Anda di halaman 1dari 10

III KEADAAN UMUM

3.1 Lokasi Dan Luas Daerah


3.1.1 Lokasi Daerah
Lokasi penambangan merupakan suatu daerah yang tidak begitu jauh dari
pemukiman warga, dan sebagian besar merupakan tempat untuk perladangan atau
kebun bagi penduduk yang tinggal disekitar daerah tersebut. Letak lokasi lahan yang
akan dimanfaatkan untuk Perencanaan Penambangan Marmer terletak pada batasbatas :
1. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Kota Makassar
2. Di sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar
3. Di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkep
4. Di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bone
Secara administrasi pemerintah kabupaten Maros terdiri dari 14 kecamatan
dan 103 desa/ kelurahan, berjarak sekitar 60 km dari pusat kota Makassar. Secara
Geografis Kabupaten Maros terletak pada 40 45 - 50 07 Lintang Selatan dan 109
205 - 129 12 Bujur Timur
.
3.1.2. Luas Daerah yang Direncanakan
Berdasarkan data pada Badan Pusat Statistik (BPS) luas wilayah Kabupaten
Maros adalah 1.1619,12 km sedangan luas wilayah Desa Leang-leang adalah 52.51
km. Sesuai dengan IUP, maka luas daerah tambang Marmer Desa Leang-leang
Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan adalah 120 Ha.
3.2

Kesampaian Daerah dan Sarana Perhubungan Setempat

3.2.1

Kesampaian Daerah
Secara administatif daerah yang akan diteliti terletak di Desa Leang-leang

Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros terletak di bagian Barat dari provinsi


Sulawesi Selatan, Jarak dari pusat ibu kota dalam hal ini kota Makassar ke daerah

Kabupaten Maros berkisar 30 km sedangkan dari Maros ke daerah penambangan


yang terletak di leangleang berkisar 11 km.

Gambar 3.1 Peta kesampaian daerah


3.2.2

Sarana Perhubungan Setempat


Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan menyediakan berbagai sarana

perhubungan diantaranya sarana angkutan darat, sarana angkutan laut serta sarana
angkutan udara. Tetapi untuk dapat mencapai daerah Penambangan yang terletak di
Desa Leang-leang hanya dapat menggunakan jasa angkutan darat.
3.3

Keadaan Lingkungan Daerah

3.3.1

Kependudukan
Luas wilayah Kabupaten Maros 1.619,12 km Kecamatan Bantimurung

173.70 km Desa Leangleang sekitar 52.51 km, dengan kondisi topografi perbukitan
Kabupaten Maros berpenduduk mencapai 303.211 jiwa Desa Leangleang

berpenduduk 27.817 jiwa, dengan jumlah laki-laki sebanyak 13.265 jiwa dan
perempuan 14.552 jiwa.
Tabel 3.1 Data monografi penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Leang leang
No.

3.3.2

Menurut Tingkat Pendidikan


Tingkat Pendidikan Jumlah

1.

TK

318 Orang

2.

SD

2660 Orang

3.

SMP

1192 Orang

4.

SMA

3170 Orang

Penguruan Tinggi

3189 Orang

5.
Sosial Ekonomi

Mata pencaharian penduduk di Kabupaten Maros terdiri dari Tani dengan


jumlah 58.294 jiwa, Jasa berjumlah 9.307 jiwa, penduduk yang bekerja di lapangan
industri dan pengolahan berjumlah penduduk yang bekerja di lapangan industri dan
pengolahan berjumlah 4.786 jiwa dan penduduk yang bekerja pada sektor lainnya
sebanyak 16.378 jiwa.
Keadaan sosial ekonomi rata-rata sudah tidak ada yang hidup dibawah garis
kemiskinan, walaupun ada sebagian warga yang hidupnya hanya pas-pasan. Norma
dan adat istiadat di daerah ini masih berpegang pada 2 (dua) suku yakni suku Bugis
dan suku Makassar yang keduannya lebih menekan pada budaya siri serta sifat
gotong royong masih cukup menonjol dalam kegiatan sehari-hari yang sifatnya
menyangkut kepentingan umum yang dilakukan secara bersama-sama.
3.3.3

Tata Guna Lahan

3.3.3.1 Flora
Keadaan tumbuh-tumbuhan di sekitar lokasi penambangan merupakan jenisjenis dari vegetasi karst dan hutan daratan rendah. Jenis-jenis yang tumbuh pada

habitat Karst antara lain Bintagur, Beringin, Enau, Nato dan Kayu Hitam Sulawesi
dan Sepang yang biasa digunakan campuran minuman oleh warga lokal.
3.3.3.2 Fauna
Di daerah lokasi rencana penambangan Marmer ditemukan keberadaan
merupakan jenis satwa yang khas dan endemic, antara lain Enggang Sulawesi
(Ryticeros cassidix), Enggang Kerdil (Peneloppides exahartus), Musang Sulawesi
(Macrogolidia mussenbraecki), Kelelawar, Kera Sulawesi (Macaca Maura), Kuskus
(Phalanger celebencis), Tarsius (Tarsius sp) dan lain lain, serta berbagai jenis kupukupu yakni, Papilio blumei, P. Polites, P. Satapses, Troides halipron, T. Helena, T.
Hypolites dan Graphium androcles. Selain itu terdapat jenis fauna yang endemic
dalam gua sebagai penghuni gelap abadi seperti ikan dengan mata tereduksi bahkan
mata buta (Bostrychus spp), Kumbang buta (Eustra sp), Jangkrik gua (Rhaphidophora
sp) serta tungau buta (Trombidiidae).
3.3.4

