STEP 1
ANALYZING UNFAMILIAR WORDS
1. Spesimen reseksi:
Mengambil suatu jaringan untuk dilihat jenis kelainannya.
2. Radiolusen multilokular :
Jika dilihat dari gambarannya akan membentuk lobuli dibatasi dengan septa
tulang besar yang disebut dengan bubble soap.
3. Tumor :
Pertumbuhan jaringan baru yang abnormal dan tidak terkontrol berupa
benjolan.
4. Ameloblastoma follicular acanthomatous :
Tumor odontogen yang berasal dari epitel enamel organ, dengan pulau-pulau
ditengahnya stellate retikulum.
5. Solid epithelial cell nests :
Kumpulan sel atau epitel dalam bentuk compact/padat.
6. Tumor jinak odontogenik ephitelial :
Pembengkakan yang masih bias dikontrol yang disebabkan dari saat
pertumbuhan gigi.
STEP 2
ANALYZING PROBLEM
1. Apa yang menyebabkan gigi goyang derajat 2 padahal tidak ada karies atau
tanda-tandanya?
2. Mengapa bias terjadi penyebaran yang meluas?
3. Bagaimanakah tumor dapat mempengaruhi jaringan periodontal?
4. Apakah ada hubungannya bibit atau benih gigi dengan gambaran radiolusen
yang terjadi?
5. Mengapa pasien tidak merasakan sakit?
6. Bagaimanakah mekanisme dari sel-sel
odontogenik
sehingga
bias
menyebabkan tumor?
7. Gambaran klinis apa yang menunjukkan pasien mengidap ameloblastoma?
8. Pada gambaran HPA, bagian yang mana saja yang dikatakan sebagai kelainan
ameloblastoma?
9. Pada lapang pandang HPA di skenario, apakah jenis ameloblastoma hanya ada
pada 1 tipe saja?
10. Faktor apa saja yang menyebabkan tumor jinak?
STEP 3
BRAINSTORMING
resopsi
akar hingga membuat gigi goyang. Karena adanya maloklusi juga bias
menyebabkan gigi menjadi goyang.
2. Karena adanya tumor menyebabkan epitel sisa. Sel tumbuh secara abnormal
hingga menyebar kearah ramus kemudian prosessus coronoid. Massa tumor
menjadi bertambah. Sehingga mendesak gigi daerah tumor
3. Karena masa tumor bertambah menyebabkan resorpsi tulang hingga merusak
jaringan disekitarnya kemudian merusak jaringan periodntal
4. Gangguan pada tahap bud stage yaitu karena tidak adanya benih dari gigi M3.
STEP 4
MAPPING
TUMBUH KEMBANG GIGI
PATOGENESIS
TIPE
Gambaran HPA
GambaranKlinis
GambaranRadiograf
STEP 5
LEARNING OBJECTIVE
Mahasiswa mampu memahami :
1. Etiologi dari tumor jinak odontogenik
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
STEP VII
LEARNING OBJECTIVE
maupun mesenchyme. WNT mungkin terlibat dalam pembentukan gigi bud stage
dan amelogenesis. Jalur sinyal WNT melibatkan WNT berikatan dengan
reseptornya menyebabkan stabilisasi dari catenin dan translokasinya ke dalam
inti sel, di mana itu mempercepat ekspresi gen terkait dengan siklus sel atau
proliferasi. catenin dikaitkan dengan sel-sel adhesi dan sinyal transduksi di
neoplasia odontogenik epitelium. Akumulasi inti catenin ditunjukkan dalam
ameloblastoma. (Jeddy, 2013)
PTEN protein berfungsi sebagai sebuah inhibitor dari jalur sinyal AKT, yang
mengarah ke siklus sel berhenti dan apoptosis. Ekspresi dari PTEN protein
berkurang pada ameloblastoma dibandingkan dengan dental germ. FOS protein,
dikode oleh proto-oncogene FOS, bagian dari AP-1 (activating protein-1) family
berpartisipasi dalam kontrol proliferasi sel, diferensiasi sel, apoptosis, dan
oncogenic transformasi. Overekspresi dari FOS dan TNFR1A merupakan bagian
penting dalam jalur sinyal oncogenic transformasi dari ameloblastoma (Jeddy,
2013)
Pembentukan epitel enamel organ saat pembentukan ameloblas, terjadi
mutasi gen dan DNA sehingga sel yang apopotosis pada P53 P21 dan P57
terganggu. Pada saat pembentukan ameloblas gen yang bekerja ada amelogenin,
siatin, ameloblastin dan enamelin tetapi karen terjadi mutasi gen yang bekerja
hanya amelogenin dan ameloblastin. Sehingga ameloblas disebut ameloblas like
a cell. DNA yang tidak normal tersebut masih terus bermitosis sehingga
menyebabkan penyakit ameloblastoma (Jeddy, 2013)
2. Sel-sel yang dapat merusak tulang hingga menyebabkan tulang resorbsi
Sel stroma tumor (terutama jenis mixoid) menyebabkan resorpsi tulang
dengan cara mensekresikan RANKL (receptor activator of nuclear factor-B
ligand) serta interleukin-6 dan merangsang kerja osteoklas dan menekan
pembentukan tulang baru. Secreted frizzled-related peptide (sFRP)-2 adlah faktor
utama yang mengganggu pembentukan tulang. Jadi secara umum sel tumor
menciptakan lingkungan yang sesuai untuk mengganggu pembentukan tulang
dengan sekresi sFRP-2 dan meresorpsi tulang dengan RANKL dan interleukin-6.
