Skripsi
Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi (S. Kom. I)
Oleh :
M. Syaghilul Khoir
NIM : 106051001851
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Satjana Komunikasi Islam ( S. Kom. I )
Oleh
M. Syaghilul Khoir
NIM : 106051001851
Pembimbing
NITP
: 196012021995031001
1435 H/2014
Sidang Munaqasah
Ketua Merangkap Anggota
llo.TTn
l'U..C
Penguji I
l';lJP
thurokhmah, M.Si
: 19830610 200912 2001
Penguji ll
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan
hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta,.
M. Syaghilul Khoir
ABSTRAK
M. Syaghilul Khoir
Pola Komunikasi Guru Agama Dan Murid Di SLB Frobel Montessori Condet
Balekambang Kramat Jati Jakarta Timur
Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia.
Komunikasi guru dan murid memiliki peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang baik dan efektif. Komunikasi antara guru dengan peserta didik yang normal dalam
proses pembelajaran sudah biasa dilakukan akan tetapi bagaimana dengan komunikasi antara
guru dengan murid yang mengalami gangguan pendengaran (Tuna Rungu) dalam proses
pembelajaran. SDLB Frobel Montessori merupakan salah satu lembaga pendidikan luar biasa
yang ada di daerah Condet Balekambang yang mengajarkan peserta didik yang mengalami
gangguan pendengaran (Tuna Rungu). Bagi masyarakat yang ada di lingkungan Condet
Balekambang adanya SLB Frobel Montessori sangat membantu terutama bagi orang tua yang
mempuyai anak berkebutuhan khusus terutama anak yang mengalami gangguan pendengaran
(Tuna Rungu) karena SLB tersebut mengupayakan pemakaian alat bantu mendengar agar
komunikasi yang dilakukan antara murid dengan guru dalam proses pembelajaran dapat berjalan
secara efektif.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirabbil alamin, hanyalah ucapan rasa syukur sebesar-besarnya yang mampu
terucap atas segala nikmat, karunia dan rahmatnya berkat izin dan ridhonya akhirnya penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pola Komunikasi Guru dan Murid di Sekolah
Luar Biasa Frobel Montessori Jakarta Timur . sholawat serta salam tak lupa penulis haturkan
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini merupakan salah satu tugas akhir sebagai syarat kelulusan Strata Satu (s1) Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dari penulis ini, banyak pihak yang membantu dan memberikan doa, bimbingan, dorongan dan
motivasi yang begitu banyak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis haturkan
terima kasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang setinggi-tingginya terutama kepada
kedua orang tua tercinta, tersayang Ibunda Hj. Siti Zahroh (Alm) dan Ayahanda H. Rojak yang
selalu sabar membantu serta memberikan dukungan moril, materi, dan spiritual kepada saya. Dan
penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta Pembantu Dekan I Bapak Suparto,
M. Ed, Ph.D dan pembantu dekan III Bapak Drs. Sunandar M.Ag .
3. Bapak Rachmat Baihaky, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
(KPI) yang selalu memberikan motivasi kepada mahasiswanya agar tetap semangat
menyelesaikan kuliahnya.
4. Ibu Fita Fathurokhmah, M.Si
Islam, terima kasih telah memberikan masukan agar penulis dapat segera menyelesaikan
skripsi ini.
5. Bapak Drs. Masran, MA selaku dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
sekaligus menjadi dosen pembimbing skripsi saya. Terima kasih banyak bapak tanpa
bantuan dan motivasi bapak skripsi ini tidak akan terselesaikan.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah mendidik
dan memberikan ilmunya serta membimbing mahasiswanya tanpa lelah, mudah-mudahan
setiap tetes keringat yang mengalir dari tubuhnya menjadi motivasi kami untuk lebih giat
lagi belajar serta mengamalkan ilmu yang telah diberikan.
7. Staf dan Karyawan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan
Perpustakaan Utama, yang telah membantu penulis dalam pemenuhan referensi buku.
8. Kepala Sekolah , Staf Guru dan Pengurus yang ada di SLB Frobel Montessori Condet
Jakarta Timur yang selalu membantu dlam memberikan data dan informasi.
9. Keluarga yang ada dirumah k Fahmi, Ade Ghozali, dan Ade Muji yang selalu mensuport
saya dalam mengerjakan skripsi ini.
10. Teman- teman KPI C 2006 yang selalu sabar dalam memberikan semangat dan motivasi.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis
berharap semoga tulisan yang serba sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Demikianlah ucapan terimakasih penulis mudah-mudahan Allah SWT membalas
semua amal perbuatan Bapak, Ibu, Saudar dan teman-teman berikan kepada penulis.
Wassalamualaikum. Wr. Wb
Penulis
M. Syaghilul Khoir
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ......................................................................................................
KATA PENGANTAR ....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................................ 11
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ........................................ 12
D. Metodologi Penelitian ....................................................................... 13
E. Penelitian Terdahulu ......................................................................... 16
F. Tekhnik Penulisan ............................................................................. 17
B.
C.
D.
60
B.
61
C.
D.
E.
B.
C.
BAB V. PENUTUP
A.
B.
BAB I
PENDAHULUAN
komunikasi.
Komunikasi
merupakan
medium
penting
bagi
seperti rasa percaya diri yang baik serta kemampuan untuk melihat dan
menilai diri sendiri secara positif. Individu dengan konsep diri positif
cenderung akan menimbulkan tingkah laku yang baik terhadap lingkungan
sosialnya. Sebaliknya bila seseorang memiliki konsep diri yang negatif, maka
individu tersebut cenderung akan mengembangkan perasaan tidak mampu
dan rendah diri, merasa ragu, dan kurang percaya diri. Individu dengan
konsep diri yang negatif akan mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri
dengan lingkungan sosial.
Konsep diri sangat erat kaitannya dengan diri individu. Konsep diri
adalah keyakinan yang dimiliki individu tentang atribut (ciri-ciri/sifat) yang
dimilikinya4.
Hal
ini
termasuk
persepsi
individu
akan
sifat
dan
Dayakisni, Tri dan Hudaniah, Psikologi Sosial, Malang: UMM Press 2003, hal. 65
Undang-undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas. Citra Umbara. Bandung:
2006. Hal : 77
6
Mangunsong, F & dkk. Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa, Jakarta :
Lembaga Pengembangan Saranan Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia
1998, hal. 66.
7
ibid
membutuhkan
layanan
konseling
untuk
membantunya
memecahkan masalah dan membentuk konsep diri yang baik agar dia tumbuh
menjadi pribadi yang mandiri dan berperilaku positif.
