Anda di halaman 1dari 38

CASE REPORT

FIBROADENOMA MAMMAE

Oleh :
FIKI SETIAWAN
1102012086

Dokter Pembimbing:
Dr. Hadiyana Sp.B
SMF BEDAH RSU dr. SLAMET GARUT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2016

II

IDENTITAS
Nama

: Ny Siti Aisyah

Umur

: 25 tahun

Alamat

: kp. Cibuntu kersamanah Garut

Status Perkawinan

: Menikah

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Tanggal pemeriksaan

: 15 Agustus 2016

ANAMNESIS
Keluhan Utama : Benjolan di payudara kiri
Sejak 6 bulan sebelum masuk rumah sakit, penderita merasakan adanya benjolan yang

tidak terasa nyeri pada payudara kiri sebesar kelerang yang semakin lama semakin bertambah
besar. Tidak ditemukan adanya kulit diatas benjolan menjadi kemerahan, kulit yang melekuk ke
dalam, puting yang tertanam ke dalam ataupun borok. Riwayat keluar cairan, darah dari puting
susu tidak ada maupun adanya benjolan di tempat lain tidak ada. Keluhan tidak disertai dengan
demam, batuk, sesak, sakit kepala hebat, rasa penuh di ulu hati, nyeri pada tulang punggung
maupun paha. Keluhan benjolan tidak disertai dengan bengkak pada lengan.
Penderita haid pertama pada usia 13 tahun, siklus 28 hari, teratur. Riwayat benjolan
maupun operasi di payudara sebelumnya tidak ada.
Riwayat penyakit dahulu: Riwayat mengalami penyakit seperti ini sebelumnya disangkal.
Riwayat mengalami demam pada malam hari. Riwayat pengobatan tidak ada. Riwayat merokok
tidak ada.
Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada keluarga yang menderita penyakit tersebut.

III

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Tidak tampak sakit
Kesadaran

: Kompos mentis

Gizi

: Cukup

Tanda vital

: TD = 110/70 mmHg

R = 20 x/menit

N = 84 x/menit

S = 36,50C

Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik


Leher

: JVP tak meningkat

KGB (aksila/supraklavikula/infraklavikula) : Tidak teraba membesar


Kulit

: Turgor baik

Thoraks : Bentuk dan gerak simetris


Pulmo
Cor
Abdomen

: Sonor, VF, VR, VBS kiri = kanan

: Bunyi jantung murni reguler


: Datar, lembut

Hepar dan lien tidak teraba


Bising usus (+) Normal
Ekstremitas

: Edema -/-

Status Lokalis
a/r mammae dextra :

Inspeksi : Payudara simetris, retraksi puting susu (-), edema (-), ulserasi (-), nodul
satelit (-), discharge (-), kulit hiperemis (-).

Palpasi

Kuadran medial atas teraba 1 buah massa berukuran 8 x 8 x 6 cm, permukaan


rata, batas tegas, kenyal, mobile, nyeri tekan (-)

IV

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi
Masa perdarahan (BT)
Masa pembekuan (CT)
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
Kimia klinik
SGOT
Ureum
Creatinin
Glukosa darah sewaktu

hasil

Nilai normal

2 menit
7 menit
11.7 g/dL
35%
4.410 /mm3
225.000/mm3
3.88 juta/mm3

1-3
5-11
12.0-16.0
35-47
3800-10600
150.000-440.000
3.6-5.8

16 U/L
14 mg/dL
0.8mg/dL
90 mg/dL

s/d 31
15-50
0.5-1.3
<140

RO THORAK (16 Agustus 2016)


Hasil Ekspertise :
1. Rontgen Thorax : Cor Pulmo dalam batas Normal
Tidak tampak pembesaran jantung
Tidak tampak TB paru aktif
PATOLOGI ( 23 Agustus 2016)
Sediaan jaringan berkapsul mikroskopik terdiri dari dua komponen, yaitu komponen
stroma jaringan lunak yang berproliferasi dan komponen acini dari duktus yang
berkembang secara atipik.
Kesan : Fibroadenoma mammae

Diagnosa kerja: Susp Fibroadenoma Mamae Sinistra


Diagnosa Banding :
-

Mastitis
Kista Sarkoma Piloides
Galaktokel
Lipoma

Rencana terapi
Operatif : Biopsi Eksisi Massa
Prognosis
Quo ad vitam

: ad bonam

Quo ad fungsionam

: ad bonam

FOLLOW UP DOKTER
Tanggal /jam
16 08 2016

Catatan
Instruksi
S/ os mengeluh benjolan pada Rencana Biopsi Eksisi
payudara

kiri

awalnya

sebesar

kelereng dan semakin membesar,


sejak 6 bulan yang lalu. Pasien
puasa sejak pukul 02.00 wib tadi
malam.
O/
KS : CM
KU: Tidak sakit
Kel : benjolan pada payudara
T : 110/80
N: 82
R: 19
S: 36.6

Status lokalis
a/r

mamae sinistra, masa kenyal,

mobile, single, NT (-), Hiperemis (-) .


ukuran 8 x 8 x 6
A/ Susp FAM Sinistra
16 08 2016

Intruksi post-Op

Jam 10.30

Puasa = sadar diet bebas


IVFD : Frutolit 1500+ D5

500cc = 2000cc/24jam
AB: Cefaperazone non-

sulbactam 2x1gr iv
Analgetik
:
Ketorolac

3x30mg iv
Ranitidine 2x1amp iv
GV POD-2
Jaringan ke-PA
Bila baik besok BLPL

S/ os mengeluh nyeri pada bekas


operasi, mual (-) muntah (-) pusing
(-) keluhan bak (-) bab (-) makan
17-08-2016

masih sedikit-sedikit.

