Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
genus Artocarpus
mengandung senyawa kelompok non fenol dan senyawa kelompok fenol. Senyawa
kelompok non fenol yang umumnya terdapat pada genus Artocarpus berupa senyawa
terpenoid seperti triterpen, dan senyawa steroid seperti -sitosterol dan stigmasterol.
Kandungan senyawa kelompok fenol sangat beragam seperti: flavonoid, stilben, dan
santon. Flavonoid ini masih terbagi lagi atas turunan flavan, flavon, flavanon,
flavonol, dan lain-lain.
Terpenoid
Berdasarkan literatur, diketahui bahwa dari tumbuhan genus Artocarpus
diperoleh senyawa triterpen tetrasiklik dan pentasiklik. Kulit batang A.chaplasha
menghasilkan
dan ekstrak
Lupeol asetat ini diperoleh pula dari kulit akar segar A.communis (Shieh et
al.,
dan
sikloartenon 6,
diperoleh dari
10
Tabel 2.1. Distribusi senyawa triterpen yang telah ditemukan pada genus
Artocarpus
Nama senyawa
Lupeol
asetat,
Nama spesies
Sikloartenol, 5
A. altilis, A. lakoocha
Sikloartenon, 6
Isosikloartenol asetat, 3
A.chaplasha
Sikloartenil asetat, 2
Lupeol, 7
A. communis, A. elasticus
A. communis, A. elasticus,
A. heterophyllus
Asam betulinat, 4
A. heterophyllus
11
Steroid
Mahato (1971), melaporkan bahwa senyawa steroid yaitu -sitosterol, 10 telah
diisolasi dari tumbuhan A. chaplasha. -sitosterol ini diperoleh juga dari A.communis
(Shieh et al., 1992).
10
Betasitosterol
Nama IUPAC
: 5-Kolesten-24p-etil-3p-ol
Rumus molekul
: C29H50O
Nama lain
: (24R)-etilkolest-5-en-3--ol, betasitosterin, 24 -
etilkolesterol, cinchol
12
dari tumbuhan, tetapi untuk hal-hal tertentu. Metabolit sekunder ini mempunyai
fungsi yang berbeda, termasuk memberi bau, rasa, mengatur pertumbuhan,
penarik serbuk sari, dan komponen rosin.
Bahan alam, termasuk terpenoid, dari dahulu telah dipakai di dalam bidang
farmasi, pertanian, dan pemakaian komersil lain, seperti pengobatan kanker.
Terpen dengan berat molekul kecil selalu digunakan untuk parfum dan pemberi rasa.
Steroid dianggap berasal dari terpenoid, karena pada jalur biosintesisnya,
steroid diturunkan dari squalene, yang juga merupakan senyawa pembentuk
triterpene. Secara garis besar jalur biosintesisnya sebagai berikut. Senyawa precursor
dimulai dari senyawa asetil ko enzim A, yang bergabung sebanyak 2 molekul,
dengan beberapa jalur reaksi selanjutnya membentuk asam mevalonat. Setelah
mengalami beberapa tahap reaksi akan membentuk DMAPP (dimetilallil piropospat)
dan isomernya IPP (isopentenilpiropospat). Kedua senyawa ini bergabung dan
membentuk monoterpen. Monoterpen selanjutnya bergabung lagi dengan unit isopren
baru membentuk sesquiterpen (farnesilpiropospat). Dua molekul farnesilpiropospat
membentuk skualen, selanjutnya teroksidasi menjadi 2,3-epoksiskualen, yang dalam
suasana asam membentuk lanosterol (terpenoid). Lanosterol kehilangan 3 gugus
metil, yaitu dua dari atom C-4 dan satu dari C-14 membentuk kolesterol (steroid).
Reaksi biosintesis steroid terdapat pada pada Gambar 2.1 berikut.
