IMAGING PEDIATRIK
aganglionik kongenital
pada sebagian besar senterm dan pertimbangan peran diagnosis dan penangan
yang tepat dari penyakit untuk mencegah misdiagnosis dan komplikasi,
penggunaan metode non invasif, seperti CE, akan membantu dokter untuk
mencapat manajemen penyakit yang lebih baik.
2. Tujuan
Pada studi ini, sistem skoring yang menggunakan ceklis radiologis dan tanda
klinis telah dibuat dan digunakan untuk mendiagnosis HD dengan lebih akurat
dan sensitivitas serta spesifitas yang dinilai dibandingkan dengan biopsi,
sebagai metode gold standard.
3. Pasien dan Metode
Pada studi cross-sectional ini, untuk menentukan akurasi diagnostik dari ceklis
radiologis, populasi studi ini yang meliputi 55 anak dengan kecuigaan HD
yang dirujuk ke training hospital sejak tahun 1998 hingga tahun 2011, yang
menggunakan CE dan diagnosis HD disingkirkan atau dikonfirmasi oleh
biopsi usus dengan ketebalan penuh. Selain itu, kriteria inlusinya adalah
memiliki kecurigaan klinis kuat untuk HD, melakukan pemeriksaan CE dan
biopsi ketebalan penuh. Studi ini telah disetujui oleh Komite Etik Tehran
University of Medical Sciences, Tehran, Iran, dan studi ini seluruhnya
mematuhi Deklarasi Helsinki.
Gambar 1. Barium enema pada neonatus dengan Hirschsprung disease menunjukkan zona
transisional dan penampakan cobblestone
Pasien dibagi menjadi tiga kelompok usia, yaitu: < 1 bulan, 1-12 bulan, > 12
bulan. Sebuah ceklis telah digunakan untuk menilai item pemeriksaan CE
Gambar 2. Barium enema pada laki-laki berusia 1 bulan dengan Hirschsprung disease
menggambarkan kontraksi ireguler bizarre
versi 20.0 (IBM, USA). Uji Chi-Square dan uji t tidak berpasangan digunakan
untuk analisis dianggap signifikan secara statistik bila P < 0,05.
Gambar 3. Barium enema menunjukkan zona transisional dan rectosigmoid index terbalik
pada pasien berusia 3 bulan dengan Hirschsprung disease
4. Hasil
Usia rata-rata studi ini adalah 0,98 1,74 bulan, berkisar dari 3 hari sampai 8
tahun. Laki-laki mewakili 71% pasien sedangkan 29% sisanya adalah
perempuan. Berdasarkan hasil patologis, 36 anak (65,4%) menderita HD dan
19 subyek (34,6%) menderita penyakit lain.
Pada kelompok HD, 32 subyek menunjukkan skor tinggi (5-8) dan empat
subyek skor rendah (0-4). Pada kelompok non-HD, 16 subyek menunjukkan
skor rendah (0-4) dan tiga subyek menunjukkan skor tinggi (5-8). Sensitivitas
dan spesifisitas sistem skoring kami masing-masing adalah 88,9% (CI 95%:
78,6-99,1%) dan 84,2% (CI 95%: 68,7-100%). Selain itu, positive predictive
value (PPV) dan negative predictive value (NPV) sistem skoring kami masingmasing adalah 91,4% (CI 95%: 82,1-100%) dan 80% (CI 95%: 62,5-97,5%).
Distensi abdomen, kurangnya defekasi mekonium, dan konstipasi merupakan
gejala klinis yang paling sering dengan frekuensi masing-masing 77,7%,
72,2%, dan 53%. Temuan yang paling sering dalam CE adalah TZ dan RSI
(Tabel 1). Sensitivitas, specifisitas, PPV, NPV dan akurasi untuk TZ pada CE
Nilai P
0,001
0,001
> 0,05
0,001
Waktu
1-12 Bulan
> 12 Bulan
100
60
80
85,7
93,3
75
100
75
90
75
Cobblestone
18,3
94,7
76,5
36,5
39,5
Total
94,4
68,4
85
86,7
85,4
Mekonium
Terhambat
72,2
73,7
83,9
58,3
72,7
Filling
Defect
61,1
63,1
76
46,1
61,8
5. Diskusi
Hirschsprung merupakan penyaki yang tidak biasa ditemukan pada semua ras
dan dapat menurunkan kualitas hidup karena konstipasi kronik dan obstruksi
periodik. Hal ini dapat menjadi fatal pada kasus berat dengan enterocolitis,
obstruksi fungsional, dan perforasi usus. Saat ini, mortalitas penyakit ini telah
menurun dari 80% menjadi 13%, terutama karena diagnosis yang tepat dan
terapi konservatif yang tepat (17), sebuah trend yang mendemonstrasikan
peran penting diagnosis HD yang tepat definitif.