O/

Cefixim

tab

2x100mg

KS : CM

KU : SS

Ranitidine

tab

2x150mg

T : 100/70

N: 80

As.

Mefenamat

3x500mg

R: 18

GV POD- 2

S: 36.5

BLPL

Kontrol Poli Bedah

A/

POD-1

Biopsi

Eksisi

Mammae Sinistra ec Susp FAM

er

1 minggu bawa hasil


PA

Laporan operasi:
DO :
-

lokasi : quad sentra mamae sinistra


Massa kenyal berkapsul putih berlobus-lobuss berbatas tegas tidak terfiksir ukurang
8x8x6, kulit diatas tampak striae, peau de orange (-) retraksi papilla kearah massa (-)

discharge papilla (-)


Diambil utuh bersama kapsulnya

TO:
-

Dilakukan tindakan A dan Antisepstik


Insisi subareolar sisi lateral
Identifikasi massa, tampak DO
Dilakukan eksisi massa bersama kapsulnya
Pendarahan dirawat
Luka ditutup
Operasi selesai

PERMASALAHAN
a

Bagaimana penegakan diagnosis pada pasien ini ?

Bagaimana penatalaksanaan pada pasien ini ?

Penegakan diagnosis :
Anamnesa :
Dari keterangan umum didapatkan pasien berusia 19 tahun Dari anamnesa khusus
didapatkan adanya keluhan utama benjolan pada payudara kanan yang dimulai sejak 3 bulan
sebelum masuk rumah sakit, penderita merasakan adanya benjolan yang tidak terasa nyeri pada
payudara kanan sebesar kelerang yang semakin lama semakin bertambah besar sehingga
sekarang sebesar telur puyuh. Tidak ditemukan adanya kulit diatas benjolan menjadi kemerahan,
kulit yang melekuk ke dalam, puting yang tertanam ke dalam ataupun borok. Riwayat keluar
cairan, darah dari puting susu tidak ada maupun adanya benjolan di tempat lain tidak ada.
Keluhan tidak disertai dengan demam, batuk, sesak, sakit kepala hebat, rasa penuh di ulu hati,

nyeri pada tulang punggung maupun paha. Keluhan benjolan tidak disertai dengan bengkak pada
lengan.
Dari anamnesa tambahan didapatkan bahwa penderita haid pertama pada usia 13 tahun,
siklus 28 hari, teratur. Riwayat benjolan maupun operasi di payudara sebelumnya tidak ada.
Riwayat benjolan payudara pada keluarga ada yaitu kakak perempuan penderita yang pernah
dioperasi pengangkatan payudara. Riwayat radiasi pada daerah dinding dada tidak ada.
Dari keluhan utama dan anamnesa ini dapat ditarik beberapa kemungkinan diagnosis
yaitu :
1

Fibroadenoma mammae

Kistosarkoma Phylloides.
Kemungkinan diagnosis tersebut didapatkan berdasarkan sifat benjolan yang tidak terasa

nyeri, berukuran 3 cm (seukuran telur puyuh) yang asalnya sebesar kelereng dalam waktu 3
bulan. Sifat-sifat tersebut menunjukkan adanya progresivitas yang khas untuk suatu tumor.
Beberapa diagnosis banding benjolan pada payudara lain seperti perubahan fibrokistik,
mastitis, abses payudara, kanker payudara, penyakit Mondor telah dapat disingkirkan dengan
tidak adanya beberapa gejala seperti tidak adanya tanda-tanda inflamasi pada mastitis dan abses
payudara, atau tanda-tanda keganasan pada kanker.
Pemeriksaan Fisik :
Beberapa hal yang menunjang diagnosis fibroadenoma mammae dari pemeriksaan fisik antara
lain:
Pada status generalis:
Pembesaran KGB (-).
Pada status lokalis ditemukan:
a/r mammae dextra :

Inspeksi : Payudara simetris, retraksi puting susu (-), edema (-), ulserasi (-), nodul
satelit (-), discharge (-), kulit hiperemis (-).

Palpasi

Kuadran medial atas teraba 1 buah massa berukuran 3 x 2 x 1 cm, permukaan


rata, batas tegas, kenyal, mobile, nyeri tekan (-)
Kuadran medial bawah, teraba sebuah massa berukuran 1,5 x 1 x 1 cm,
permukaan rata, batas tegas, kenyal, mobile, nyeri tekan (-)

Dari sifat-sifat massa yang ditemukan tersebut, beberapa hal yang mengarah kepada
diagnosis fibroadenoma mammae adalah :
1

Sifat massa yang kenyal, dengan permukaan rata, batas tegas, dengan nyeri tekan (-), dan
ukuran diameter 1,5-3 cm.

Tidak adanya tanda-tanda keganasan seperti retraksi puting berwarna merah muda atau
kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk (peau
d'orange), perlekatan pada kulit atau perubahan pada kulit payudara atau pada puting
susu. Tidak ada borok atau ulkus pada benjolan, dan tidak adanya nyeri tekan.

2. Bagaimanakah penatalaksanaan pada pasien ini?


Penatalaksanan pada pasien ini adalah dengan eksisi massa tumor. Pada pasien ini
ditemukan adanya benjolan sebesar 3x2x1 cm yang dirasakan semakin membesar, sehingga
diperlukan eksisi (Brandon J, Bankowski, et al).

