PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Glaukoma merupakan suatu neuropati optik kronis yang ditandai dengan
pencekungan (cupping) nervus optikus dan penurunan lapangan pandang. Hal ini
biasanya berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokular.1 Dalam studi prospektif,
beberapa faktor ditemukan berhubungan dengan progresivitas glaukoma, meliputi
peningkatan tekanan intraokular, penurunan tekanan perfusi, usia lanjut, kornea sentral
yang tipis, ras, dan riwayat glaukoma dalam keluarga.2
Glaukoma merupakan penyebab kedua kebutaan di seluruh dunia. Secara global,
diperkirakan terdapat 60 juta orang dengan glaukoma neuropati optik dan diperkirakan
8,4 juta orang mengalami kebutaan akibat glaukoma. Angka-angka ini akan meningkat
menjadi 80 juta dan 11,2 juta pada tahun 2020.3
.Glaukoma sudut terbuka kronik dapat menyebabkan kebuataan yang bersifat
ireversibel. Terdapat kesulitan dalam penegakkan diagnosis glaukoma sudut terbuka, hal
ini disebabkan perjalanan penyakit ini biasanya tanpa diikuti gejala, diduga 50% kasus
glaukoma sudut terbuka ini tidak terdeteksi.5
Sehingga diperlukan deteksi dini serta menegakkan diagnosis glaukoma sudut terbuka
dapat yang dapat dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan
penunjang. Diagnosis yang tepat dapat berguna untuk penatalaksanaan yang tepat
sehingga didapatkan prognosis yang baik.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui penatalaksaan glaukoma primer sudut terbuka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
keringat, kelenjar Zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus
Aparatus Lakrimalis
Kompleks lakrimalis terdiri atas kelenjar lakrimal, kelenjar lakrimal aksesorius,
kanalikuli, saccus lakrimalis, dan ductus nasolakrimal. Kelenjar lakrimal terdiri atas
struktur- struktur berikut ini:
1. Bagian orbita berbentuk kenari, terletak di dalam fossa glandula lakrimalis di
segmen temporal atas anterior orbita yang dipisahkan dari bagian palpebra oleh
kornu lateralis muskulus levator palpebra.
2. Bagian palpebra yang lebih kecil terletak tepat diatas segmen temporal forniks
konjungtiva superior. Duktus sekretorius lakrimal, yang bermuara pada sekitar
sepuluh lubang kecil, menghubungkan bagian orbita dan palpebra kelenjar
lakrimal dengan forniks konjungtiva superior.
Kelenjar lakrimal aksesorius ( Glandula Krause dan Wolfring) terletak di dalam
substansia propia di konjungtiva palpebra.
2.1.3
Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa transparan dan tipis yang membungkus
permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior
sklera (konjungtiva bulbaris).
Konjungtiva terdiri atas 3 bagian, yaitu:
2.1.5
Kornea
Korneaadalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya,
merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas 5
lapis, yaitu epitel, membran bowman, stroma, membran descement, dan endotel.
Kornea merupakan salah satu media refraksi yang membantu proses penglihatan.
Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan hampir
transparan sempurna.Lensa tergantung pada zonula zinni di belakang iris.Zonula zinni
menghubungkannya dengan badan siliar. Di sebelah anterior lensa terdapat aquos
humor, di sebelah posteriornya, terdapat vitreus. Kapsul lensa merupakan membran
semipermeabel (sedikit lebih permeabel daripada dinding kapiler) yang akan
memperbolehkan air dan elektrolit masuk.
2.1.8
2.1.9
Retina
Retina melapisi dua pertiga dinding bagian dalam bola mata. Retina terdiri dari
10 lapisan dimulai dari sisi dalam keluar sebagai berikut:
1. Membran limitans retina
2. Lapisan serat saraf
3. Lapisan sel ganglion
4. Lapisan pleksiform dalam
4
5.
6.
7.
8.
insersinya
kedalam anyaman
trabekular
endotel. Saluran eferen dari kanal Schlemm (sekitar 30 saluran pengumpul dan
12 vena aqueous) menyalurkan cairan kedalam system vena. Sejumlah kecil
aqueous humor keluar dari bilik mata antara berkas otot siliaris ke ruang
suprakoroid dan kedalam system vena corpus ciliare, koroid, dan sclera (aliran
uveoskleral).
