Anda di halaman 1dari 23

Abses Payudara pada Wanita Menyusui

Jodie Josephine
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Pendahuluan
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri.
Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi.
Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel
yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan
infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah
putih akan mati. Sel darah putih inilah yang mengisi rongga tersebut.
Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong. Jaringan
pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses. Hal
ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut.
Jika suatu abses pecah didalam, maka infeksi bisa menyabar di dalam tubuh maupun
dibawah permukaan kulit, tergantung pada lokasi abses.
Abses payudara adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara. Hal ini biasanya
disebabkan oleh infeksi pada payudara. Cedera dan infeksi pada payudara dapat
menghasilkan gejala yang sama dengan di bagian tubuh lainnya, kecuali pada
payudara, infeksi cenderung memusat dan menghasilkan abses kecil. Hal ini dapat
menyerupai kista.
Abses payudara adalah penyakit yang penting untuk diketahui oleh seorang praktisi
kesehatan. Oleh karena itu makalah ini dibuat agar diagnosis, dan penanganan dari
pada abses payudara bisa dimengerti dengan lebih baik.

Jodie Josephine Jonazh, NIM: 102011186, Fakultas Kedokteran Universitas Krida


Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510, jodiejonazh@hotmail.com.

Anamnesis
Penyebaran informasi sesungguhnya tentang riwayat alamiah dan insidens kanker
payudara sering bertanggung jawab untuk kewaspadaan pasien akan penyakit
payudara. Anamnesis terpadu harus didapatkan sebelum melakukan pemeriksaan
fisik. Penyelidikan terinci tentang faktor resiko penyerta seperti usia, paritas serta
riwayat menstruasi dan menyusui, bersifat penting. Usia menarke dan perubahan
siklik dengan menstruasi berkorelasi bermakna dengan penyakit jinak dan ganas.
Pertanyaan tentang tindakan bedah sebelumnya, terutama ooforektomi, adrenalektomi
atau pembedahan pelvis, penting untuk memastikan kemungkinan efek penghentian
sekresi estrogen endogen. Penting riwayat terapi hormon sebelumnya, yang mencakup
kontrasepsi oral dan estrogen eksogen. Kehadiran dan sifat sekret puting susu maupun
hubungannya dengan ovulasi siklik bisa memberikan petunjuk penting tentang
etiologi.
Sekitar 75 sampai 85 persen massa payudara dikenal pasien sebekum mencari
pertolongan medis. Sifat pertumbuhan, reprodusibilitas pemeriksaan selama siklus
menstruasi dan sekret puting susu merupakan pokok informasi bersangkut paut. Nyeri
(mastodinia) dengan pembengkakan dan rasa penuh payudara dalam masa segera
pramenstruasi atau pascamenstruasi menggambarkan lesi payudara sensitif hormon
yang jinak. Penyelidikan riwayat penyakit keluarga kanker payudara dan gejala
konstitusional yang mencakup penurunan berat badan, demam, hemoptisis, nyeri
dada, anoreksia dan nyeri tulang rangka penting bila indeks kecurigaan keganasan
tinggi.4
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Sebelum palpasi, dokter seharusnya duduk menghadapi pasien yang harus membuka
pakaian sampai pinggang serta mengamati simetri dan perubahan kulit seperti fiksasi,
elevasi, retraksi dan warna. Pertama dilakukan pemeriksaan dengan lengan pasien di
samping tubuhnya dan kemudian di atas pinggulnya. Kontraksi musculus pectoralis
akan meningkatkan bentuk payudara. Penting pengenalan edema difus sebagai hasil
selulitis bakterialis atau akibat peresapan endolimfe dari pembuluh limfe dermis
dengan emboli tumor. Terperangkapnya ligamentum cooper segmental bisa
menimbulkan retraksi kulit dan lesung serta bisa disertai dengan peau d orange.
2

Gambaran fisik ini biasanya menyertai massa padat yang dapat teraba profunda, yang
terlazim menggambarkan neoplasma maligna, tetapi kadang-kadang bisa nekrosis
lemak.
Palpasi
Palpasi sistematik atas tempat metastasis yang lazim harus dilakukan sebelum
pemeriksaan payudara. Pemeriksaan fossa axillaris dan supraclavicularis memerlukan
palpasi superfisialis dan profunda untuk mengenal metastasis kelenjar limfe. Pasien
harus didudukkan dengan lengan disokong oleh pemeriksa. Relaksasi otot gelang
bahu penting dan tekanan ujung jari tangan yang lembut terbaik mengenal kelenjar
limfe kecil. Metastasis ekstramamma besar bermassa besar bisa jelas ke pasien dan
dokter serta penting dokumentasi lokasi dan ukuran yang tepat selama pemeriksaan
klinik awal. Lima kelompok kelenjar limfe yang sebelumnya disebutkan harus
diperiksa dan jari tangan yang mempalpasi harus ditempatkan dalam lipat axilla,
sehingga semua struktur infraclavicularis di lateral ligamentum Halsted telah
dievaluasi. Ujung jari tangan pemeriksa menekan isi axilla pada otot dinding dada dan
sangkar iga.
Ekstensi lengan penuh dengan tangan istirahat pada puncak kepala meratakan
payudara pada dinding dada dan nyaman bagi pasien. Penempatan pasien kembali
dalam posisi terlentang bisa memungkinkan pemeriksaan lebih menyeluruh, terutama
dengan ekstensi dan rotasi eksterna bahu. Pemeriksaan sistematik semua kuadran
payudara diselesaikan. Evaluasi bertujuan untuk mendeteksi lesi kecil yang berbeda
dari lemak dan stroma payudara sekelilingnya. Lesi yang berbatas tegas, nyeri dan
sama sekali terpisah dari parenkima berdekatan biasanya tidak ganas, sedangkan lesi
tak nyeri dengan batas tak tegas secara klasik mungkin ganas. Pembedaan antara sifat
jinak dan ganas tidak mungkin dilakukan atas pemeriksaan fisik saja. Penilaian klinik
dan biopsi diperlukan. Selama tahun reproduktif wanita, payudara mempunyai
arsitektur lobulus normal, yang dapat membingungkan pasien selama pemeriksaan
payudara sendiri. Pasien harus diinstruksikan cara memeriksa payudaranya.
Penemuan lesi dengan sifat tiga dimensi seharusnya menyadarkan pasien untuk
kembali ke dokternya.