TINJAUAN PUSTAKA
FIBROADENOMA MAMMAE
I

PENDAHULUAN
Fibroadenoma merupakan tumor jinak pada payudara yang paling umum
ditemukan. Fibroadenoma terbentuk dari sel sel epitel dan jaringan ikat, dimana
komponen epitelnya menunjukkan tanda tanda aberasi yang sama dengan komponen
epitel normal. Etiologi penyakit ini belum diketahui secara pasti. Namun diperkirakan
berkaitan dengan aktivitas estrogen. Fibroadenoma pertama kali terbentuk setelah
aktivitas ovarium dimulai dan terjadi terutama pada remaja muda.

Fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita muda, terutama dengan usia di


bawah 30 tahun dan relatif jarang ditemukan pada payudara wanita postmenopause.
Tumor ini dapat tumbuh di seluruh bagian payudara, namun tersering pada quadran atas
lateral. Penyakit ini bersifat asimptomatik atau hanya menunjukkan gejala ringan berupa
benjolan pada payudara yang dapat digerakkan, sehingga pada beberapa kasus, penyakit
ini terdeteksi secara tidak sengaja pada saat pemeriksaan fisik. Penanganan fibroadenoma
adalah melalui pembedahan pengangkatan tumor. Fibroadenoma harus diekstirpasi
karena tumor jinak ini akan terus membesar.
II

ANATOMI
Payudara terdiri dari jaringan kelenjar, fibrosa, dan lemak. Jaringan ikat
memisahkan payudara dari otot otot dinding dada, otot pektoralis dan seratus anterior.
Sedikit di bawah pusat payudara dewasa terdapat puting (papila mamaria), tonjolan yang
berpigmen dikelilingi oleh areola. Puting mempunyai perforasi pada ujungnya dengan
beberapa lubang kecil, yaitu apertura duktus laktiferosa. Tuberkel tuberkel Montgomery
adalah kelenjar sebasea pada permukaan areola.
Jaringan kelenjar membentuk 12 hingga 25 lobus yang tersusun radier di sekitar
puting dan dipisahkan oleh jaringan lemak yang bervariasi jumlahnya, yang mengelilingi
jaringan ikat (stroma) di antara lobus lobus. Setiap lobus berbeda, sehingga penyakit
yang menyerang satu lobus tidak menyerang lobus lainnya. Drainase dari lobus menuju
sinus laktiferosa, yang kemudian berkumpul di duktus pengumpul dan bermuara ke
puting. Jaringan ikat di banyak tempat akan memadat membentuk pita fibrosa yang tegak
lurus terhadap substansi lemak, mengikat lapisan dalam dari fasia subkutan payudara

pada kulit. Pita ini, yaitu ligamentum Cooper merupakan ligamentum suspensorium
payudara.
Jika dilihat melalui potongan sagital, maka struktur payudara terdiri atas beberapa
lapisan, dari luar ke dalam, yaitu : kulit, jaringan lemak subkutaneus, stroma (jaringan
fibroglandular) yang di dalamnya terdapat pula duktus laktiferus, fascia pektoralis, m.
pektoralis mayor dan tulang iga.

Gambar 1. Anatomi Payudara. Potongan Sagital.


Vaskularisasi kelenjar mamae terutama berasal dari cabang arteri aksilaris, ramus
perforata intercostalis 1 4 dari arteri mammaria interna dan ramus perforata arteri
intercostalis 3 7. Cabang arteri aksilaris dari medial ke lateral adalah arteri torakalis
lateralis. Agak ke lateral dari arteri torakalis lateralis terdapat arteri subskapularis. Vena
dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yakni superfisial dan profunda. Vena superfisial
terletak di subkutis, mudah tampak, bermuara ke vena mammaria interna atau vena
superfisial leher. Vena profunda berjalan seiring dengan arteri yang senama, dan secara
terpisah bermuara ke vena aksilaris, vena mammaria interna dan vena azigos atau vena
hemiazigos.

Saluran limfe kelenjar mammae terutama berjalan mengikuti vena kelenjar


mammae, drainasenya terutama melalui :
1
2
3

Bagian lateral dan sentral masuk ke kelenjar limfe fosa aksilaris


Bagian medial masuk ke kelenjar limfe memmaria interna.
Saluran limfe subkutis kelenjar mammae umumnya masuk ke pleksus imfatik
subareolar.
Kelenjar mammae dipersarafi oleh nervi intercostal ke 2 6 dan 3 4 rami dari

pleksus servikalis. Sedangkan saraf yang berkaitan dengan terapi bedah adalah :
1

Nervus torakalis lateralis. Kira-kira di tepi medial m.pektoralis minor melintasi


anterior vena aksilaris, berjalan ke bawah, masuk ke permukaan dalam m. pektoralis

mayor.
Nervus torakalis medialis. Kira kira 1 cm lateral dari nervus torakalis lateralis, tidak
melintasi vena aksilaris, berjalan ke bawah masuk ke m. pektoralis minor dan m.

pektoralis mayor.
Nervus torakalis longus dari pleksus servikalis. Menempel rapat pada dinding toraks

berjalan ke bawah, mempersarafi m. seratus anterior.


Nervus torakalis dorsalis dari pleksus brakhialis. Berjalan bersama pembuluh darah
subskapularis, mempersarafi m. subskapularis, m. teres mayor.

III

FISIOLOGI
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipegaruhi oleh

hormon.

Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa
fertilitas, sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen
dan progesteron yang diproduksi oleh ovarium dan juga hormon hipofise, telah
menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke 8
haid, payudara jadi lebih besar dan beberapa hari sebelum

haid berikutnya terjadi

pembesaran maksimal. Kadang kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata.
Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga
pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu,
pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu
haid mulai, semuanya berkurang.
Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan,
payudara menjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus berproliferasi, dan
tumbuh duktus baru.
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu
diproduksi oleh sel sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus
ke puting susu.
IV

Bentuk abnormal payudara


Misalnya areola mamma yang menonjol sehingga merupakan tumor. Kelainan ini
jarang sekali. Sekali-sekali ditemukan dalam gradasi yang ringan. Polythelia adalah
dimana sebuah payudara mempunyai lebih dari satu putting susu, baik pada satu areola
maupun pada beberapa areola dari satu payudara.
Kelainan pertumbuhan payudara.

Bila wanita, jadi dewasa, tapi payudara tidak berkembang mungkin sebabnya agenesis
ovarium tapi ada juga yang terlambat akil balik.

Ada pula yang akil balik terlalu cepat, semua tanda-tanda kelamin sekunder timbul
kemungkinan terdapat tumor ovarium, kebanyakan idiopatik.

Hipertrofi payudara dewasa.

Ginekomastia pada pria, suatu hipertrofi payudara sebelah ada dua-duanya. Etiologi tak
di ketahui, tapi ada yang disebabkan oleh kelainan hormon, kelainan pada testis yang
biasanya bilateral.
Infeksi pada payudara

Mastitis akut biasanya pada wanita menyusui, tapi kadang-kadang bisa pada wanita yang
tidak menyusui. Sebabnya ialah tertahannya air susu dan masuknya kuman-kuman kulit
melalui papilla mamma yang biasanya yang laserasi. Bila tidak diobati akan menjadi
abses dan perlu diinsisi. Terapi mastitis adalah antibiotika biasanya eritromisin atau
antibiotika lain terhadap bakteri coccus. Bila perlu penghentian laktasi atau di hindarkan
menyusui secara sementara dan air susu diisap dan di buang.

Mastitis tbc: pada waktu yang lalu luar negeri sekali-kali ditemukan penyakit ini. Di
Indonesia pernah ditemukan, walaupun jarang.

Galaktokel: suatu kantong berisi air susu yang tertinggal lama kelamaan laktokel tersebut
menjadi terinfeksi.
Tumor mamma.
Tumor mamma ada yang ganas dan ada yang jinak, dimana termasuk kelainankelainan pembentukan kelenjar mamma dan akibat-akibat peradangan dan laktasi.
Insidensi tumor ganas mamma di berbagai-bagai negara berbeda, di Amerika
Serikat merupakan dari jumlah kanker pada wanita. Di RSHS merupakan 20% dari
tumor ganas pada wanita, ini merupakan frekuensi terbanyak kedua setelah setelah

tumor ganas serviks uteri. Di Belanda, insidensinya 26 kasus tumor ganas mamma per
100.000 penduduk, sedang Jepang 5 per 100.000 penduduk.
Tumor ganas mamma pada pria terdapat satu di antara 100 tumor ganas mamma
pada wanita.
Usia penderita tumor ganas mamma diatas 25 tahun sampai 65 tahun, terbanyak 4045 tahun untuk Jepang dan negara-negara yang rendah insidensinya, sedang yang
insidensinya tinggi meningkat, makin tua usia maka > age adjusted incidency.
Tumor Jinak

Fibrous dysplasia adalah suatu proliferasi stroma kelenjar mamma yang merupakan
tonjolan tidak berkapsul, batasnya tidak tegas

Mastitis kronika sistika, yang tidak selalu cystic dan bukan suatu peradangan
sehingga nama ini sebenarnya tidak tepat. Istilah ini merupakan kumpulan penyakitpenyakit tumor jinak pada mamma. Sinonimnya, fibrocystic, diease, fibroadenosis,
mastopathy, nodular hyperplasia, cyclomastopathy, adenofibromatosis, cystiphorous
epithelial hyperplasia, adenocystic disease dan mammary dysplasia. Fibrous dysplasia
yang dipergunakan oleh bagian patologi FKUP sebenarnya masuk dalam rombongan
tersebut.

Kista retensi : suatu kista yang berisi air susu yang kadang-kadang terinfeksi.

Sclerosing adenosis suatu fibrosis dalam kelenjar mamma yang keras dimana
gambaran hispatologisnya bisa dikelirukan menjadi karsinoma.

Fibroadenoma suatu tumor yang terbatas tegas, tidak berkapsul, tapi tampaknya seperti
berkapsul mikroskopik terdiri dari dua komponen, yaitu komponen stroma jaringan
lunak yang berproliferasi dan komponen acini dari duktus yang berkembang secara
atipik.

Tumor Ganas

Malignant phylloides tumor ,cepat membesar dan mendesak jaringan sekitarnya, serta
menginfiltrasi ke kelenjar getah bening.

Golongan sarkoma dan limfoma maligna.

