Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HIPOGLIKEMIA
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas Sistem Endokrin II
yang dibimbing oleh Sutrisno, S.Kep., Ns.M.Kep

Oleh kelompok 3
ARFI ERWINA AFITRI
SATRIA RIZKI P
BAGUS PUSPITA AJI

(1311B0061)
(1311B0096)
()

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKes SURYA MITRA HUSADA KEDIRI
TAHUN 2016

A. DEFINISI.

Hipoglikemia adalah batas terendah kadar glukosa darah puasa (true


glucose) adalah 60 mg %, dengan dasar tersebut maka penurunan
kadar glukosa darah di bawah 60 % disebut sebagai hipoglikemia.
Pada umumnya gejala-gejala hipoglikemia baru timbul bila kadar
glukosa darah lebih rendah dari 45 mg %.( Noer S,1996).

Menurut Sherwin and Felig, definisi hipoglikemia adalah:


1. Pada laki laki dan wanita dewasa setelah puasa satu malam,
kadar glukosa plasma dibawah 60 mg/dl.
2. Pada laki laki setelah puasa 72 jam, kadar glukosa plasma
dibawah 55 mg/dl.
3. Pada wanita setelah puasa 72 jam, kadar glukosa plasma
dibawah 45 mg/dl.
4. Pada laki laki dan wanita setelah diberikan 75 100 g
glukosa, glukosan plasma terendah dibawah 50 mg/dl.

B. PATOFISIOLOGI.
Pada waktu makan (absorptive) cukup tersedia sumber energi yang
diserap dari usus. Kelebihan energi tersebut akan disimpan sebagai makro
molekul, karena itu fase ini dinamakan sebagai fase anabolic. Hormon
yang berperan adalah insulin. 60 % dari glukosa yang diserap usus dengan
pengaruh insulin akan disimpan di hati sebagai glikogen, sebagian lagi akan
disimpan di jaringan lemak dan otot juga sebagai glikogen. Sebagian lain dari
glukosa akan mengalami metabolisme anaerob maupun aerob untuk
memperoleh energi yang digunakan seluruh jaringan tubuh terutama otak.
Sekitar 70 % dari seluruh penggunaan glukosa berlangsung di otak. Berbeda
dengan jaringan

lain otak tidak dapat menggunakan asam lemak bebas

sebagai sumber energi.

Pada waktu sesudah makan atau sesudah puasa 5 6 jam kadar glukosa
darah mulai turun, keadaan ini menyebabkan retensi insulin juga menurun,
sedangkan hormon kontralateral yaitu glikogen, epinefrin, kortisol dan
hormon pertumbuhan meningkat. Terjadilah keadaan sebaliknya (katabolik)
yaitu sintesis glikogen, protein dan trigliserida akan menurun sedangkan
pemecahan zat-zat tersebut akan meningkat. Pada keadaan penurunan glukosa
darah mendadak glukagon dan epinefrin yang berperan. Kedua hormon
tersebut akan memacu glikogenolisis dan glukenogenesis dan proteolisis di
otot dan liposis di jaringan lemak. Dengan demikian tersedia bahan untuk
glukoneogenesis yaitu asam
piruvat

dan

amino

terutama

alanin,

asam

laktat,

gliserol. Hormon kontraregulator yang lain berpengaruh

sinergistik terhadap glucagon dan adrenalin tetapi perannya lambat.


Selama homeostasis glukosa tersebut di atas berjalan hipoglikemia tidak
akan terjadi. Hipoglikemia terjadi karena ketidakmampuan hati memproduksi
glukosa. Ketidakmampuan hati tersebut dapat disebabkan karena penurunan
bahan pembentuk glukosa, penyakit hati atau ketidakseimbangan hormonal.
Kenaikan penggunaan glukosa di perifer tidak menimbulkan hipoglikemia
selama hati masih mampu mengimbangi dengan menambah produksi glukosa.

C. ETIOLOGI
1. Dosis suntikan insulin terlalu banyak.
Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat
yang anda suntik sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya,
terkadang pasien tidak dapat memantau kadar gula darahnya sebelum
disuntik, sehingga dosis yang disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula
darah saat itu. Memang sebaiknya bila menggunakan insulin suntik, pasien
harus memiliki monitor atau alat pemeriksa gula darah sendiri.
2. Lupa makan atau makan terlalu sedikit.
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja
lambat dua kali sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan.
Kadar insulin dalam darah harus seimbang dengan makanan yang
dikonsumsi. Jika makanan yang anda konsumsi kurang maka
keseimbangan ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia.