Puting susu dan areola harus diperiksa dengan cermat. Adanya inversi puting susu
harus dicatat dan jika unilateral, harus dicurigai karsinoma. Puting susu normal
terinversi biasanya dapat dieversikan ke posisi anatomi yang tepat. Ketidak-mampuan
melakukan perasatini membenarkan biopsi. Penyakit jinak dapat juga melibatkan
kompleks puting susu-areola. Eksema dan keadaan peradangan subareola lazim dalam
masa pasca persalinan selama laktasi. Adanya erupsi areola bersisik, berkrusta,
ekzematoid patognomonik bagi penyakit paget puting susu. Lesi ini lazim basah atau
berdarah bila kontak. Biopsi penyakit paget mengkonfirmasi karsinoma duktus primer
yang telah menginvasi puting susu dan kulit areola untuk memberi gambaran klinik
yang digambarkan.4
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lain untuk menunjang diagnosis tidak
selalu diperlukan. World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan
kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila:

Pengobatan dengan antibiotik tidak -- memperlihatkan respons yang baik


dalam 2 hari

Terjadi mastitis berulang

Mastitis terjadi di rumah sakit

Penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat.

Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang langsung
ditampung menggunakan penampung urin steril. Puting harus dibersihkan terlebih
dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh puting untuk mengurangi
kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang dapat memberikan hasil positif
palsu dari kultur. Beberapa penelitian memperlihatkan beratnya gejala yang muncul
berhubungan erat dengan tingginya jumlah bakteri atau patogenitas bakteri. 7
USG
USG payudara (breast ultrasound) yang juga dikenal dengan sonography atau
ultrasonography, sering digunakan untuk mengevaluasi ketidaknormalan payudara

yang ditemukan pada hasil mammography screening atau mammography diacnostic


atau uji klinis payudara. USG memberi kebebasan orientasi pencitraan payudara
hampir dari arah manapun, karena fleksibilitas alat yang digerakkan tangan untuk
memeriksa seluruh bagian payudara. USG sangat bagus untuk mencitrakan kista
payudara: kantung bulat, berisi cairan, di dalam payudara. USG dengan cepat dapat
menemukan kista (selalu non kanker) ataupun pertambahan volume jaringan padat
(dense mass) yang biasanya dirujuk dilakukannya biopsy untuk menentukan apakah
jaringan tersebut bersifat ganas (cancerous).
CT Scan
CT scan (Computerized Tomography) merupakan alat imaging yang menggunakan
sinar X. Alat ini mula-mula digunakan untuk mengetahui kelainan-kelainan pada otak.
Tetapi dengan perkembangannya alat ini dapat dipakai untuk mendeteksi kelainankelainan seluruh tubuh termasuk payudara. Dengan CT Scan akan lebih banyak
penyakit-penyakit yang dapat terdeteksi dimana dengan alat imaging konvensional
tidak dapat terlihat.
Pada pemeriksaan CT scan, pasien akan berbaring pada meja yang bergerak dan
melewati mesin yang bentuknya seperti donut. Tabung sinar-X dalam CT scan
mengeluarkan sinar dalam bentuk bidang tipis, tebal tipisnya adalah menurut tebal
tipis irisan yang dikehendaki. Sambil mengeluarkan sinar-x, tabung juga bergerak
mengelilingi tubuh penderita bersama dengan detektor yang mencatat sinar-x yang
telah melalui tubuh penderita. Data yang diperoleh akan diproses dan diolah oleh
sistem computer menjadi sejumlah harga densitas. Irisan yang digambarkan oleh alat
display dalam bentuk grey scale dua dimensi. Jaringan dengan densitas tinggi berarti
mempunyai nilai skala yang tinggi dan menghasilkan warna putih. Jaringan dengan
densitas rendah akan menghasilkan warna hitam. Seringkali diperlukan pemberian
kontras media pada pemeriksaan CT scan untuk melihat sifat jaringan patologis
terhadap penyerapan kontras serta bagaimana vaskularisasi pada jaringan patologis.
CT scan tidak rutin digunakan untuk mengevaluasi payudara. Apabila seorang pasien
memiliki kanker payudara yang besar, biasanya akan dilakukan CT scan untuk
menentukan apakah kanker tersebut dapat dioperasi atau tidak dapat dioperasi karena
sudah menyebar ke dinding dada. CT scan juga dapat digunakan untuk mengevaluasi
5