Karsinoma.

o Berasal dari duktus (intraduktal karsinoma)


o Karsinoma infiltratif, misalnya karsinoma medulare skirrhous, adenokarsinoma.
o Karsinoma dari lobules-lobules lobular ca in situ- infiltrating lobuler Ca.
o Pagets disease of the nipple mula-mula mirip dermatitis pada putting susu.
o Inflammatory Ca, merupakan metastase sel kanker ke limfe di daerah kulit sekitar
mammae sehingga menimbulkan obstruksi saluran limfe.
V

FIBROADENOMA MAMMAE
DEFINISI

Fibroadenoma mammae merupakan neoplasma jinak yang terutama terdapat pada


wanita muda, dan jarang ditemukan setelah menopause. Fibroadenoma adalah kelainan
pada perkembangan payudara normal dimana ada pertumbuhan berlebih dan tidak normal
pada jaringan payudara dan pertumbuhan yang berlebih dari sel-sel yang melapisi saluran
air susu di payudara. Fibroadenoma merupakan jenis tumor jinak mamma yang paling
banyak ditemukan, dan merupakan tumor primer yang paling banyak ditemukan pada
kelompok umur muda

Gambar 2. Letak Pling sering fibroadenoma mammae (atas lateral)


EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, fibroadenoma merupakan lesi payudara yang paling umum,
yang terjadi pada wanita dengan usia di bawah 40 tahun. Fibroadenoma dapat terjadi
pada wanita segala usia, selama masa reproduksi aktif dan mengecil setelah menopause.
Fibroadenoma jarang terjadi pada wanita postmenopause. Prevalensi fibroadenoma pada
wanita usia di atas 40 tahun kira-kira hanya 8 10 %. Sekitar 10 15 % kasus

fibroadenoma merupakan multipel. Pada wanita berkulit gelap, fibroadenoma lebih sering
terjadi di usia lebih muda dibandingkan wanita berkulit putih.(4,6)
Fibroadenoma merupakan hasil biopsi yang paling sering ditemukan di Jamaica,
yaitu sekitar 39,4% dari seluruh biopsi yang dilakukan, yang diikuti oleh penyakit
fibrokistik, sekitar 19, 3 %.
ETIOLOGI
Penyebab pasti fibroadenoma tidak diketahui. Namun, terdapat beberapa faktor
yang dikaitkan dengan penyakit ini, antara lain peningkatan mutlak aktivitas estrogen,
yang diperkirakan berperan dalam pembentukannya. Selain itu, diperkirakan terdapat
prekursor embrional yang dormant di kelenjar mammaria yang dapat memicu
pembentukan fibroadenoma yang akan berkembang mengikuti aktivitas ovarium.

KLASIFIKASI
Secara sederhana fibroadenoma dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam:
1

Common Fibroadenoma
Common fibroadenoma memiliki ukuran 1-3 cm, disebut juga dengan simpel
fibroadenoma.33 Sering ditemukan padawanita kelompok umur muda antara 21-25 tahun.
Ketika fibroadenoma dapat dirasakan sebagai benjolan, benjolan itu biasanya berbentuk
oval atau bulat, halus, tegas, dan bergerak sangat bebas. Sekitar 80% dari seluruh kasus
fibroadenoma yang terjadi adalah fibroadenoma tunggal.

Gambar 3. Common fibroadenoma


(berkapsul dan batas tegas)

Giant Fibroadenoma
Giant fibroadenoma adalah tumor jinak payudara yang memiliki ukuran dengan
diameter lebih dari 5 cm.Secara keseluruhan insiden giant fibroadenoma sekitar 4% dari
seluruh kasus fibroadenoma. Giant fibroadenoma biasanya ditemui pada wanita hamil
dan menyusui. Giant fibroadenoma ditandai dengan ukuran yang besar dan pembesaran
massa enkapsulasi payudara yang cepat. Giant fibroadenoma dapat merusak bentuk
payudara dan menyebabkan tidak simetris karena ukuran nya yang besar, sehingga perlu
dilakukan pemotongan dan pengangkatan terhadap tumor ini.

Gambar 4. Giant fibroadenoma


(kapsul tegas dan tebal)
3

Juvenile Fibroadenoma
Juvenile fibroadenoma biasa terjadi pada remaja perempuan, dengan insiden 0,5-2%
dari seluruh kasus fibroadenoma. Sekitar 10-25% pasien dengan juvenile fibroadenoma
memiliki lesi yang multiple atau bilateral. Tumor jenis ini lebih banyak ditemukan pada
orang Afrika dan India Barat dibandingkan pada orang Kaukasia. Fibroadenoma mammae
juga dapat dibedakan secara histologi antara lain:
a.Fibroadenoma Pericanaliculare
Yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau beberapa
lapis.
b.Fibroadenoma intracanaliculare
Yakni jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak sehingga kelenjar

berbentuk panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen yang sempit atau menghilang.
Pada saat menjelang haid dan kehamilan tampak pembesaran sedikit dan pada saat
menopause terjadi regresi.

Gambar 5. Juvenille fibroadenoma


( permukaan berlendir, multiple celah, berbatas tegas)
PATOFISIOLOGI.
Fibroadenoma adalah tumor jinak yang menggambarkan suatu proses hiperplasia
dan proliferasi pada satu duktus terminal, perkembangannya dihubungkan dengan suatu
proses aberasi perkembangan normal. Penyebab proliferasi duktus tidak diketahui,
diperkirakan sel stroma neoplastik mengeluarkan faktor pertumbuhan yang memengaruhi
sel epitel. Peningkatan mutlak aktivitas estrogen, diperkirakan berperan dalam
pembentukannya. Kira kira 10% fibroadenoma akan menghilang secara spontan tiap
tahunnya dan kebanyakan perkembangan fibroadenoma berhenti setelah mencapai
diameter 2 3 cm. Fibroadenoma hampir tidak pernah menjadi ganas.

Fibroadenoma
postmenopause

dan

jarang
dapat

ditemukan
terbentuk

pada

wanita

gambaran

yang

kalsifikasi

telah

mengalami

kasar.

