Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Konsep Rumah Sakit Aman


Penting untuk menciptakan rumah sakit yang harus memberikan keamanan
dan kesejahteraan, baik bagi tenaga kesehatan maupun pasien, serta juga dipastikan
bahwa rumah sakit dapat terus berfungsi memberikan layanan yang menyelamatkan
jiwa dalam tanggapan langsung terhadap keadaan darurat maupun setelahnya. 1
Sebaiknya rumah sakit mempunyai 4 (empat) komponen program yaitu:
1. Adanya hukum dan kebijakan
2. Koordinasi dalam pelayanan
3. Sistem manajemen sumber daya
4. Manajemen pengetahuan dan informasi
Dalam UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan khususnya pasal 165 :
Pengelola tampat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui
upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja.
Berdasarkan pasal di atas, maka pengelola tempat kerja di rumah sakit mempunyai
kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya adalah melalui
upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. Rumah sakit harus menjamin
kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan, atau pekerja
maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di rumah sakit.
Undang Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 7 ayat 1 ;
Rumah sakit harus memenuhi persyaratan lokasi , bangunan, prasarana, sumber daya
manusia, kefarmasian, dan peralatan yang mana persyaratan-persyaratan tersebut
salah satunya harus memenuhi standar K3 di dalamnya. Dan bagi rumah sakit yang
tidak memenuhi peryaratan persyaratan tersebut tidak diberikan ijin mendirikan,
dicabut atau tidak diperpanjang ijin operasionalm rumah sakit.

2.2.

Dasar Hukum
Dalam pelaksanaan suatu kegiatan operasional terkait pelayanan kesehatan
yang bersinggungan langsung dengan kepentingan msyarakat maka dasar hukum yang
kuat dan sahih merupakan faktor pendukung utama untuk penguatan terhadap
program ataupun kegiatan yang akan dilaksanakan. Beberapa peraturan perundangundangan yang dapat dijadikan dasar hukum pelaksanaan kegiatan akreditasi di suatu
rumah sakit antara lain adalah :
1.

Undang Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

2.

Undang Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

3.
4.

Undang Undang RI Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.


Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 66/Menkes/SK/I/2005 tentang
penetapan RSPI Prof.Dr.Sulianti Saroso sebagai Rumah sakit kategori RS

5.

Vertikal Tipe B Pendidikan.


Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 247/MENKES/PER/III/2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti

6.

Saroso.
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1138/MENKES/SK/XI/2009 tentang
Penepatn Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.Dr.Sulianti Saroso sebagai Pusat

7.

Kajian dan Rujukan Nasional Penyakit Infeksi.


Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 2360/MENKES/PER/XI/2011 tentang
Perubahan

atas

Peraturan

Menteri

Kesehatan

RI

Nomor

247/MENKES/PER/III/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit


8.

Penyakit Infeksi Prof.Dr.Sulianti Saroso.


Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 012 Tahun 2012 Tentang Akreditasi Rumah

9.

Sakit
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 35 Tahun 2013 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Kesehatan.


10. Peraturan Menteri kesehatan RI Nomor Nomor 56 Tahun 2014 tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit.
11. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 69 Tahun 2014 tentang Kewajiban
Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien.
2.3.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 012 Tahun 2012 tentang Akreditasi


Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan


pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat dimana dalam standar pelayanan rumah sakit
tersebut terdiri dari standar prosedur operasional, standar pelayanan medis

dan

standar asuhan perawatan.


Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit maka diperlukan suatu
proses akreditasi. Akreditasi rumah sakit, selanjutnya disebut akreditasi, adalah
pengakuan terhadap rumah sakit yang diberikan oleh lembaga independen
penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri, setelah dinilai bahwa rumah
sakit itu memenuhi standar pelayanan rumah sakit yang berlaku untuk meningkatkan
mutu pelayanan rumah sakit secara berkesinambungan.
Akreditasi bertujuan antara lain untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah
sakit, meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit, meningkatkan perlindungan
bagi pasien, masyarakat, sumber daya manusia dan rumah sakit sebagai institut, dan
mendukung program pemerintah di bidang kesehatan.
Penyelenggaraan akreditasi meliputi akreditasi nasional dan akreditasi
internasional. Setiap rumah sakit wajib mengikuti akreditasi nasional. Dalam upaya
meningkatkan daya saing, rumah sakit dapat mengikuti akreditasi internasional sesuai
kemampuannya dengan ketentuan rumah sakit tersebut telah mendapatkan status
akreditasi nasional.
Penyelenggaraan akreditasi nasional meliputi workshop, bimbingan akreditasi,
simulasi survey, dan survey akreditasi.
Persiapan Akreditasi antara lain meliputi pemenuhan standar dan penilaian
mandiri (self assessment). Penilaian mandiri merupakan proses penilaian penerapan
standar pelayanan rumah sakit dengan menggunakan instrumen akreditasi. Penilaian
mandiri bertujuan untuk mengukur kesiapan dan kemampuan rumah sakit dalam
rangka survey akreditasi. Penilaian mandiri dilakukan oleh rumah sakit yang akan
menjalani proses akreditasi.

Bimbingan akreditasi merupakan proses pembinaan Rumah Sakit dalam


rangka meningkatkan kinerja dalam mempersiapkan survei akreditasi. Bimbingan
akreditasi dilakukan oleh pembimbing akreditasi dari lembaga independen pelaksanan
akreditasi yang akan melakukan akreditasi. Pembimbing akreditasi merupakan tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi dan kewenangan dalam membimbing Rumah
Sakit untuk mempersiapkan akreditasi.
Pelaksanaan Akreditasi yaitu dengan survey akreditasi dan penetapan status
akreditasi. Survey akreditasi merupakan penilaian untuk mengukur pencapaian dan
cara penerapan standar pelayanan rumah sakit.
Survey akreditasi dilakuan oleh surveior akreditasi dari lembaga independen
pelaksana akreditasi. Surveior akreditasi merupakan tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi dan kewenangan dalam bidang akreditasi untuk melaksanakan survey
akreditasi.
Penetapan status akreditasi nasional dilakukan oleh lembaga independen
pelaksana akreditasi berdasarkan rekomendasi dari surveior akreditasi. Selain
memberikan rekomendasi penetapan status akreditasi nasional, surveior akreditasi
harus memberikan rekomendasi perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan oleh
rumah sakit untuk pemenuhan standar pelayanan Rumah Sakit. Rumah sakit yang
telah mendapatkan status akreditasi nasional diwajibkan membuat perencanaan
perbaikan strategis sesuai dengan rekomendasi surveior untuk memenuhi standar
pelayanan rumah sakit yang belum tercapai.
2.4.

Pedoman Akreditasi Rumah Sakit versi 2012


Pedoman yang digunakan oleh RSPI Prof.dr.Sulianti Saroso dalam melaksanakan
proses akreditasi pada tahun 2016 adalah versi Akreditasi Nasional terbaru yaitu
Akreditasi RS versi 2012, mencakup:
1. Kelompok standar berfokus pada pasien, terdiri dari pokja :

a. Akses ke pelayanan dan kontinuitas pelayanan (APK)


b. Hak pasien dan keluarga (HPK)
c. Assessment pasien (AP)
d. Pelayanan pasien (PP)
e. Pelayanan anastesi dan bedah (PAB)
9

f. Manajemen dan penggunaan obat (MPO)


g. Pendidikan pasien dan keluarga (PPK)
2. Kelompok Standar Manajemen Rumah Sakit, terdiri dari pokja :

a. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)


b. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
c. Tatakelola, Kepemimpinan dan Pengarahan (PKP)
d. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)
e. Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS)
f. Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI)
3. Kelompok sasaran keselamatan pasien, terdiri dari :

a. Ketepatan identifikasi pasien


b. Peningkatan komunikasi efektif
c. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
d. Kepastian tepat lokasi, prosedur, pasien operasi
e. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
f. Pengurangan resiko pasien jatuh
4. Kelompok sasaran Millenium Development Goals (MDGs), terdiri dari :

a. Penurunan angka kematian bayi dan peningkatan kesehatan ibu


b. Penurunan angka kesakitan HIV/AIDS
c. Penurunan angka kesakitan TB

Di dalam Buku Pedoman Akreditasi Rumah Sakit versi 2012, dijelaskan bahwa
terdapat 15 bab/kelompok kerja (Pokja), 323 standar dan 1048 elemen penilaian
(EP), antara lain:
Tabel 1. 15 BAB, 323 Standar dan 1048 Elemen Penilaian Akreditasi Rumah
Sakit versi 2012
NO
BAB/POKJA
1 Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)
2 Hak Pasien dan Keluarga (HPK)