Pembentukan konsep diri seorang siswa/i tunarungu akan dapat
berjalan dengan efektif apabila dalam prosesnya menggunakan komunikasi
antarpribadi yang meliputi komunikasi verbal dan non verbal. Komunikasi
antarpribadi akan sangat mempengaruhi hubungan antarpribadi antara
konselor dengan siswa/i tunarungu. Apabila seorang konselor dapat menjalin
komunikasi antarpribadi yang baik terhadap siswa/i tunarungu dan terdapat
kesepahaman makna maka akan terdapat hubungan timbal balik diantara
8
Purba. Amir, dkk., Pengantar Ilmu Komunikasi, Medan 2006, Pustaka Bangsa
Press, hal. 36
dasar
atau
fitrah
manusia
tersebut
harus
Artinya :
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang
benar( Q.S. An- Nisa ayat 9).
guru
mengenai
rintangan-rintangan
ini
sehingga
mereka
12
Prof. Dr. Bandi Delphie, M.A., S.E, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus,PT.
Refika Aditama, Bandung 2006, Hal. 1-2
interaksi
komunikasi
dalam
proses
belajar-mengajar
yang
10
komunikasi
merupakan
aktifitas
dasar
manusia,
dengan
Artinya :
(Tuhan) yang Maha pemurah, Yang Telah mengajarkan Al Quran. Dia
menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara (Ar-Rahman ayat 1-4).
H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, Jakarta, 2000, PT. Rineka
Cipta, Cet, ke-2, hal.26
15
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah,Jakarta, 1997, Gaga Media Pratama, Cet ke-2,
hal.6
11
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang akan dibahas, maka penulis
merumuskan masalah tersebut yaitu:
a. Bagaimana implementasi pola komunikasi yang digunakan Guru
terhadap murid di SDLB Frobel Montessori?
12
13
D. Metodologi Penelitian
Untuk memperoleh data sesuai dengan apa yang diperlukan maka
metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai pola komunikasi
guru dan murid di SDLB Frobel Montessori Jakarta Timur.
2. Metode Penelitian
Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan representatif
dalam
untuk
mendeskripsikan
atau
menggambarkan
secara
gejala
yang
ada,
mengidentifikasi
masalah
atau
14
15
teknik
wawancara
wawancara
yang
digunakan
adalah
melakukan
memperoleh
data
pengamatan
yang
secara
diperlukan.20
langsung
Observasi
untuk
atau
teknik
pengumpulan
data
melalui
pengumpulan
16
c. Analisis Data
Pada fase ini merupakan proses penyederhanaan data kedalam
bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam
penelitian ini, peneliti mengambil kesimpulan-kesimpulan yang
benar melalui proses pengumpulan, penyusunan, penyajian, dan
penganalisaan data hasil peneliti yang berwujud kata-kata. Setelah
itu peneliti berusaha untuk menganalisa data dengan menyusun
kata-kata kedalam tulisan yang lebih luas.
E. Penelitian Terdahulu
Setelah penulis melakukan tinjauan kepustakaan baik di Perpustakaan
Fakultas Dakwah dan Komunikasi dan di Perpustakaan utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penulis menemukan judul yang sejenis yaitu:
1. Pola Komunikasi Guru Agama dan Murid di SMP An-Nurmaniyah
Ciledug Tanggerang. Karya Laily Syahidah tahun 2009. Ia menggunakan
pendekatan metode penelitian kuantitatif. Skripsi ini membahas tentang
bagaimana pola komunikasi guru dalam belajar mengajar di SMP AnNurmaniyah sebatas pada guru agama dan murid dikelas III.
2. Pola Komunikasi Guru dan Murid Pada Lembaga Bimbingan Belajar
Bintang Pelajar. Karya Rosalina tahun 2009. Ia menggunakan metode
kualitatif deskriptif. Skripsi ini membahas tentang pola komunikasi antara
guru dan murid yang terjadi di dalam kelas pada lembaga bimbingan
belajar Bintang Pelajar. Dan pola komunikasi yang digunakan adalah pola
komunikasi guru-murid, murid-guru, murid-murid.
3. Pola Komunikasi Guru Agama Terhadap Siswa Dalam Pembinaan Ibadah
Di SMP Islam Al- Syukro Ciputat. Karya Eka Irwati tahun 2011. Ia
menggunakan metode kualitatif deskriptif. Skripsinya membahas tentang
pola komunikasi agama terhadap siswa dalam pembinaan ibadah yang
menggunakan dua pola komunikasi yaitu komunikasi antar pribadi dan
komunikasi kelompok.
17
terhadap
kalimat
thoyyibah,
dan
proses
penyampaiannya
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan penelitian ini, secara sistematis
penulisan laporan hasil penelitian di bagi kedalam lima bab yang terdiri dari
sub-sub. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Terdiri dari Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan, Tujuan dan
Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, Sistematika
Penulisan.
18
19
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pola Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Wilbur Schramm mengatakan bahwa kata komunikasi itu berasal
dari bahasa Latin: Communicatio dan bersumber dari kata communis yang
berarti common (sama). Dengan demikian apabila kita akan mengadakan
komunikasi, maka kita harus mewujudkan persamaan antara kita dengan
orang lain. Sama di sini maksudnya adalah sama makna1. Menurut
Cherrey, komunikasi adalah menekankan pada proses hubungan,
sedangkan Gode berpendapat bahwa komunikasi merupakan proses yang
menekankan pada sharing atau pemilikan2. Jadi, jika mengadakan suatu
komunikasi dengan satu pihak lain, maka kita menyatakan gagasan kita
untuk mendapatkan komentar dari pihak lain mengenai suatu objek
tertentu. Theodorson (dalam Liliweri) mengatakan bahwa komunikasi
adalah pengalihan informasi dari satu kelompok kepada kelompok lain
terutama dengan menggunakan simbol3. Sedangkan Panji Anogoro dan
Ninik Widiyanti (dalam Liliweri) memberi definisi komunikasi sebagai
berikut4: komunikasi merupakan kapasitas individu dan kelompok lain.
