PENDAHULUAN
Wilayah Indonesia dikenal dengan Benua Maritim Indonesia dengan
jumlah pulau 17.504 buah. Kawasan perairan laut mencapai luas sekitar 7,9 juta
km2 atau 81 % dari luas keseluruhan terdiri atas perairan laut teritorial, laut
nusantara, dan laut Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI). Garis pantainya
nomor dua terpanjang di dunia setelah Kanada. Pada wilayah daratan seluas 1,9
juta km2, sebesar 27 % atau sekitar 0,54 juta km2 merupakan perairan umum
(sungai, rawa, danau, dan waduk).
Indonesia memiliki kepadatan penduduk tertinggi nomor 4 di dunia
dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 210 juta jiwa. Persebarannya tidak
merata, dengan 60 % jumlah penduduk terpusat di Jawa dan Bali. Demikian pula
dengan pembangunan infrastruktur yang cenderung terpusat di Jawa dan Bali.
Secara geologi, wilayah Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng
tektonik aktif yaitu Lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Eurasia
di bagian utara dan Lempeng Pasifik di bagian Timur. Ketiga lempengan tersebut
bergerak dan saling bertumbukan sehingga Lempeng Indo-Australia menunjam ke
bawah lempeng Eurasia dan menimbulkan gempa bumi, jalur gunungapi, dan
sesar atau patahan. Penunjaman (subduction) Lempeng Indo-Australia yang
bergerak relatif ke utara dengan Lempeng Eurasia yang bergerak ke selatan
menimbulkan jalur gempa bumi dan rangkaian gunungapi aktif sepanjang Pulau
Sumatera, Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara sejajar dengan jalur penunjaman
kedua lempeng. Di samping itu jalur gempa bumi juga terjadi sejajar dengan jalur
penunjaman,
maupun
pada
jalur
patahan
regional
seperti
Patahan
Sumatera/Semangko.
Dengan kondisi geologi yang demikian, ancaman bencana di wilayah
Indonesia sepertinya tinggal menunggu waktu. Apalagi ditambah dengan
kerusakan lingkungan dan pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak terkendali.
Frekuensi kejadian bencana dan tingkat kerusakan maupun korban jiwa semakin
meningkat di Indonesia.
komunitas
atau
masyarakatnya
mengarah
atau
menyebabkan
Banjir
Banjir adalah aliran air sungai yang tingginya melebihi muka air normal
sehingga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan
rendah disisi sungai. Aliran air limpasan tersebut yang semakin meninggi,
mengalir dan melimpasi muka tanah yang biasanya tidak dilewati aliran air.
Pengertian lain dari banjir adalah gelombang banjir berjalan kearah hilir sistem
sungai yang berinteraksi dengan kenaikan muka air dimuara akibat badai.
Menurut SK SNI M-18-1989-F (1989) dalam (Suparta (2004) dijelaskan
bahwa Banjir adalah aliran yang relatif tinggi, dan tidak tertampung oleh alur
sungai atau saluran. Aliran yang dimaksud disini adalah aliran air yang sumbernya
bisa dari mana aja. Dan air itu ngeluyur keluar dari sungai atau saluran karena
sungai atau salurannya sudah melebihi kapasitasnya. Kondisi inilah yang disebut
banjir.
2.
Tsunami
Pengertian tsunami berasal dari bahasa Jepang. "tsu" yang berarti
Gempa Bumi
Gempa bumi adalah merupakan peristiwa pelepasan energi yang
Tanah Longsor
Longsor merupakan gerakan tanah yang terdiri dari sejumlah massa tanah,
batu dan campuran material yang bergerak di lereng gunung atau daerah-daerah
yang tanahnya labil, terutama jika terjadi hujan.jadi, tanah longsor adalah salah
satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya,
menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan
penyusun lereng tersebut.
Penyebab terjadinya tanah longsor terutama karena peristiwa seperti
hujan, kondisi geologi dan kondisi topografi, serta dipicu oleh tindakan-tindakan
manusia yang tidak bertanggung jawab. Secara singkat, tanah longsor dapat
terjadi karena hujan, tanah longsor yang terjal, tanah yang tebal, dan lembek
dengan batu-batuan yang kurang kuat, getaran, permukaan air danau atau air
bendungan yang surut, adanya beban bangunan yang bertambah besar, erosi,
timbunan materi di tebing dan bekas longsoran lama.