kelenjar getah bening, paru, hati, otak, tulang belakang, atau daerah yang lain dengan
detail terutama pada kasus metastasis. CT scan juga digunakan secara periodik selama
perawatan untuk mengevaluasi respon pengobatan.
Kelebihan pemeriksaan dengan CT scan adalah pemeriksaannya relatiif mudah, relatif
aman, dan akurasi yang tinggi. Kekurangan CT scan adalah logam membuat
gambaran artefak dan mempunyai efek samping radiasi. CT scan dapat juga
memeriksa berbagai organ untuk melihat apakah pada organ tersebut terjadi
metastasis dari kanker payudara.
Biopsi
Terdapat beberapa cara untuk melakukan biopsy payudara. Yang umum dilakukan
adalah:
1. Fine-needle aspiration biopsy (FNA) menggunakan jarum kecil yang
dimasukkan melalui kulit payudara dan dari ujung jarum tersebut, contoh jaringan
diambil untukkemudian diperiksa. FNA biasanya digunakan untuk mengambil contoh
jaringan benjolan yang padat atau berisi cairan (kista). Jika benar kista, maka akan
kempis setelah semua cairan diambil. Jika tidak ada cairan, tipe biopsy lain akan
dilakukan.

Gambar 1. Fine Needle Biopsy

2. Core needle biopsy menggunakan jarum yang lebih besar dengan bentuk ujung
yang khusus. Jarum dimasukkan, menembus kulit sampai ke benjolan, dan contoh
jaringan diambil seukuran ujung pensil. Biopsi jenis ini juga dapat dilakukan dengan
menggunakan unit penyedot yang secara perlahan akan mengambil contoh jaringan
yang lebih besar.

Gambar 2. Core Needle Biopsy


Abses Payudara
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri.
Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi.
Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel
yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan
infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah
putih akan mati. Sel darah putih inilah yang mengisi rongga tersebut.
Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong. Jaringan
pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses. Hal
ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut.
Jika suatu abses pecah didalam, maka infeksi bisa menyabar di dalam tubuh maupun
dibawah permukaan kulit, tergantung pada lokasi abses.

Breast abscess adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara. Hal ini biasanya
disebabkan oleh infeksi pada payudara. Cedera dan infeksi pada payudara dapat
menghasilkan gejala yang sama dengan di bagian tubuh lainnya, kecuali pada
payudara, infeksi cenderung memusat dan menghasilkan abses kecil. Hal ini dapat
menyerupai kista.
Payudara yang terinfeksi seperti jaringan terinfeksi lain, melokalisasi infeksi dengan
membentuk sawar jaringan granulasi yang mengelilinginya. Jaringan ini akan menjadi
kapsul abses, yang terisi dengan pus. Terdapat benjolan yang membengkak yang
sangat nyeri, dengan kemerahan panas dan edema pada kulit diatasnya. Jika keadaan
ini dibiarkan maka pus akan menjadi berfluktuasi, dengan perubahan warna kulit dan
nekrosis. Dalam kasus seperti ini demam biasa muncul ataupun tidak . pus dapat
diaspirasi denagn spuit dan jarum berlubang besar. Diagnosis banding abses payudara
mencakup galaktokel, fibroadenoma, dan karsinoma.
Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan pada
kulit normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu
menyusui. Bakteri masuk ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting
susu yang rusak pada masa awal menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan
nanah.
Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus dibedakan dengan
kanker payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia pertengahan yang
tidak menyusui mengalami subareolar abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap
sekitar puting susu). Kondisi ini sebenarnya terjadi pada perokok.
Abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan abses dalam
seringkali sulit ditemukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil
pemeriksaan fisik. Jika tidak sedang menyusui, bisa ditemukan mammografi atau
biopsy payudara.1
Mastitis purpuralis
Mastitis purpuralis biasanya ditandai oleh peradangan unilateral, umumnya
terlokalisir, disertai demam, nyeri setempat, nyeri tekan dan eritema segmental.
Seringkali masih terdapat fisura pada puting (tempat masuk bakteri). Kuman
8

penyebab yang umum adalah Staphylococcus aureus hemolitikus. Karena itu harus
menggunakan terapi antibiotika yang resisten terhadap penisilinase (misalnya
oksasilin, sefalotin). Primigravida lebih sering terkena. Mastitis purpuralis cenderung
terjadi dalam dua tipe epidemiologik, yaitu tipe epidemik dan sporadik. Pada tipe
epidemik, infeksi seringkali dapat ditemukan pada karier (pembawa), dan tipe ini
cenderung berbahaya. Karena itu diperlukan terapi intensif. Ibu dianjurkan untuk
berhenti menyusui, mendapat terapi antibiotika, penekan laktasi, kompres dingin
payudara dan mengenakan bh siang dan malam.
Pada tipe mastitis purpuralis sporadik, bayi (merupakan sumber organisme
penginfeksi yang paling sering) dapat terus menyusu. Dengan berkurangnya
pembengkakan, kemungkinan pembentukan abses juga menurun. Pelindung puting
dapat membantu mengendalikan rasa tidak nyaman. Pengobatan antibiotika sama
dengan untuk tipe epidemik.
Pada kedua tipe, jika pemberian antibiotika dimulai sebelum terjadi supurasi, infeksi
biasanya dapat dikendalikan dalam 24 jam. Jika infeksi berkembang membentuk
abses, diperlukan drainase dengan pembedahan.3
Mastitis tuberkulosa
Mastitis spesifik ini jarang ditemukan. Mungkin dapat timbul abses dingin yang tidak
begitu nyeri. Mastitis tuberkulosa dapat dikacaukan dengan karsinoma mamma.
Dalam hal ini, perlu anamnesis yang teliti dan biopsi di tempat yang tepat, yaitu pada
mamae yang tersisi setelah nanah dialirkan. Kadang mastitis tuberkulosa membentuk
fistel. Diagnosis dipastikan dengan pemeriksaan histologi biopsi. Pengobatan dengan
tuberkulostatik.
Galaktokel adalah kista retensi berisi air susu. Kadang timbul infeksi di dalam kista
tersebut.1
Penyakit ini boleh dikatakan hampir selalu timbul pada waktu hamil dan laktasi.
Sedangkan mastitis berdasarkan tempatnya dapat dibedakan menjadi:
a. Mastitis yang menyebabkan abses dibawah areola mammae.
b. Mastitis ditengah-tengah mammae yang menyebabkan abses ditempat itu.