Tahanan utama aliran keluar aqueous humor dari bilik mata depan adalah
jaringan jukstakanalikular yang berbatasan dengan lapisan endotel kanal
Schlemm, dan bukan system vena. Namun, tekanan dijaringan vena episklera
menentukan nilai minimum tekanan intraokular yang dapat dicapai oleh terapi
medis.
BAB III
Primary Open Angular Glaucoma
3.1
Definisi
Glaukoma merupakan sekelompok penyakit yang didefinisikan dengan
karakteristik neuropati optik berupa penggaungan serta terganggunya saraf dan
elemen jaringan ikat dari optik disc dan akan berkembang manjadi gangguan fungsi
visual.2 Glaukoma primer adalah glaukoma dengan etiologi tidak pasti, dimana tidak
didapatkan kelainan yang merupakan penyebab glaukoma. Glaukoma primer sudut
terbuka biasanya kronis, neuropati optik yang terjadi bersifat progresif namun terjadi
secara lambat, dengan karakteristik berupa kerusakan saraf optik dan pengecilan
lapang pandang2.
3.2
Epidemiologi
Glaukoma adalah penyebab kedua kebutaan di dunia, hampir 60 juta orang
terkena glaukoma. Di Amerika, penyakit ini merupakan penyebab utama kebutaan
yang dapat dicegah. Glaukoma sudut terbuka primer merupakan bentuk tersering pada
ras kulit hitam dan putih. Ras kulit hitam memiliki resiko yang lebih besar mengalami
onset dini, keterlambatan diagnosis dan penurunan penglihatan yang berat
dibandingkan ras kulit putih. Di Amerika Serikat, 1,29% orang berusia lebih dari 40
tahun, meningkat hingga 4,7% pada orang berusia lebih dari 75 tahun, diperkirakan
mengidap glaukoma sudut terbuka primer. Pada penyakit ini terdapat kecenderugan
familial yang kuat dan kerabat dekat pasien dianjurkan menjalani pemeriksaan
skrining yang teratur.(1,2,4)
Glaukoma sudut tertutup didapatkan pada 10-15% kasus ras kulit putih.
Glaukoma sudut tertutup primer berperan pada lebih dari 90% kebutaan bilateral
akibat glaukoma di China. Glaukoma tekanan normal merupakan tipe yang paling
sering di Jepang. (1,2)
7
3.3
Etiologi
Penyebab yang mendasari terjadinya glaukoma sudut terbuka (open angle
glaucoma, OAG) secara garis besar dibagi menjadi dua proses, yaitu:
1. Proses mekanik
Melibatkan kompresi akson pada saraf optik
2. Proses vaskular
Terjadi penurunan aliran darah pada papil saraf optik yang menyebabkan iskemia
akson saraf.
Semua kemungkinan etiologi glaukoma primer sudut terbuka mengarah pada
rusaknya papil saraf optikus.Hal ini diduga menjadi penyebab sekunder hilangnya akson
sel ganglion. 7
- Etiologi yang berkaitan dengan tekanan intraocular
Pasien dengan glaukoma primer sudut terbuka memiliki tekanan intraokular yang
meningkat.Hal ini adalah faktor risiko penting terjadinya progresi glaukoma primer
sudut terbuka dari hipertensi okular dan menjadi gambaran klinis yang biasa
ditemukan pada glaukoma sekunder.Terdapat suatu konsensus yang menyatakan
bahwa etiologi peningkatan tekanan intraokular disebabkan karena menurunnya aliran
keluar aqueous dibandingkan produksi berlebihan aqueous. 7
- Etiologi yang tidak berkaitan dengan tekanan intraocular
Beberapa pasien yang menderita glaukoma mengalami progresivitas penyakit lebih
lanjut namun dengan tekanan intraokular yang rendah, begitu juga dengan beberapa
pasien dengan tekanan intraokular yang meningkat tidak berkembang menjadi
glaukoma primer sudut terbuka. Hal ini mendukung teori mekanisme kerusakan saraf
glaukomatus yang tidak berkaitan dengan tekanan intraokular, seperti iskemia,
hilangnya faktor neurotropik, neurotoksisitas, dan kegagalan mekanisme perbaikan
seluler.7
3.4
Faktor Risiko
1. Usia
Usia lanjut merupakan faktor risiko penting terhadap perkembangan POAG. Survei
Eye Baltimore menemukan bahwa prevalensi glaukoma meningkat sesuai dengan
peningkatan usia, khususnya di kalangan orang kulit hitam, melebihi 11% pada
mereka yang berusia >80 tahun. Defek lapang pandang terjadi 7 kali lebih mungkin
pada pasien yang berusia >60 tahun dibanding pada usia <40 tahun. Meskipun
peningkatan TIO sejalan dengan peningkatan usia, kejadian glaukoma dapat tetap
meningkat sesuai usia meskipun tanpa peningkatan TIO. Dengan demikian, usia
tampaknya menjadi faktor risiko independen untuk terjadinya glaukoma.2
8
2. Ras
Ras merupakan faktor risiko penting untuk POAG. Prevalensi POAG 3 sampai 4 kali
lebih besar pada orang kulit hitam dan orang Hispanik dari pada orang kulit putih
non-Hispanik. Kebutaan akibat glaukoma setidaknya 4 kali lebih sering terjadi pada
orang kulit hitam dibandingkan putih. Glaukoma lebih mudah didiagnosis pada usia
muda dan cenderung berada pada stadium lanjut saat diagnosis pada pasien kulit
hitam dibandingkan pada pasien putih.2
3. Riwayat keluarga
Sebuah riwayat keluarga yang positif juga merupakan faktor risiko untuk POAG.