Walau biopsi usus merupakan alat diagnostik gold standard, metode
diagnostik pertama adalah CE (12, 18-20). Tantangan masalahnya adalah
biopsi usus memerlukan biaya lebih mahal, lebih invasif, rawat inap rumah
sakit yang lebih lama, dan perlu di-follow up (18, 21). Kemudian, pada studi
ini, kami membandingkan sistem skoring diagnostik kami dengan biopsi usus
ketebalan penuh, sebagai metode diagnostik gold standard.
Pada studi yang mirip, Donovan et al. memperkenalkan sistem skoring dengan
delapan item pada CE, dengan skor 0 dan 1 masing-masing untuk hasil negatif
dan positif dan pasien dikelompokkan menjadi tiga kelompok kemungkinan:
tinggi (skor 6-8), sedang (skor 4-5), dan rendah (skor 1-3) (22). Akan tetapi,
metode ini tidak efektif dalam studi kami dan kami memutuskan untuk
mempertimbangkan dua titik untuk hasil positif pada RSI dan TZ dan satu
poin positif untuk kurangnya defekasi mekonium, penampakan cobblestone,
kontraksi ireguler dan filling defect. Kami tidak menggunakan grafi terhambat
dan serration dan juga perbedaan jenis kelamin pada sistem skoring kami.
Pada studi ini, jika sesorang memiliki skor tinggi (5-8), pasien memiliki
kecurigaan tinggi HD dan jika skor rendah (0-4), pasien memiliki
kemungkinan HD yang lebih rendah, dengan sensitifitas dan spesifitas tinggi.
Demontrasi ini peran pembantu sistem skoring dalam diagnostik HD. Akan
tetapi, hanya terbatas studi mirip lainnya untuk perbandingan sistem skoring.
Studi sebelumnya menunjukkan TZ dan RSI sebagai tanda yang paling sering
pada CE (23-25). Sensitivitas dan spesifisitas CE dalam diagnosis HD telah
menunjukkan rentang yang luas antara 60% sampai 100% (24-26). Hal ini
dapat disebabkan perbedaan teknik dan juga jenis pemilihan pasien dan
perbedaan tingkat kemampuan radiologis. Proctor et al. mendemonstrasikan
bahwa sensitifitas dan spesifitas CE untuk HD segmen pendek masing-masing
adalah 92% dan 75%, serta 63% dan 100% untuk HD segmen panjang (15).
Faktor lain seperti usia, jenis kelamin, dan durasi penyakit dapat juga penting
dalam memprediksi sensitivitas dan spesifisitas CE pada pasien dengan usia
yang lebih tua (23).
Reid et al. dalam studinya, menunjukkan bahwa NPV CE pada periode postneonatal lebih tinggi daripada usia neonatus dan sebaliknya, PPV tinggi pada
masing-masing kelompok. Hal ini menunjukkan nilai abnormal CE yang lebih
tinggi untuk konfirmasi HD dibandingkan dengan CE normal untuk
penyingkiran diagnosis HD (27).
Mirip dengan studi sebelumnya, tanda yang paling sering dalam CE adalah TZ
dan RSI. Diantara keduanya, TZ merupakan patognomonik HD. CE
bermanfaat untuk diagnostik dan terapeutik pada neonatus. Akan tetapi, tidak
adanya TZ, HD tidak dapat disingkirkan. Pada anak yang lebih tua, diagnosis
banding pertama HD adalah megacolon fungsional. Pada beberapa studi
tinjauan, frekuensi HD pada pasien dengan TZ dilaporkan adalah 72%,
sedangkan pada adanya tanda lain, menurun menjadi setengahnya (28).
Secara keseluruhan, berdasarkan hasil yang didapatkan, sistem skoring kami
memiliki validitas yang tinggi untuk diagnosis HD dan skoring dapat
digunakan sebagai alat diagnostik yang berguna. Akan tetapi, studi multi
senter lebih lanjut, dengan ukuran sampel yang lebih besar, disarankan untuk
perbandingan seluruh metode diagnostik.
Kontribusi Penulis
Manuskrip ini merupakan hasil dari tesis Dr. Ahad Roohi. Supervisor professor
tesis ini adalah Dr. Mehdi Alehossein dan Dr. Masoud Pourgholami. Advisor
professor tesis ini adalah Dr. Payman Salamati dan Dr. Mansour Mollaeian.
Referensi
1. Rosai J. Rosai and Ackerman's Surgical Pathology. 9th ed. New York: Mosby;
2004.
2. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson Textbook of
Pediatrics. 18th edPhiladelphia: Saunders Company; 2007.
3. Martucciello G. Hirschsprung's disease, one of the most difficult diagnoses in
pediatric surgery: a review of the problems from clinical practice to the bench.
Eur J Pediatr Surg. 2008;18(3):1409.
4. Constipation Guideline Committee of the North American Society for
Pediatric Gastroenterology H, Nutrition.. Evaluation and treatment of
constipation in infants and children: recommendations of the North American
Society for Pediatric Gastroenterology, Hepatology and Nutrition. J Pediatr
Gastroenterol Nutr. 2006;43(3):e113.