STD
6
30

EP
24
100
10

3
4

Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK)


Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien

7
23

28
88

5
6

(PMKP)
Sasaran Millenium Development Goals (MDGs)
Akses Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan

3
23

19
85

7
8
9
10
11
12
13
14

(APK)
Asesmen Pasien (AP)
Pelayanan Pasien (PP)
Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
Manajemen Penggunaan Obat (MPO)
Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI)
Kualifikasi dan Pendidikan Staff (KPS)
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan

44
22
14
21
28
24
24
27

184
74
51
84
109
99
83
98

15

(TKP)
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)

27

92

Sumber: Buku Pedoman Akreditasi Rumah Sakit versi 2012, 2012

1. Kelompok Standar Pelayanan Berfokus Pada Pasien

Kelompok Standar Pelayanan Berfokus Pada Pasien dibagi menjadi enam bab
yaitu :
Bab Satu mengenai akses ke pelayanan dan kontinuitas pelayanan
(APK), bertujuan menyelaraskan kebutuhan pasien di bidang pelayanan
kesehatan dengan pelayanan yang tersedia di rumah sakit. Ada beberapa
standar yang disebut, yaitu admisi ke rumah sakit, kontinuitas pelayanan,
pemulangan pasien, rujukan, dan tindak lanjut, transfer pasien, dan

transportasi.
Bab kedua, mengenai hak pasien dan keluarga (HP), menggarisbawahi
peran serta keluarga yang sesuai dengan budaya setempat dapat
meningkatkan hasil pelayanan pasien. Bab ini mengemukakan proses
untuk mengidentifikasi, melindungi, dan meningkatkan hak pasien;
memberitahu pasien mengenai hak mereka; melibatkan keluarga pasien
dalam keputusan tindakan, informed consent, dan pendidikan staf tentang

hak pasien.
Bab ketiga mengenai asesmen pasien (AP) menggambarkan mengenai
tiga proses utama sebagai berikut: mengumpulkan informasi keadaan fisik,
psikologis, sosial, dan riwayat kesehatan pasien; analisis informasi dan
11

data pemeriksaan penunjang, dan membuat rencana pelayanan untuk


memenuhi kebutuhan pasien. Bagian ini juga mengatur pelayanan yang

diberikan oleh laboratorium dan pemeriksaan penunjang pencitraan.


Bab keempat tentang pelayanan pasien (PP), menjelaskan bahwa semua
profesi kesehatan memberikan pelayaan kepada pasien. Aktivitas
pelayanan pasien ini meliputi: perencanaan dan pemberian pelayanan,
pemantauan pasien, modifikasi pelayanan pasien bila perlu, penuntasan
pelayanan, dan perencanaan tindak lanjut. Bab ini disusun secara paripurna
dan telah mempertimbangkan pula pelayanan pada pasien terminal,

pelayanan gizi, dan lain-lain.


Bab kelima, membahas tentang pelayanan anestesi dan bedah (PAB)
yang merupakan

termasuk dalam kategori tindakan beresiko tinggi.

Pelayanan yang diatur di sini meliputi pemberian berbagai tingkatan


sedasi, pelayanan anestesi, dan pelayanan bedah. Bab ini tidak hanya
berlaku di kamar operasi, namun diharapkan juga diimplementasikan di
unit gigi, klinik rawat jalan, pelayanan gawat darurat, pelayanan intensif,

maupun pelayanan lainnya.


Bab keenam, membahas tentang manajemen penggunaan obat (MPO),
Salah satu bedanya adalah penyusunan standar baru yang lebih runtut,
mulai dari manajemen organisasi, seleksi, pengadaan, penyimpanan,
pemesanan dan pencatatan, persiapan dan penyaluran, administrasi obat,

dan monitoring.
Bab terakhir, yaitu bab ketujuh membahas mengenai pendidikan pasien
dan keluarga (PPK). Bab ini mengatur kolaborasi antar tenaga kesehatan
dalam memberikan pendidikan kesehatan, pendidikan terkait kondisi
kesehatan pasien, perawatan pasien di rumah, dan mendorong rumah sakit
untuk membantu para stafnya supaya dapat memberikan pendidikan bagi
pasien.

