Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang kaya akan
sumber daya alam dan mineral. Sejak lama Indonesia dikenal sebagai penghasil
sumber daya alam salah satunya adalah batubara. Indonesia merupakan salah satu
penghasil batubara terbesar dunia yang kualitasnya sudah diakui, dan akan tetap
menempati posisi yang penting terhadap stabilitas pasokan batubara. Batubara
Indonesia memiliki kadar abu dan sulfur yang rendah sehingga dikenal ramah
lingkungan. Hal ini menyebabkan batubara Indonesia semakin kompetitif di pasar
dunia, di tengah kesadaran lingkungan yang makin meningkat pada saat ini(Wijaya
Adi Cahyono, 2013).
Menurut Indonesia Investment sejak awal tahun 1990an, ketika sektor
pertambangan batubara dibuka kembali untuk investasi luar negeri, Indonesia
mengalami peningkatan produksi, ekspor dan penjualan batubara dalam negeri.
Penggunaan batubara dalam negeri secara relatif masih rendah. Ekspor batubara
Indonesia berkisar antara 70 sampai 80 persen dari total produksi batubara, sisanya
dijual di pasar domestik. Kemudian pada tahun 2005, ketika melampaui produksi
Australia, Indonesia kemudian menjadi eksportir terdepan batubara thermal. Porsi
signifikan dari batubara thermal yang diekspor terdiri dari jenis kualitas menengah
(antara 5100 dan 6100 cal/gram) dan jenis kualitas rendah (di bawah 5100 cal/gram)
yang sebagian besar permintaannya berasal dari Cina dan India.
Tabel 1.1

Tabel Produksi, Ekspor dan Konsumsi Domestik Batubara di


Indonesia
2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

Production

217

240

254

275

353

412

474

458

Export

163

191

198

210

287

345

402

382

Domestic

61

49

56

65

66

67

72

76

Sources: Indonesian Coal Mining Association (APBI) & Ministry of Energy and Mineral Resources

2
Dari tabel diatas ekspor merupakan kegiatan yang penting bagi perusahaan
batubara di Indonesia, sehingga setiap perusahaan wajib menyajikan laporan
keuangan dari pencatatan, pengukuran, dan penyajiannya yang sesuai dengan standar
akuntansi keuangan yang berlaku supaya dapat dikenal di mata Dunia Internasional.
Kontribusi pertambangan untuk pembangunan ekonomi suatu negara sangat
penting, terutama di negara-negara berkembang yang penghasilannya menggunakan
mata uang asing dan tergantung pada industri. Antara pertengahan 1980-an dan
pertengahan 1990-an lebih dari seratus negara direvisi kode pertambangan mereka
dengan maksud untuk menarik investasi swasta asing. Investasi asing langsung
mengemukakan akan menaruh modal ke manapun di dunia yang paling efektif
digunakan (Humphreys).
Perusahaan pertambangan lebih memilih untuk berinvestasi di negara-negara
dengan tingkat ketidakpastian dan pembatasan cenderung rendah, karena pembatasan
tersebut mempengaruhi perizinan atau pengalihan pada masa pasang surut
pertambangan (Brabant [2000]). Hal ini karena, meskipun proyek pertambangan
memiliki waktu yang lama, perusahaan akan sangat dipengaruhi pada bagian internal
dan eksternal oleh tingkat stabilitas fiskal dan politik yang berlaku di negara tertentu.
Mekanisme yang tepat harus dilakukan untuk memastikan keefektifan pertambangan
dalam hal penjualan, transaksi, dan akuisisi dari ketertarikan pemegang kepentingan
dalam hal pertambangan.
Laporan keuangan merupakan hasil akhir proses akuntansi yang merupakan
pokok atau hasil akhir dari pelaporan keuangan yang terdiri atas beberapa laporan
seperti, neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang disajikan
dalam berbagai cara misalnya laporan arus kas, atau laporan arus dan), catatan dan
loporan keuangan. Tujuan dari pembuatan sebuah laporan keuangan ini untuk
memberikan informasi kepada semua pihak yang berkepentingan, yaitu Manajemen,
Stakeholder, maupun Shareholder.
Terdapat pedoman bagi setiap perusahaan dalam menyusun dan menyajikan
laporan keuangannya agar dapat dipercayai dalam perkembangan bisnisnya.
Khususnya bagi perusahaan yang telah go public wajib mengikuti pedoman
akuntansi yang berlaku dan telah merujuk pada standar internasional untuk menarik
para investor. Perusahaan pertambangan yang ada di Indonesia juga menrapkan

