HIPOGLIKEMIA
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas Sistem Endokrin II
yang dibimbing oleh Sutrisno, S.Kep., Ns.M.Kep
Oleh kelompok 3
ARFI ERWINA AFITRI
SATRIA RIZKI P
BAGUS PUSPITA AJI
(1311B0061)
(1311B0096)
()
A. DEFINISI.
B. PATOFISIOLOGI.
Pada waktu makan (absorptive) cukup tersedia sumber energi yang
diserap dari usus. Kelebihan energi tersebut akan disimpan sebagai makro
molekul, karena itu fase ini dinamakan sebagai fase anabolic. Hormon
yang berperan adalah insulin. 60 % dari glukosa yang diserap usus dengan
pengaruh insulin akan disimpan di hati sebagai glikogen, sebagian lagi akan
disimpan di jaringan lemak dan otot juga sebagai glikogen. Sebagian lain dari
glukosa akan mengalami metabolisme anaerob maupun aerob untuk
memperoleh energi yang digunakan seluruh jaringan tubuh terutama otak.
Sekitar 70 % dari seluruh penggunaan glukosa berlangsung di otak. Berbeda
dengan jaringan
Pada waktu sesudah makan atau sesudah puasa 5 6 jam kadar glukosa
darah mulai turun, keadaan ini menyebabkan retensi insulin juga menurun,
sedangkan hormon kontralateral yaitu glikogen, epinefrin, kortisol dan
hormon pertumbuhan meningkat. Terjadilah keadaan sebaliknya (katabolik)
yaitu sintesis glikogen, protein dan trigliserida akan menurun sedangkan
pemecahan zat-zat tersebut akan meningkat. Pada keadaan penurunan glukosa
darah mendadak glukagon dan epinefrin yang berperan. Kedua hormon
tersebut akan memacu glikogenolisis dan glukenogenesis dan proteolisis di
otot dan liposis di jaringan lemak. Dengan demikian tersedia bahan untuk
glukoneogenesis yaitu asam
piruvat
dan
amino
terutama
alanin,
asam
laktat,
C. ETIOLOGI
1. Dosis suntikan insulin terlalu banyak.
Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat
yang anda suntik sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya,
terkadang pasien tidak dapat memantau kadar gula darahnya sebelum
disuntik, sehingga dosis yang disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula
darah saat itu. Memang sebaiknya bila menggunakan insulin suntik, pasien
harus memiliki monitor atau alat pemeriksa gula darah sendiri.
2. Lupa makan atau makan terlalu sedikit.
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja
lambat dua kali sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan.
Kadar insulin dalam darah harus seimbang dengan makanan yang
dikonsumsi. Jika makanan yang anda konsumsi kurang maka
keseimbangan ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia.
D. MANIFESTASI.
Terdiri atas 2 fase:
1. Fase 1 yaitu gejala yang timbul akibat respon otak/aktivitas pusat
autonomdi hipotalamus sehingga dilepaskannya hormone epinefrin.
Gejalanya berupa palpitasi,keluar banyak keringat, tremor,ketakutan, rasa
lapar dan mual (glukosa darah turun 50mg%).
2. Fase 2 yaitu gejala gejala yang sering terjadi akibat mulai terjadinya
gangguan fungsi otak gejalanya berupa pusing, pandangan kabur,
ketajaman mental menurun, kehilangan ketrampilan motorik yang halus,
penurunan kesadaran, kejang kejang dan koma (glukosa darah 20 mg
%).
Gejala gejala hipoglikemia yang tidak khas :
- Perubahan tingkah laku.
- Serangan singkop yang mendadak.
- Pusing pagi hari yang hilang dengan makan pagi.
- Keringat berlebihan waktu tidur malam.
- Bangun tengah malam untuk makan.
- Hemiplagia/afasia sepintas.
- Angina pectoris tanpa kelaina arteri koronaria.