3. Aktifitas terlalu berat.


Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan
insulin. Saat anda berolah raga, anda akan menggunakan glukosa darah
yang banyak sehingga kadar glukosa darah akan menurun. Maka dari itu,
olah raga merupakan cara terbaik untuk menurunkan kadar glukosa darah
tanpa menggunakan insulin.
4. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda
mengkonsumsi obat diabetes pada malam hari terutama yang bekerja
secara lambat. Jika anda salah mengkonsumsi obat misalnya anda
meminum obat insulin kerja cepat di malam hari maka saat bangun pagi,
anda akan mengalami hipoglikemia.
5. Penebalan di lokasi suntikan.
Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar
merubah lokasi suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam
waktu lama pada lokasi yang sama akan menyebabkan penebalan jaringan.
Penebalan ini akan menyebabkan penyerapan insulin menjadi lambat.
6. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.
Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang
dianjurkan. Anda harus mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan
obat sebaiknya disuntik atau diminum sehingga kadar glukosa darah
menjadi seimbang.
7. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan
penyerapan glukosa oleh usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada
di aliran darah dibandingan dengan glukosa. Insulin yang kadung beredar
ini akan menyebabkan kadar glukosa darah menurun sebelum glukosa
yang baru menggantikannya.
8. Gangguan hormonal.
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon
glukagon. Hormon ini berguna untuk meningkatkan kadar gula darah.
Tanpa hormon ini maka pengendalian kadar gula darah menjadi terganggu.
9. Pemakaian aspirin dosis tinggi.
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi
dosis 80 mg.
10. Riwayat hipoglikemia sebelumnya.
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih
terasa dalam beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan
tetapi belum menjamin tidak akan mengalami hipoglikemia lagi.

D. MANIFESTASI.
Terdiri atas 2 fase:
1. Fase 1 yaitu gejala yang timbul akibat respon otak/aktivitas pusat
autonomdi hipotalamus sehingga dilepaskannya hormone epinefrin.
Gejalanya berupa palpitasi,keluar banyak keringat, tremor,ketakutan, rasa
lapar dan mual (glukosa darah turun 50mg%).
2. Fase 2 yaitu gejala gejala yang sering terjadi akibat mulai terjadinya
gangguan fungsi otak gejalanya berupa pusing, pandangan kabur,
ketajaman mental menurun, kehilangan ketrampilan motorik yang halus,
penurunan kesadaran, kejang kejang dan koma (glukosa darah 20 mg
%).
Gejala gejala hipoglikemia yang tidak khas :
- Perubahan tingkah laku.
- Serangan singkop yang mendadak.
- Pusing pagi hari yang hilang dengan makan pagi.
- Keringat berlebihan waktu tidur malam.
- Bangun tengah malam untuk makan.
- Hemiplagia/afasia sepintas.
- Angina pectoris tanpa kelaina arteri koronaria.

E. DIAGNOSIS.
Dengan membuat diagnosis yang cukup beralasan tentang hipoglikemia
simtomatik tergantung pada 3 elemen di bawah ini:
Pencatatan melalui pengamat independen dimana gejala gejala
terjadi, pada saat gula darah dapat ditentukan.
Korelasi antara gejala - gejala dan kadar gula darah yang baik
rendah secara absolute atau penurunan yang sangat cepat.
Pemulihan gejala gejala yang cepat pada pemberian glukosa,
dihubungkan dengan kenaikan kadar gula darah.
Dengan tidak adanya salah satu dari 3 kriteria ini, meskipun mungkin
sangat dicurigai, diagnosa ini kurang pasti. Itulah pentingnya untuk mengukur
kadar gula darah jika mungkin dilakukan sebelum pemberian terapi glukosa.

F. PENATALAKSANAAN.
a. Pemberian gula murni 30 g (2 sendok makan), sirup atau makanan yang
mengandung karbohidrat.
b. Pada keadaan koma, berikan larutan glukosa 40% IV sebanyak 10 25 cc
setiap 10 20 menit sampai pasien sadar, disertai infuse dekstrosa 10% 6
jam/kolf.
c. Pengobatan tipikal untuk mengatasi hipoglikemia termasuk 3 tablet
glukosa, 6 ons minuman cola, 6 ons jeruk, 4 ons susu skim atau 6 sampai 8
lifesavers.
d. Bila belum teratasi, dapat digunakan antagonis insulin.
e. Pada stadium permulaan (sadar).
- berikan gula murni 30 gram (2 sendok makan) atau sirup/permen atau
gula murni (gula diabetes) dan makanan yang mengandung karbohidrat.
- hentikan obat hipoglikemik sementara.
- pantau glukosa darah sewaktu tiap 1-2 jam.
- Pertahankan GD sekitar 200 mg/dl (bila sebelumnya tidak sadar)
f. Kalau stadium lanjut (koma/tidak sadar)
- diberikan larutan destrosa 40% sebanyak 2 flakon (50ml) intravena.
- diberikan cairan dekstrosa 10% per infuse, 6 jam perkolf.
- periksa GDS kalau memungkinkan dalam glukometer.
Bila GDS < 50mg/dl, +bolus dekstrosa 40% 50ml IV.
Bila GDS <100 mg/dl, +bolus dekstrosa 40% 25ml IV.
- Periksa GDS setiap 1 jam setelah pemberian dekstrosa 40%.
Bila GDS < 50 mg/dl, +bolus dekstrosa 40% 50ml IV.
Bila GDS < 100 mg/dl, +bolus dekstrosa 40% 25ml IV.
Bila GDS 100 200 mg/dl tanpa bolus dekstrosa 40%