Survei Eye Baltimore menemukan bahwa risiko relatif POAG meningkat sekitar 3,7
kali lipat untuk individu yang memiliki saudara dengan POAG.2
4. Kelainan yang berhubungan dengan glaukoma
Miopia
Miopia merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap prevalensi glaukoma.
Miopia (spherical <-1 D ) merupakan faktor risiko signifikant untuk prevalensi
glaukoma. High miopia (spherical <-4D) berhubungan dengan rasio tinggi dari
terjadinya CRVO. 2
Kelainan lainnya
Sleep apneu, gangguan tiroid, hiperkolesterolemia, migrain, dan fenomena
Raynaud telah diidentifikasi sebagai faktor risiko terjadinya glaukoma di beberapa
penelitian. 2
9
3.5
Patofisiologi
Glaukoma dikarakteristikkan sebagai neuropati optik progresif dimana
kerusakan tersebut berasal dari kematian sel ganglion retina sehingga menyebabkan
kelainan gambaran diskus optikus dan defek lapangan pandang. Kematian sel
ganglion retina dimulai ketika beberapa kondisi patologis menghambat transport
growth factor (neurotrophin) dari otak ke sel ganglion retina. Blokade dari
neurotrophin ini menyebabkan sel tidak bisa berfungsi secara normal.Sel ganglion
retina tidak mampu mempertahankan fungsi normal saat terjadi apoptosis dan memicu
apoptosis sel didekatnya.Kematian sel ganglion retina berhubungan dengan hilangnya
serabut saraf retina. Karakteristik diskus optikus menjadi berubah dan defek lapangan
pandang menjadi semakin jelas.8
Glaukoma primer sudut terbuka (Primary Open Angle Glaucoma / POAG)
merupakan glaukoma primer (yang tidak diketahui penyebabnya) yang terjadi pada
mata dengan sudut bilik mata depan yang tetap terbuka. POAG dikenal juga dengan
kronik simple glaukoma yang onsetnya terjadi pada dewasa dan memiliki
karakteristik berupa aliran aqueous yang lambat sehingga meningkatkan tekanan
intraokular dan menyebabkan pencekungan diskus optikus dan defek lapangan
pandang.8
Etiopatogenesis dari POAG tidak diketahui secara pasti, namun beberapa faktor
predisposisinya, yaitu:
1. Keturunan. POAG dapat berkembang sebanyak 10% jika terdapat saudara yang
menderita POAG, dan 4% pada keturunan penderita POAG.
2. Usia. Semakin tua usia semakin tinggi risiko menderita POAG, angka tertinggi
adalah pada dekade ke-5 dan ke-7.
3. Ras. POAG cenderung lebih banyak dan lebih dini menyerang ras kulit hitam
daripada ras kulit putih.
4. Miopia.
5. Diabetes.
6. Merokok.
7. Hipertensi.
8. Tirotoksikosis. Prevalensi lebih tinggi pada penderita Graves disease daripada
orang normal.
10
Peningkatan TIO pada glaukoma primer sudut terbuka terjadi karena penurunan
kecepatan aliran dari aqueous humor yang disebabkan oleh penebalan dan
pembentukkan sklerosis pada trabekula dan tidak adanya giant vacuola pada sel di
dalam kanalis schlemm, hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh usia, namun
penyebab perubahan ini secara pasti masih belum diketahui.8
3.6
Manifestasi Klinik
Gejala
Biasanya asimtomatik hingga mencapai fase lanjut. Penglihatan seperti
terowongan dan hilangnya fiksasi sentral biasanya terjadi pada fase lanjut.8
Tanda
-
mmHg.
