Bank Syariah menyetujui pemberian fasilitas modal kerja PT. Express
Sekali sebesar Rp 1,2 miliar dengan perincian sebagai berikut :
15
Plafond
: Rp 1.200.000.000,00
: Pendapatan
Nisbah
Jangka Waktu
: 60 bulan
Pelunasan
Keterangan :
Tahap I dibelikan 5 minibus sebesar Rp 750.000.000,00 (pada 25 Juli), nilai perolehan Rp
725.000.000,00
Tahap II diberikan secara tunai pada tanggal 5 Oktober
Pencatatan Akuntansi Bank Syariah :
Kr
Rekening supplier
Db
Kr
Aktiva mudharabah
Rp 725.000.000,00
Kr
Rp 25.000.000,00
Rp 725.000.000,00
Db
Kr
Rp 84.000.000,00
Db
Rekening nasabah
Rp 84.000.000,00
Kr
Db
Pembiayaan mudharabah
Kr
Kas/rekening nasabah
Rp 450.000.000,00
Rp 450.000.000,00
Kr
Rp 117.000.000,00
Db
Kr
Pendapatan yang masuk tabel bagi hasil Rp 97.000.000,00 Bulan ke-40 Perusahaan
mengalami kerugian sebesar Rp 50.000.000,00
Tidak ada jurnal karena kelalaian nasabah
Rekening nasabah
Rp 20.000.000,00
Kr
Penyelesaian Pokok
Db
Rekening nasabah
Rp 1.200.000.000,00
Kr
Pembiayaan mudharabah
Rp 1.200.000.000,00
Kr
Pembiayaan mudharabah
Rp 1.200.000.000,00
Catatan :
Khusus untuk Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) mengacu kepada PPAP
Syariah
Pengaruh Perbedaan Metode Pengakuan Pendapatan Terhadap Penyajian Laporan
Laba Rugi
Berdasarkan uraian penulis terhadap Bank BNI mengenai cara pengakuan pendapatan
bunga dan bagi hasil dan juga penerapan praktek akuntansi atas pemberian kredit maupun
pembiayaan dengan konsep akad mudharabah dalam contoh kasus yang telah diuraikan di
atas, maka dengan mengacu pada hal tersebut dapat diketahui mengenai pebedaan pengakuan
dan perhitungan pendapatan yang berpengaruh terhadap penyajian laporan laba rugi.
Berdasarkan contoh kasus di atas, nasabah bank konvensional diwajibkan membayar
bunga di tahun pertama sebesar Rp 192 juta dengan perhitungan sebagai berikut :
= Jumlah pinjaman x Persentase bunga
17
= Rp 1,2 miliar x 16 %
= Rp 192.000.000
Sedangkan pada nasabah bank syariah pembagian bagi hasil berdasarkan keuntungan
usaha yang diperolehnya. Dari contoh kasus tersebut debitur bank syariah mendapatkan
keuntungan pada bulan Agustus dan Nopember dan pembagian bagi hasilnya dilaksanakan
pada bulan September dan Desember kepada pihak bank yang masing-masing sebesar Rp 84
juta dan Rp 117 juta, sehingga jumlah keuntungan yang diterima pihak bank sebesar Rp 201
juta di tahun pertama. Perbedaan dalam perhitungan pendapatan yang diterima oleh bank
konvensional dan bank syariah ini terjadi karena pendapatan bagi hasil bank syariah
berdasarkan atas keuntungan. Apabila dalam memperhitungkan pendapatan tersebut
dikondisikan dalam keadaan Break Event Point (BEP) dan kerugian, maka tabel dibawah ini
akan memberikan gambaran atas perolehan pendapatan kedua jenis bank tersebut, yaitu
sebagai berikut :
Tabel 1 Perbandingan Perolehan Pendapatan Bank Konvensional dan Syariah
NO
KONDISI
BANK
KONVENSIONAL
Rp 192.000.000
BANK SYARIAH
Untung
Rp 201.000.000
192.000.000
Rugi
192.000.000
jika nasabah mengalami kerugian, walaupun tidak ada penambahan bagi hasil di laporan laba