2.

Kelompok Standar Manajemen rumah sakit


Kelompok Standar Manajemen rumah sakit dibagi menjadi enam bab, yaitu :
Bab pertama yaitu tentang peningkatan mutu dan keselamatan pasien..
Manajemen rumah sakit harus dapat untuk mengutamakan pelayanan
berbasis kepada keselamatan pasien atau patient safety, walaupun ada

12

sasaran keselamatan pasien yang harus dicapai, keberadaan bab ini lebih

menekankan pada manajemen di tingkat rumah sakit.


Bab kedua adalah mengenai pencegahan dan pengendalian infeksi. Bab
ini bertujuan mengidentifikasi dan menurunkan resiko infeksi yang didapat
dan ditularkan di antara pasien, tenaga profesi kesehatan, tenaga kontrak,
tenaga sukarela, mahasiswa kesehatan, dan pengunjung. Bab ini
sedemikian mengatur sampai ke tingkat manajemen dan kepemimpinan

tim pengendalian infeksi rumah sakit.


Bab ketiga membahas tentang
tata kelola, kepemimpinan, dan
pengaturan. Bab ini percaya bahwa pelayanan prima bermula dari adanya
sistem tata kelola yang baik dan kepemimpinan yang efektif. Bab ini
mengatur mengenai tata kelola, kepemimpinan rumah sakit, pengaturan,

dan etika organisasi rumah sakit.


Bab keempat membahas tentang manajemen fasilitas dan keselamatan.
Kepemimpinan efektif di bab ketiga dioperasionalkan di bab keempat ini
dengan penekanan usaha pada mengurangi dan mengendalikan bahaya dan

resiko, mencegah kecelakaan dan cidera, dan memelihara kondisi aman.


Bab kelima menggarisbawahi pentingnya kualifikasi dan pendidikan
staf. Secara khusus pimpinan rumah sakit diingatkan untuk selalu
mengetahui kebutuhan jumlah dan jenis staf yang diperlukan berdasarkan
rekomendasi dari unit kerja dan unit-unit pelayanan. Rumah sakit juga
diminta

membuat

sistem

kredensial

yang

baik

dan

pendidikan

berkelanjutan bagi para stafnya.


Bab terakhir pada kelompok ini adalah mengenai manajemen
komunikasi dan informasi (MKI). Komunikasi yang diatur dalam bab
ini meliputi komunikasi antar tenaga kesehatan, kepada pasien, dan kepada
komunitas. Bab ini telah dirancang agar dapat mengikuti standar informasi
berbasis kertas maupun berbasis elektronik.

3.

Kelompok Standar Keselamatan Pasien


Kelompok sasaran ini menggarisbawahi mengenai ketepatan identitas,
peningkatan komunikasi, keamanan obat, pembedahan yang aman,
pengurangan resiko infeksi, dan pengurangan resiko pasien jatuh. Kelompok
sasaran ini tidak mau generik. Semua diatur dalam standar yang cukup ketat,
termasuk mengatur implementasi program sampai dengan pemantauan yang ketat.
13

4.

Kelompok Sasaran Millennium Development Goals (MDGs)


Kelompok ini hanya mengatur 3 MDGs Sasaran tersebut adalah penurunan
angka kematian bayi dan peningkatan kesehatan ibu, penurunan angka
kesakitan HIV/AIDS, dan penurunan angka kesakitan tuberculosis.

2.5.

Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.Dr.Sulianti Saroso


Sejarah Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso ( RSPI SS ) dimulai dengan didirikannya Stasiun Karantina di daerah Pelabuhan Tanjung
Piok pada tahun 1985 (Pindahan dari Pulau Onrust Kuiper), yang fungsi
utamanya adalah menampung penderita penyakit cacar dari Jakarta dan
sekitarnya, dimana diantara tahun 1964 sampai tahun 1970 merawat penderita
cacar sekitar 2.358 orang. Sejak Indonesia dinyatakan bebas cacar pada tahun
1972, maka kegiatan Stasiun Karantina berkurang dan fungsinya berubah menjadi
Rumah Sakit Karantina berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Nomor 148 /
Men Kes /SK / IV / 78 tertanggal 28 April 1978 dan berada dibawah Direktorat
Jendral P4M Departemen Kesehatan.
Rumah Sakit Karantina mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan
pengobatan, perawatan , karantina dan isolasi serta pengelolaan penyakit menular
tertentu. Dalam perjalanannya Rumah Sakit ini tidak hanya merawat pasien yang
menderita penyakit yang masuk dalam UU wabah / UU karantina tetapi juga
penyakit menular atau infeksi lainnya, dalam rangka lebih meningkatkan mutu
dan cakupan pelayanan kesehatan masyarakat khususnya untuk memutuskan
rantai penularan penyakit infeksi, maka Rumah Sakit Karantina dirasakan perlu
dikembangkan baik dari segi sarana / prasarana, kemampuan, teknologi dan
sumber dayanya dan kelembagaannya. Namun pembangunan fisik dilingkungan
pelabuhan tidak dimungkinkan.
Atas

bantuan

dari

berbagai

pihak

akhirnya

diputuskan

untuk

memindahkan lokasi Rumah Sakit serta merubah nama dan struktur organisasi /
14

kelembagaan serta misinya agar dapat lebih menampung kegiatan yang makin
berkembang biak dari segi pelayanan, maupun penelitian dan pendidikan /
pelatihan khususnya tentang penyakit - penyakit menular dan infeksi lainnya.
Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.Dr.Sulianti Saroso (RSPI - SS) terletak
di jalan Sunter Permai Raya diatas tanah seluas 35.000 m milik Pemerintah
Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dan berjarak 5 Km dari Rumah Sakit yang lama
(Rumah Sakit Karantina) di Tanjung Priok. Dana pembangunan Rumah Sakit ini
adalah Hibah murni (Grant) dari Pemerintah Jepang (JICA) sebesar yen
2.459.000.000, dengan rincian jasa konsultan Jepang, pekerjaan konstruksi dan
pengadaan alat medis. Anggaran Pendamping (Counter Budget) dari APBN RI
selama 3 tahun anggaran adalah Rp. 2.896.813.000,- Konsultan Utama
pembangunan Rumah Sakit yang ditunjuk Yamashita Sekkei Inc, sementara
pelaksana pembangunan fisik Taisie Corporation dan pengadaan sarana Nichimen
Corporation.
Pada tanggal 17 Juni 1992, perletakan batu pertama pembangunan Rumah
Sakit ini dilakukan oleh Menteri Kesehatan ( Dr.Adhyatama ) yang dihadiri oleh
Duta Besar Jepang untuk Indonesia Mr.Michiko Kunihiro. Pada tanggal 24
September 1993 pembangunan Rumah Sakit ini selesai dan secara resmi
diserahkan dari pemerintah Jepang kepada Pemerintah Indonesia dalam hal ini
Direktur Jenderal PPM & PLP.
Mulai tanggal 1 Desember 1993, dilaksanakan proses perpindahan
kegiatan pelayanan pasien dari Rumah Sakit lama (Rumah Sakit Karantina) di
Tanjung Priok ke Rumah Sakit baru (RSPI - SS) di Sunter dan pada tanggal 1
Januari 1994 RS Karantina ditutup dan RSPI - SS dibuka untuk Umum.
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Nomor 55 / MENKES / SK /
I / 1994 tanggal 20 Januari 1994 tentang Organisasi dan Tatakerja Rumah Sakit
Penyakit Infeksi Prof.Dr.Sulianti Saroso, Rumah Sakit ini adalah unit organik
Departemen Kesehatan yang bertanggung jawab langsung kepada Dirjen PPM
dan PLP. Sesuai historis dan faktor - faktor teknis RSPI - SS adalah satu-satunya
Rumah Sakit yang ada dilingkungan Dit.Jen. PPM dan PLP yang misi dan tujuan
15