(Nagatsuka,2008)
3. Pola penyebaran tumor kenapa memilih ke posterior
Ameloblastoma sering timbul pada daerah posterior karena adanya
proliferasi dental lamina yang terus menerus dan kuman gigi paling sering
ditemukan pada daerah posterior. Sisa sisa dental lamina pada pembentukan gigi
dapat menyebabkan terbentuknya ameloblastoma. (Kaur J,2015)
4. Proses pertumbuhan gigi hingga menyebabkan tumor
Ameloblastoma merupakan tumor jinak odontogenik epithelial. Gambaran
histologinya terlihat menyerupai proses pertumbuhan gigi. Tumor ameloblastoma
membentuk pulau-pulau yang dikelilingi oleh epitel kuboid atau epitel columnar.
Didalam pulau-pulau tersebut terlihat sel menyerupai ameloblast dan stellate
reticulum serta hilangnya ikatan antar sel. Tumor ameloblastoma berasal dari
jaringan pembentuk benih gigi yaitu:
1. enamel organ,
2. remnant (sisa-sisa) dental lamina,
3. epitel Rest of Malassez,
4. epitel kista odontogenik dan
5. oral epithelium.
(Khaur J.,et al, 2015)
Tahapan awal pembentukan gigi dimulai pada tahap inisiasi. Pada tahap
inisiasi, terjadi penebalan dental lamina. Kemudian terjadi proliferasi dental
lamina dan menjadi bentukan bud atau masuk pada tahapan bud stage. Setelah
tahapan bud stage, terjadi invaginasi epithelial bud stage (enamel organ). Di
tengah enamel organ terdapat enamel knot yang akan mengekspresi gen-gen
8
pembentuk gigi. Ke,udian masuk pada tahapan bell stage. Pada tahapan bell stage
terjadi diferensiasi dari enamel organ menjadi 4 lapisan yaitu, inner enamel
epithelium, outer enamel epiteliun, stellate reticulum dan stratum intermedium.
Inner enamel epithelium akan berdiferensiasi kembali menjadi sel-sel ameloblast.
Setelah selesai memasuki tahapan bell stage. Dental lamina akan berpisah dengan
bentukan bell stage atau berpisah dari proses odontgenesis. Pada proses
normalnya dental lamina yang terpisah dari proses odontogenesis akan
mengalami degenerasi dan epitel dental lamina akan hilang.
(Stolf., et al, 2007)
Apabila terjadi disorganisasi pada epitel dental lamina, maka akan terjadi
proses pengaktifan epitelnya dan berkembang menjadi epithelial pearl atau rest
epithelial. Epithelial pearl ini yang akan berkembang menjadi tumor
ameloblastoma extraseous, karena letaknya berada di atas tulang alveolar
(ameloblastoma peripheral). (Khan, et all, 2015)
(Mehlisch, 1989)
Dengan oklusal foto, dapat terlihat perluasan lingual kortex, dan penipisan
tulang kortikal yang berdekatan, serta meninggalkan lapisan luar tipis tulang
(seperti kulit telur). Tumor ini memiliki potensi sangat besar untuk proses
perluasan tulang, sampai terjadi perforasi tulang ke jaringan sekelilingnya yang
merupakan
ciri
khusus
ameloblastoma.