Iklim dan Cuaca


Suhu udara rata-rata di Desa Leamg leang adalah 27,7C, suhu minimum

23,2C dan suhu maksimum 32,4C. Kelembaban nisbi berkisar antara 70% - 80%,
tidak terlalu dipengaruhi oleh tinggi tempat, tetapi lebih dipengaruhi oleh musim.
Kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Oktober hingga April, sedangkan terendah
pada bulan September.
Iklim yang ada di daerah ini merupakan iklim tropis dimana terdapat musim
kemarau dan musim hujan. Pada siang hari udara akan terasa panas. Namun pada
malam hari udara akan terasa dingin, karena pengaruh daerah perbukitan yang
ditumbuhi oleh pohon-pohon lebat.
Untuk curah hujan, dari data yang diperoleh dari data Badan Pusat Statistik
Kabupaten Maros dari tahun 2006-2016 dapat dilihat bahwa hujan turun lebih banyak
di tahun 2009 dengan jumlah curah hujan 4816 dan jumlah curah hujan paling sedikit
terdapat pada tahun 2007 dengan jumlah 91 .

Tabel 3.2 Jumlah Cuah Hujan


Tahu
n

Jumlah Curah Hujan


Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Juni

Juli

Agus
t

Sept

Okt

Nov

Des

Jml
h

2006

76
2

809

249

274

162

117

18

45

165

824

3.18
8

2007

91

91

2008

18
1

181

2009

10
33

532

430

210

430

197

230

08

329

210

455

752

481
6

2010

12
24

719

186

146

219

83

46

18

16

112

486

325
5

2011

31
8

318

2012

24
9

275

278

278

244

243

274

275

242

287

27.8

275

240
7

2013

98
2

418

336

270

137

275

94

24

203

675

341
7

2014

23
1

231

2015

10
3

443

356

240

43

89

719

199
2

Keterangan : (-) : Tidak diketahui

3.4

Geologi Daerah

3.4.1

Fisiografi
Daerah pernambangan Marmer yang berada di Desa Leang-leang terdapat

pada

dibawah Pegunungan Karst. Hal ini dicirikan oleh adanya kenampakan

pegunungan dari Batu Gamping, relief topografi yang terendah adalah 30 meter dari
atas permukaan air laut sedangkan yang tertinggi adalah 342 meter dari atas

permukaan air laut dengan tekstur topografinya kasar dan ekstrim. Bentuknya
menonjol, bertebing, yang berdebit sepanjang tahun. Daerah ini umumnya merupakan
kumpulan dari batu gamping marmeran dan diberi nama Formasi Tonasa. Dan pada
daerah lereng ditutupi oleh tanah penuup.
Berdasarkan kenampakan geologinya batuan ini diduga terbentuk oleh
pengaruh intrusi batuan trakit yang terjadi 38-47 juta thun yang lalu yang telah
berumur Eosen Atas.
Sedangkan satuan dataran dicirikan oleh keadaan yang datar, relief topografi
yang rendah, berda pada ketinggian 30 meter sampai dengan 35 meter dari atas
permukaan air laut. Teksturnya halus, sungainya kering pada musim kemarau. Daerah
satuan ini tersusun dari Endapan Alluvium dan dimanfaatkan pendudukan setempat
sebagai daerah persawahan, perkebunan dan tempat pemukiman.
3.4.2

Statigrafi

3.4.2.1 Litologi
Litologi merupakan karakteristik dari pada Batuan. Litologi pada daerah
penelitian ini disusun struktur batuan termasuk dalam Formasi batuan Tonasa, dimana
formasi Tonasa ini tersusun dari batu gamping yang mengalami tektonik, dan
penerobosan oleh batuan beku. Batu gamping yang tersusun oleh wackestone, dengan
cirri komponen fragmen 40-60% terdiri dari fosil foraminifera, fragmen koral
maupun fragmen tidak teridentifikasi, matrik 35-60%, tidak dijumpai semen, telah
mengalami replacement 30-50% dan abrasi, butiran maksimum berukuran kerikil,
porositas yang teramati dari sayatan tipis 2-3%.
Batu gamping terintrusi oleh batuan beku basalt, granodiorit, dan trakhit.
3.4.2.2 Formasi
Satuan batuan yang terusun di pegunungan karst yaitu : Formasi Mallawa,
Formasi Tonasa, Batuan Terobosan Trakit dan Endapan Alluvium.
1. Formasi Mallawa
Formasi Mallawa tersusun atas batu pasir dan batu lempung, dengan
sisipan batubara, serta batu gamping, fosil foraminifera dan molluska, yang
menunjukkan umur Eosen tengah yang diendapkan dalam lingkungan transisi.
2. Formasi Tonasa