2. Pengertian Pola Komunikasi
Pola komunikasi merupakan serangkaian dua kata, karena
keduanya mempunyai keterkaitan makna. Sehingga mendukung dengan
makna lainnya, maka lebih jelasnya dua kata tersebut akan diuraikan
tentang penjelasannya masing-masing.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola berarti bentuk atau
sistem, cara atau bentuk (struktur) yang tetap yang mana pola dapat
1
Effendy, Onong Uchjana, Ilmu Teori & Filsafat Komunikasi, Bandung 2003,
PT.Citra Aditya Bakti, hal. 9
2
Liliweri, Alo, Memahami Peran Komunikasi Massa Dalam Masyarakat, Bandung
1997, PT.Citra Aditya Bakti, hal. 5
3
Op.cit, hal. 11
4
Op. Cit, jal. 104
19
20
sebuah
menganalisa
kejadian
kejadian
sehingga
memudahkan
tersebut,
dengan
seseorang
tujuan
agar
dalam
dapat
21
2)
3)
interaksi sosial. Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut antara orang perorangan, antara kelompok manusia, maupun
antara orang-perorangan dengan kelompok manusia dan tidak akan terjadi
tanpa adanya syarat-syarat sebagai berikut10:
1) Adanya kontak sosial (social contact) yang dapat diartikan secara
harafiah bersama-sama menyentuh, dengan istilah lain kontak fisik
(face to face) ditekankan dalam pengertian ini. Namun, seiring
perkembangan jaman, maka kontak sosial tidak selalu harus diawali
dengan kontak fisik (face to face) karena dengan keberadaan teknologi
seperti telepon maupun surat kabar memungkinkan seseorang mampu
10
22
hal.39
23
3) Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok adalah komunikasi antara seseorang (komunikator)
dengan sejumlah orang (komunikasi) yang berkumpul bersama-sama
dalam satu kelompok.15 Komunikasi kelompok ini mempunyai beberapa
karakteristik. Pertama, proses komunikasi terhadap pesan-pesan yang
disampaikan oleh seorang pembicara kepada khalayak yang lebih besar
dan tatap muka. Kedua, komunikasi berlangsung secara kontinue dan bisa
dibedakan sumber dan penerima. Ketiga, pesan yang disampaikan
terencana dan bukan spontanitas untuk segmen khalayak tertentu.16
12
Phil, Astrid Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, Bandung: Mandar
Maju, 1992. Cet. Ke-1, h.4
13
Onong Uchjana Efendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1990, cet. Ke-5, h. 126
14
Sr. Maria Assumpte Rumanti OSF, Dasar-dasar Public Relation Teori dan Praktis,
Jakarta: Grasindo, 2002, cet. Ke-1, h.88
15
Onong Uchjana Effendy, Dimensi-dimensi Komunikasi, Bandung: Alumni, 1986, cet.
ke-2, h.5
16
Nuruddin, Sistem Komunikasi Indonesia, Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2005, cet.
Ke-2, h.33
24
17
hal. 3
18
25
5. Pola melingkar
G
(setiap
siswa
mengemukakan
mendapat
giliran
sambutan,
untuk
tidak
belum mendapat
giliran)
S
S
S
26
mengajar sebagai
suatu proses
komunikasi
yang
agar
komunikasi
Guru
dapat
menggerakkan
siswa
untuk
sejumlah norma (afektif). Norma-norma ini harus ditransfer oleh Guru kepada
peserta didiknya. Oleh karena itu, wajar jika komunikasi ini tidak hanya
berproses pada tingkat pemahaman siswa pada materi saja tetapi juga
mengandung muatan norma-norma yang patut dan tidak patut dilakukan oleh
siswa. Adanya komunikasi edukatif ini dapat dijadikan sebagai jembatan
yang mendukung pengetahuan yang diterima siswa dan perbuatan yang
dilakukannya sehingga tingkah laku siswa sesuai dengan pengetahuan yang
diterimanya20.
Menurut Hasibuan dalam Shintya, pola komunikasi Guru yang efektif
dalam pembelajaran adalah pola pembelajaran yang didalamnya terjadi
interaksi dua arah antara Guru dan siswa. Artinya, Guru tidak harus selalu
menjadi pihak yang dominan yang berperan sebagai pemberi informasi saja
20
27
tetapi Guru juga harus memberikan stimulus bagi siswa agar tergerak lebih
aktif. Komunikasi yang dilakukan Guru harus mampu menggugah motivasi
siswa untuk terlibat mengisi dan menemukan makna pembelajaran21.
Siswa akan menjadi lebih aktif ketika mereka memiliki rasa
kebersamaan di kelas tersebut (sense of kolektive). Rasa kebersamaan ini
dapat dibina dari komunikasi yang dilakukan Guru ataupun siswa yang lain
agar dirinya merasa di terima (Sense of membershif). Perasaan diterima inilah
sebagai salah satu komponen yang dapat menumbuhkembangkan siswa.
Ketika seseorang diterima, dihormati, dan disenangi orang lain dengan segala
bentuk keadaan dirinya, maka mereka akan cenderung untuk meningkatkan
penerimaan dirinya.
Keadaan dimana siswa merasa diterma dapat menjadi modal untuk
menumbuhkan motivasi diri yang dapat meningkatkan prestasi belajar. Salah
satu komunikasi Guru yang dapat memberikan motivasi pada siswa adalah
Guru peduli dan paham terhadap apa yang sedang mereka ajarkan serta
mengkomunikasikannya dengan siswa bahwa apa yang sedang mereka
pelajari adalah sesuatu yang penting dan bermanfaat. Dalam hal ini
komunikasi yang dilakukan oleh Guru akan menimbulkan inspirasi baru bagi
siswanya dan lebih meningkatkan perhatian siswa pada materi.
Kenyataan di sekolah sering menunjukkan bahwa komunikasi antara
Guru dan siswa masih relatif kurang. Siswa dalam mempelajari materi yang
diberikan Guru, kebanyakan masih sulit menerima dan memahami sehingga
prestasi yang dimiliki siswa masih rendah. Guru dalam memberikan materi
kepada siswa tidak selalu memperhatikan tingkat pemahaman siswa, apakah
siswa sudah paham, bagian manakah yang masih sulit, apakah perlu diulangi,
dan lain-lain. Sehingga dari adanya balikan (feedback) dari Guru siswa
merasa diterima dan tergerak lebih aktif mengikuti pembelajaran.
21
28
29
Pandangan semacam ini akan membuat Guru kurang diperhatikan oleh siswa
dan menimbulkan kondisi pembelajaran yang kurang kondusif untuk
peningkatan prestasi belajar siswa. Maka, Guru harus memandang semua
siswa dengan pandangan yang positif agar dari komunikasi yang dibina ini
dapat membantu dan memberikan dukungan untuk mengembangkan potensi
siswa.
Komunikasi efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang
baik. Setiap kali Guru melakukan komunikasi, sebenarnya bukan hanya
sekedar menyampaikan isi pesan tetapi juga membangun sebuah hubungan
interpersonal. Menurut Jalaluddin, komunikasi yang efektif ditandai dengan
adanya pengertian, dapat menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap,
meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada akhirnya menimbulkan
suatu tidakan24.