E. DIAGNOSIS.
Dengan membuat diagnosis yang cukup beralasan tentang hipoglikemia
simtomatik tergantung pada 3 elemen di bawah ini:
Pencatatan melalui pengamat independen dimana gejala gejala
terjadi, pada saat gula darah dapat ditentukan.
Korelasi antara gejala - gejala dan kadar gula darah yang baik
rendah secara absolute atau penurunan yang sangat cepat.
Pemulihan gejala gejala yang cepat pada pemberian glukosa,
dihubungkan dengan kenaikan kadar gula darah.
Dengan tidak adanya salah satu dari 3 kriteria ini, meskipun mungkin
sangat dicurigai, diagnosa ini kurang pasti. Itulah pentingnya untuk mengukur
kadar gula darah jika mungkin dilakukan sebelum pemberian terapi glukosa.
F. PENATALAKSANAAN.
a. Pemberian gula murni 30 g (2 sendok makan), sirup atau makanan yang
mengandung karbohidrat.
b. Pada keadaan koma, berikan larutan glukosa 40% IV sebanyak 10 25 cc
setiap 10 20 menit sampai pasien sadar, disertai infuse dekstrosa 10% 6
jam/kolf.
c. Pengobatan tipikal untuk mengatasi hipoglikemia termasuk 3 tablet
glukosa, 6 ons minuman cola, 6 ons jeruk, 4 ons susu skim atau 6 sampai 8
lifesavers.
d. Bila belum teratasi, dapat digunakan antagonis insulin.
e. Pada stadium permulaan (sadar).
- berikan gula murni 30 gram (2 sendok makan) atau sirup/permen atau
gula murni (gula diabetes) dan makanan yang mengandung karbohidrat.
- hentikan obat hipoglikemik sementara.
- pantau glukosa darah sewaktu tiap 1-2 jam.
- Pertahankan GD sekitar 200 mg/dl (bila sebelumnya tidak sadar)
f. Kalau stadium lanjut (koma/tidak sadar)
- diberikan larutan destrosa 40% sebanyak 2 flakon (50ml) intravena.
- diberikan cairan dekstrosa 10% per infuse, 6 jam perkolf.
- periksa GDS kalau memungkinkan dalam glukometer.
Bila GDS < 50mg/dl, +bolus dekstrosa 40% 50ml IV.
Bila GDS <100 mg/dl, +bolus dekstrosa 40% 25ml IV.
- Periksa GDS setiap 1 jam setelah pemberian dekstrosa 40%.
Bila GDS < 50 mg/dl, +bolus dekstrosa 40% 50ml IV.
Bila GDS < 100 mg/dl, +bolus dekstrosa 40% 25ml IV.
Bila GDS 100 200 mg/dl tanpa bolus dekstrosa 40%
f.
G.
PEMERIKSAAN PENUNJANG.
1. Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi
glukosa 75 gram oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
2. Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140
mg/dl/2 jam.
3. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh
kadar gula darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat
mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjukkan
kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal antara 4- 6%.
Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut
menderita DM dan beresiko terjadinya komplikasi.
H. CARA PENCEGAHAN.
1.
2.
3.
4.
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
Data dasar yang perlu dikaji adalah :
a. Pengkajian
1. Keluhan Utama
Takikardi, gemetar, pandangan kabur, pusing, lapar, penurunan
kesadaran.
2. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Hipoglikemi dapat terjadi akibat intake nutrisi yang tidak
adekuat, dan olah raga yang terlalu berat. Namun mekanisme
umum dan penting adalah respon terhadap terapi insulin.
3. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
Asupan nutrisi yang tidak adekuat, olahraga terlalu berat, dosis
insulin terlalu berlebih, atau menderita penyakit Diabetes
Mellitus.
4. Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)
Anggota keluarga ada yang menderita Diabetes Mellitus.
b. Pemeriksaan fisik
1. System Pernafasan atau Breathing (B1)
Takipnea, RR meningkat.
2. System Kardiovaskuler atau Blood (B2)
Takikardi, penurunan atau peningkatan tekanan darah.