Variasi
kistik
biasanya
dapat
11
1. Cyclin
Cyclin menghasilkan growth-inhibitory molecule dengan cara melepas pRb.
Apabila terjadi mutasi pada pRb dapat mengakibatkan kanker.
Protein lain sebagai growth inhibitory factor adalah gen P-15 dan gen P-16 juga
merupakan growth-inhibitory factors yang bekerja dengan cara memblok cyclin
dependent kinase (cdk) dan menyebabkan siklus tidak dapat berjalan dari G1 ke
S. Selain gen P-15 dan gen P-16, ada juga gen P-21 yang merupakan protein
inhibitor Cdk lainnya. Gen P-21 ini merupakan suatu protein di bawah control
gen P-53 (tumor suppressor gen).
2. Cyclin Dependent Kinase (Cdk) .
Cdk merupakan protein yang mengatur pergerakan dari fase satu ke fase
berikutnya
(Spandana, 2015)
Sinyal stop disebabkan teraktivasinya supresor gen P-53. Gen p53 akan
aktif apabila terjadi kesalahan dalam transkripsi dan translasi dalam sel. Sinyal
stop tersebut akan menyebabkan terhentinya siklus sel sehingga memberikan
waktu untuk perbaikan DNA. (Spandana, 2015)
Sinyal go ahead, sinyal ini dihasilkan oleh suatu partikuler protein kinase,
biasanya protein ini tidak aktif dan diaktifkan oleh adanya cyclin yang
kemudian membentuk suatu komplek CDK (cyclindependentkinase), CDK ini
akan bekerja sama dengan faktor pertumbuhan sehingga akan merangsang
12
gen TP53 (yang mengkode untuk protein p53) adalah emergency brake di titik
pemeriksaan G1-S namun biasanya tidak dalam perjalanan replikasi normal.
Tapi bila terjadi kerusakan DNA, p53 akan memengaruhi transkripsi untuk
menghentikan siklus sel (melalui ekspresi p21). Jika kerusakan terlalu berat,
maka p53 merangsang apoptosis. Contoh lain gen supresor tumor adalah
BRCA1 dan BRCA2 yang berkaitan dengan kanker payudara dan ovarium.
Gen- Gen yang Mengatur Apoptosis. Kerja gen ini mengatur apoptosis, dengan
menghambat apoptosis, mirip dengan gen bcl-2, sedangkan yang lain
lain
keluhan utama, yaitu berupa abses pipi, gingival dan palatum durum, sedangkan
pada ameloblastoma maksilaris belum sering ditemukan. (Mehlisch, 1989)
Lesi yang timbul di maxilla sekitar 75% terutama didaerah ramus, hal ini
pulalah yang terkadang menyebabkan deformitas antara maxilla dan mandibula.
Apabila terjadi di maxilla, dapat meluas hingga dasar hidung dam sinus. Lesi ini
memiliki tendensi untuk menyerang tulang cortical karena berjalan sangat lambat
merangsang jaringan periosteum membentuk thin shell of bone sejalan dengan
meluasnya lesi. Hal ini merupakan sesuatu
(a)
(b)
Gambar 1. Lesi Ameloblastoma di maxilla (a) dan mandibula (b)
(Mehlisch, 1989)
Gejala klinis ameloblastoma berdasarkan tipenya :
a. Ameloblastoma solid atau multikistik
Ditemukan pada penderita lanjut
Jarang pada usia di bawah 10 tahun atau pada kelompok umur anatara
10-19 tahun
15
molar)
15% terjadi di maksila region posterior
b. Ameloblastoma unikistik
Umum terjadi pada usia muda
50% dari semua kasus di temukan pada akhir decade kedua dengan
16
Keterangan :
Tanda panah hitam : deposisi bahan kalsifikasi
Tanda panah hijau : intercellular space
Tanda panah kuning : epitel lining dari tumor nest
(Syafriadi, 2008)
b. Tipe plexiform
Mengandung lapisan atau epitel odontogen yang sangat panjang. Lapisan
epitel terdiri dari sel-sel kolumnar atau kuboid yang tersusun sangat
longgar. Tipe ini didukung jaringan stroma yang sangat longgar dan
mengandung pembuluh darah. (Syafriadi, 2008)
Keterangan :
1 : Lapisan epitel terdir dari sel sel kolumnar atau kuboid
2 : Jaringan stroma
17
c. Tipe akantotik
Adanya metaplasia sel skuamos yang sangat luas. Seringkali adanya
pembentukan keratin (horn pearl) yang terjadi di bagian tengah dari
pulau-pulau epitel. (Syafriadi, 2008)
Keterangan :
1 : Poliferasi sel-sel tumor membentuk prosessus (seperti jari).