Pengertian. Komunikasi yang dilakukan Guru pada siswa harus
menimbulkan pengertian. Pengertian disini menyangkut penerimaan yang
cermat pada isi pesan, ide, atau gagasan seperti yang dikemukankan oleh
Guru. Kegagalan dalam menerima isi pesan secara cermat dapat
menimbulkan kesalah pahaman. Maka, ketika Guru mengkomunikasikan
materi, gagasan, ataupun penanaman konsep, Guru harus memberikannya
sejelas mungkin dan sebisa mungkin peduli pada pemahaman siswa.
Kesenangan. Tidak semua komunikasi yang dilakukan Guru ditujukan
untuk penyampaian materi atau gagasan agar membentuk pengertian dari
siswa. Tetapi juga digunakan untuk membentuk kesenangan pada siswa
dalam mengikuti pembelajaran yang nantinya dapat menumbuhkan motivasi
siswa untuk belajar. Sebuah survey nasional terhadap 1.000 siswa berusia 13
17 tahun menyebutkan bahwa beberapa karakter penting yang harus
dimiliki Guru adalah selera humor yang baik yang mampu membuat siswa
24
hal. 13
30
25
Kristiandi, 2009. Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru Dengan
Motivasi Belajar di Kelas 7 Internasional Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan. Diambil
dari http://respository.usu.ac.id/ hal. 15
31
komunikasi
yang
dilakukan
Guru
di
kelas
dapat
siswa
baik
menumbuhkan
motivasi
belajar,
32
26
33
Bina bicara
diberikan kepada
individu
agar
anak
dapat
anak
tunarungu
dalam
satu
kelas
29
hal. 119
34
35
30
Judy Pearson, et.al. Human Communication Second Edition, New York: McGrawHill, 2006, hal: 19
31
Onong Uchjana Effendy , Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung:PT Citra
Aditya Bakti, 2003, hal: 301
36
facial
communication,
eye
communication,
touch
communication).
Menurut Judy Pearson kemampuan komunikasi dapat dipelajari
oleh semua orang dengan memahami pentingnya perbedaan persepsi tiap
orang, peraturan self-concept dalam komunikasi, bahasa verbal, dan
aturan komunikasi nonverbal33. Lebih lanjut, Pearson mengungkapkan
bahwa anda harus mau membuka diri anda dengan kehadiran orang lain,
anda harus memahami orang lain dengan mendengarkan secara hati-hati
dan teliti, anda harus menerima walau memahami kondisi dan bertindak
sesuai dengan kebiasaan seringkali interaksi tersebut tidak berjalan lancar
atau sukses34.
mendefinisikan
gangguan
pendengaran
(hearing
37
dewasa
usia
anak
saat
mengalami
gangguan
35
J. David Smith. Inklusi Sekolah Ramah untuk Semua. Bandung: Nuansa Cetakan I
2006 Hal: 270
38
yang
berbeda
dapat
mengarah
terjadinya
sebuah
36
36
39
dilahirkan.
Ada
beberapa
kondisi
yang
menyebabkan
40
(meales),
stuip,
thypus,
influenza,
dan
lain-lain.
ini
menunjukkan
di
mana
cairan
otitis
media
41
39
40
42
43
43
44
44
pada
posisi
tidak
searah
dengan
pandangannya
(berhadapan).
d) Untuk
menghindari
kesulitan
bicara
perlu
mendapatkan
menggunakan
bahasa
dengan
benar
dalam
percakapan.
e) Perbendaharaan kosakatanya sangat terbatas.
Kebutuhan layanan pendidikan untuk anak tunarungu
kelompok ini meliputi latihan artikulasi, latihan membaca bibir,
latihan kosakata, serta perlu menggunakan alat bnatu dengar untuk
membantu ketajaman pendengarannya.
45
46
yang
terdapat
dibelahan
telinga
bagian
dalam.
terjadi
campuran
antara
ketunarunguan
konduktif
dan
ketunarunguan perspektif.
5. Karakteristik Kecerdasan Anak Tunarungu
Distribusi kecerdasan yang dimiliki anak tunarungu sebenarnya
tidak berbeda denagn anak normal umumnya. Hal ini disebabkan anak
47
yang
akan
menentukan
cara-cara
yang
unik
dalam
48
kesempatan
yang
banyak
untuk
menerapkan
pengetahuan-pengetahuan tersebut;
c) Mempunyai dorongan untuk mencari pengalaman diatas;
d) Struktur kejiwaan yang sehat dapat mendorong motivasi yang baik;
49
sebenarnya
pula
pada
orang-orang
yang
normal
sosialnya
sukar
dicapai
dengan
sempurna.
Derajat
50
51
52
53
sistem yang isyarat yang merupakan salah satu kriteria untuk membuat sistem
isyarat yang tepat guna bagi pelajar tuna rungu, yaitu49:
1) Sistem isyarat harus secara akurat dan konsisten mewakili tata bahasa/
sintaksis bahasa indonesia yang paling banyak digunakan oleh
masyarakat indonesia.
2) Tiap isyarat dalam sistem yang disusun harus mewakili satu kata dasar
yang berdiri sendiri atau tanpa imbuhan, tanpa menutup kemungkinan
adanya beberapa perkecualian bagi dikembangkannya isyarat yang
mewakili satu makna.
3) Sistem isyarat yang disusun harus mencerminkan situasi sosial,
budaya, dan ekologi bangsa indonesia.
4) Sistem isyarat harus disesuaikan dengan perkembangan kemampuan
dan kejiwaan siswa.
5) Sistem isyarat harus disesuaikan dengan perkembangan bahasa siswa,
termasuk metodologi pengajaran.
6) Sistem isyarat harus memperhatikan isyarat yang sudah ada dan
banyak dipergunakan oleh kaum tuna rungu.
7) Sistem isyarat harus mudah dipelajari dan digunakan oleh siswa, guru,
orang tua siswa, dan masyarakat.
8) Isyarat dirancang harus memiliki kelayakan dalam wujud dan
maknanya. Artinya wujud isyarat harus secara visual memilliki unsur
pembeda makna yang jelas, tetapi sederhana dan indah/ menunjukkan
sifat yang luwes (memiliki kemungkinan untuk dikembangkan), jelas
dan mantap (tidak berubah-ubah artinya).
Berdasar pada ciri-ciri kaum tuna rungu dalam berkomunikasi, yakni
menggunakan bahasa isyarat. Maka dapat kita simpulkan bahwa cara utama
kaum tuna rungu dalam memahami makna bahasa adalah dengan memahami
hal-hal yang mereka lihat. Seringnya mereka terbiasa melihat bentuk simbol
isyarat secara berulang akan membentuk makna bahasa dalam diri mereka
dan jika simbol tersebut digunakan dalam satu komunitas kaum tuna rungu
49
Kamus SIBI
54
yang sama maka hal itu sudah menjadi bentuk bahasa. Perbedaan bentuk
makna bahasa pada orang normal ternyata juga terjadi pada kaum tuna rungu.