3
standar tersendiri yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 33 1994
yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan-Ikatan Akuntansi
Indonesia (DSAK-IAI). Dengan adanya globalisasi, Dewan Standar Akuntansi
Keuangan telah melakukan proses konvergensi beberapa standar akuntansi keuangan
dengan International Financial Reporting Standard (IFRS) yang disusun oleh IASB.
Salah satu hasil kovergensinya adalah PSAK 33 (Revisi 2011) yang telah mengacu
IFRIC 20 mengenai akuntansi pertambangan umum. Pernyataan ini mengatur ruang
lingkup mengenai kegiatan yang dilakukan dalam pertambangan yaitu transaksi
pengupasan lapisan tanah dan transaksi pengelolaan lingkungan hidup. Seiring
dikeluarkannya Pencabutan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PPSAK) 12
maka PSAK 33 (Revisi 2011) diganti oleh Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan
(ISAK) 29 tentang pengupasan lapisan tanah yang telah mengadopsi IFRIC 20
(Stripping Cost in Production Phase of a Surface Mine), sedangkan dalam hal provisi
lingkungan hidup diatur dalam PSAK 57.
ISAK 29 berlaku mulai 1 Januari 2014 sampai sekarang. Interpretasi ini berisi
mengenai Biaya Pengupasan Lapisan Tanah dalam Tahap Produksi pada Tambang
Terbuka. Interpretasi ini mengatur biaya pemindahan material yang timbul dalam
aktivitas penambangan terbuka selama tahap produksi (biaya pengupasan lapisan
tanah pada tahap produksi). Interpretasi ini membahas beberapa permasalahan, di
antaranya tentang pengakuan biaya pengupasan lapisan tanah pada tahap produksi
sebagai aset; pengukuran awal aset aktivitas pengupasan lapisan tanah; dan
pengukuran selanjutnya aset aktivitas pengupasan lapisan tanah.
Adaro Energy merupakan salah satu perusahaan yang bergerak sebagai
produsen batu bara terbesar kedua yang ada di Indonesia dan terbesar keempat di
dunia. Perusahaan ini mengoperasikan tambang batu bara tunggal terbesar di
Indonesia dan merupakan pemasok batu bara termal dalam pasar global. Adaro dapat
berbangga dengan catatan pertumbuhan yang berkelanjutan dalam sejarah
penambangannya di Kalimantan yang telah berjalan lebih dari dua dekade, dan pada
tahun 2015 Adaro berencana untuk menambang batubara dengan skala produksi 5658 juta ton. Sebagian besar batubara Adaro dijual kepada perusahaan pembangkit
listrik, dan secara rata-rata, 25% penjualan batubara Adaro adalah untuk konsumen

4
domestik di Indonesia dan 75% untuk konsumen luar negeri yang sebagian besar
berada di wilayah Asia.
Selain itu, Adaro Energy juga telah berhasil memperoleh beberapa
penghargaan, di antaranya Recognition Award 2011 dari Corporate Governance Asia,
The Most Improve Governance 2011 dari Indonesian Institute for Corporate
Directorship (IICD) dan The Indonesian Most Trusted dari the Indonesian Institute
for Corporate Governance (IICG). Dengan kondisi yang demikian maka penulis
ingin meneliti perkembangan laporan keuangna konsolidasian yang di buat PT Adaro
Energy Tbk apakah sudah memenuhi ISAK 29.
Beberapa penelitian terdahulu yang membahas topik ini diantaranya yaitu
(Widagdya dan Tria, 2014), dengan penelitian yang berjudul Penerapan PSAK No
33 Pada Perusahaan Pertambangan di Indonesia menyimpulkan bahwa Perubahaan
PSAK 33 (1994) tidak berdampak cukup signifikan pada angka-angka di laporan
keuangan namun dari sisi kebijakan yang diterapkan di perusahaan mengalami
perubahan. ED PSAK 33 (revisi 2011).
Selanjutnya, menurut (Stephanie Nathania, 2013) , melalui penelitiannya
yang berjudul Analisi Penerapan PSAK No.33 (Revisi 2011) dan PSAK No.64/
IFRS 6 Antara Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek
Australia menyimpulkan bahwa perusahaan di Indonesia masih banyak yang belum
melakukan implementasi PSAK 33 dan 64 secara detail dan lengkap dalam laporan
keuangannya, lain halnya perusahaan di Australia, perusahaan yang tidak melakukan
pengungkapan secara detail dikarenakan tidak adanya aktivitas pengupasan lapisan
tanah pada tahun 2012. Perusahaan Indonesia melakukan klasifikasi beban atas
pengupasan lapisan tanah kedalam akun yang berbeda-beda dan di sepanjang tahun
2012 semua perusahaan di Indonesia melakukan pengakuan dan pengukuran
pengupasan lapisan tanah sebagai beban yang ditangguhkan. Dalam pengukuran
pada saat pengakuan aset eksplorasi dan evaluasi masih banyak perusahaan yang
tidak melakukan pengungkapan sama sekali atas biaya-biaya yang menjadi dasar
dalam pengukuran awal pengakuan aset eksplorasi dan evaluasi. Dalam hal
pengukuran setelah pengakuan perusahaan baik di Indonesia maupun di Australia
sudah memenuhi kriteria PSAK 64/IFRS 6. Secara keseluruhan laporan keuangan
yang dihasilkan oleh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Australia lebih