f.

G.

PEMERIKSAAN PENUNJANG.
1. Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi
glukosa 75 gram oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
2. Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140
mg/dl/2 jam.
3. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh
kadar gula darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat
mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjukkan
kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal antara 4- 6%.
Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut
menderita DM dan beresiko terjadinya komplikasi.

4. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah


terganggu.
5. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi.

H. CARA PENCEGAHAN.
1.
2.
3.
4.

Kenali gejala yang timbul..


Perbanyak mengkonsumi buah dan sayuran yang kaya akan serat.
Kontrol asupan karbohidrat harian.
Atur porsi makanan anda,karena porsi makan bagi penderita penyakit
hipoglikemia tidaklah sam dengan orang sehat
5. Jangan melakukan olahraga terlalu berat.

ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
Data dasar yang perlu dikaji adalah :
a. Pengkajian
1. Keluhan Utama
Takikardi, gemetar, pandangan kabur, pusing, lapar, penurunan
kesadaran.
2. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Hipoglikemi dapat terjadi akibat intake nutrisi yang tidak
adekuat, dan olah raga yang terlalu berat. Namun mekanisme
umum dan penting adalah respon terhadap terapi insulin.
3. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
Asupan nutrisi yang tidak adekuat, olahraga terlalu berat, dosis
insulin terlalu berlebih, atau menderita penyakit Diabetes
Mellitus.
4. Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)
Anggota keluarga ada yang menderita Diabetes Mellitus.
b. Pemeriksaan fisik
1. System Pernafasan atau Breathing (B1)
Takipnea, RR meningkat.
2. System Kardiovaskuler atau Blood (B2)
Takikardi, penurunan atau peningkatan tekanan darah.
3. System Persyarafan atau Brain (B3)
Pusing, pening, sakit kepala, gangguan penglihatan,
mengantuk (somnolen), reflek menurun, stupor sampai koma.
4. System Perkemihan atau Bladder (B4)
Pada penderita yang tidak sadar sering di jumpai
menghilangnya kontrol atas otot-otot sfingter dengan akibat
miksi.
5. System Pencernaan atau Bowel (B5)
Mual muntah, rasa haus, rasa lapar, defekasi yang tidak
terkontrol.
6. System Musculoskeletal dan integument atau Bone (B6)
Lemah, penurunan kekuatan otot, kesemutan.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI


a. Kekurangan volume cairan b.d hipoglikemia.
Ditandai dengan:
o Keluar keringat banyak.
o Mual.
o Pusing.
o Penurunan kesadaran.
o Kelemahan.
o Takikardi.
Hasil yang diharapkan/kriteria hasil :

Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikanoleh TTV stabil,


keadaan dalam batas normal, tonus otot baik.
Intervensi:
Mandiri:
Pantau TTV.
Ukur berat badan.
Selimuti pasien dengan selimut tipis.
Kolaborasi:
Berikan terapi cairan sesuai dengan indikasi paling sedikit 2.500 ml/hari :
normal salin ltcv dekstrosa.
Pasang kateter urin tetap terpasang.
Rasional:
- hipoglikemia dapat dimanifestasikan oleh takikardi.
- Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan
yang sedang berlangsung.
- Menghindari pemanasan yang berlebihan terhadap px.
- Mengembalikan cairan yang adekuat.
- Memberikan pengukuran yang tepat terhadap pengukuran
haluaran urin,
b. Perubahan sensori-perseptual b.d glukosa.
Ditandai dengan:
o Penurunan kesadaran.
o Kejang dan koma.
o Sinkop.
o Ketajaman mental menurun.
o Pandangan kabur.
o Hilangnya keterampilan motorik halus.
Hasil yang diharapkan/kriteria hasilnya:
- Mempertahankan tingkat mental biasanya
- Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.
Intervensi:
Mandiri:
- Pantau TTV dan status mental.
- Lindungi px dari cedera,
- Berikan tempat tidur yang lembut. Pelihara kehangatan
kaki/tangan.
- Pantau glukosa darah.
Rasional :
- Sebagai dasar mengetahui adanya abnormalitas.
- Px mampu mengalami disorientasi merupakan awal kemungkinan
timbulnya cedera.
- Meningkatkan rasa nyaman dan menurunkan kerusakan kulit.
- Ketidakseimbangan glukosa darahdapat menurunkan fungsi mental.