c. Mastitis pada jaringan dibawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang menyebabkan


abses antara mammae dan otot-otot dibawahnya.
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 23 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi prolaktin waktu hamil,
dan sangat di pengaruhi oleh estrogen, tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi
prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar
mammae terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkan dibutuhkan refleks yang
menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil
kelenjar-kelenjar tersebut. Refleks ini timbul bila bayi menyusui. Apabila bayi tidak
menyusu dengan baik, atau jika tidak dikosongkan dengan sempurna, maka terjadi
bendungan air susu yang merupakan awal dari terjadinya mastitis dan jika tidak
mendapatkan penanganan yang baik maka akan timbul abses. Mastitis juga dapat
disebabkan karena payudara yang tidak dirawat dengan baik, sehingga mengakibatkan
putting susu pecah yang merupakan porte de entre dari kuman Stafilokokus Aureus,
dan jika tidak mendapatkan penanganan yang tidak baik maka akan berlanjut ke
abses.
Pada awalnya bermula dari kuman penyebab mastitis yaitu puting susu yang luka atau
lecet dan kuman tersebut berkelanjutan menjalar ke duktulus-duktulus dan sinus
sehingga mengakibatkan radang pada mamae. Radang duktulus-duktulus menjadi
edematus dan akibatnya air susu tersebut terbendung.
Mastitis / abses payudara selama laktasi, gejalanya merah, panas, benjolan yang nyeri
tekan, gejala sistemik. Jika sudah terinfeksi, payudara akan bengkak dan terasa nyeri,
terasa keras saat diraba dan tampak memerah, permukaan kulit dari payudara yang
terkena infeksi juga tampak seperti pecah-pecah. Badan demam seperti terserang flu.
Namun bila karena sumbatan tanpa infeksi, biasanya badan tidak terasa nyeri dan
tidak demam. Pada payudara juga tidak teraba bagian yang keras dan nyeri, serta
merah.1,4
Pencegahan mastitis
-

Mastitis bisa dihindari jika ibu yang baru melahirkan cukup banyak istirahat
dan bisa secara teratur menyusui bayinya agar payudara tidak menjadi

10

bengkak.Gunakan BH yang sesuai ukuran payudara.serta usahakan untuk


selalu menjaga kebersihan payudara dengan cara membersihkan dengan kapas
dan air hangat sebelum dan sesudah menyusui.
-

Hampir semua kasus mastitis akut dapat dihindari melalui upaya menyusui
dengan benar. Kebersihan harus dipraktekkan oleh semua yang berkontak
dengan

bayi

baru

lahir

dan

ibu

baru,juga

mengurangi

insiden

mastitis.Tindakan pencegahan termasuk usaha yang cermat untuk menghindari


kintaminasi tersebut dengan menyingkirkan individual yang diketahui atau
dicuigai sebagai karir dari tempat perawatan.Mencuci tangan engan baik
adalah penting untuk mencegh terjadinya infeksi.
Tingkat mastitis ini ada 2 yaitu:
a. Tingkat awal peradangan (non infeksi).
Pada tingkatan ini mastitis sering diakibatkan oleh bendungan ASI. Hal ini terjadi
karena proses menyusui yang tidak berjalan dengan baik, dimana bayi tidak
secara maksimal mendapatkan ASI. Pada peradangan dalam taraf permulaan
penderita hanya merasa nyeri setempat, taraf ini cukup memberi penyangga pada
mammae itu dengan kain tiga segi, agar tidak menggantung yang memberika rasa
nyeri, dan disamping itu perlu diberikan antibiotika. Dalam hal antibiotika dapat
dikemukakan bahwa kuman dari abses yang dibiakkan dan diperiksa
resistensinya terhadap antibiotika ternyata banyak yang resistensi terhadap
penisilin dan streptomisin. Knight dan Nolan dari Royal Infirmary di Edinburgh
mengemukakan bahwa stafilokokus aureus yang dibiakkan, 93% resisten
terhadap penisilin dan 55% terhadap streptomisin, akan tetapi hampir tidak
resisten terhadap linkosin dan oksasilin, yang diberikan 500 mg setiap 6 jam
selama 7-10 hari dan kalau ternyata alergis terhadap obat-obat ini, eritromisin 250
mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari. Bantu agar ibu tetap meneteki,
dianjurkan untuk menyangga payudaranya dan melakukan kompres hangat
sebelum meneteki untuk mengurangi bengkak dan nyeri. Berikan parasetamol
500 mg dan ibu perlu dievaluasi selama 3 hari.
b.