rugi, namun nasabah tersebut diwajibkan membayar denda kepada pihak bank. Denda
tersebut tidak dimasukkan sebagai pendapatan di laporan laba rugi, karena denda tersebut
bukan merupakan keuntungan bank. Pencatatan akuntansi terhadap pengakuan pendapatan
bunga yang dijalankan bank konvensional menggunakan dasar akrual sedangkan pada bank
syariah dalam rangka memperhitungkan bagi hasil menggunakan dasar kas. Adapun
mengenai pengaruh metode pengakuan pendapatan antara kedua bank tersebut terhadap
penyajian laporan laba rugi dapat digambarkan sebagai berikut dengan memperhatikan
kelebihan dan kelemahan pencatatan akuntansi yang digunakan :
Tabel 2 Pengaruh Pengakuan Pendapatan Terhadap Laporan Laba Rugi
BANK KONVENSIONAL
Kelebihan
Kelemahan
PENCATATAN
AKUNTANSI
Acrual
Basis
tidak sesuai
Kecenderungan
mengalami
cukup
kerugian
besar,
pendapatan
karena
diakui
Cash
Basis
BANK SYARIAH
Kelebihan
Pendapatan
yang
Kekurangan
Pendapatan yang akan
diperoleh
riil,
karena
sehingga
pendapatan
kas diterima
Adakalanya
mengalami
keuntungan
besar atau
19
sebaliknya
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam menilai penggunaan postulat dan prinsip akuntansi harusnya kita bisa melihat
dalam paparan mana akuntansi diterapkan, jika kita berbicara mengenai akuntansi
maka kita harus melihat lembaga apa yang menggunakannya. Jika berbicara mengenai
akuntansi syariah maka kita harus melihat tujuan, arah, dan bagaimana komponen
syariah itu di dalam akuntansi. Menurut kelompok kami atas analisa jurnal dan
berbagai sumber maka kami lebih menyepakati bahwa lembaga keuangan syariah
harusnya menggunakan sistem akuntansi yang berbasis pada syariah dimana nilainilai langit terdapat didalamnya dan nilai pertanggungjawaban atas laporan
keuangan tidak hanya kepada manusia namun juga pertanggungjawaban kepada Allah
SWT.
Dalam pengakuan pendapatan bagi hasil atas pembiayaan dengan konsep akad
mudharabah, BNI Syariah menetapkan pembagian bagi hasil sesuai dengan
kesepakatan di muka antara nasabah
21
sesuai dengan ketetapan Bank Indonesia yang mengacu kepada PSAK No. 31 mengenai
Akuntansi Perbankan dan PSAK NO. 59 mengenai Akuntansi Perbankan Syariah.
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan Bank Syariah. Per 1 Mei 2002. Jakarta : PT. Salemba Emban Patria
Indriasih. 2014. Akuntansi Konvensional Vs Akuntansi Syariah. Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Pancasakti Tegal. Artikel.
Morita dan Cahyani. 2013. Perbedaan Pengakuan Pendapatan Pada Bank Syariah Dan
Bank Konvensional. Jurnal Ilmiah Kesatuan Nomor 1 Volume 11.
Muhammad Syafii Antonio. 2002. Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik. Jakarta : Gema
Insani Press.
Mulawarman, Aji Dedi. 2007d. Menggagas Teori Akuntansi Syariah. Seminar Akuntansi
Syariah, Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi,
Universitas Negeri Malang, 24 Nopember.
Nahrawi, Amirah. 2014. Prinsip-prinsip Dasar Akuntansi Konvensional dan Prinsip-prinsip
Dasar Akuntansi Islam Dalam Rumusan Teori dan Praktek Akuntansi Islam.
http://ekonomisyariah.universitasazzahra.ac.id (diakses 20 September 2014).
22