Tersusun dari Batu Gamping terumbu dan Batu Gamping Klastik,


sebagian besar telah terubah (batuan gamping marmeran) disebabkan karena
proses metamorfisme tingkat rendah sampai tinkat rendah sampai tingkat
menengah sehingga membentuk batu pualam (marmer). Berwarna kuning
gading, putoh serta abu-abu terkekarkan dengan intensitas rendah, kristalin,
setempat-setempat dapat dijumpai fosil foraminifera dan moluska pada batu
gamping metamorfisme tingkat rendah pada yang berumur Eosen atas hingga
Miosen tengah diendapan dalam lingkungan laut neuritik (laut dangkal).
Ketebalan formasi batuan ini lebih besar 500 m, serta batuan ini umumnya tidak
berlapis kecuali pada bagian bawah dengan ketebalan (10-30) m dengan
berkedudukan hampir horizontal.
3. Batuan Terobosan Trakit
Batuan ini umumnya berwarna abu-abu terang bila lapuk berwarna abuabu pucat, terkekarkan dengan intensitas rendah, setempat-setempat telah
mengalami pelapukan lanjut, tekstur porpiri dengan fenokris sanidin (ortoklas)
tersusun dari ineral-mineral ortoklas, plagioklas, biotit, dan hornblende. Batuan
ini menerobos satuan Batu Gampig marmeran dengan bentuk terobosan berupa
dyke.
4. Endapan Alluvium
Endapan ini tersusun dari material lepas berukuran lempung hingga
bongkahan menyebar disekitar kaki bukit. Endapan ini menutupi sebagian
batugamping marmeran dengan ketebalan 0.5-10 m.

Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sulawesi Selatan

Gambar 3.2 Statigrafi daerah Leangleang


3.4.3

Struktur Geologi
Pegunungan leang leang dengan struktu geologi sebagai jejak tektonik,

teridentifikasi adanya kekar dengan kemiringan hampir vertikal (>80), sebagian


zonenya belum tertutup akibat pelarutan batu gamping.
Pola-pola struktur geologi berarah relatif barat daya-timur laut. memanjang
dengan penyebaran karst maros ke pangkep, sepanjang 32 km.
3.5

Keadaan Endapan

3.5.1

Bentuk dan Penyebaran Endapan


Berdasarkan pengamatan secara visual di lapangan, bahan galian di

daerah Pegunungan Leang-leang menunjukkan warna abu-abu putih, dengan


penyebaran mengarah ke barat daya-timur laut sejajar dengan arah penyebaran
karst Maros-Pangkep, tekstur halus, struktur berlapis, dengan ketebalan endapan
bahan galian tersebut tidak merata.
3.5.2 Sifat dan Kualitas Endapan
Marmer di kabupaten maros memiliki warna serta kualitas yang bagus (B+B
quality) dengan warna abu-abu putih.
3.5.3

Sumberdaya dan cadangan


Sumberdaya adalah jumlah bahan galian marmer yang ada di daerah tersebut

atau areal IUP. Perhitungan sumberdaya dan cadangan adalah salah satu kegiatan
dalam dunia pertambangan yang dilakukan setelah tahap eksplorasi dan dilakukan

sebelum tahap persiapan penambangan. Volume sumberdaya yang diperoleh


dilakukan dengan menghitung bentonit yang ada di lokasi tanpa memperhatikan
faktor sudut kemiringan lereng akhir.
Tabel 3.4 Perhitungan sumber daya
Sayata
n

No

Jarak
m

Luas
Marmer
m2

OB
m2

Volume
Marmer
OB
m3
m3

1 A-a

50

4634.2846 450.0000 297,016.49

22,500.00

2 B-b

50

450.0000 537,725.99

31,875.00

3 C-c

50

825.0000 810,395.74

41,250.00

4 D-d

50

825.0000 954,240.11

41,250.00

5 E-e

50

825.0000 923,240.50

41,250.00

6 F-f

50

825.0000 775,213.09

41,250.00

7 G-g

50

7246.3750
14262.664
4
18153.165
1
20016.439
2
16913.180
9
14095.342
5

825.0000 644,298.03

41,250.00

8 H-h

50 11676.5787 825.0000 552,687.10

35,625.00

9 I-i
10 J-j
11 K-k
Total

10430.905
50
4 600.0000 591,311.52
13221.555
50
5 600.0000 605,578.40
11001.5806 600.0000
6,691,706.9
7

30,000.00
30,000.00

356,250.00

Anda mungkin juga menyukai