jangka panjangnya adalah sebagai pusat rujukan Nasional dalam penatalaksanaan


penyakit menular dan penyakit infeksi lainnya. Dalam kenyataannya, karena
pihak Rumah Sakit sukar dan tidak mungkin menolak pasien, maka pelayanan
masyarakat diberikan tanpa memilah-milah dan semua penyakit dapat diterima
disini, ( meskipun proporsinya kecil ) dan bila diagnosis sudah dapat ditegakkan
dan ternyata memerlukan rujukan maka pasien akan dirujuk ke Rumah Sakit
unggulan / Rumah Sakit khusus yang sesuai dengan diagnosis penyakitnya seperti
penyakit Kanker, Jantung, Bedah, paru dan sebagainya.
Pada tanggal 21 April 1994 , bertepatan dengan peringatan hari lahir Ibu
R.A.Kartini, Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.Dr.Sulianti Saroso diresmikan
penggunaannya oleh Menteri Kesehatan Prof.Dr.Sujudi, yang dihadiri oleh Duta
Besar Jepang di Indonesia Mr.Kimio Fujita dan Gubernur DKI Jakarta Soerjadi
Sudirja.
Surat Keputusan No. 55 / MENKES / SK / I / 1994 dan Surat Keputusan
No. 113 / MENKES / SK / II / 1996 menetapkan RSPI - SS organisasinya
setingkat dengan Rumah Sakit Tingkat B Non Pendidikan yaitu 1 Direktur dan 2
Wakil Direktur dan menetapkan RSPI - SS setara dengan Rumah Sakit Umum
dengan tingkat eselonisasinya sama dengan II.B. Misi Rumah Sakit yang baru ini
juga berubah sesuai SK Menteri Kesehatan tersebut diatas dan diharapkan RSPI SS ini mempunyai kedudukan sebagai Pusat Rujukan Nasional dalam
penatalaksanaan pelayanan penyembuhan pasien penyakit infeksi dan pemulihan
kesehatan, kegiatan penelitian, pengembangan, pendidikan dan pelatihan dalam
bidang penyakit infeksi dan penyakit menular secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 66/Menkes/SK/I/2005 tentang
penetapan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso sebagai Rumah
sakit kategori RS Vertikal Tipe B Pendidikan semakin memperkuat posisi RSPI
Prof. Dr. Sulianti Saroso sebagai RS rujukan untuk penanggulangan penyakit
infeksi yang kemudian struktur organisasinya terus diperbaharui berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 247/MENKES/PER/ III/2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso
dan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1138/MENKES/SK/XI/2009
16

tentang Penetapan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso sebagai
Pusat Kajian dan Rujukan Nasional Penyakit Infeksi. Untuk menyelenggarakan
tugas tersebut, Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso
mempunyai

fungsi

melaksanakan

upaya

peningkatan

kesehatan;

upaya

pencegahan; upaya penyembuhan dan penatalaksanaan pasien; upaya rehabilitasi


pasien; asuhan dan pelayanan keperawatan; pengamatan penyakit infeksi dan
pengamatan

vektor

pengembangan

penyakit;

upaya

rujukan;

pencegahan,

pendidikan

pemberantasan

dan
dan

penelitian

dan

epidemiologi,

penatalaksanaan penyakit infeksi serta tehnologi sanitasi; penyebaran serta


administrasi umum dan keuangan.
Sejalan dengan kondisi restrukturisasi di kementerian Kesehatan maka
Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso juga mengalami
penyesuaian

berdasarkan

2360/MENKES/PER/XI/2011

Peraturan

Menteri

tentang

Perubahan

Kesehatan
atas

RI

Nomor

Peraturan

Menteri

Kesehatan RI Nomor 247/MENKES/PER/III/2008 tentang Organisasi dan Tata


Kerja Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso. Dan kondisi ini
terus berkembang sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 35
Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan.

2.6.

Kriteria Penilaian dan Kategori Kelulusan Akreditasi RS Versi 2012


1.

Kriteria Penilaian :
Ada 4 kriteria hasil penilaian terhadap Elemen Penilaian (EP), yaitu :
1) Tercapai penuh ( skor 10)

Melalui wawancara baik pada pasien/keluarga dan staf ditemukan jawaban

ya atau selalu, atau dapat menjawab sesuai dengan konteks pertanyaan

Melalui observasi dokumen, ditemukan minimal 9 dari 10 dokumen yang


diminta atau 90 % dokumen lengkap

Melalui observasi bukti pelaksanaan, kegiatan/tindakan sudah berjalan


minimal 4 bulan terakhir dari masa penilaian

2) Tercapai sebagian (skor 5)