Antara komunitas kaum tuna rungu satu dengan kaum tuna rungu lainnya
juga terjadi perbedaan istilah dalam penggunaan bahasa isyarat, hal ini terjadi
karena adanya perbedaan budaya dimana tuna rungu tersebut tinggal.
Minimnya pengetahuan orang tua terhadap kondisi tuna rungu
mengakibatkan tuna rungu terlambat dalam mendalami bahasa. Simbolsimbol visual yang akan dijadikan referensi untuk diajarkan pada anak tuna
rungu harus disesuaikan dengan ciri budaya dimana anak tuna rungu tersebut
tinggal. Penggunaan gambar yang akan digunakan untuk menjelaskan makna
kata juga harus disesuaikan dengan karakteristik budaya anak tuna rungu
tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan identifikasi anak tuna
rungu dengan hal-hal yang dilihatnya dan mereka alami di lingkungan tempat
tinggalnya.
Secara garis besar unsur-unsur yang terdapat pada media visual terdiri
atas garis, bentuk, warna, dan tekstur (Azhar Arsyad, 1997:109-110). Garis,
adalah kumpulan dari titik-titik. Dengan demikian terdapat banyak jenis garis,
diantaranya adalah :
55
adanya sebuah pergerakan dari tempat semula. Garis dapat dibentuk untuk
menunjukan ekspresi wajah manusia yang digunakan untuk menunjukan
sifatsifat manusia.
56
57
Bentuk
pembelajaran
bahasa
yang
digambarkan
juga
harus
disesuaikan dengan level usia anak dalam menangkap makna sebuah gambar.
Level pembelajaran ini sama halnya dengan level pembelajaran bahasa pada
anak normal dimana tahapantahapannya terjadi secara berurutan. Sehingga
jika diperlihatkan dalam diagram level usia tersebut dapat digambarkan
seperti berikut.
58
Level ini digunakan untuk membentuk pola bahasa pada anak tuna rungu.
Level usia tersebut adalah :
Untuk anak tuna rungu usia 0-6 tahun dapat dikenalkan terlebih
dahulu terhadap bentukan huruf dan angka sebelum beranjak kepada
pengenalan kata-kata. Bahasa isyarat huruf dan angka dapat
dikenalkan pada tahap usia ini.
Menginjak usia 10-12 tahun, anak tuna rungu sudah dianggap mampu
untuk memahami bentukan gambar bercerita dengan penjelasan kata
dalam bentuk kalimat sederhana. Pola kalimatnya mengikuti struktur
pola kalimat dalam bahasa Indonesia. Yakni dengan struktur SubjekPredikat-Objek-Keterangan (SPOK)
59
60
BAB III
GAMBARAN UMUM SEKOLAH LUAR BIASA
FROBEL MONTESSORI
61
melaksanakan
kegiatan
pembelajaran
SDLB
Frobel
1.
Identitas Sekolah
Nama Sekolah
Satuan Pendidikan
: SDLB
NIS
: 100780
Status Sekolah
: Swasta
Alamat Sekolah
Telepon Sekolah
: ( 021) 8001637
Tahun Berdiri
: 1983
Kepemilikan Tanah
: Yayasan
Status Banguan
: Yayasan
Luas Tanah
: 500
62
2.
b.
: 40 orang
Keadaan Guru
1) PNS
: 7 orang
2) Guru Bantu
: 7 orang
3) GTY
: 2 orang
S1 PLB
: 5 orang
SGPLB
: 3 orang
SMA
: 3 orang
63
No.
1
Fungsi dan
Faktor
Kondisi Ideal
Kondisi Nyata
Siap
Tidak
Faktor Internal
1.1.Komite
Sekolah
Mendukung
Mendukung
-
Belum
semua guru
mengajar
sesuai
dengan latar
belakang
pendidikan
dan
keterampilan
40 % S1
PLB
15 %
1.4.Sarana
Prasarana
Lengkap
memedai
Aksebilitas
memadai
Belum
lengkap dan
memadai
Belum
memadai
1.5.Biaya
Terpenuhi
Masih belum
terpenuhi
1.6.Pengawas
Sekolah
Mendukung
Mendukung
Mendukung
Mendukung
1.2.Pendidikan
1.3.Tenaga
kependidikan
Persiapan
Mengajar
sesuai
dengan
latra
belakang
pendidikan
Jenjang S1
Minimal
berijazah
SMA
Faktor Eksternal
2.1.Dinas
Pendidikan
Kota
64
2.2. Lingkungan
Masyarakat
Mendukung
Kurang
Mendukung
b. Visi Sekolah
Terwujudnya pemberdayaan Tuna Rungu seoptimal mungkin sehingga
berkembang menjadi manusia seutuhnya, bertaqwa kepada Tuhan YME,
berguna bagi diri sendiri, masyarakat, nuasa dan bangsa.
c. Misi Sekolah
1) Mencegah, mengurangi dampak keTunarunguan melalui kegiatan
assesment psikologis dan audiometris serta mengupayakan peakaian
alat bantu mendengar serta mengupayakan pemakaian alat bantu
mendengar serta efektif.
65
tamatan
SDLB
yang
mempunyai
pengetahuan,
66
67
No
Nama
Jabatan
Pendidikan
Guru Kelas
Nunung Nurjanah
Kep Sek
SGPLB
Artikulasi
PNS
Suprihatin S.Pd.
Guru
S1
Guru Kelas
PNS
Nur Enny
Setyawati S.Pd.
Guru
S1
Guru Kelas
PNS
Guru
S1
Guru Kelas
PNS
Hartoyo S.Pd.
Guru
S1
Guru Kelas
PNS
Nani Rustiatin
Guru
SGPLB
Guru Kelas
PNS
Ngadiyo
Guru
SGPLB
Guru Kelas
PNS
Undarwati S.Pd.