Tingkat abses (infeksi)


Infeksi payudara dapat berlanjut menjadi abses. Dari tingkat radang ke abses
berlangsung sangat cepat karena oleh radang duktulus-duktulus menjadi
11

edematous, air susu terbendung, dan air susu yang terbendung itu segera
bercampur dengan nanah. Gejala abses ini pada ibu yang menderita mastitis
infeksi adalah warna kulit menjadi merah, nyeri bertambah hebat di payudara,
kulit diatas abses mengkilap dan suhu tinggi (39-400C), sehingga ibu mengalami
demam, dan pada pemeriksaan ada pembengkakan, dan dibawah kulit teraba
cairan. Dan bayi dengan sendirinya tidak mau minum pada payudara yang sakit,
seolah-olah dia tahu bahwa susu yang sebelah itu campur nanah. Didaerah
payudara ini akan terlihat daerah kemerahan yang jelas. Meskipun demikian
laktasi tidak harus disupresi karena mastitis. Ibu harus didorong untuk selalu
mengeluarkan ASInya dengan menggunakan pompa atau secara manual, karena
tindakan mempertahankan aliran ASI akan mengurangi jumlah mikroorganisme.
Kompres hangat sebelum menyusui untuk mengurangi bengkak dan nyeri.
Berikan parasetamol bila perlu dan lakukan evaluasi selama 3 hari. Berikan
antibiotika kloksasilin 500mg per oral 4 kali sehari selama 10 hari, atau
eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari. Lakukan insisi. Lakukan
insisi radial dari batas putting ke lateral untuk menghindari cedera. Anestesia
umum dianjurkan. Tampon dan drain dilepaskan setelah 24 jam, ganti dengan
tampon kecil. Jika masih banyak pus tetap berikan tampon dalam lubang.
Etiologi
Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan pada
kulit normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu
menyusui. Bakteri masuk ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting
susu yang rusak pada masa awal menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan
nanah.
Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus dibedakan dengan
kanker payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia pertengahan yang
tidak menyusui mengalami subareolar abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap
sekitar puting susu).

12

Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui bebebrapa cara yaitu sebagai
berikut :
1.

Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka dari tusukan jarum tidak steril

2.

Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain.

3.

Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di dalam tubuh manusia dan tidak

menimbulkan gangguan, kadang bias menyebabkan abses.1


Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :
1.

Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi.

2.

Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang.

3.

Terdapat gangguan system kekebalan tubuh.

Faktor risiko:
Masalah-masalah yang sering terjadi pada saat menyusui sering terjadi terutama pada
ibu primipara. Oleh karena itu, ibu menyusui perlu diberikan penjelasan tentang
pentingnya bagaimana perawatan payudara yang baik dan benar, cara menyusui yang
benar dan hal-hal lain yang erat hubungannya dengan proses menyusui. Masalahmasalah menyusui yang sering terjadi dan merupakan faktor resiko yang dapat
menyebabkan terjadinya infeksi pada payudara adalah puting lecet, payudara
bengkak, saluran susu tersumbat yang dapat menyebabkan terjadinya mastitis dan
abses.
1. Puting nyeri/lecet
Kebanyakan puting yang nyeri atau lecet disebabakan oleh kesalahan dalam
teknik menyusui, yaitu bayi yang tidak mengisap susu sampai ke areola payudara
melainkan hanya terbatas pada puting saja. Bila hal tersebut terjadi maka bayi
hanya akan mendapat ASI dalam jumlah sedikit karena gusi bayi tidak menekan
pada daerah sinus laktiferus. Bila hal ini terus berlanjut maka akan menyebabkan
terjadinya lecet pada daerah puting susu ibu.
2. Payudara bengkak
Pembengkakan atau enorgement payudara terjadi karena ASI tidak diisap oleh
bayi secara adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem duktus yang akan

13

mengakibatkan terjadinya pembengkakan. Hal tersebut dapat menyebabkan


terjadinya stasis pada pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan
meningkatnya tekanan intraduktal, yang akan mempengaruhi beberapa segmen
pada payudara, sehingga menyebabkan tekanan seluruh payudara menjadi
meningkat. Akibatnya payudara sering terasa penuh , tegang, dan nyeri.
Selanjutnya hal tersebut akan diikuti oleh penurunan produksi ASI dan penurunan
refleks Let down. Bra yang terlalu ketat juga dapat menyebabkan pmbengkakan
segmental, demikian pula puting yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan
pada duktus.
Gejala pembengkakan akan tampak sebagai bentuk areola payudara yang lebih
menonjol dan puting yang lebih mendatar, sehingga membuat puting lebih
mendatar, sehingga menyebabkan puting sukar diisap oleh bayi. Bila keadaan
sudah demikian kulit pada payudara akan tampak lebih mengkilap, ibu
mengalami demam, dan payudara terasa nyeri.
3. Saluran susu tersumbat
Saluran susu tersumbat (obstruction duct) adalah merupakan suatu keadaan ketika
terjadi sumbatan pada satu atau lebih duktus laktiferus. Penyebabnya meliputi
tekanan jari ibu pada waktu menyusui, pamakaian bra yang terlalu ketat, dan
komplikasi payudara bengkak, yaitu susu yang terkumpul tidak segera
dikeluarkan sehingga menjadi suatu sumbatan.
Gejala pada gangguan ini mudah terlihat pada ibu yang kurus akan terlihat
benjolan yang jelas dan lunak pada perabaan. Payudara pada daerah yang
mengalami sumbtan terasa bengkak yang terlokalisasi.5,6
Epidemiologi
Mastitis merupakan masalah yang sering dijumpai pada ibu menyusui. Diperkirakan
sekitar 3-20% ibu menyusui dapat mengalami mastitis. Terdapat dua hal penting yang
mendasari kita memperhatikan kasus ini. Pertama, karena mastitis biasanya
menurunkan produksi ASI dan menjadi alasan ibu untuk berhenti menyusui. Kedua,
karena mastitis berpotensi meningkatkan transmisi vertikal pada beberapa penyakit
(terutama AIDS).
14

Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu pertama setelah bayi lahir (paling
sering pada minggu ke-2 dan ke-3), meskipun mastitis dapat terjadi sepanjang masa
menyusui bahkan pada wanita yang sementara tidak menyusui.
Abses merupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi karena pengobatan
terlambat atau tidak adekuat. Bila terdapat daerah payudara teraba keras , merah dan
tegang walaupun ibu telah diterapi, maka kita harus pikirkan kemungkinan terjadinya
abses. Kurang lebih 3% dari kejadian mastitis berlanjut menjadi abses.7
Patofisiologi
Adapun patogenesis dari abses payudara adalah luka atau lesi pada putting terjadi
peradangan masuk (organisme ini biasanya dari mulut bayi) pengeluaran susu
terhambat & produksi susu normal penyumbatan duktus terbentuk abses.
Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam duktus (saluran
ASI) akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka terjadi tegangan
alveoli yang berlebihan dan mengakibatkan sel epitel yang memproduksi ASI menjadi
datar dan tertekan, sehingga permeabilitas jaringan ikat meningkat. Beberapa
komponen (terutama protein kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke
dalam ASI dan selanjutnya ke jaringan sekitar sel sehingga memicu respons imun.
Stasis ASI, adanya respons inflamasi, dan kerusakan jaringan memudahkan terjadinya
infeksi.4
Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu melalui duktus laktiferus ke lobus
sekresi, melalui puting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus (periduktal) atau
melalui penyebaran hematogen pembuluh darah). Organisme yang paling sering
adalah Staphylococcus aureus, Escherecia coli dan Streptococcus. Kadang-kadang
ditemukan pula mastitis tuberkulosis yang menyebabkan bayi dapat menderita
tuberkulosa tonsil. Pada daerah endemis tuberkulosa kejadian mastitis tuberkulosis
mencapai 1%.4
Apabila kekebalan dan daya tahan tubuh ibu baik maka dengan penanganan yang
cepat dan tepat maka peradangan akan segera berhenti. Tetapi apabila peradangan

15

pada payudara tidak diatasi dengan baik dan bila diikuti oleh terjadi infeksi maka
peradangan akan meluas. dan akan terbentuk abses yang menyebabkan peradangan
akan berlanjut dan menimbulkan gejala klinis yang lebih berat dari sebelumnya.
Gambaran klinis
Gejala dari abses tergantung pada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ
atau syaraf. Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses payudara
diantaranya :
-

Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah mengkilap, panas jika disentuh,


membengkak dan adanya nyeri tekan).

Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak
sebagai suatu benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan
akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis.

Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise

Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung nanah)

Gatal- gatal

Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan
payudara yang terkena.

Gambar 3. Abses Payudara

16

Menurut Sarwono (2009), pada abses payudara memiliki tanda dan gejala yaitu:
-

Nyeri payudara yang berkembang selama periode laktasi

Fisura putting susu

Fluktuasi dapat dipalpasi atau edema keras

Warna kemerahan pada seluruh payudara atau local

Limfadenopati aksilaris yang nyeri

Pembengkakan yang disertai teraba cairan dibawah kulit

Suhu badan meningkat dan menggigil

Payudara membesar, keras dan akhirnya pecah dengan borok serta keluarnya
cairan nanah bercampur air susu serta darah.

Komplikasi
Penghentian menyusui dini
Mastitis dapat menimbulkan berbagai gejala akut yang membuat seorang ibu
memutuskan untuk berhenti menyusui.Penghentian menyusui secara mendadak dapat
meningkatkan risiko terjadinya abses.Selain itu ibu juga khawatir kalau obat yang
mereka konsumsi tidak aman untuk bayi mereka.Oleh karena itu penatalaksanaan
yang efektif, informasi yang jelas dan dukungan tenaga kesehatan dan keluarga sangat
diperlukan saat ini. 4
Abses
Abses merupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi karena pengobatan
terlambat atau tidak adekuat. Bila terdapat daerah payudara teraba keras , merah dan
tegang walaupun ibu telah diterapi, maka kita harus pikirkan kemungkinan terjadinya
abses. Kurang lebih 3% dari kejadian mastitis berlanjut menjadi abses.Pemeriksaan
USG

payudara

diperlukan

untuk

mengidentifikasi

adanya

cairan

yang

terkumpul.Cairan ini dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi
sebagai diagnostik sekaligus terapi, bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum secara
serial.Pada abses yang sangat besar terkadang diperlukan tindakan bedah.Selama
tindakan ini dilakukan ibu harus mendapat antibiotik.ASI dari sekitar tempat abses
juga perlu dikultur agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis kumannya.4