13
14
15
merupakan
senyawa -sitosterol yang bereaksi dengan asam asetat. Gugus OH pada -sitosterol
bereaksi dengan asam asetat membentuk ester -sitosterol asetat.
Geseran kimia yang terdapat pada -sitosterol asetat dapat dilihat pada Gambar 2.3 di
bawah ini (http://www.chemicalbook.com/spektrum EN).
Geseran kimia pada atom H tertentu pada -sitosterol asetat Gambar 2.3
terdapat pada Tabel 2.2 berikut ini.
1.
5,37
2.
4,61
3.
2,32
4.
2,04
5.
2,15-0,71
6.
1,02
7.
0,60
16
Penyebaran -sitosterol
Beta-sitosterol adalah sterol yang ditemukan pada tanaman, yang merupakan
subkomponen utama kelompok sterol yang dikenal sebagai pitosterol. Senyawa ini
berwarna putih dan memiliki struktur kimia yang sangat mirip dengan kolesterol.
Beta-sitosterol banyak ditemukan dalam dedak padi, bibit gandum, minyak jagung,
dan kedelai.
Manfaat -sitosterol
a. Mengontrol Kolesterol
Selama tiga dekade terakhir -sitosterol telah diketahui dapat mengurangi
kadar kolesterol.
kompetitif. Meskipun -sitosterol tidak diserap dengan baik oleh tubuh (5-10%), bila
dikonsumsi dengan kolesterol secara efektif memblokir penyerapan kolesterol, yang
mengakibatkan menurunkan kadar kolesterol serum. Beta-sitosterol juga
dapat
namun dalam
17
melawan kanker,
dengan cara
mengurangi
pertumbuhan prostat manusia dan sel kanker usus besar. etasitosterol juga dapat
mencegah leukemia limfositik.
d. Meningkatkan Kekebalan
Beta-sitosterol dapat meningkatkan kekebalan atlet yang sering menderita
tekanan kekebalan dan mengurangi respon inflamasi selama masa latihan dan
kompetisi. Beta-sitosterol telah menunjukkan tidak hanya untuk meningkatkan
kekebalan tubuh tetapi juga untuk meningkatkan proliferasi limfosit dan aktivitas sel.
Hal ini sangat berguna untuk orang-orang yang secara fisik stres, secara medis tidak
sehat atau baru sembuh dari sakit.
e. Menormalkan Gula Darah
Beta-sitosterol telah terbukti dapat menormalkan gula darah pada penderita
diabetes tipe II dengan merangsang pelepasan insulin yaitu
konsentrasi
glukosa
non-stimulasi,
dan
menghambat
dengan kehadiran
glukosa-6-fosfatase.
18
11
12
13
14
15
16
19
17
Shieh (1992), memperoleh senyawa flavonoid dengan rangka santon dari akar
tumbuhan A. communis yaitu artomunosanton 18, artomunosantentrion 19, dan
artomunosantentrion epoksida 20.
18
19
O
OMe
O
O
OH
20
20
yaitu: artonol A 23, artonol B 24, artonol C 25, artonol D 26, dan artonol E 27 dari
tumbuhan A. communis.
21
22
23
24
25
26
21
27
Senyawa flavon terprenilasi, yaitu senyawa sikloartokarpin 28, artokarpin 29,
dan kaplasin 30, diisolasi dari ekstrak diklorometana dari akar dan batang
A.communis, sedangkan morusin 31,
dengan konsentrasi daya hambat minimum (MIC) antara 3,12-100 g/mL (Jagtab
and Bapat, 2010).