Gonioskopi: Tampak normal dengan evaluasi sudut bilik mata depan terbuka, tidak
11
Evaluasi awal
a Riwayat pasien
Riwayat pasien harus meliputi semua faktor risiko, termasuk familial, okular, dan
non-okular.Riwayat medis yang lengkap, termasuk medikasi yang sedang
b
diestimasi.
Tonometri: pengukuran tekanan intraokular harus diulangi pada setiap mata
beberapa kali per hari untuk mengevaluasi variabilitas diurnal. Tekanan
intraokular cenderung meningkat ketika seseorang dalam posisi supinasi dan
2.2.8
Diagnosis Banding
Jika pada gonioskopi terdapat sudut bilik mata depan terbuka, terdapat beberapa
diagnosis banding, yaitu: 8
12
2.2.9
Tatalaksana
a) Medikamentosa
Pengobatan non bedah menggunakan obat-obatan yang berfungsi
menurunkan produksi maupun sekresi dari humor akueous.(1,9,11,10,12)
1.
Obat-obatan topikal
Supresi pembentukan humor akueous
Penghambat beta adrenergik adalah obat yang paling luas digunakan. Dapat
digunakan tersendiri atau dikombinasi dengan obat lain. Preparat yang
tersedia antara lain Timolol maleat 0,25% dan 0,5%, betaksolol 0,25% dan
0,5%, levobunolol 0,25% dan 0,5% dan metipranol 0,3%. Berfungsi
menurunkan TIO melalui penurunan tekanan vena episklera sehingga
pengeluaran humor aqueous melalui uveoskleral menjadi lebih mudah. Efek
samping sistemik yang terjadi antara lain bronkospasme, bradikardi,
hipotensi, hipoglikemi, merasa letih, pusing mual, muntah dan lain-lain.
Kontraindikasinya adalah penyakit obstruksi jalan napas kronik seperti asma
dan gangguan konduksi jantung. Penatalaksanaan pada pasien dengan
glaukoma
berujuan
untuk
13
mempertahankan
fungsi
visual
dengan
prostaglandin
berupa
larutan
bimastoprost
0,003%,
prostaglandin
dapat
menimbulkan
hyperemia
konjungtiva,
mempunyai
kontraindikasi
dengan
pemberian
penyekat
beta.
Obat-obatan sistemik
Inhibitor karbonat anhidrase sistemik asetozolamid digunakan apabila
terapi topikal tidak memberikan hasil memuaskan. Obat ini mampu menekan
pembentukan humor akueous sebesar 40-60%. Asetozolamid dapat diberikan
peroral dalam dosis 125-250 mg sampai empat kali sehari atau sebagai
Diamox sequels 500 mg sekali atau dua kali sehari, dapat diberikan secara
intravena (500 mg). Penghambat anhidrase karbonat menimbulkan efek
samping sistemik mayor yang membatasi keguanaannya untuk terapi jangka
panjang.1,9
Trabekuloplasti laser
Trabekuloplasti laser digunakan dalam terapi awal glaukoma sudut
terbuka primer. Jenis tindakan ini yaitu penggunaan laser untuk menimbulkan
luka bakar melalui suatu geniolensa ke jalinan trabekular sehingga dapat
15
mempermudah aliran keluar humor akueous karena efek luka bakar tersebut.
Teknik ini dapat menurunkan tekanan okular 6-8 mmHg selama dua tahun.
Indikasi :
- glaukoma sudut terbuka dengan TIO yang masih belum terkontrol setelah
pemberian terapi medikamentosa yang maksimal
- terapi
primer
pada
pasien
dengan
kepatuhan
terhadap
pengobatan
medikamentosanya rendah.
- Untuk glaukoma sudut terbuka bersamaan dengan dilakukannya bedah
darinase dimana diperlukan penurunan TIO yang lebih lanjut.
- Sebeum ekstrasi katarak pada pasien glaukoma sudut terbuka dengan kontrol
yang buruk.
Kontraindikasi :
- sudut tertutup atau sangat sempit
- edema kornea yang menutupi pandangan sehingga sudut tidak dapat dinilai.