5. Swenson O. Hirschsprung's disease: a review. Pediatrics. 2002;109(5):9148.
6. Kapur RP. Practical pathology and genetics of Hirschsprung's disease. Semin
Pediatr Surg. 2009;18(4):21223.
7. Boman
F, Corsois
L,
Paraf
F. [Hirschsprung's
disease:
practical
bowel
and
Hirschsprung
disease.
Arch
Pathol
Lab
Med.
1999;123(12):12648.
9. de Lorijn F, Kremer LC, Reitsma JB, Benninga MA. Diagnostic tests in
Hirschsprung disease: a systematic review. J Pediatr Gastroenterol Nutr.
2006;42(5):496505.
10. De Lorijn F, Reitsma JB, Voskuijl WP, Aronson DC, Ten Kate FJ, Smets AM,
et al. Diagnosis of Hirschsprung's disease: a prospective, comparative
accuracy study of common tests. J Pediatr. 2005;146(6):78792.
11. Kim HJ, Kim AY, Lee CW, Yu CS, Kim JS, Kim PN, et al. Hirschsprung
disease and hypoganglionosis in adults: radiologic findings and differentiation.
Radiology. 2008;247(2):42834.
12. Diamond IR, Casadiego G, Traubici J, Langer JC, Wales PW. The contrast
enema for Hirschsprung disease: predictors of a falsepositive result. J Pediatr
Surg. 2007;42(5):7925.
13. Garcia R, Arcement C, Hormaza L, Haymon ML, Ward K, Velasco C, et al.
Use of the recto-sigmoid index to diagnose Hirschsprung's disease. Clin
Pediatr (Phila). 2007;46(1):5963.
14. Jamieson DH, Dundas SE, Belushi SA, Cooper M, Blair GK. Does the
transition zone reliably delineate aganglionic bowel in Hirschsprung's disease?
Pediatr Radiol. 2004;34(10):8115.
15. Proctor ML, Traubici J, Langer JC, Gibbs DL, Ein SH, Daneman A, et al.
Correlation between radiographic transition zone and level of aganglionosis in
Hirschsprung's disease: Implications for surgical approach. J Pediatr Surg.
2003;38(5):7758.
16. Pratap A, Gupta DK, Tiwari A, Sinha AK, Bhatta N, Singh SN, et al.
Application of a plain abdominal radiograph transition zone (PARTZ) in
Hirschsprung's disease. BMC Pediatr. 2007;7:5.
17. Khan AR, Vujanic GM, Huddart S. The constipated child: how likely is
Hirschsprung's disease? Pediatr Surg Int. 2003;19(6):43942.
18. Kessmann J. Hirschsprung's disease: diagnosis and management. Am Fam
Physician. 2006;74(8):131922.
19. Stranzinger E, DiPietro MA, Teitelbaum DH, Strouse PJ. Imaging of total
colonic Hirschsprung disease. Pediatr Radiol. 2008;38(11):116270.
20. Lewis NA, Levitt MA, Zallen GS, Zafar MS, Iacono KL, Rossman JE, et al.
Diagnosing Hirschsprung's disease: increasing the odds of a positive rectal
biopsy result. J Pediatr Surg. 2003;38(3):4126.
21. Ramanth N. Gastrointestinal Imaging. In: Blickman H editor. Pediatr Radiol.
2nd ed: Elsevier; 2004.
22. O'Donovan AN, Habra G, Somers S, Malone DE, Rees A, Winthrop AL.
Diagnosis of Hirschsprung's disease. AJR Am J Roentgenol. 1996;167(2):517
20.
23. Skaba R. Historic milestones of Hirschsprung's disease (commemorating the
90th anniversary of Professor Harald Hirschsprung's death). J Pediatr Surg.
2007;42(1):24951.
24. Hebra A, Smith VA, Lesher AP. Robotic Swenson pull-through for
Hirschsprung's disease in infants. Am Surg. 2011;77(7):93741.
25. De la Torre-Mondragon L, Ortega-Salgado JA. Transanal endorectal pullthrough for Hirschsprung's disease. J Pediatr Surg. 1998;33(8):12836.
26. Shankar KR, Losty PD, Lamont GL, Turnock RR, Jones MO, Lloyd DA, et al.
Transanal endorectal coloanal surgery for Hirschsprung's disease: experience
in two centers. J Pediatr Surg. 2000;35(8):120913.
27. Reid JR, Buonomo C, Moreira C, Kozakevich H, Nurko SJ. The barium
enema in constipation: comparison with rectal manometry and biopsy to
exclude Hirschsprung's disease after the neonatal period. Pediatr Radiol.
2000;30(10):6814.
28. Nasir AA, Adeniran JO, Abdur- Rahman LO. Hirschsprung's disease: 8 years
experience in a Nigerian teaching hospital. J Indian Assoc Pediatr Surg.
2007;12(6):669.