Guru
S1
Guru Kelas
Guru
Bantu
Yudi Kristiyanto
Guru / TU
SMA
10
Nurma Setyawati
Guru
SMA
11
Guru
SMA
Guru
Ketrampilan
Guru
Ketrampilan
Guru
Ketrampilan
Pegawai
GTY
GTY
GTY
68
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Nama
Alya Humairoh
Muhammad Raihan
Aprilia Dwi Zahra
Dwi Yunanda Oktaviera
Rizka Aprilia Hasanah
Dezan Ilyas Rozi
M. Alfarizi Afena
Muhammad Ali
Bhagas Zuhalda
Bhagus Zuhaldy
Risnawati
Winda Safitri
Kornelius Yogi Wiryanto
Ika Wulandari
Dewi Nurmala Sari
Dwianto Candra Putra
Nani Aliya
Arrayan Bagus Novranda
Zahwa Assabila
Umar Adzan Bahri
Muslim Haris
Sella Sekar Dianti
Nazeyla Afrilia Putri
Rusman Hadi Nul Islam
Kelas
I
I
I
I
I
I
I
I
I
II
II
II
II
II
II
II
II
II
II
III
III
III
III
III
Jenis
Kelamin
P
L
P
P
P
L
L
L
L
L
P
P
L
P
P
L
P
L
P
L
L
P
P
L
Agama
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Kristen
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
69
No
Jenis kelamin
Kelas
Jumlah
II
III
Laki-laki
11
Perempuan
13
10
24
Jumlah
Series1;
perempuan ;
13; 54%
42%
dan
SMPLB
menitikberatkan
pada
program
keterampilan 62% .
KTSP adalah kurikulum operasional yang di susun oleh dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan . KTSP terdiri dari
70
71
BAB IV
HASIL PENERAPAN POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID
72
Wawancara dengan Nur Eni Setiawati, S.Pd (Guru Pendidikan Agama Islam) pada
tanggal 19 Mei 2013 diruang Guru pada pukul 10.00-1100
2
Wawancara dengan Nur Eni Setiawati, S.Pd (Guru Pendidikan Agama Islam) pada
tanggal 19 Mei 2013 diruang Guru pada pukul 10.00-11-00
73
Wawancara dengan Nur Eni Setiawati, S.Pd (Guru Pendidikan Agama Islam) pada
tanggal 19 Mei 2013 diruang Guru pada pukul 10.00-11-00
4
Wawancara dengan Nur Eni Setiawati, S.Pd (Guru Pendidikan Agama Islam) pada
tanggal 19 Mei 2013 diruang Guru pada pukul 10.00-11-00
5
Wawancara dengan Nur Eni Setiawati, S.Pd (Guru Pendidikan Agama Islam) pada
tanggal 19 Mei 2013 diruang Guru pada pukul 10.00-11-00
74
Wawancara dengan Nunung Nurjanah, S.Pd (Kepala Sekolah) pada tanggal 28 Mei
2013 diruang Guru pada pukul 10.00-11.00
7
Wawancara dengan Nur Eni Setiawati, S.Pd (Guru Pendidikan Agama Islam) pada
tanggal 19 Mei 2013 diruang Guru pada pukul 10.00-11-00
75
apa yang saya ucapkan atau Guru apa yang diucapkan. 2. kalau bahasa bibir
belum sempurna kita selingi dengan bahasa isyarat, anak itu akan lebih
mengerti pakai bahasa isyarat. 3. ada juga pakai media penglihatan anak kan
normal tidak ada kecacatan materi juga saya tulis juga biasanya rangakuman
atau apa-apa. Dengan media gambar-gambar jadi anak bisa mengeksplorasi
bias mengartikan bisa menjelaskan dari gambar-gambar tersebut yang ke 4
dengan audiovisual yaitu lihat film jadi anak tahu dari cerita-cerita itu dan
melihat gerakan-gerakan cerita tersebut.
Sebagaimana implementasi atau pelaksanaan pendidikan pada
umumnya. Pendidikan siswa tuna rungu dsn tuna wicara juga memerlukan
sarana pendidikan seperti yang dikatakan oleh salah satu Guru SDLB-B
Frobel Montessori.
Pelaksanaan PAI di sini hampir sama dengan anak normal
kurikulumnya juga hampir sama tapi ada modifikasinya jadi mungkin lebih
sedikit pencapaian materi di banding anak normal dan juga seandainya, 1 sub
pokok pembahasan di anak normal 1 minggu sudah selesai, tapi kalau di anak
berkebutuhan khusus khususnya tunarungu mungkin 1 bulan atau 2 minggu
baru selesai jadi di sesuaikan dengan kebutuhan siswa.8
Sama halnya dengan jawaban Nunung Nurjanah, S.Pd yang sependapat
dengan Nur Eni Setiawati, S.Pd tentang implementasi strategi Pendidikan
Agama Islam beliau mengomentari:
"Biasanya pembelajaran anak normal 1X harus selesai supaya anak
memperhatikan kalau anak berkebutuhan khusus khususnya anak tunarungu
itu harus berulang-ulang agar mengerti, dan pencapaian materi disesuaikan
dengan siswanya walaupun kita sudah memakai kurikulum9.
Dari hasil wawancara tersebut dapat di ketahui bahwa pelaksanaan
strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam hampir sama atau tidak jauh
berbeda dengan sekolahan pada umumnya. Dan juga kurikulumnya hampir
sama dengan kurikulum yang ada di sekolah yang lain. Akan tetapi kurikulum
Wawancara dengan Nur Eni Setiawati, S.Pd (Guru Pendidikan Agama Islam) pada
tanggal 19 Mei 2013 diruang Guru pada pukul 10.00-11-00
9
Wawancara dengan Nunung Nurjanah, S.Pd (Kepala Sekolah) pada tanggal 28 Mei
2013 diruang Guru pada pukul 10.00-11.00
76
10
Wawancara dengan Nur Eni Setiawati, S.Pd (Guru Pendidikan Agama Islam) pada
tanggal 19 Mei 2013 diruang Guru pada pukul 10.00-11-00
11
Wawancara dengan Nunung Nurjanah, S.Pd (Kepala Sekolah) pada tanggal 28 Mei
2013 diruang Guru pada pukul 10.00-11.00
77
78
b. Metode
Biasanya untuk PAI medianya pakai buku teks, gambar, jus amma
untuk baca tulis al-quran, memakai media, audiovisual ada film yang
menerangkan tentang akidah, akhlak dan sholat, anak melihat contohcontoh film tersebut, film tersebut ada pendidikannya itu sudah beberapa
kali saya putarkan di situ anak-anak saya suruh member tanggapan12.
Dari pernyataan di atas, dapat kita ketahui bahwa metode media
ini bagi siswa atau anak tunarungu sangat penting sekali. Karena dengan
melihat dan menyaksikan lebih mudah untuk menerima pelajaran. Baik
secara langsung maupun tidak langsung
c. Metode
Berkaitan dengan metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam
yang di pakai memang sangat banyak seperti metode ceramah, metode
Tanya jawab, metode diskusi, dan metode praktek.