Melalui wawancara baik pada pasien/keluarga dan staf ditemukan jawaban


17

tidak selalu atau kadang-kadang

Melalui observasi dokumen, ditemukan 50 sampai 89 % dokumen yang


diminta

Bukti dipenuhinya persyaratan hanya dapat ditemukan di sebagian


daerah/unit kerja dimana persyaratan harus ada

Kebijakan/prosedur dapat dilaksanakan tetapi tidak dapat dipertahankan

Melalui observasi bukti pelaksanaan, kegiatan/tindakan sudah berjalan 1 3 bulan terakhir dari masa penilaian

3) Tidak tercapai (skor 0)


Melalui wawancara baik pada pasien/keluarga dan staf ditemukan jawaban

jarang atau tidak pernah.


Melalui observasi dokumen, ditemukan <50% dari dokumen yang diminta
Bukti dipenuhinya persyaratan tidak dapat ditemukan di daerah/unit

kerja dimana persyaratan harus ada.


Kebijakan/proses ditetapkan tetapi tidak dilaksanakan.
Melalui observasi bukti pelaksanaan, kegiatan/tindakan sudah berjalan

hanya 1 bulan terakhir dari masa penilaian.


4) Tidak dapat diterapkan
Sebuah EP dinilai tidak dapat diterapkan jika persyaratan dari EP tidak
dapat diterapkan di RS (contohnya, RS tidak melakukan riset, tidak ada donasi
organ). Nilai skor akan diakumulasikan pada masing-masing standar yang
terdapat dalam bab untuk menentukan apakah suatu standar telah mencapai
batas yang telah ditentukan.
EP dinilai dalam skore, sedangkan standard dan bab/grup dinilai dalam
persen (%).
2.

Kriteria dan Kategori Kelulusan Akreditasi RS Versi 2012


Bagi rumah sakit yang telah lulus akreditasi versi 2012 akan di katagorikan ke
dalam 4 tingkatan , yaitu : Pratama, Madya, Utama dan Paripurna dengan
ketentuan sebagai berikut :
Tabel 2. Penilaian Hasil Akreditasi Terbaru

18

Sumber: Sutoto,2013

2.6.

Rumah Sakit Khusus di Lingkungan Kementerian Kesehatan RI yang sudah


Terakreditasi Nasional
Rumah sakit khusus yang sudah mendapatkan Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012
adalah:
1. Rumah Sakit Paru Dr. Goenawan Partowidigdo, dengan kategori kelulusan
paripurna dengan masa berlaku 24 Februari 2015 23 Februari 2018.
2. Rumah Sakit Kanker Dharmais, dengan kategori kelulusan paripurna dengan
masa berlaku 27 Mei 2015 26 Mei 2018.
3. Rumah Sakit Otak Nasional, dengan kategori kelulusan paripurna dengan masa
berlaku 14 Agustus 2015 13 Agustus 2018.

2.7.

Kegiatan Persiapan Akreditasi pada salah satu RS Khusus di Indonesia


19

Pada salah satu RS Khusus kelas A, maka diperoleh data terkait persiapan
akreditasi nasional RS versi 2012 yang telah berhasil memperoleh sertifikat akreditasi
paripurna, sebagai berikut,
Tabel 3. Timeline Kegiatan Akreditasi Nasional Rumah Sakit Kanker Dharmais,
2016

Sumber: data sekunder diolah, 2016

Pada Tabel 3. diatas memperlihatkan sejak awal persiapan akreditasi Rumah


Sakit Kanker Dharmais dimulai dengan pembentukan Tim Akreditasi pada bulan
Januari sampai terakreditasi nasional pada bulan Mei 2015.
Dibutuhkan waktu lebih kurang 1 tahun 5 bulan Rumah Sakit Kanker
Dharmais lulus akreditasi.
2.8.