28
29
30
31
22
32
Enam senyawa kimia yang diisolasi dari korteks akar Artocarpus, communis
(Weng et al., 2006) adalah empat flavonoid baru, yaitu: dihidroartomunosanton 33,
artomunoisosanton 34, siklokomunometanol 35, dan artomunoflavanon 36, bersamasama dengan dua senyawa yang telah
33
34
23
35
36
37
38
39
40
24
Lima
geranil
dihidrocalcon,
1-(2,4-dihidroksifenil)-3-{4-hidroksi-6,6,9-
(42),
metil-3-pentenil)-2H-1-
1-(2,4-dihidroksifenil)-3-[8-hidroksi-2-metil-2-
(3,4-epoksi-4-metil-1-pentenil)-2H-1-benzopiran-5-il]-1-propanon
(43),
1-(2,4-
dihidroksifenil)-3-[8-hidroksi-2-metil-2-(4-hidroksi-4-metil-2
pentenil)-2H-1-
benzopiran-5-il]-1-propanon (44),and 2-[6-hidroksi 3,7-dimetilokta-2(E),7-dienil]20,3,4,40-tetrahidroksidihidrocalcon (45), yang diisolasi dari daun A. altilis (Wang
et al., 2007).
41
43
42
44
25
45
Tabel 2.3. Senyawa kimia dari bagian tumbuhan Artocarpus communis yang telah
diteliti, aktivitas biologinya dan penelitinya
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Senyawa
Bagian Tanaman
1,2-cyclohexanediol
1-methylbuthyl acetate
1-octen-3-01
2,3-penten-3-01
2,3-butanediol
20,40,5,7-tetrahydroxy-6-(3methyl-2-butenyl)-flavone
2-butanone
2-cyclohexenol
2-cyclohexenone
2-ethenyl-2-butenal
2-geranyl2,3,4,4hydoxydihydrochal
cone
2-heptanol
2-heptanone
2-methyl-4-pentenal
2-methylbutyric acid
Buah (Segar)
Buah (masak)
Buah (Segar dan masak )
Buah (Masak)
Empelur
Aktivitas
Biologi
5
Reductase
inhibition
Peneliti
(Rujukan)
26
Senyawa
Bagian Tanaman
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Buah (Segar)
Buah (Segar)
Buah (Masak)
Buah (Masak)
Buah (Masak)
Buah (Segar dan masak )
Buah
42.
43.
44.
45.
2-pentanol
2-pentanone
3-cyclohexenol
3-hexene-2,5-diol
3-hexene-2,5-diol
3-hydroxy-2-butanone
3-acetoxyolean-12-en-11one
5-ethyl 2 (5H)-furanone
AC-3-1
AC-3-2
AC-3-3
AC-5-1
AC-5-2
Amylalcohol
Artocarpin
Artocarpindichloromethane
hemisolvate
Artochamin B
Artochamin D
Artocommunol CC
Artoindonesianin B
Artoindonesianin F
Artomunoflavonone
Artomunoisoxanthone
Artomunoxanthentrione
Artomunoxanthone
Artomunoxanthotrione
epoxide
Artonin E
Artonin E
Artonin F
Artonin V
46.
47.
48.
49.
50.
51
52
53
54
55
Artonol A
Artonol B
Artonol B
Artonol D
Artonol E
Benzaldehyd
Benzyl asetat
Benzyl alcohol
Butanol
Butyric Acid
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41
Aktivitas
Biologi
Antiplatelet
Antiplatelet
Peneliti
(Rujukan)
Iwaoka et al., 1994
Iwaoka et al., 1994
Iwaoka et al., 1994
Iwaoka et al., 1994
Iwaoka et al., 1994
Iwaoka et al., 1994
Amarasinghe et al.