5
berkualitas dibandingakan dengan laporan keuangan yang dihasilkan oleh
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh )
(Dwipuspasari & Hidayat, 2013), melalui penelitiannya yang berjudul Analisis
Penerapan PSAK 33 (revisi 2011) Tentang Akuntansi Pertambangan Umum pada PT.
Bukit Asam (Persero) Tbk menyimpulkan bahwa PT. Bukit Asam (Persero) Tbk
memiliki kebijakan akuntansi atas aktivitas pengupasan lapisan tanah yang
mencakup pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan. Pengakuan dan
pengukuran atas aktivitas pengupasan lapisan tanah PTBA telah sesuaidengan PSAK
33 (Revisi 2011) tentang Akuntansi Pertambangan Umum. Untuk penyajian atas
aktivitas pengupasan tanah PTBA mengacu pada PSAK No.1 (Revisi 2009) tentang
Penyajian Laporan Keuangan. Sedangkan pengungkapan atas aktivitas pengupasan
tanah yang dilakukan PTBA hanya berupa informasi tentang perubahan saldo dari
beban pengembangan yang ditangguhkan.
Pebedaan penelitian ini dengan penelitian acuan adalah dalam hal perusahaan
yang menjadi objek penelitian. Pada penelitian acuan yang menjadi objek penelitian
adalah PT. Bukit Asam (Persero) Tbk, sedangkan penulis memilih PT. Adaro Energy
Tbk sebagai objek penelitiannya. Tahun penelitian juga menjadi perbedaan penelitian
ini dengan penelitian acuan, penelitian acuan dilakukan tahun 2012, sedangkan
penelitian ini dilakukan tahun 2013 dan 2014. Selain itu, penelitian yang dilakukan
(Dwipuspasari, E., & Hidayat, T., 2013) membahas mengenai analisis penerapan
PSAK 33 mengenai pertambangan umum pada PT. Bukit Asam (Persero) Tbk,
sedangkan penelitian ini membahas mengenai analisis dampak penerapan ISAK 29
tentang biaya pengupasan lapisan tanah tahap produksi pertambangan terbuka pada
PT. Adaro Energy Tbk yang menggantikan PSAK 33 (Revisi 2011).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis
bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai pencatatan laporan keuangan pada
PT Adaro Energy Tbk. Apakah telah sesuai dengan standar standar (ISAK 29).
Oleh karena itu peneliti mengambil penelitian dengan judul : Analisis Dampak
Penerapan ISAK 29 Terhadap Laporan Keuangan PT. Adaro Energy Tbk.

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas, adapun rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:


1. Apakah PT. Adaro Energy Tbk telah menerapkan ISAK 29 dalam laporan
keuangannya?
2. Apakah laporan keuangan PT. Adaro Energy Tbk sudah sesuai dengan
pernyataan yang ada dalam ISAK 29 ?
3. Apakah dampak yang terjadi sebagai akibat dari implementasi ISAK 29 pada
laporan keuangan PT. Adaro Energy Tbk ?
1.3.