Kegiatan Persiapan Akreditasi pada RSPI Prof.dr.Sulianti Saroso


Pelaksanaan persiapan menuju akreditasi rumah sakit versi 2012 untuk RSPI
Prof.dr.Sulianti Saroso sudah dimulai sejak bulan Januari 2013
Tabel 4. Timeline Kegiatan Akreditasi Nasional RSPI Prof.dr.Sulianti Saroso,
2016
20

Sumber: data primer diolah, 2016


Pada Tabel 4. diatas memperlihatkan sejak awal persiapan akreditasi RSPI
Prof.dr.Sulianti Saroso dimulai dengan pembentukan Tim Akreditasi pada bulan
Januari 2013 sampai sekarang tahun 2016 dengan mengalami 3 (tiga) kali perubahan
SK Tim Akreditasi. Kemungkinan yang didapat adalah perubahan susunan personalia
dan beberapa anggota telah pindah tugas atau mutasi kepegawaian sehingga
diperlukan untuk membuat perubahan SK Tim Akreditasi.
Workshop dilaksanakan pada bulan Pebruari 2013 dimana diikuti seluruh
pimpinan manajerial RSPI dan dilanjutkan dengan penanda tanganan komitmen
untuk melaksanakan akreditasi rumah sakit versi 2012 disetiap unit kerja, dengan
membubuhkan tanda tangan setiap pimpinan bagian/bidang/instalasi pada selembar
banner berwarna putih. Hal ini menandakan

komitmen pimpinan untuk

mensukseskan RSPI Prof.Dr.Sulianti Saroso lulus paripurna. Keberhasilan kegiatan


workshop ini didasarkan pada ketepatan jadwal pelaksanaan, jumlah peserta,
keterlibatan peserta dalam penyiapan rencana persiapan akreditasi. Workshop juga
dapat membuka dan meningkatkan wawasan bagi pimpinan manajerial beserta tenaga
21

profesi lainnya mengenai standar akreditasi rumah sakit versi 2012 dan untuk
menggali dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan standar, baik yang tertulis didalam dokumen maupun
implementasi operasionalnya.
Outbound dilaksanakan pada bulan Mei 2014 oleh semua jajaran pimpinan
manajerial dalam rangka untuk menumbuhkan kekompakan, kerjasama tim dan
persamaan persepsi serta untuk melatih kreativitas dalam menyelesaikan masalah.
Afifah (2010) bahwa manfaat dari outbound adalah membangun kerjasama tim dan
melatih komunikasi. Suhardjo (2007) bahwa tujuan yang spesifik di dalam permainan
outbound yaitu bermain yang dilakukan dengan sukarela, menyenangkan,
mengaktifkan fungsi motorik, afektif dan kognitif. Outbound adalah suatu proses
pendidikan yang mengabdi pada prinsip mengembangkan keyakinan diri individu,
perhatian pada orang lain, dan kesadaran diri dalam rencana yang luas ketika
dihadapkan dengan tantangan, berbagi pengalaman bersama yang menyertakan
petualangan dan jasa layanan (Suhendra, 2002:9).
Studi banding juga dilaksanakan pada bulan Agustus 2014 dalam rangkan
untuk melihat secara langsung implementasi standar akreditasi rumah sakit versi
2012 di salah satu RSUP Sanglah Bali. Juga untuk melihat sejauhmana hal-hal yang
dapat di implementasikan di RSPI Prof.dr.Sulianti Saroso.
Bimbingan akreditasi bulan November 2015 di RSPI Prof.dr.Sulianti Saroso
diselenggarakan untuk mempersiapkan semua dokumen dan semua tata laksana yang
dikerjakan sesuai dengan standar akreditasi rumah sakit versi 2012. Bimbingan ini
merupakan kegiatan dalam rangka pembelajaran, pelatihan secara lebih teknis agar
RSPI lebih siap untuk melengkapi dokumen dan menyempurnakan alur/proses
pelayanan serta meningkatkan outcome mutu pelayanan kesehatan sesuai standar
akreditasi rumah sakit versi 2012. Dewa Ketut Sukardi (2008:64) menyatakan
mengenai bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan
sejumlah peserta didik secara bersama sama memperoleh berbagai bahan dari
narasumber tertentu ( terutama dari pembimbing / konselor ) yang berguna untuk
menunjang kehidupannya sehari hari baik individu maupun pelajar, anggota keluarga
dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
22

Dipersiapkan untuk dapat melaksanakan Survei Simulasi pada bulan Mei


tahun 2016, dan untuk Survei penilaian pada bulan Oktober 2016, sehingga
dibutuhkan waktu lebih kurang 3 tahun 10 bulan untuk menuju akreditasi RS versi
2012.

23

Anda mungkin juga menyukai