2008
Iwaoka et al., 1994
Nomura et al.,1994
Nomura et al.,1994
Nomura et al.,1994
Nomura et al.,1994
Nomura et al.,1994
Iwaoka et al., 1994
Hakim et al., 2006
Chatrapromma et al.,
2007
Wang et al., 2006
Wang et al., 2006
Wang et al., 2006
Hakim et al., 2006
Hakim et al., 2006
Wang et al., 2006
Wang et al., 2006
Nomura et al., 1998
Nomura et al., 1998
Nomura et al., 1998
Nomura et al., 1998
Hakim et al., 2006
Nomura et al., 1998
Nomura et al.,1998
Nomura et al., 1998
Nomura et al., 1998
Hakim et al., 2006
Nomura et al., 1998
Nomura et al., 1998
Iwaoka et al. , 1994
Iwaoka et al., 1994
Iwaoka et al., 1994
Iwaoka et al., 1994
Iwaoka et al. , 1994
27
Senyawa
Bagian Tanaman
Aktivitas
Biologi
Peneliti (Rujukan)
56
57
58
59
60
61
62
63
64
Chaplasin
Chloroform
Cinnamic alcohol
Cis-2-hexenal
Cis-3-hexenol
Cis-3-hexenyl acetate
Cycloaltilisin
Cycloaltilisin 6
Cycloartenyl acetate
Tidak tertentu
Buah (segar dan masak )
Buah ( segar dan masak)
Buah (masak)
Buah (segar dan masak )
Buah ( segar dan masak)
Batang
Influorescen stipule
Buah
65
66
67
68
69
70
71
72
73.
74
75
76
77
Cycloartobiloxanthone
Cycloartocarpin
Cycloartomunin
Cycloartomunoxanthone
Cyclocommunin
Cyclocommunol
Cyclocomunomethonol
Cyclohexyl benzene
Cyclomorucin
Cyclomulberrin
Cyclopentanol
Cycloaltilisin 7
Diethylen glycol monoethyl
ether
Dihyroartomunoxanthone
Dihydrocycloartomunin
Dihydroisocycloartomunin
Dimethylbenzenepropionic
acid
Engeletin
Ethanol
Ethyl 3-hydroxybutyrate
Ethyl acetate
Ethyl benzoate
Ethyl butirate
Ethyl palmitate
Friedelan-3-ol
Friedelin
Frutackin
Tidak tertentu
Tidak tertentu
Kulit akar
Kulit akar
Kulit akar
Kulit akar
Kulit akar
Buah
Tidak tertentu
Tidak tertentu
Buah (segar dan masak )
Influorescen stipule
Buah (segar dan masak )
Kulit akar
Kulit akar
Kulit akar
Buah (masak)
Tidak tertentu
Buah (masak)
Buah (segar dan masak)
Buah (masak)
Buah (masak)
Buah (segar)
Buah (segar)
Kulit akar
Kulit akar
Biji
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89.
90
91
Chitin
binding,
antifungal
Daun
92.
93.
94.
95
Geranyl dihydrochalcone
( 9 structure)
Hexanal
Hexanoic acid
Hexanol
28
Senyawa
Bagian Tanaman
Aktivitas
Biologi
Peneliti (Rujukan)
96.
97
98.
Hexylacetae
Isoamyl alcohol
Isoartocarpesin
99.
100.
101.
102.
Isocyclomorucin
Isocyclomulberin
KB-2
Methyl acetate
Batang
Batang
Stem bark
Buah (masak)
103
Moracin M
Buah
104
Morucin
Kulit batang
105
Norartocarpanone
Buah
106
Norartocarpetin
Buah
107
108
Octanoic acid
Oxyresveratrol
109
110
Phenylpropyl alcohol
Prenylflavonoids
structures)
Sitosterol
111
112
(3
Sitosterol
b-Dglucopyranoside
113 Toluene
114 Trans,trans-2,4-heptadienal
115 Trans-2(or4)chlorocyclohexanol
116 Trans -2-hexenal
117 Trans-2-hexenol
118 Trans -2-pentenal
119 Trans-3-hexenoic acid
120 Trans -3-hexenol
121 Vanillin
122 -hexalacton
123 -valerolactone
Sumber: Jones et al., 2011
Inhibit
leukeumia
cells
Antifungal,
antioksidan,
cytotoxic,
phytotoxic
Antitumor
Antifungal,
antioxidant
Amarasinghe et al.
