TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
2.2.
Dasar Hukum
Dalam pelaksanaan suatu kegiatan operasional terkait pelayanan kesehatan
yang bersinggungan langsung dengan kepentingan msyarakat maka dasar hukum yang
kuat dan sahih merupakan faktor pendukung utama untuk penguatan terhadap
program ataupun kegiatan yang akan dilaksanakan. Beberapa peraturan perundangundangan yang dapat dijadikan dasar hukum pelaksanaan kegiatan akreditasi di suatu
rumah sakit antara lain adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Saroso.
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1138/MENKES/SK/XI/2009 tentang
Penepatn Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.Dr.Sulianti Saroso sebagai Pusat
7.
atas
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor
9.
Sakit
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 35 Tahun 2013 tentang Organisasi dan
dan
Di dalam Buku Pedoman Akreditasi Rumah Sakit versi 2012, dijelaskan bahwa
terdapat 15 bab/kelompok kerja (Pokja), 323 standar dan 1048 elemen penilaian
(EP), antara lain:
Tabel 1. 15 BAB, 323 Standar dan 1048 Elemen Penilaian Akreditasi Rumah
Sakit versi 2012
NO
BAB/POKJA
1 Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)
2 Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
STD
6
30
EP
24
100
10
3
4
7
23
28
88
5
6
(PMKP)
Sasaran Millenium Development Goals (MDGs)
Akses Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan
3
23
19
85
7
8
9
10
11
12
13
14
(APK)
Asesmen Pasien (AP)
Pelayanan Pasien (PP)
Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
Manajemen Penggunaan Obat (MPO)
Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI)
Kualifikasi dan Pendidikan Staff (KPS)
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan
44
22
14
21
28
24
24
27
184
74
51
84
109
99
83
98
15
(TKP)
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)
27
92
Kelompok Standar Pelayanan Berfokus Pada Pasien dibagi menjadi enam bab
yaitu :
Bab Satu mengenai akses ke pelayanan dan kontinuitas pelayanan
(APK), bertujuan menyelaraskan kebutuhan pasien di bidang pelayanan
kesehatan dengan pelayanan yang tersedia di rumah sakit. Ada beberapa
standar yang disebut, yaitu admisi ke rumah sakit, kontinuitas pelayanan,
pemulangan pasien, rujukan, dan tindak lanjut, transfer pasien, dan
transportasi.
Bab kedua, mengenai hak pasien dan keluarga (HP), menggarisbawahi
peran serta keluarga yang sesuai dengan budaya setempat dapat
meningkatkan hasil pelayanan pasien. Bab ini mengemukakan proses
untuk mengidentifikasi, melindungi, dan meningkatkan hak pasien;
memberitahu pasien mengenai hak mereka; melibatkan keluarga pasien
dalam keputusan tindakan, informed consent, dan pendidikan staf tentang
hak pasien.
Bab ketiga mengenai asesmen pasien (AP) menggambarkan mengenai
tiga proses utama sebagai berikut: mengumpulkan informasi keadaan fisik,
psikologis, sosial, dan riwayat kesehatan pasien; analisis informasi dan
11
dan monitoring.
Bab terakhir, yaitu bab ketujuh membahas mengenai pendidikan pasien
dan keluarga (PPK). Bab ini mengatur kolaborasi antar tenaga kesehatan
dalam memberikan pendidikan kesehatan, pendidikan terkait kondisi
kesehatan pasien, perawatan pasien di rumah, dan mendorong rumah sakit
untuk membantu para stafnya supaya dapat memberikan pendidikan bagi
pasien.
2.
12
sasaran keselamatan pasien yang harus dicapai, keberadaan bab ini lebih
membuat
sistem
kredensial
yang
baik
dan
pendidikan
3.
4.
2.5.
bantuan
dari
berbagai
pihak
akhirnya
diputuskan
untuk
memindahkan lokasi Rumah Sakit serta merubah nama dan struktur organisasi /
14
kelembagaan serta misinya agar dapat lebih menampung kegiatan yang makin
berkembang biak dari segi pelayanan, maupun penelitian dan pendidikan /
pelatihan khususnya tentang penyakit - penyakit menular dan infeksi lainnya.
Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.Dr.Sulianti Saroso (RSPI - SS) terletak
di jalan Sunter Permai Raya diatas tanah seluas 35.000 m milik Pemerintah
Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dan berjarak 5 Km dari Rumah Sakit yang lama
(Rumah Sakit Karantina) di Tanjung Priok. Dana pembangunan Rumah Sakit ini
adalah Hibah murni (Grant) dari Pemerintah Jepang (JICA) sebesar yen
2.459.000.000, dengan rincian jasa konsultan Jepang, pekerjaan konstruksi dan
pengadaan alat medis. Anggaran Pendamping (Counter Budget) dari APBN RI
selama 3 tahun anggaran adalah Rp. 2.896.813.000,- Konsultan Utama
pembangunan Rumah Sakit yang ditunjuk Yamashita Sekkei Inc, sementara
pelaksana pembangunan fisik Taisie Corporation dan pengadaan sarana Nichimen
Corporation.