Ruang Lingkup
Penelitian ini mempunyai ruang lingkup sebagai berikut :
1. Penelitian ini dilakukan pada PT. Adaro Energy Tbk.
2. Laporan keuangan konsolidasi yang telah di audit 31 Desember 2014 dan
2015.
3. Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan ISAK 29 mengenai Biaya
Pengupasan Lapisan Tanah Tahap produksi pada Pertambangan Terbuka.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.4.1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui penerapan ISAK 29 dalam laporan keuangan pada PT.
Adaro Energy Tbk.
2. Untuk mengetahui ketaatan PT. Adaro Energy Tbk dalam menerapkan ISAK
29.
3. Untuk mengetahui dampak dalam penerapan ISAK 29 terhadap laporan
keuangan PT. Adaro Energy Tbk.

1.4.2. Manfaat Penelitian

7
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Bagi Peneliti
Memberikan pengetahun tambahan kepada penulis mengenai ISAK 29 dan
penerapannya ke dalam laporan keuangan.
2. Bagi PT. Adaro Energy Tbk
Melihat kesesuaian penyusunan laporan keuangan pada PT Adaro Energy Tbk
dengan ISAK 29 biaya pengupasan lapisan tanah tahap produksi pada
petambangan terbuka.
3. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan
Hasil penelitian ini bisa digunakan untuk literatur tentang dampak penerapan
standar akuntansi baru untuk pertambangan terbuka tentang ISAK 29. Dan
memberikan tambahan informasi serta acuan atau bahan referensi khususnya
yang akan mengadakan penelitian tentang penerapan standar akuntansi
pertambangan terbuka.
1.5 Metodologi Penelitian
Berikut ini adalah Metodologi Penelitian yang digunakan dalam Analisis
Dampak Penerapan ISAK 29 Terhadap Laporan Keuangan PT. Adaro Energy Tbk,
yaitu:
1. Jenis penelitian yang dilakukan adalah bersifat kualitatif dan naturalis.
2. Dimensi waktu yang digunakan adalah melibatkan urutan waktu (time
series).
3. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan metode
pengumpulan data sekunder (tidak langsung) yaitu berupa :
a. Mengambil data arsip laporan keuangan perusahaan dari situs resmi
Bursa Efek Indonesia.
b. Interpretasi Standar Akuntansi No. 29 : Biaya Pengupasan lapisan
Tanah Tahap Produksi Pada Pertambangan Terbuka yang diterbitkan
oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI).
c. Data literatur pendukung studi pustaka lainnya yang diperoleh dari
internet, koran dan media massa lainnya.
4. Historis, peneliti melakukan analisa berdasarkan data-data keuangan
perusahaan yang sudah lewat.
1.6 Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan pembahasan dan memberikan uraian yang lebih rinci dan
lebih terarah, maka penulis membagi skripsi ini dalam lima bab, yang masing7

8
masing bab terdiri atas sub bab. Sistematika pembahasan yang di gunakan adalah
sebagai berikut:
BAB 1 :

PENDAHULUAN
Bab ini memberikan gambaran singkat mengenai latar
belakang permasalahan dan pemilihan judul skripsi, ruang
lingkup penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB 2 :

LANDASAN TEORI
Bab ini memuat tinjauan pustaka yang menguraikan berbagai
kajian teoritis tentang industri pertambangan, akuntansi
pertambangan dan konsep yang relevan sesuai dengan masalah
penelitian, mulai dari definisi pengupasan lapisan tanah,
pengakuan dan pengukuran atas aktivitas pengupasan lapisan
tanah tahap produksi pada pertambangan terbuka (ISAK No.
29), teori akuntansi dasar dan standar akuntansi lainnya yang
berhubungan dengan industri pertambangan.

BAB 3:

OBJEK PENELITIAN
Bab ini menguraikan deskripsi objek penelitian mengenai
gambaran umum suatu objek yang diteliti, meliputi sejarah
umum pertambangan, perusahaan yang dijadikan objek
penelitian sehingga pembaca mendapatkan gambaran umum
mengenai keadaan perusahaan yang penulis ambil sebagai

BAB 4:

sampel penelitian serta penggunaan jenis data yang diperlukan.


ANALISIS DAN BAHASAN
Bab ini menguraikan tentang pembahasan dan analisa
terkait penerapan ISAK 29 tentang biaya pengupasan lapisan
tanah tahap produksi pada pertambangan terbuka PT. Adaro
Energy Tbk.

BAB 5:

SIMPULAN DAN SARAN

9
Bab ini berisi kesimpulan atas penelitian yang telah dilakukan,
yang disertai dengan saran perbaikan yang dapat digunakan
perusahaan dalam mengadakan pengakuan dan pengukuran
biaya dalam aktivitas pengupasan lapisan tanah dalam tahap
produksi.

Anda mungkin juga menyukai