5.
Kekeringan
Kekeringan terjadi apabila ketersediaan air tidak mencukupi untuk
Gunung Berapi
Gunung berapi jika meletus akan mengeluarkan magma memlalui lubang
gelombang panas dan debu, serta puing-puing akibat terjangan lava yang mengalir
dari puncak gunung.
7.
Indonesia cukup rentan terhadap bencana badai atau angin topan. Angin topan
atau badai dapat mencapai kecepatan 200 km/jam dengan tekanan tiup sampai
200kg/m2 sehingga mampu merobohkan bangunan dan pepohonan.
8.
Wabah Penyakit
Wabah penyakit adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular
dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari
pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka.
2.3 Faktor-faktor Penyebab Bencana
1.
Buang sampah disembarang tempat dapat menymbat saluransaluran air, terutama di perumahan.
4.
tumbuh-tubuhan
karena
kebakaran,
penebangan,
dan
Akibat Alam
a. Kekeringan Meteorologis; berkaitan dengan tingkat curah hujan di
bawah normal dalam satu musim. Pengukuran kekeringan meteorologis
merupakan indikasi pertama adanya kekeringan.
b. Kekeringan Hidrologis; berkaitan dengan kekurangan pasokan air
permukaan dan air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi
10
muka air sungai, waduk, danau, dan elevasi muka air tanah. Terdapat
tenggang waktu mulai berkurangnya hujan sampai menurunnya elevasi
muka air sungai, waduk, danau, dan elevasi muka air tanah. Kekeringan
hidrologis bukan merupakan indikasi awal adanya kekeringan.
c. Kekeringan Pertanian; berhubungan dengan kekurangan lengas tanah
(kandungan air dalam tanah), sehingga tidak mampu memenuhi
kebutuhan tanaman tertentu pada periode waktu tertentu pada wilayah
yang luas. Kekeringan pertanian ini terjadi setelah gejala kekeringan
meteorologi.
d. Kekeringan Sosial Ekonomi; berkaitan dengan kekeringan yang
memberi dampak terhadap kehidupan sosial ekonomi, seperti: rusaknya
tanaman, peternakan, perikanan, berkurangnya tenaga listrik dari tenaga
air, terganggunya kelancaran transportasi air, dan menurunnya pasokan
air baku untuk industri domestik dan perkotaan.
e. Kekeringan Hidrotopografi; berkaitan dengan perubahan tinggi muka
air sungai antara musim hujan dan musim kering dan topografi lahan.
kekeringan
tersebut,
maka
prioritas
memahami
dan
melaksanakan
pola
pengguna
air
sesuai
peraturan/ketetapan.
6.
11
7.
Bahaya alam (natural hazards) dan bahaya karena ulah manusia (man-made
hazards) yang menurut United Nations International Strategy for Disaster
12
hazards),
bahaya
bahaya
biologi
hidrometeorologi
(biological
(hydrometeorological
hazards),
bahaya
teknologi
3.
13
3.
4.
5.
6.
14
7.
Pemberdayaan
Pemberdayaan berarti upaya meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
mengetahui,
memahami
dan
melakukan
langkah-langkah
antisipasi,
9.
terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras, dan aliran politik apapun.
Nonprolitesi
Yang dimaksud dengan prinsip nonprolitesi adalah bahwa dilarang
menyebarkan agama atau keyakinan pada saat keadaan darurat bencana,
15
i.
Prasimulasi
- Berikan pemahaman mengenai sistem tangga bencana yang benar
kepada semua anggota keluarga atau masyarakat melakukan
-
berbeda.
Pastikan seluruh anggota keluarga atau masyarakat mempelajari
skenario dan tugas masing-masing yang telah disepakati dengan
baik.
Beritahukan kegiatan ini pada seluruh anggota yang ada
ii.
Simulasi
- Usahakan perut telah terisi makanan dan minuman secukupnya
-
sebelum simulasi.
Siapkan kondisi fisik dengan melakukan senam pemanasan untuk
lancar.
Beri tanda simulasi dimulai dengan membunyikan tanda bahaya,
16
iii.
Kesiapan individu,
Tindakan evakuasi,
Tndakan pertolongan,
Cacatan waktu,
Kondisi pascasimulasi.
b. Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan
adalah
serangkaian
yang
dilakukan
untuk
17
bahaya
(hazard
assestment);
diperlukan
untuk
18
2.