2008
Buah (masak)
Buah (segar)
Buah (segar dan masak)
Amarasinghe et al.,
2008
Amarasinghe et al.,
2008
Iwaoka et al., 1994
Iwaoka et al., 1994
Iwaoka et al., 1994
Buah (segar)
Buah (segar dan masak)
Buah (segar dan masak)
Buah (segar)
Buah (segar dan masak)
Buah (masak)
Buah (masak)
Buah (segar dan masak)
Buah
29
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Spermatophyta
Angiospermae
Dicotyledoneae
Rosales
Moraceae
Artocarpeae
Artocarpus
Artocarpus camansi Blanco
Breadnut
Kolo,pakau
Kelur, kulor, kulur, kuror
Gambar 2.4.
Penelusuran literatur yang dilakukan, penelitian terhadap senyawa kimia pada
tumbuhan A. camansi ini masih sangat kurang dibandingkan dengan kerabat satu
spesies yang sangat mirip yaitu A.altilis atau sukun.
Penelitian yang telah dilakukan umumnya terhadap biji dari buah A.camansi.
Adeleke (2010), melakukan penelitian terhadap komposisi biji tumbuhan A.camansi,
30
dan memperoleh hasil bahwa biji tumbuhan ini mengandung protein 4,8%, lemak
3,48%, karbohidrat 26,11%, sedangkan debu dan seratnya adalah 3,43 dan 1,20%.
(a)
(b)
(c)
31
leusine, isoleusine, lisine. Minyaknya kaya akan asam palmitat, oleat, linoleat, laktat,
dan sitrat, sedangkan asam malat, asetat, dan butirat ada dalam jumlah kecil. Biji
A.camansi dapat digunakan sebagai tepung, dan minyaknya sebagai sumber minyak
yang baik untuk dimakan.
Pemakaian sehari-hari buah A. camansi adalah untuk bahan makanan yang
dapat direbus sebagai sayuran dan sebagai bahan untuk sop. Buahnya mengandung
protein yang tinggi (13-20%), dan rendah lemak (6-29%). (Ragone, 1997).
32
33
anabolik insulin ini mencakup transpor glukosa, sintesis glikogen, lipid dan protein.
Transpor glukosa ke dalam sel otot rangka dan adiposa diperantarai oleh GLUT4.
Insulin juga meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam sel hati, tetapi bukan
melalui peningkatan jumlah GLUT4 di membran sel, melainkan dengan memicu
glukokinase. Hal ini meningkatkan fosforilasi glukosa sehingga kadar glukosa bebas
intrasel tetap rendah, mempermudah masuknya glukosa ke dalam sel (Ganong, 2005).
Glukosa dalam sel selanjutnya dapat dimetabolisme dengan banyak cara. Glukosa
dapat dioksidasi melalui jalur Embden-Meyerhof dan daur Kreb untuk menghasilkan
energi. Selain itu glukosa juga digunakan untuk memperoleh kofaktor tereduksi yang
perlu untuk reaksi biosintetik.
Dalam otot rangka dan hati, glukosa disimpan dalam bentuk glikogen
(glikogenesis) untuk dapat dipakai kembali (glikogenolisis). Di dalam sel lemak,
glukosa dimetabolisme menjadi asetil koA yang kemudian digunakan untuk
mensintesis asam lemak. Pengesteran asam lemak dengan gliserol menghasilkan
trigliserida yang merupakan bentuk penyimpanan energi (Foye, 1996).