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual.


o Kelemahan.
o Tonus otot menurun.
Hasil yang diharapkan/kriteria hasil:
- Mencerna jumlah kalori/nutrienyang tepat.
- Berat badan stabil.
- Tonus otot baik.
Intervensi
Mandiri:
- Timbang berat badan.
- Berikan makanan cairan yang mengandung zat gizi dan
elektrolit.
- Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan.
Kolaborasi:
- Berikan larutan glukosa, seperti dekstrosa dan setengah salin
normal.
- Konsultasi dengan ahli gizi.
Rasional:
- Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat
- Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar.
- Meningkatkan rasa keterlibatan.
- Untuk menghindari hipoglikemia.
- Bermanfaat dalam perhitungandan penyesuaian diit px.

J. KASUS.

Seorang wanita berusia 61 tahun datang dalam keadaan tidak sadar di RS


Gambiran pada tanggal 23 September 2012. Pasien merupakan penyandang
diabetes yang menjalani pengobatan dengan obat glibenklamid yang diminum
sejak 3 bulan yang lalu. Obat tidak diminum teratur oleh pasien. Sejak 3 hari
sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh mual dan cepat lelah. Nafsu
makan berkurang dan pasien tidak meminum obat glibenklamid. Pada pagi saat
hari masuk rumah sakit, pasien mengeluh mual dan lemas. Pasien lalu minum
obat untuk gula dan hanya makan sedikit nasi. Setelahnya, pasien bertambah
lemas, keringat dingin, gemetar, lalu tak sadarkan diri. Keluarga lalu melarikan
pasien ke rumah sakit. Pasien pernah menggunakan obat gula yang disuntikkan
3 kali sehari sebelum makan selama 5 hari, setelah itu menggunakan
glibenklamid. Pasien mengeluh penglihatan kabur, sering kesemutan pada
tungkai dan sering gatal-gatal pada badan. Pasien memiliki riwayat hipertensi
sejak 3 tahun yang lalu, tidak memiliki riwayat sakit jantung atau alergi obat.
Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit gula.( TD : 217/139 mmHg,
N : 84 x/mnt, Rr : 18 x/mnt, S : 36 C, dengan penurunan kesadaran,
pemeriksaan GDS : 40 mg/dl, BB dulu 50 kg sekarang 45 kg, hasil lab
lainnya meliputi Na+ 128, K+ 6,7, Cl- 90, HCO3-, BUN 43, kreatin 2,3 mg/dl,
albumin 2,5 g/dL ).
Pasien didiagnosis hipoglikemia pada penderita diabetes melitus.
Kemudian dipasang jalur intravena dengan infus dekstrosa 10% 6 jam per kolf.
Di injeksikan bolus D40% 50 ml sebanyak 2 flakon intravena, pasien kemudian
sadar. Pemeriksaan GDS ulang = 108 mg/dl. Obat hipoglikemik dihentikan
sementara.
Pasien
diberikan
obat
diltiazem
3x1
tablet.
ANALISIS DATA:
Data Subjektif : - Px mengeluh mual dan lemas.
- Px mengeluh nafsu makan berkurang
- Px mengeluh penglihatannya kabur.
- Px mengeluh sering kesemutan pada tungkai
dan sering gatal gatal pada badan.
Data Objektif : - Px datang dalam keadaan tidak sadar.
- Px tidak meminum obat secara teratur.
- Px tampak lemas,keluar keringat dingin,
gemetar dan tak sadarkan diri
- TD : 217/139 mmHg, N : 84 x/mnt, Rr : 18
x/mnt, S : 36 C, GDS : 40 mg/dl, BB dulu 50
kg sekarang 45 kg, hasil lab lainnya
meliputi Na+ 128, K+ 6,7, Cl- 90, HCO3-,
BUN 43, kreatin 2,3 mg/dl, albumin 2,5
g/dL.
DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1. Kekurangan volume cairan b.d hipoglikemia.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d nafsu makan menurun.