Sebaliknya,

fibroadenoma dapat berkembang dengan cepat selama proses kehamilan, pada terapi
pergantian hormon, dan pada orang orang yang mengalami penurunan kekebalan
imunitas, bahkan pada beberapa kasus, dapat menyebabkan keganasan. Pada pasien
pasien yang mengalami penurunan kekebalan tubuh, perkembangan fibroadenoma
berkaitan dengan infeksi virus Epstein-Barr.
Fibroadenoma terbagi atas Juvelline Fibroadenoma, yang terjadi pada wanita
remaja dan Myxoid Fibroadenoma yang terjadi pada pasien dengan Carney complex.
Carney complex merupakan suatu sindrom neoplasma autosomal dominan yang terdiri
atas lesi pada kulit dan mukosa, myxomas dan kelainan endokrin.

DIAGNOSIS
1. DIAGNOSIS KLINIK
GEJALA KLINIK
Fibroadenoma pada sebagian besar penderita tidak menunjukkan gejala dan
terdeteksi setelah dilakukan pemeriksaan fisik. Pertumbuhan fibroadenoma relatif lambat
dan hanya menunjukkan sedikit perubahan ukuran dan tekstur dalam beberapa bulan.
Fibroadenoma memiliki gejala berupa benjolan dengan permukaan yang licin dan merah.
Biasanya fibroadenoma tidak nyeri, tetapi kadang dirasakan nyeri bila ditekan.
PEMERIKSAAN FISIK.

Secara klinik, fibroadenoma biasanya bermanifestasi sebagai massa soliter,


diskret, dan mudah digerakkan, selama tidak terbentuk jaringan fibroblast di sekitar
jaringan payudara, dengan diameter kira-kira 1 3 cm, tetapi ukurannya dapat bertambah
sehingga membentuk nodul dan lobus. Fibroadenoma dapat ditemukan di seluruh bagian
payudara, tetapi lokasi tersering adalah pada quadran lateral atas payudara. Tidak terlihat
perubahan kontur payudara. Penarikan kulit dan axillary adenopathy yang signifikan pun
tidak ditemukan.

Gambar 6. Kwadran payudara untuk menentukan lokasi massa


PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI
Secara makroskopis, semua tumor teraba padat dengan warna cokelat putih
pada irisan, dengan bercak bercak kuning merah muda yang mencerminkan daerah
kelenjar.
Secara histologis, tumor terdiri atas jaringan ikat dan kelenjar dengan berbagai
proporsi dan variasi. Tampak storma fibroblastik longgar yang mengandung rongga mirip
duktus berlapis sel epitel dengan ukuran dan bentuk yang beragam. Rongga yang mirip
duktus atau kelenjar ini dilapisi oleh satu atau lebih lapisan sel yang reguler dengan
membran basal jelas dan utuh. Meskipun di sebagian lesi duktus terbuka, bulat hingga
oval dan cukup teratur (fibroadenoma perikanalikularis), sebagian lainnya tertekan oleh

proliferasi ekstensif stroma sehingga pada potongan melintang rongga tersebut tampak
sebagi celah atau struktur ireguler mirip bintang (fibroadenoma intrakanalikularis).

Gambar 7. Gambaran mikroskopik FAM

PEMERIKSAAN RADIOLOGIK
MAMMOGRAFI
Pada pemeriksaan mamografi, fibroadenoma digambarkan sebagai massa
berbentuk bulat atau oval dengan batas yang halus dan berukuran sekitas 4 100 mm.
Fibrodenoma biasanya memiliki densitas yang sama dengan jaringan kelenjar sekitarnya,
tetapi, pada fibroadenoma yang besar, dapat menunjukkan densitas yang lebih tinggi.
Kadang-kadang, tumor terdiri atas gambaran kalisifikasi yang kasar, yang diduga sebagai
infraksi atau involusi. Gambaran kalsifikasi pada fibroadenoma biasanya di tepi atau di
tengah berbentuk bulat, oval atau berlobus lobus. Pada wanita postmenopause,
komponen fibroglandular dari fibroadenoma akan berkurang dan hanya meninggalkan
gambaran kalsifikasi dengan sedikit atau tanpa komponen jaringan ikat.
Peranan mammografi menjadi berkurang pada payudara yang mempunyai
jaringan fibroglandular padat dimana keadaan ini sering terdapat pada wanita muda

dibawah 30 tahun. Oleh karena itu, diagnosis fibroadenoma pada wanita muda agak
terbatas.
Indikasi pemeriksaan mammografi:
1.
2.
3.
4.
5.

Adanya benjolan pada payudara


Adanya rasa tidak enak pada payudara
Pada penderita dengan riwayat resiko tinggi untuk mendapatkan keganasan payudara
Pembesaran kelenjar aksiler yang meragukan
Adanya penyebab metastasis tanpa diketahui asal tumor primer

ULTRASONOGRAPHY (USG)
Dalam pemeriksaan USG, fibroadenoma terlihat rata, berbatas tegas, berbentuk
bulat, oval atau berupa nodul dan lebarnya lebih besar dibandingkan dengan diameter
anteroposteriornya. Internal echogenicnya homogen dan ditemukan gambaran dari
isoechoic sampai hypoechoic. Gambaran echogenic kapsul yang tipis, merupakan
gambaran khas dari fibroadenoma dan mengindikasikan lesi tersebut jinak. Fibroadenoma
tidak memiliki kapsul, gambaran kapsul yang terlihat pada pemeriksaan USG merupakan
pseudocapsule yang disebabkan oleh penekanan dari jaringan di sekitarnya.

Gambar 8 . Gambaran USG Fibroadenoma. Tampak massa hipoechoic yang rata,


batas tegas pada sebagian lobus merupakan khas dari fibroadenoma

MAGNETIC RESONANCES IMAGING (MRI)


Dalam pemeriksaan MRI, fibroadenoma tampak sebagi massa bulat atau oval
yang rata dan dibandingkan dengan menggunakan kontras gadolinium-based.
Fibroadenoma digambarkan sebagai lesi yang hypointense atau isointense, jika
dibandingkan dengan jaringan sekitarnya dalam gambaran T1-weighted dan hypointense
and hyperintense dalam gambaran T2-weighted.