2 : Pembentukan keratin pearl yang eksentris di daerah tengah yang
merupakan diferensiasi dari sel-sel basal tumor.
d. Tipe granular sel
Menunjukkan perubahan bentuk dari sekelompok sel epitel menjadi sel
granular. Sel-sel ini mempunyai sitoplasma yang berlimpa mengandung
granul-granul eosinofilik. (Syafriadi, 2008)
18
e. Tipe desmoplastik
Tipe ini mempunyai pulau-pulau kecil dan mengandung stroma kolagen
yang padat. Sering terjadi pada ameloblastoma pada bagian anterior
rahang atas. (Syafriadi, 2008)
f. Tipe basaloid
Mengandung sel-sel yang menyerupai sel basal. Tidak ada stellate
reticulum pada bagian tengah dari sarang-sarang sel tersebut. Sel-sel di
bagian tepi cenderung berbentuk kuboid. (Syafriadi, 2008)
19
Keterangan :
1. Sel-sel yang menyerupai sel basal
2. Sel-sel di bagian tepi cernderung berbentuk kuboid
g. Tipe adenomatus
Tipe ini menunjukkan sel-sel tumor yang membentuk bentukan seperti
duktus kelenjar, di dalam massa tumor. (Syafriadi, 2008)
Keterangan :
1 : sel-sel tumor dengan pembentukan seperti duktus kelenjar yang dilapisi
selapis sel-sel kuboid
2 : massa tumor
2. Ameloblastoma unikistik
a. Luminal Ameloblastoma
20
Jika dibatasi dengan di permukaan luminal atau kista bagian dari lapisan
pengisi epitel ke ameloblastik lapisan tersebut akan menjadi lapisan sel
columner dan kuboid. Inti hypercromatic sel-sel epitel di atasnya terdiri
dari retikulum steallet-like cell tersusun longgar. (Syafriadi, 2008)
Lapisan
epitel
tersebut
terdiri
dari
sel-sel
21
c. Mural Ameloblastoma
Dinding jaringan ikat fibrosa kista tersebut disusupi oleh massa
ameloblastik. Komponen ameloblastik ditampilkan (follikular atau
plexiform ameloblastoma). (Syafriadi, 2008)
22
(soap bubble) & jika lokus masih kecil digambarkan seperti honey combed
Bukal dan lingual korteks terekpansi
Resorbsi akar-akar gigi sering terjadi
Dalam beberapa kasus berhubungan dengan tidak erupsi gigi molar ketiga.
(Syafriadi,2008)
23
DAFTAR PUSTAKA
Syafriadi, Mei. 2008. Patologi Mulut Neoplastik dan Non Neoplastik Rongga
Mulut. Yogyakarta: Penerbit ANDI
Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson.2006. Patofisologi edisi 6,vol.2. EGC :
Jakarta
Spandana, P. et al. (2015). Molecular etiopathogenesis of ameloblastoma
current concepts revisited Jurnal of Medicine, Radiology, Pathology and Surgery. 1,
3-7
Khan, Qalb-E-Saleem.,et al.2015. Understanding Ameloblastomas Through
Tooth Development. Department of Medical Biology, Faculty of Health Sciences,
University of Tromso, Norway, Department of Oral Biology, University of Oslo,
Norway
Kaur J et al. 2015.Pathogenesis of Odontogenic Tumours. Journal of
Advanced Medical and Dental Sciences Research
Stolf, Daiana P., et al.2007.Genetic aspects of ameloblastoma: a brief review.
Faculty of Dentistry, University of Toronto. Canada, Department of Oral Biology,
Faculty of Dentistry, University of Manitoba Canada.
Nagatsuka H, dkk. 2008. Stromal cells promote bone invasion by suppressing
bone formation in ameloblastoma. Department of Oral Pathology and Medicine,
Graduate School of Medicine, Dentistry and Pharmaceutical Sciences, Okayama
University, 2-5-1 Shikata-cho, Okayama 700-8525, Japan
Mehlisch.D.R.,Masson,.J.K 1989. Ameloblastoma : A clinical pathology
report.,J.Oral Surgery,
24
25