3. Resiko ketidakstabilan glukosa darah b.d glukosa darah yang tidak
adekuat.

INTERVENSI
1. Kekurangan volume cairan b.d hipoglikemia.
Ditandai dengan:
o Keluar keringat banyak.
o Mual..
o Penurunan kesadaran.
o Lemas.
Dalam 2x 24 jam, Hasil yang diharapkan/kriteria hasil :
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikanoleh TTV stabil,
keadaan dalam batas normal, tonus otot baik.
Intervensi:
Mandiri:
Pantau TTV.
Ukur berat badan.
Selimuti pasien dengan selimut tipis.
Kolaborasi:
Berikan terapi cairan sesuai dengan indikasi paling sedikit
2.500 ml/hari : normal salin ltcv dekstrosa 10 % 6 jam per
kolf, injeksi bolus D40% 50 ml sebanyak 2 flakon
intravena.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual.
o Kelemahan.
o Tonus otot menurun.
o BB 50 kg menurun 5 kg.
o BUN 43, kreatin 2,3 mg/dl, albumin 2,5 g/dL.
o Nafsu makan menurun
Dalam 2x24 jam, Hasil yang diharapkan/kriteria hasil:
- Mencerna jumlah kalori/nutrienyang tepat.
- Berat badan stabil.
- Tonus otot baik.

Intervensi
- Timbang berat badan.

Berikan makanan cairan yang mengandung zat gizi dan


elektrolit.
- Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan.
Kolaborasi:
- Berikan larutan glukosa, seperti dekstrosa dan setengah salin
normal.
- Konsultasi dengan ahli gizi.
3. Resiko ketidakstabilan glukosa darah b.d glukosa darah yang tidak
adekuat..
Ditandai dengan:
o Penurunan kesadaran.
o Kejang dan koma.
o Sinkop.
o Ketajaman mental menurun.
o Pandangan kabur.
o Hilangnya keterampilan motorik halus.
Dalam 2x24 jam, Hasil yang diharapkan/kriteria hasilnya:
- Kadar gula darah stabil.
- Status kesehatan mental stabil.
- Status kesehatan baik.
Intervensi:
- Kaji factor yang dapat meningkatkan
ketidakstabilan glukosa.
- Pantau asupan dan haluaran,
- Pantau tanda dan gejala hipoglikemia.
- Kolaborasi dengan ahli gizi dan para medis.

IMPLEMENTASI
Dx

Tanggal/Jam

IMPLEMENTASI

resiko

Keperawatan
23 September 2012
Kekurangan
volume cairan 08.00
b.d
hipoglikemia.

Melakukan TTV.
Mengkur berat badan.
Menyelimuti pasien dengan selimut tipis.
Memberikan terapi cairan sesuai dengan
indikasi paling sedikit 2.500 ml/hari :
normal salin ltcv dekstrosa 10 % 6 jam per
kolf, injeksi bolus D40% 50 ml sebanyak 2
flakon intravena.

Nutrisi kurang 23 September 2012


dari
08.00
kebutuhan b.d
mual.

Menimbang berat badan.


Memerikan
makanan
cairan
mengandung zat gizi dan elektrolit.
Melibatkan
keluarga
pasien

Resiko

23 September 2012

ketidakstabila

08.00

n glukosa
darah b.d
glukosa yang
tidak adekuat.

yang
pada

perencanaan makan.
Memberikan larutan glukosa, seperti
dekstrosa dan setengah salin normal.
Konsultasi dengan ahli gizi.
Mengkajikan
factor
yang
dapat
meningkatkan
resiko
ketidakstabilan
glukosa.
Memantau asupan dan haluaran,
Memantau tanda dan gejala hipoglikemia.
Berkolaborasi dengan ahli gizi dan para
medis.

DAFTAR PUSTAKA
1. Barrett EJ, DeFronzo RA, Bevilacque A et al: Insulin resistance in
diabetic ketoacidosis. Diabetes 31:932-938,1982.

2. Noer S.,Waspadji S., Rahman AM. Buku Ajar ilmu Penyakit Dalam. Jilid
1 Edisi III. Jakarta. FKUI.1996.
3. Brunner & Suddrath. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Volume 2. Jakarta.EGC.1999.
4. Davidson MB. Hypoglycemia in Adults. In: Lavis N, ed. Manual of
Endocrinology and Metabolism. 2nd ed. Boston: Little, Brown and
Company 1994: 459 476.
5. I Made Bakta & I Ketut Suastika. Buku Gawat Darurat di Bidang
Penyakit Dalam. Jakarta: EGC.1999.
6. Rumahorbo, Hotma. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Endokrin. Jakarta: EGC. 1999.

Anda mungkin juga menyukai