Tanggap darurat
Kegiatan tanggap darurat dilakukan untuk meringankan penderitaan
19
luka,
membantu
meninggal,
menyediakan
perawatan
obat-obatan,
korban
bencana
menyediakan
yang
peralatan
20
tokoh-tokoh
masyarakat
terkait
dengan
tetap
mengaktifkan
kembali
pelaksanaan
kegiatan
tugastugas
negara
dan
pemerintahan,
konsolidasi
para
petugas
pemerintahan, pemulihan fungsi-fungsi dan peralatan pendukung tugastugas pemerintahan, dan pengaturan kembali tugas-tugas pemerintahan
pada instansi/lembaga terkait
21
prasarana dan
22
kemampuan
keterampilan
masyarakat
yang
terkena
23
Pra Bencana
(Before)
Orientasi
Saat Bencana
Intervens
(During)
Masyarakat
bentuk
Desa
Siaga
Bencana
memperbaiki
(DPRD) yang harus berkoordinasi dengan kementrian
dalamsendiri
negeri (Depdagri)
(After)
(to(BPBD)
improve) adalah perangkat
dan BNPB. Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(Before)
24
bencana.
g. Mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang.
h. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima
dari
25
26
kasus dugaan korupsi. Ia dinyatakan tak bersalah oleh pengadilan, namun belum
diaktifkan kembali oleh pemerintah pusat.
"Semoga Pak Djalal cepat aktif, sehingga penataan penanganan dan
antisipasi bencana lebih terkoordinasi. Kami mendorong terbentuknya BPBD,"
kata Sandi. [wir]
Sumber:
http://www.beritajatim.com/detailnews.php/6/Politik_Pemerintahan/2011-1022/115469/3_Besar_Rawan_Bencana,_Kok_Jember_Zonder_BPBD
27
faktor
28
Umbulsari,
Tanggul,
Sumberbaru,
Mumbulsari,
Sumbersari,
29
e.
30
3.
4.
Jelbuk.
Bencana angin puyuh
Frekuensi bencana angin puyuh di Kabupaten Jember selama tahun 2011
adalah sebanyak 12 kali yang terdiri dari :
a. Angin kencang sebanyak 2 kali yang terjadi di Dsn Krajan Desa
Glagahwero Kecamatan Panti (hujan deras disertai angin) dan Dsn Tegalan
Desa Sunber Kejayan Kecamatan Mayang (angin kencang dan hujan
deras).
b. Angin puyuh 1 kali yang terjadi di Kelurahan Baratan Kecamatan Patrang.
c. Angin puting beliung dan hujan 1 kali yang terjadi di Kelurahan Patrang
Kecamatan Patrang.
d. Angin putting beliung sebanyak 8 kali yang terjadi di Kelurahan Patrang
dan Bintoro Kecamatan Patrang; Desa Tegal Rejo dan Mayang; Kelurahan
Baratan, Kelurahan Bintoro, Jumerto dan Slawu; Dusun Sumberbulus,
Desa Sumberbulus Kecamatan Ledokombo; Desa Darungan Kecamatan
Tanggul; Dsn Lingkungan Baratan Timur Kelurahan Baratan Kecamatan
Patrang; Kelurahan Bintoro Kecamatan Patrang; dan Dsn Angsanah Desa
5.
31
Frekuensi bencana badai laut di Kabupaten Jember selama tahun 2011 adalah
sebanyak 2 kali yang terjadi di Desa Pugerkulon Kecamatan Puger
(gelombang laut di Plawangan) dan Pantai Payangan Dsn Watu Ulo Desa
6.
Kecamatan
Patrang,
Lingkungan
Perumnas
Kelurahan
Patrang
dampak bencana.
Sekretaris 2 berasal dari Baskesbang yang bertugas untuk menanggulangi
c.
pengungsian.