Gambar 9. Dari pemeriksaan USG dan FNA, menujukkan gambaran


fibroadenoma. Pemeriksaan dengan MRI post-contras, memperlihatkan
penyerapan yang cepat tanpa pembersihan, yang merupakan ciri khas dari
fibroadenoma.
FNAC (FINE NEEDLE ASPIRATION CYTOLOGY)
Dengan FNAC diperoleh diagnosis tumor apakah jinak atau ganas, tanpa harus
melakukan sayatan atau mengiris jaringan. Pada FNAC diambil sel dari fibroadenoma dengan
menggunakan penghisap berupa sebuah jarum yang dimasukkan pada suntikan.

Dari alat

tersebut dapat diperoleh sel yang terdapat pada fibroadenoma, lalu hasil pengambilan tersebut
dikirim ke laboratorium patologi untuk diperiksa di bawah mikroskop. Di bawah mikroskop
tumor tersebut tampak seperti berikut :
1. Tampak jaringan tumor yang berasal dari mesenkim (jaringan ikat fibrosa) dan
berasal dari epitel (epitel kelenjar) yang berbentuk lobus-lobus.

2. Lobuli terdiri atas jaringan ikat kolagen dan saluran kelenjar yang berbentuk bular
(perikanalikuler) atau bercabang (intrakanalikuler)
3. Saluran tersebut dibatasi sel-selyang berbentuk kuboid atau kolumnar pendek
Uniform

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari fibroadenoma, antara lain :
1

Cystosarcoma Phyllodes. Tumor ini jauh lebih jarang ditemukan dan diperkirakan berasal
dari stroma intralobulus. Tumor ini berdiameter kecil, sekitar 3 4 cm, tetapi sebagian
besar terus tumbuh dan membesar sehingga menyebabkan payudara membesar. Tumor ini
terdapat pada semua usia, namun kebanyakan ditemukan pada usia 45 tahun. Gambaran
radiologis (mammografi) dari tumor ini berupa massa berbentuk bulat dan berbatas tegas.

Gambar 10. Mamografi Cystosarcoma Phyllodes. Tampak massa berbatas tegas


tanpa kalsifikasi
Gambaran USG tumor ini, pada umumnya hipoechoic dengan batas yang masih
tegas, echo-internal dapat homogen atau sedikit inhomogen serta adanya penyangatan
akustik posterior lemah, hal ini mungkin disebabkan struktur kistik pada tumor tersebut.

Gambar 11. Gambaran USG Cystosarcoma Phylloides. Lesi hypoechoic tampak


besar , berlobulasi dengan echo-internal inhomogen, sering ampak struktur
anechoic yang menandakan adanya proses degeneresi kistik.
2

Kista Payudara. Kista payudara dapat berasal dari adenosis, ketika lamina duktus dan
acini mengalami dilatasi dan dibatasi oleh jaringan epitel. Gambaran mamografinya
berupa massa bulat atau oval yang berbatas tegas. Tepi kista ini dapat berbatasan dengan
jaringan fibroglandular, baik sebagian maupun seluruhnya.

Gambar 12. Gambaran Mamografi Kista Payudara. Tampak massa bulat atau oval
dengan densitas yang lebih terang dibandingkan dengan parenkim payudara.
Gambaran USG pada kista adalah lesi dengan bentuk bulat atau oval, mempunyai
batas tegas dan teratur, an-echoic dan adanya penyangatan akustik posterior.

Gambar 13. Gambaran USG Kista Payudara. Tumor ini akan tampak sebagai suatu
lesi an-echoic dengan batas teratur serta tampak penyangatan akustik posterior.
3

Papilloma. Merupakan lesi jinak yang berasal dari duktus laktiferus dan 75% tumbuh di
bawah areola mamma. Papilloma memberikan gejala berupa sekresi cairan serous atau

berdarah, adanya tumor subareola kecil dengan diameter beberapa milimeter atau retraksi
puting payudara (jarang ditemukan). Biasanya, ukuran lesi papilloma sangat kecil, hanya
beberapa milimeter, sehingga pada mamografi, terlihat gambaran sedikit pengembungan
atau normal dari duktus retro-areolar.

Gambar 14. Mamografi Papilloma. Tampak gamabran heterogen dari payudara


dengan kalsifikasi yang menyebar tanpa gambaran massa
Gambaran USG kelainan ini adalah suatu lesi intraduktal dengan pelebaran
duktus laktiferus.

Gambar 15. Gambaran USG Papiloma. Tampak lesi iso-echoic dengan pelebaran
duktus laktiferus.

PENATALAKSANAAN.
Operasi eksisi merupakan satu-satunya pengobatan untuk fibroadenoma.
Operasi dilakukan sejak dini, hal ini bertujuan untuk memelihara fungsi payudara dan
untuk menghindari bekas luka. Pemilihan tipe insisi dilakukan berdasarkan ukuran
dan lokasi dari lesi di payudara. terdapat 3 tipe insisi yang biasa digunakan, yaitu:
1 Radial Incision, yaitu dengan menggunakan sinar.
2 Circumareolar Incision
3 Curve/Semicircular Incision
Tipe insisi yang paling sering digunakan adalah tipe radial. Tipe
circumareolar, hanya meninggalkan sedikit bekas luka dan deformitas, tetapi hanya
memberikan pembukaan yang terbatas. Tipe ini digunakan hanya untuk
fibroadenoma yang tunggal dan kecil dan lokasinya sekitar 2 cm di sekitar batas
areola. Semicircular incision biasanya digunakan untuk mengangkat tumor yang
besar dan berada di daerah lateral payudara.
Terdapat empat indikasi dilakukan terapi eksisi pada fibroadenoma:
1.