- Glaukoma lanjut dan progresif cepat dengan kepatuhan medikamentosa yang
buruk.
- Inflamasi intraokular atau terdapat darah pada bilik mata depan
- Usia kurang dari 25 tahun.
Trabekulektomi
Trabekulektomi adalah prosedur yang paling sering digunakan untuk
memintas saluran-saluran drainase normal sehingga terbentuk akses langsung
humor akueous dari bilik mata depan ke jaringan subkonjungtiva dan orbita.
Walaupun sulit untuk menentukan target tekanan intraocular,
beberapa panduan menyebutkan kontrol TIO sebagai berikut:
Pasien dengan kerusakan dini diskus optikus dan defek lapangan pandang
atau di bawah fiksasi sentral, TIO harus di bawah 18mmHg.
Pasien dengan kerusakan moderat diskus optikus (CDR > 0,8) terdapat
skotoma arkuata superior dan inferior defek lapanan pandang, harus
dipertahankan TIO di bawah 15 mmHg.
16
Pasien dengan kerusakan dikus optikus lanjut (CDR > 0,9) dan defek
lapangan pandang yang meluas, harus dipertahankan TIO di bawah 12
mmHg.
BAB IV
KESIMPULAN
Glaukoma primer sudut terbuka atau primary open angle glaucoma
didefinisikan sebagai sekolompok penyakit yang ditandai dengan neuropati optik,
adanya defek lapangan pandangan, kronik dan terjadi secara progresif. Semua
kemungkinan etiologi glaukoma primer sudut terbuka mengarah pada rusaknya papil
saraf optikus.Hal ini diduga menjadi penyebab sekunder hilangnya akson sel
ganglion. Gejala yang ditimbulkan biasanya asimtomatik hingga mencapai fase lanjut.
Penglihatan seperti terowongan dan hilangnya fiksasi sentral biasanya terjadi pada
fase lanjut. Tanda yang timbul pada galaukoma primer sudut terbuka yaitu
meningkatnya tekan intra okular namun tidak begitu khas pada glaukoma ini, hasil
gonioskopi tampak normal dengan evaluasi sudut bilik mata depan terbuka, tidak ada
sinekia anterior posterior, saraf optikusnya tampak cupping disc optik, dan adanya
defek lapangan pandang.
Penatalaksanaan utama glaukoma meliputi medikamentosa, trabekuloplasti laser
argon dan selektif (ALT dan SLT), serta guarded filtration surgery. Seringkali ALT dan
SLT digunakan sebagai terapi awal, terutama pada pasien dengan risiko komplikasi
tinggi, dengan efek samping medikamentosa, dan pasien dengan pigmentasi trabecular
17
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Riordan-Eva Paul. 2007. Glaucoma, Dalam: Vaughan & AsburyOftalmologi Umum. Ed.
17. Jakarta. EGC.
2. American Academy of Ophthalmology. Basic and Clinical Science Course Section:
Glaucoma. 2014-2015.
3. Cook C, Foster P. Epidemiology of glaucoma: whats new?. Can J Ophthalmol, 2012
47(3), 223-6.
4. Mantravadi AV, Vadhar N. Glaucoma. Prim Care, 2015 42(3):437-49.
5. Adatia FA, Damji KF. Chronic open-angle glaucoma. Review for primary care physicians.
Canadian family physician. 2005 Sep 1;51(9):1229-37.
6. Khurana, A.K. Comprehensive Ophtalmology 4thed, Chapter 9. Glaucoma. New Delhi:
New Age International. 2007.
7. A, Jindal AP, Khawaja A, Salim S. Primary Open-Angle Glaucoma [internet] [11 Juli
2016]. Diakses dari: http://www.2.org/Primary_Open-Angle_Glaucoma.
8. AT, Rabinowitz MP. Primary Open-Angle Glaucoma. Dalam: The Wills Eye Manual
Office and Emergency RoomDiagnosis and Treatment of Eye Disease. Edisi ke-6.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer business, 2012; p.204-10.
9. Kooner KS. Primary Open Angle Glaucoma. In : Clinical Pathway of Glaucoma.
NewYork : Thieme; 2000.
10. Ilyas S. Pemeriksaan Anatomi dan Fisiologi Mata Serta Kelainan Pada Pemeriksaan
Mata. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin; 2007.
11. Morrison JC, Pollack IP. Primary Open Angle Glaucoma. In : Glaucoma Science and
Practice. NewYork : Thieme; 2003.
19
20