Pasca Bencana
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah rehabilitasi dan
rekonstruksi seperti pemulihan rumah-rumah penduduk dan pemulihan
33
Keanggotaan
TAGANA
adalah
perorangan
atau
individu
dan
c.
d.
aktif)
Dari 440 Kabupaten atau Kota di seluruh Indonesia, sebanyak 338 Kabupaten
atau Kota merupakan daerah rawan bencana
Tingkat penanganan bencana yang dilakukan oleh Taruna Siaga Bencana
(TAGANA), yaitu:
1) Pra Bencana
Berupa perencanaan (kesigapan dan mitigasi). Mitigasi adalah
serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana. Perencanaa pra bencana terdiri dari:
a. Susun rencana pra bencana
b. Tentukan Plan Of Action
c. Himpun sembar dan potensi
d. Siapkan peralatan dan sarana
e. Siapkan personil
f. Perkuat jaringan kerja
g. Siapkan anggaran
2) Saat Bencana
Hal yang dilakukan saat terjadi bencana adalah tindakan (tanggap
darurat). Tanggap
34
35
1.
2.
3.
Kabupaten
Jember
belum
membentuk
BPBD
(Badan
berakibat fatal. Sehingga pada tahun 2011 terdapat artikel yang menyatakan
bahwa Kabupaten Jember menduduki peringkat ketiga dalam daerah rawan
bencana karena penanggulangan sebelum bencana terjadi di Kabupaten Jember
tidak terlaksana dengan baik yang diakibatkan oleh tidak terbentuknya BPBD
(Badan Penanggulangan Bencana Daerah) karena permasalahan yang dialami oleh
Bupati di Kabupaten Jember.
4.4 Solusi Masalah
Untuk menurunkan tingkat kerawanan bencana di Kabupaten Jember agar
tidak menduduki peringkat ketiga seJawa Timur, seharusnya ada Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di Kabupaten Jember. Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) diperlukan agar penanggulangan
bencana di Kabupaten Jember lebih focus dengan adanya tugas pokok dan fungsi
dalam masing-masing bagian didalam BPBD. Penanggulangan bencana yang
seharusnya dilakukan oleh tiap-tiap daerah, yaitu:
1.
Pra Bencana
e. Simulasi bencana
36
Prasimulasi
- Berikan pemahaman mengenai sistem tangga bencana yang benar
kepada semua anggota keluarga atau masyarakat melakukan
-
berbeda.
Pastikan seluruh anggota keluarga atau masyarakat mempelajari
skenario dan tugas masing-masing yang telah disepakati dengan
v.
baik.
Beritahukan kegiatan ini pada seluruh anggota yang ada
37
sebelum simulasi.
Siapkan kondisi fisik dengan melakukan senam pemanasan untuk
lancar.
Beri tanda simulasi dimulai dengan membunyikan tanda bahaya,
vi.
Kesiapan individu,
Tindakan evakuasi,
Tndakan pertolongan,
Cacatan waktu,
Kondisi pascasimulasi.
1. Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan adalah serangkaian yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna
dan berdaya guna. Kesiapsiagaan dilakukan untuk memastikan upayaupaya cepat dan tepat yang perlu ditempuhdalam menghadapi situasi
darurat pada saat kejadian bencana seperti dengan pemasangan dan
pengujian system peringatan dini untuk pengamatan gejala bencana dan
penyediaan serta penyiapan bahan, barang dan peralatanuntuk pemenuhan
kebutuhan dalam rangka pemulihan dan sarana bidang ke-PUan.
2. Peringatan dini
Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan
sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya
bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.
3. Mitigasi
Kegiatan mitigasi bencana dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan
dalam bentuk penegakan hukum atau peraturan pemerintah pusat dan
daerah dalam pembangunan fisik dilapangan yang bertujuan untuk
mengurangi dampak kerugian yang terjadi bila suatu bencana seperti
dengan mematuhi rencana tata ruang dan tata bangunan yang telah
ditetapkan.
2.
Tanggap Bencana
Pada saat tanggap darurat dukungan yang diberikan dalam kegiatan
penyelamatan atau evakuasi korban bencana adalah dengan penyediaan dan
pengoperasian peralatan yang diperlukan untuk mendukung dan memberikan
akses bagi pelaksanaan kegiatan pencarian dan penyelamatan atau evakuasi
korban bencana beserta harta bendanya dilokasi dan keluar dari lokasi
bencana.
Pelaksanaan kegiatan tanggap darurat utamanya dilakukan untuk
memulihkan kondisi dan fungsi prasarana dan sarana, khususnya bidang kePU-an yang rusak akibat bencana yang bersifat darurat atau sementara namun
harus mampu mencapai tingkat pelayanan minimal yang dibutuhkan, dan
39
perbaikan
pengembalian
harkat
Tahap
rehabiltasi
bertujuan
dan
umtuk
41