3. System Persyarafan atau Brain (B3)
Pusing, pening, sakit kepala, gangguan penglihatan,
mengantuk (somnolen), reflek menurun, stupor sampai koma.
4. System Perkemihan atau Bladder (B4)
Pada penderita yang tidak sadar sering di jumpai
menghilangnya kontrol atas otot-otot sfingter dengan akibat
miksi.
5. System Pencernaan atau Bowel (B5)
Mual muntah, rasa haus, rasa lapar, defekasi yang tidak
terkontrol.
6. System Musculoskeletal dan integument atau Bone (B6)
Lemah, penurunan kekuatan otot, kesemutan.
J. KASUS.
INTERVENSI
1. Kekurangan volume cairan b.d hipoglikemia.
Ditandai dengan:
o Keluar keringat banyak.
o Mual..
o Penurunan kesadaran.
o Lemas.
Dalam 2x 24 jam, Hasil yang diharapkan/kriteria hasil :
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikanoleh TTV stabil,
keadaan dalam batas normal, tonus otot baik.
Intervensi:
Mandiri:
Pantau TTV.
Ukur berat badan.
Selimuti pasien dengan selimut tipis.
Kolaborasi:
Berikan terapi cairan sesuai dengan indikasi paling sedikit
2.500 ml/hari : normal salin ltcv dekstrosa 10 % 6 jam per
kolf, injeksi bolus D40% 50 ml sebanyak 2 flakon
intravena.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual.
o Kelemahan.
o Tonus otot menurun.
o BB 50 kg menurun 5 kg.
o BUN 43, kreatin 2,3 mg/dl, albumin 2,5 g/dL.
o Nafsu makan menurun
Dalam 2x24 jam, Hasil yang diharapkan/kriteria hasil:
- Mencerna jumlah kalori/nutrienyang tepat.
- Berat badan stabil.
- Tonus otot baik.
Intervensi
- Timbang berat badan.
IMPLEMENTASI
Dx
Tanggal/Jam
IMPLEMENTASI
resiko
Keperawatan
23 September 2012
Kekurangan
volume cairan 08.00
b.d
hipoglikemia.
Melakukan TTV.
Mengkur berat badan.
Menyelimuti pasien dengan selimut tipis.
Memberikan terapi cairan sesuai dengan
indikasi paling sedikit 2.500 ml/hari :
normal salin ltcv dekstrosa 10 % 6 jam per
kolf, injeksi bolus D40% 50 ml sebanyak 2
flakon intravena.
Resiko
23 September 2012
ketidakstabila
08.00
n glukosa
darah b.d
glukosa yang
tidak adekuat.
yang
pada
perencanaan makan.
Memberikan larutan glukosa, seperti
dekstrosa dan setengah salin normal.
Konsultasi dengan ahli gizi.
Mengkajikan
factor
yang
dapat
meningkatkan
resiko
ketidakstabilan
glukosa.
Memantau asupan dan haluaran,
Memantau tanda dan gejala hipoglikemia.
Berkolaborasi dengan ahli gizi dan para
medis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Barrett EJ, DeFronzo RA, Bevilacque A et al: Insulin resistance in
diabetic ketoacidosis. Diabetes 31:932-938,1982.
2. Noer S.,Waspadji S., Rahman AM. Buku Ajar ilmu Penyakit Dalam. Jilid
1 Edisi III. Jakarta. FKUI.1996.
3. Brunner & Suddrath. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Volume 2. Jakarta.EGC.1999.
4. Davidson MB. Hypoglycemia in Adults. In: Lavis N, ed. Manual of
Endocrinology and Metabolism. 2nd ed. Boston: Little, Brown and
Company 1994: 459 476.
5. I Made Bakta & I Ketut Suastika. Buku Gawat Darurat di Bidang
Penyakit Dalam. Jakarta: EGC.1999.
6. Rumahorbo, Hotma. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Endokrin. Jakarta: EGC. 1999.