34
Katabolisme lemak meningkat, dan sistem dibanjiri oleh trigliserida dan asam
lemak bebas. Sintesis lemak terhambat, dan jalur katabolik yang kelebihan beban
tidak dapat mengatasi kelebihan asetil koA yang terbentuk. Di hati, asetil koA diubah
menjadi benda keton. Dua dari benda keton ini adalah asam organik, dan jika keton
menumpuk dapat menimbulkan asidosis metabolik. Deplesi Na+ dan K+ terjadi pula
pada asidosis karena kation plasma ini diekskresikan dengan anion organik yang
tidak diganti oleh H+ dan NH4+ yang disekresi oleh ginjal. Akhirnya pasien atau
hewan yang mengalami asidosis, hipovolemia, dan hipotensi menjadi komatosa
karena efek toksik asidosis, dehidrasi, dan hiperosmolaritas pada sistem saraf dan
dapat meninggal bila tidak diobati (Ganong, 2005).
2.5.1 Klasifikasi Diabetes Melitus
American Diabetes Association (ADA) pada Tahun 1997 dan WHO pada
Tahun 1999 mengklasifikasikan diabetes melitus menjadi 4 tipe berdasarkan
etiologinya yaitu tipe 1, tipe 2, tipe spesifik lainnya atau akibat penyakit tertentu,
serta diabetes melitus gestasional.
Diabetes melitus tipe 1 terjadi pada 10% dari semua kasus diabetes. Ditandai
oleh adanya lesi yang menyebabkan kerusakan sel -pankreas baik akibat mekanisme
autoimmun (90%) atau penyebab yang belum diketahui (idiopatik) sehingga terjadi
defisiensi insulin absolut. Destruksi autoimun sel pankreas disebabkan oleh
beberapa hal,yaitu terbentuknya antibodi sel pulau, antibodi terhadap asam glutamat
dekarboksilase serta antibodi insulin.
Diabetes melitus tipe 2 terjadi pada 90% dari semua kasus diabetes dan
ditandai penurunan sekresi insulin relatif dan penurunan sensitifitas insulin (resistensi
insulin), walaupun tidak selalu. Diabetes melitus tipe 2 lebih disebabkan pola hidup
kurang gerak dan obesitas dibandingkan pengaruh genetika.
Diabetes tipe spesifik lainnya terjadi pada 1-2% dari semua kasus diabetes.
Terdiri dari dua sub golongan, yaitu sub golongan A dimana terjadi mutasi spesifik
yang telah dapat diidentifikasi sebagai penyebab kelemahan genetika, sedangkan sub
35
golongan B adalah diabetes yang berhubungan dengan kondisi patologis lainnya atau
suatu penyakit. Sub golongan A diakibatkan oleh abnormalitas genetika fungsi sel pankreas dan abnormalitas genetika aktifitas insulin. Sub golongan B diakibatkan
oleh penyakit pankreas eksokrin, penyakit endokrin, akibat induksi obat-obatan atau
bahan kimia, infeksi, penyakit hati, diabetes karena faktor imun yang tidak umum,
serta beberapa sindroma genetika lainnya yang sering berhubungan dengan diabetes.
Diabetes gestasional didefinisikan terjadinya intoleransi glukosa selama
kehamilan atau terdeteksi pertama sekali pada saat kehamilan. Terjadi pada sekitar
7% dari seluruh kehamilan (The Expert Committee on the Diagnosis and
Classification of Diabetes Mellitus, 1997; World Health Organization, 1999; The
Committee of the Japan Diabetes Society on the diagnostic criteria of diabetes
mellitus, 2002; Triplitt, et al., 2005).
36
Normal
(mg/dL)
< 100
Gangguan
(mg/dL)
100-125
Diabetes Melitus
(mg/dL)
126
< 140
140-199
200
37
2008). Pengamatan terhadap histologi pankreas juga dapat dilakukan dengan cara
mengambil pankreas dari hewan uji yang telah didekapitasi, kemudian diletakkan
dalam larutan formalin 10% dan segera diproses menggunakan parafin. Selanjutnya
pankreas dipotong setebal 5 m serta dilakukan pewarnaan dengan hematoksilin dan
eosin untuk pengamatan histopatologi dan diletakkan pada slide mikroskop untuk
difoto (de Las Heras-Castano, et al., 2005).