17

Mastitis berulang/kronis
Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat atau tidak
adekuat.Ibu harus benar-benar beristirahat, banyak minum, makanan dengan gizi
berimbang, serta mengatasi stress. Pada kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri
diberikan antibiotik dosis rendah (eritromisin 500 mg sekali sehari) selama masa
menyusui.4
Infeksi jamur
Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur seperti candida
albicans.Keadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat terapi antibiotik.Infeksi
jamur biasanya didiagnosis berdasarkan nyeri berupa rasa terbakar yang menjalar di
sepanjang saluran ASI.Di antara waktu menyusu permukaan payudara terasa
gatal.Puting mungkin tidak nampak kelainan.Ibu dan bayi perlu diobati. Pengobatan
terbaik adalah mengoles nistatin krem yang juga mengandung kortison ke puting dan
areola setiap selesai bayi menyusu dan bayi juga harus diberi nistatin oral pada saat
yang sama.4
Penatalaksanaan
Nonmedikamentosa
Tata laksana mastitis dimulai dengan memperbaiki teknik menyusui ibu. Aliran ASI
yang baik merupakan hal penting dalam tata laksana mastitis karena stasis ASI
merupakan masalah yang biasanya mengawali terjadinya mastitis. Ibu dianjurkan agar
lebih sering menyusui dimulai dari payudara yang bermasalah. Tetapi bila ibu merasa
sangat nyeri, ibu dapat mulai menyusui dari sisi payudara yang sehat, kemudian
sesegera mungkin dipindahkan ke payudara bermasalah, bila sebagian ASI telah
menetes (let down) dan nyeri sudah berkurang. Posisikan bayi pada payudara
sedemikian rupa sehingga dagu atau ujung hidung berada pada tempat yang
mengalami sumbatan. Hal ini akan membantu mengalirkan ASI dari daerah tersebut. 4
Ibu dan bayi biasanya mempunyai jenis pola kuman yang sama, demikian pula pada
saat terjadi mastitis sehingga proses menyusui dapat terus dilanjutkan dan ibu tidak
perlu khawatir terjadi transmisi bakteri ke bayinya. Tidak ada bukti terjadi gangguan
kesehatan pada bayi yang terus menyusu dari payudara yang mengalami mastitis. Ibu
18

yang tidak mampu melanjutkan menyusui harus memerah ASI dari payudara dengan
tangan atau pompa. Penghentian menyusui dengan segera memicu risiko yang lebih
besar terhadap terjadinya abses dibandingkan yang melanjutkan menyusui. Pijatan
payudara yang dilakukan dengan jari-jari yang dilumuri minyak atau krim selama
proses menyusui dari daerah sumbatan ke arah puting juga dapat membantu
melancarkan aliran ASI.4
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah ibu harus beristirahat, mengkonsumsi
cairan yang adekuat dan nutrisi berimbang. Anggota keluarga yang lain perlu
membantu ibu di rumah agar ibu dapat beristirahat. Kompres hangat terutama saat
menyusu akan sangat membantu mengalirkan ASI. Setelah menyusui atau memerah
ASI, kompres dingin dapat dipakai untuk mengurangi nyeri dan bengkak. Pada
payudara yang sangat bengkak kompres panas kadang membuat rasa nyeri bertambah.
Pada kondisi ini kompres dingin justru membuat ibu lebih nyaman. Keputusan untuk
memilih kompres panas atau dingin lebih tergantung pada kenyamanan ibu.
Perawatan di rumah sakit dipertimbangkan bila ibu sakit berat atau tidak ada yang
dapat membantunya di rumah. Selama di rumah sakit dianjurkan rawat gabung ibu
dan bayi agar proses menyusui terus berlangsung. 7
Medikamentosa
Meskipun ibu menyusui sering enggan untuk mengkonsumsi obat, ibu dengan mastitis
dianjurkan untuk mengkonsumsi beberapa obat sesuai indikasi.
Analgesik
Rasa nyeri merupakan faktor penghambat produksi hormon oksitosin yang berguna
dalam proses pengeluaran ASI. Analgesik diberikan untuk mengurangi rasa nyeri pada
mastitis. Analgesik yang dianjurkan adalah obat anti inflamasi seperti ibuprofen.
Ibuprofen lebih efektif dalam menurunkan gejala yang berhubungan dengan
peradangan dibandingkan parasetamol atau asetaminofen. Ibuprofen sampai dosis 1,6
gram per hari tidak terdeteksi pada ASI sehingga direkomendasikan untuk ibu
menyusui yang mengalami mastitis.
Antibiotik
19