Inability untuk berdiferensiasi antara proses benigna dan maligna

2.

Peningkatan ukuran massa pada tiap seri pemeriksaan (follow up)

3.

Lokasi di periareolar

4.

Permintaan pasien.

PENCEGAHAN

Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat


agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Konsep dasar dari
pencegahan primer adalah untuk menurunkan insiden penyakit.. Cara yang dilakukan
adalah dengan menghindari faktor-faktor tertentu yang dapat merangsang
pertumbuhan sel-sel tumor, antara lain:
1

Menggunakan atau mengkonsumsi zat dan bahan yang dapat menurunkan kejadian
FAM antara lain dengan mengkonsumsi buah dan sayuran. Penggunaan alat

kontrasepsi oral juga dapat menurunkan risiko terjadinya FAM


Mencegah terpaparnya dengan zat atau bahan yang dapat memicu berkembangnya
sel-sel tumor fibroadenoma, seperti mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi
dengan bahan atau zat-zat hormonal, menghindari pemakaian pil kontrasepsi dengan
komponen utama estrogen. Penggunaan zat tersebut jika dipakai terus menerus akan
menyebabkan terjadinya perubahan jaringan pada payudara yang meningkatkan
angka kejadian FAM. Selain itu menghindari terpapar dengan zat Polycyclic aromatic
hydrocarbons (PAHs) yang bersifat karsinogenik.

Pemeriksaan SADARI.
Pemeriksaan terhadap payudara sendiri dilakukan setiap bulan secara teratur.

Dengan melakukan pemeriksaan sendiri secara teratur maka kesempatan untuk


menemukan tumor dalam ukuran kecil lebih besar, sehingga dapat dengan cepat
dilakukan tindakan pengobatan. SADARI dapat dilakukan dengan cara:

1. Berdiri di depan cermin, perhatikan payudara. Dalam keadaan normal, ukuran


payudara kiri dan kanan sedikit berbeda. Perhatikan perubahan perbedaan ukuran antara
payudara kiri dan kanan dan perubahan pada puting susu (misalnya tertarik ke dalam)
atau keluarnya cairan dari puting susu. Perhatikan apakah kulit pada puting susu berkerut.
2. Masih berdiridi depan cermin, kedua telapak tangan diletakkan di belakang kepala dan
kedua tangan ditarik ke belakang. Dengan posisi seperti ini maka akan lebih mudah untuk
menemukan perubahan kecil akibat tumor. Perhatikan perubahan bentuk dan kontur
payudara, terutama pada payudara bagian bawah.

3. Kedua tangan diletakkan di pinggang dan badan agak condong ke arah cermin, tekan
bahu dan sikut ke arah depan. Perhatikan perubahan ukuran dan kontur payudara.

4. Angkat lengan kiri. Dengan menggunakan 3 atau 4 jari tangan kanan, telusuri
payudara kiri. Gerakkan jari-jari tangan secara memutar (membentuk lingkaran kecil) di
sekeliling payudara, mulai dari tepi luar payudara lalu bergerak ke arah dalam sampai ke
puting susu. Tekan secara perlahan, rasakan setiap benjolan atau massa di bawah kulit.
Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan dengan cara mengangkat lengan kanan
dan memeriksanya dengan tangan kiri. Perhatikan juga daerah antara kedua payudara dan
ketiak

5.Tekan puting susu secara perlahan dan perhatikan apakah keluar cairan dari puting
susu. Lakukan hal ini secara bergantian pada payudara kiri dan kanan.

6.Berbaring terlentang dengan bantal yang diletakkan di bawah bahu kiri dan lengan kiri
ditarik ke atas. Telusuri payudara kiri dengan menggunakan jari-jari tangan kanan.
Dengan posisi seperti ini,payudara akan mendatar dan memudahkan pemeriksaan.
Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan dengan meletakkan bantal di bawah
bahu kanan dan mengangkat lengan kanan, dan penelusuran payudara dilakukan oleh jarijari tangan kiri.

7. Pemeriksaan no.5.dan 6. akan lebih mudah dilakukan ketika mandi karena dalam
keadaan basah tangan lebih mudah digerakkan dan kulit lebih licin. SADARI secara
visual dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar 16. Pemeriksaan SADARI

PROGNOSIS.
Prognosis dari penyakit ini baik, walaupun penderita mempunyai resiko yang
tinggi untuk menderita kanker payudara. bagian yang tidak diangkat harus diperiksa
secara teratur.

DAFTAR PUSTAKA
1

Sjamsuhidajat, R., De Jong Wim. Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2005. Hal. 388 393.

Desen Wan. Dalam : Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi 2. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta. 2008. Hal. 366 369.

Eisenberg Ronald L. In : Clinical Imaging An Atlas of Differential Diagnosis. Fifth


Edition. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia. 2010. Hal. 1392 1395.

Malangoni MA, Gagliardi RJ. 2004. Hernias. Dalam : Sabiston Textbook of Surgery, 17th

Kumpulan kuliah ilmu bedah. 2010. Staf Pengajar Bagian Ilmu Bedah Fakultas

edition. Philadelphia : Elsevier Saunders, Hal 1199-1217.

Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 313

Anda mungkin juga menyukai