12
Wawancara dengan Nur Eni Setiawati, S.Pd (Guru Pendidikan Agama Islam) pada
tanggal 19 Mei 2013 diruang Guru pada pukul 10.00-11-00
79
(praktek) sengaja di
pilih untuk
80
13
Wawancara dengan Nur Eni Setiawati, S.Pd (Guru Pendidikan Agama Islam) pada
tanggal 19 Mei 2013 diruang Guru pada pukul 10.00-11-00
14
Wawancara dengan Nur Eni Setiawati, S.Pd (Guru Pendidikan Agama Islam) pada
tanggal 19 Mei 2013 diruang Guru pada pukul 10.00-11-00
15
Wawancara dengan Nur Eni Setiawati, S.Pd (Guru Pendidikan Agama Islam) pada
tanggal 19 Mei 2013 diruang Guru pada pukul 10.00-11-00
81
16
Wawancara dengan Nur Eni Setiawati, S.Pd (Guru Pendidikan Agama Islam) pada
tanggal 19 Mei 2013 diruang Guru pada pukul 10.00-11-00
82
jenis
ketunarunguan
berat
dan
kemampuan
bahasa
83
(3)
guru
menunjukkan
tulisan
arab
kata
84
Nazeyla
belum
dating,mungkin
Nazeyla
sakit.
85
Rusman
jenis
ketunarunguan
berat
dan
kemampuan
bahasa
86
(3)
guru
menunjukkan
tulisan
arab
kata
87
(3)
guru
menunjukkan
tulisan
arab
kata
88
(3)
guru
menunjukkan
tulisan
arab
kata
89
upaya
guru
dalam
mengembangkan
pola
komunikasi
90
91
dari proses latihan bagi anak untuk membaca ujaran. Setelah semua guru
disapa barulah menyapa siswa. Siswa disapa satu persatu. Contoh:
Assalamualaikum, selamat pagi Muslim. Anak yang disebut namanya
harus
menunjukkan
dirinya,
dan
teman-temannya
juga
harus
ibu
huruf
konsonan,
seperti
92
tanggapan
dengan
menceritakan
pengalaman
yang
Ibu Nur
Sella
Ibu Nur
Umar
Rusman
Ibu Nur
Muslim
: saya sholat
Umar
: sholat sholat
Ibu Nur
93
Nazeyla
: penting
Sella
: penting ya
Ibu Nur
Muslim
: ibadah Allah..
Ibu Nur
Umar
: Allah
Ibu Nur
Sella
: Allah
Ibu Nur
Rusman
: Allah
Ibu Nur
Nazeyla
: perlu
Ibu Nur
Nazeyla
: sholat..yasholat
94
b) Balon Percakapan
Setelah proses percakapan lisan selesai maka Ibu Nur membuat balon
percakapan. Balon percakapan dibuat untuk mengetahui apa saja yang
dibicarakan dan siapa saja yang berperan dalam percakapan itu sehingga
memudahkan siswa untuk memahami apa saja dan siapa saja yang
menyampaikan pengalamannya.
Gambar pembuatan balon percakapan seperti dalam contoh berikut:
Muslim
Muslim .. berkata
menunjukkan
ataupun
mengisyaratkan.
Misalnya
95
dan siswa
dan siswa
Anak -anak
: Nazeyla
Ibu Nur
Anak-anak
: Sella
96
Ibu Nur
Anak -anak
: untuk sholat
Ibu Nur
Anak-anak
: Allah
Ibu Nur
Anak-anak
: Allah
Ibu Nur
Anak-anak
: Allah
Ibu Nur
Anak-anak
: Allah
Ibu Nur
Anak-anak
: perlu
Ibu Nur
Anak-anak
: sholat
97
memahami apa yang mereka tulis, dengan bertanya beberapa kali dan
sebisa mungkin siswa mendramatisasikan. Setelah siswa benar-benar
memahani kata-kata yang telah mereka tulis, siswa disuruh duduk.
Sebelum guru memanggil siswa untuk menulis di papan tulis, guru
pendamping, terlebih dahulu mengajari siswa di kursinya masingmasing, sementara guru pengajar mendampingi anak yang sedang
menulis dipapan tulis.
Ketiga, adalah kegiatan menulis di buku latihan. Dalam buku
latihan tersebut guru pendamping telah menulis sebagian percakapan
yang telah dibahas bersama, tetapi belum lengkap dan siswalah yang
melengkapi, sehingga menjadi
98
Kemudian dalam buku latihan siswa tersebut, guru menulis satu kalimat
yang masih berkaitan dengan percakapan dari hari yang bersangkutan
lalu siswa diberi kesempatan untuk meniru tulisan yang telah ditulis
guru dibuku tugasnya. Kalimat yang telah ditulis siswa sebanyak lima
kalimat atau lebih. Selama siswa menulis Ibu Nur dan guru pendamping
lainnya mendampingi siswa sehingga selesai tepat waktu, memperbaiki
atau membetulkan tulisan siswa. Ibu Nur tidak memaksa siswa untuk
menulis dengan rapid an bagus. Pada tahap ini siswa diarahkan untuk
mengenal huruf dan melatih motorik halusnya. Tuntutan untuk menulis
yang rapi akan dilakukan pada kelas lanjutan yakni kelas persiapan.
Setelah selesai menulis, buku latihan dikumpulkan kembali kepada guru
untuk dikoreksi. Melakukan
Kegiatan akhir adalah Ibu Nur melakukan bimbingan dan
perbaikan. Bimbingan dilakukan terhadap siswa yang masih sulit
memahami pembelajaran pada hari tersebut dan perbaikan dilakukan
bagi mereka yang belum dapat menyelesaikan tugasnya. Setelah itu
menyerahkan PR untuk dikerjakan di rumah.
Perjalanan jika siswa bertanya tentang apa yang mereka lihat, guru bias
menjelaskan secara rinci. Peneliti melihat Ibu Nur aktif bertanya, kepada
siswa tentang apa saja yangt mereka lihat selama dalam perjalanan.
Contoh: ketika melewati daerah bukit banyak pohon dan perkebunan teh
yang dapat dilihat. Ada siswa yang langsung berteriak ooahh..pohon
banyak, tetapi ada juga siswa yang kurang spontan, sehingga Ibu Nur
yang harus memberikan pertanyaan, misalnya itu apa? Siswa akan
menjawab sesuai dengan apa yang mereka lihat atau apa yang mereka
ketahui. Kalau tidak bisa dijawab secara oral siswa akan menjawab
dengan menggunakan isyarat.
Ibu Nur dalam kegiatan inti selalu memperkenalkan hal-hal baru
kepada siswa, baik berupa benda maupun peristiwa atau pengalaman
yang dialami dan yang dilihat. Contoh: pada tanggal 16 Mei peneliti
bersama guru ikut mendampingi siswa dalam kegiatan ini. Kami pergi
99
bertanya,
kambing suka makan apa? Semua siswa diam lalu Ibu Nur menjelaskan
bahwa, kambing suka makan rumput. Siswa meniru ucapan Ibu Nur
sambil memegang rumput. Ibu Nur menjelaskan juga bagian-bagian
dari kambing, misalnya bulu, jenggot, tanduk, dan ekor.