Pada tanggal 17 Juni 1992, perletakan batu pertama pembangunan Rumah
Sakit ini dilakukan oleh Menteri Kesehatan ( Dr.Adhyatama ) yang dihadiri oleh
Duta Besar Jepang untuk Indonesia Mr.Michiko Kunihiro. Pada tanggal 24
September 1993 pembangunan Rumah Sakit ini selesai dan secara resmi
diserahkan dari pemerintah Jepang kepada Pemerintah Indonesia dalam hal ini
Direktur Jenderal PPM & PLP.
Mulai tanggal 1 Desember 1993, dilaksanakan proses perpindahan
kegiatan pelayanan pasien dari Rumah Sakit lama (Rumah Sakit Karantina) di
Tanjung Priok ke Rumah Sakit baru (RSPI - SS) di Sunter dan pada tanggal 1
Januari 1994 RS Karantina ditutup dan RSPI - SS dibuka untuk Umum.
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Nomor 55 / MENKES / SK /
I / 1994 tanggal 20 Januari 1994 tentang Organisasi dan Tatakerja Rumah Sakit
Penyakit Infeksi Prof.Dr.Sulianti Saroso, Rumah Sakit ini adalah unit organik
Departemen Kesehatan yang bertanggung jawab langsung kepada Dirjen PPM
dan PLP. Sesuai historis dan faktor - faktor teknis RSPI - SS adalah satu-satunya
Rumah Sakit yang ada dilingkungan Dit.Jen. PPM dan PLP yang misi dan tujuan
15
tentang Penetapan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso sebagai
Pusat Kajian dan Rujukan Nasional Penyakit Infeksi. Untuk menyelenggarakan
tugas tersebut, Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso
mempunyai
fungsi
melaksanakan
upaya
peningkatan
kesehatan;
upaya
vektor
pengembangan
penyakit;
upaya
rujukan;
pencegahan,
pendidikan
pemberantasan
dan
dan
penelitian
dan
epidemiologi,
berdasarkan
2360/MENKES/PER/XI/2011
Peraturan
Menteri
tentang
Perubahan
Kesehatan
atas
RI
Nomor
Peraturan
Menteri
2.6.
Kriteria Penilaian :
Ada 4 kriteria hasil penilaian terhadap Elemen Penilaian (EP), yaitu :
1) Tercapai penuh ( skor 10)
Melalui observasi bukti pelaksanaan, kegiatan/tindakan sudah berjalan 1 3 bulan terakhir dari masa penilaian
18
Sumber: Sutoto,2013
2.6.
2.7.
Pada salah satu RS Khusus kelas A, maka diperoleh data terkait persiapan
akreditasi nasional RS versi 2012 yang telah berhasil memperoleh sertifikat akreditasi
paripurna, sebagai berikut,
Tabel 3. Timeline Kegiatan Akreditasi Nasional Rumah Sakit Kanker Dharmais,
2016
profesi lainnya mengenai standar akreditasi rumah sakit versi 2012 dan untuk
menggali dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan standar, baik yang tertulis didalam dokumen maupun
implementasi operasionalnya.
Outbound dilaksanakan pada bulan Mei 2014 oleh semua jajaran pimpinan
manajerial dalam rangka untuk menumbuhkan kekompakan, kerjasama tim dan
persamaan persepsi serta untuk melatih kreativitas dalam menyelesaikan masalah.
Afifah (2010) bahwa manfaat dari outbound adalah membangun kerjasama tim dan
melatih komunikasi. Suhardjo (2007) bahwa tujuan yang spesifik di dalam permainan
outbound yaitu bermain yang dilakukan dengan sukarela, menyenangkan,
mengaktifkan fungsi motorik, afektif dan kognitif. Outbound adalah suatu proses
pendidikan yang mengabdi pada prinsip mengembangkan keyakinan diri individu,
perhatian pada orang lain, dan kesadaran diri dalam rencana yang luas ketika
dihadapkan dengan tantangan, berbagi pengalaman bersama yang menyertakan
petualangan dan jasa layanan (Suhendra, 2002:9).
Studi banding juga dilaksanakan pada bulan Agustus 2014 dalam rangkan
untuk melihat secara langsung implementasi standar akreditasi rumah sakit versi
2012 di salah satu RSUP Sanglah Bali. Juga untuk melihat sejauhmana hal-hal yang
dapat di implementasikan di RSPI Prof.dr.Sulianti Saroso.
Bimbingan akreditasi bulan November 2015 di RSPI Prof.dr.Sulianti Saroso
diselenggarakan untuk mempersiapkan semua dokumen dan semua tata laksana yang
dikerjakan sesuai dengan standar akreditasi rumah sakit versi 2012. Bimbingan ini
merupakan kegiatan dalam rangka pembelajaran, pelatihan secara lebih teknis agar
RSPI lebih siap untuk melengkapi dokumen dan menyempurnakan alur/proses
pelayanan serta meningkatkan outcome mutu pelayanan kesehatan sesuai standar
akreditasi rumah sakit versi 2012. Dewa Ketut Sukardi (2008:64) menyatakan
mengenai bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan
sejumlah peserta didik secara bersama sama memperoleh berbagai bahan dari
narasumber tertentu ( terutama dari pembimbing / konselor ) yang berguna untuk
menunjang kehidupannya sehari hari baik individu maupun pelajar, anggota keluarga
dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
22
23