Jika gejala mastitis masih ringan dan berlangsung kurang dari 24 jam, maka
perawatan konservatif (mengalirkan ASI dan perawatan suportif) sudah cukup
membantu. Jika tidak terlihat perbaikan gejala dalam 12 24 jam atau jika ibu tampak
sakit berat, antibiotik harus segera diberikan. Jenis antibiotik yang biasa digunakan
adalah dikloksasilin atau flukloksasilin 500 mg setiap 6 jam secara oral. Dikloksasilin
mempunyai waktu paruh yang lebih singkat dalam darah dan lebih banyak efek
sampingnya ke hati dibandingkan flukloksasilin. Pemberian per oral lebih dianjurkan
karena pemberian secara intravena sering menyebabkan peradangan pembuluh darah.
Sefaleksin biasanya aman untuk ibu hamil yang alergi terhadap penisillin tetapi untuk
kasus hipersensitif penisillin yang berat lebih dianjurkan klindamisin. 4
Antibiotik diberikan paling sedikit selama 10 14 hari. Biasanya ibu menghentikan
antibiotik sebelum waktunya karena merasa telah membaik. Hal ini meningkatkan
risiko terjadinya mastitis berulang. Tetapi perlu pula diingat bahwa pemberian
antibiotik yang cukup lama dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi jamur pada
payudara dan vagina.
Pada penelitian yang dilakukan Jahanfar diperlihatkan bahwa pemberian antibiotik
disertai dengan pengosongan payudara pada mastitis mempercepat penyembuhan bila
dibandingkan dengan pengosongan payudara saja. Sedangkan penelitian Jimenez dkk.
memperlihatkan bahwa pemberian Lactobacillus salivarius dan Lactobacillus gasseri
mempercepat perbaikan kondisi klinik pada kasus mastitis yang sementara mendapat
antibiotik. 7
Penatalaksanaan abses payudara
Bila sampai terjadi abses, penatalaksanaan sama seperti pada radang payudara.
Pemeriksaan USG payudara diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang
terkumpul. Cairan ini dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi
sebagai diagnostik sekaligus terapi, bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum secara
serial. Pada abses yang sangat besar terkadang diperlukan tindakan bedah. Selama
tindakan ini dilakukan ibu harus mendapat antibiotik. ASI dari sekitar tempat abses
juga perlu dikultur agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis kumannya
Selama luka bekas insisi belum sembuh bayi disusukan dari payudara yang sehat.3,7

20

Sebagian penderita yang hamil atau menyusui, terdapat kecenderungan mengalami


abses payudara, yang mana dianjurkan padanya dilakukan pengaliran isi abses
(drainase) dengan anestesi umum (biasanya sebagian besar terdiri dari jaringan
superfisialis). Biasanya tak diperlukan bukan abses dengan insisi tunggal yang
panjang, tetapi dibuat dua insisi terpisah yang kecil, dan dilalui oleh pipa karet lunak,
untuk memastikan pengaliran yang adekuat, dengan kemungkinan deformitas yang
minimal, dan akhirnya harus dilakukan biopsi. 8
Pencegahan
Beberapa ibu memiliki puting susu yang rata dan membuat menyusui adalah hal yang
sulit atau tidak mungkin. Untuk memperbaiki hal ini, Hoffmans exercises dapat
dimulai sejak 38 minggu kehamilan.
Oles sedikit pelicin (contoh Vaseline) pada areola. Dua ruas jari atau satu jari dan
dengan arah jempol diletakkan sepanjang sisi puting susu dan kulit dengan lembut
ditarik horizontal. Kemudian, gerakan ini di ulang dengan arah horizontal, lakukan
pada keduanya beebrapa kali. Jika latihan ini dilakukan beberapa kali per hari, akan
membantu mengeluarkan puting susu.
Metode alternatif adalah penarikan puting susu, digunakan pada lapisan khusus di
dalam bra pada saat kehamilan.

Puting susu dan payudara harus dibersihkan sebelum dan setelah menyusui.

Setelah menyusui, puting susu dapat diberikan salep lanolin atau vitamin A
dan D

Hindari pakaian yang menyebabkan iritasi pada payudara 5,6

Prognosis
21

Dengan pengobatan yang baik akan menghasilkan prognosis yang baik.


Kesimpulan
Hipotesis diterima. Wanita berusia 28 tahun tersebut menderita abses mamae.
Diagnosis ditentukan dengan dilihat dari gejala klinis pasien dimana terdapat
peradangan pada payudara. Abses mamae merupakan mastitis yang tidak mendapat
penanganan yang baik sehingga terjadi abses. Oleh karena itu perlu dilakukan
penanganan yang baik untuk mencegah komplikasi buruk terjadinya abses pada
payudara. Dengan pengobatan yang baik, prognosisnya juga akan baik.

Daftar Pustaka
22

1. Sjamsuhidajat R, Karnadihardja W, Prasetyono TOH, Rudiman R. Buku ajar


ilmu bedah Sjamsuhidajat-de jong. Ed.3. Jakarta: EGC; 2010.h. 473-5.
2. Grace PA, Borley NR. At a glance ilmu bedah. Edisi 3. Editor: Safitri A.
Jakarta: Erlangga; 2006. h. 18-9.
3. Benson RC, Martin L. Buku saku obstetri dan ginekologi. Edisi 9. Editor:
Primarianti S, Resmisari T. Jakarta: EGC; 2008. h. 487-91.
4. Sabiston DC. Buku ajar bedah: sabistons essentials surgery. Jakarta: EGC;
1992. h. 373-83.
5. Saleha. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika; 2009.
h. 109-110.
6. Suherni. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya; 2007. h. 56-7.
7. Alasiry E (2009). Mastitis: pencegahan dan penanganan. Diunduh dari:
http://www.idai.or.id/asi/artikel.asp?q=201252114142, pada tanggal 17 April
2013.
8. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit.
Edisi ke-6. Volume 2. Jakarta : EGC; 2005. h. 130-2.

23

Anda mungkin juga menyukai