Ibu Nur menjelaskan peristiwa-peristiwa yang dialami siswa pada
saat itu juga, san akan lebih detail dijelaskan kalau siswa sudah masuk
kelas. Ibu Nur menanyakan apa yang mereka lihat selama dalam
perjalanan. Setiap siswa mengungkapkan isi pikiran mereka melalui
pengalaman yang mereka lihat atau yang mereka alami. Siswa
mengungkapkan melalui bahas oral dan dibantu juga dengan
menggunakan bahasa isyarat. Ibu Nur membahaskan pengalaman siswa
secara sempurna, sehingga terbentuklah sebuah percakapan.
Selain kegiatan eksplorasi, kegiatan yang dilakukan di luar kelas
adalah kegiatan menari, senam mulut dan olahraga. Peneliti melihat
bahwa selama kegiatan menari ini, Ibu Nur menjelaskan terlebih dahulu
jenis gerakan dan arah gerakan. Apakah maju atau mundur, kiri atau
kanan, melompat, bertepuk tangan, pinggul digoyang dan lain-lain.
Contoh: anak-anak disuruh berbaris, lalu Ibu Nur memberikan instruksi,
anak-anak gerakan pertama kedua kaki digoyangkan. Mana kaki?
Semua anak akan menunjukkan kakinya. Lalu kata goyang di jelaskan
dengan mempraktekkannya. Setelah siswa paham Ibu Nur , guru
pendamping dan siswa melakukan gerakan tersebut bersama-sama.
Gerakan kedua dan seterusnyapun selalu dijelaskan seperti pada gerakan
pertama. Cotoh: kalau maju, Ibu Nur menjelaskan majun itu seperti apa,
mundur seperti apa, melompat dan seterusnya. Ibu Nur mengajak siswa
untuk meniru ucapannya. Contoh: guru dan murid bersamaan
100
terakhir
adalah
siswa
sendiri,
dan
semua
mendapat
101
menyuruh siswa untuk mengulanginya dan jika siswa bisa, maka guru
menyuruh siswa untuk menggaris bawahi kata itu dengan spido. Semua
siswa mendapat giliran untuk itu. Untuk menambah pemahaman siswa
akan benda yang mereka bawa juga peristiwa yang mereka alami, maka
guru mendramatisasikan sesuai dengan peristiwa tersebut.
Kegiatan berikut adalah artikulasi. Latihan artikulasi dilakukan
pada saat pembelajaran berlangsung yang difokuskan pada kata-kata
yang baru muncul dalam percakapan. Tujuannya agar siswa bisa
menyebutkan kata-kata baru tersebut dengan baik.
Kegiatan selanjutnya adalah Tanya jawab. Tujuan kegiatan ini
adalah untuk mengetahui apakah siswa sudah benar-benar memahami
percakapan yang baru saja dibahas. Kegiatan terakhir sesudah Tanya
jawab adalah kegiatan menulis. Baik menulis di papan tulis maupun di
buku tugas. Jadi secara detailnya telah diungkapkan dalam hasil
observasi di atas. Hasil observasi dan wawancara memiliki banyak
kesamaan.
Visualisasi merupakan salah satu hal yang penting dalam
pembelajaran siswa tuna rungu, karena salah satu cirri anak tunarungu
adalah pemata. Dengan visualisasi, siswa akan lebih cepat memahami
maksud tulisan tersebut. Untuk visualisasi biasanya guru menempelkan
gambar atau foto di atas tulisan. Akan tetapi jika tidak ada media yang
sesuai dengan percakapan, guru akan menggambarkannya di papan tulis.
Gambar yang ditunjukkan sebisa mungkin yang sederhana, dan mudah
dipahami siswa.
Penggunaan media dalam satuan pembelajaran sangatlah
penting. Apalagi berhadapan dengan anak-anak tunarungu. Karena itu
guru bekerja sama dengan orang tua, menyediakan media yang
diperlukan.media yang digunakan berupa benda, foto,gambar atau benda
aslinya. Media pembelajaran sebagian besar dibawakan siswa, juga
yanga da disekita lingkungan sekolah. Selebihnya akan disediakan
sekolah jika dipandang perlu. Media-media tersebut misalnya, foto yaitu
102
103
memberi tahu perkembangan dan keadaaan siswa dan apa yang mesti
dilakukan orang tua selama anak berada dirumah. Pertama, guru selalu
mengingatikan bahwa saat anak ingin berbicara jangan dihentikan,
biarkanlah dia bicara apa saja dan orangtua harus mendengarkan. Pada
saat bicara harus diperhatikan keterarahwajahan dan diharapkan untuk
menggunakan oral dan bicaralah secara perlahan-lahan. Orangtua juga
harus mendampingi anak saat mengerjakan tugas atau PR .orangtua atau
anggota keluarga lain sebisa mungkin memberi penjelasan saat anak
kurang paham dengan apa yang dilakukannya. Selain itu, orangtua wajib
melanjutkan kegiatan yang dilakukan dari sekolah dengan alasan bahwa
siswa banyak menghabiskan waktunya dirumah dari pada disekolah.
Jadi peran orangtua sangat besar untuk perkembangan bahasa anak. Hal
yang harus dilakukan adalah orangtua harus selalu mengajak anak untuk
berbicara.
104
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pola komunikasi belajar mengajar PAI di SDLB-B Frobel Montessori dapat
disimpulkan bahwa komponen dalam pola komunikasi pembelajaran di SDLBB Frobel Montessori yaitu,:
1. Tujuan, yang hendak dicapai sebagaimana tujuan pendidikan pada
umumnya yaitu mencapai tujuan pendidikan nasional. Hanya saja pada
siswa Tunarungu dalam segi ketrampilan, baik ketrampilan baca tulis,
bahasa maupun ketrampilan tangan, begitu juga pada pendidikan agama,
tujuannya pada segi ketrampilan, baik fisik maupun psikis. Sedangkan
untuk komponen Materi yang diajarkan berdasarkan kurikulum dari
KTSP. Adapun dalam menyajikan lebih diturunkan bobotnya. Selain itu
ditunjang dengan materi tambahan yaitu bacaan surat-surat pendek.
2. Metode yang digunakan dalam interaksi belajar mengajar yaitu, satu
materi dengan delapan metode diantaranya: metode ceramah, tanya jawab,
demonstrasi, Pemberian tugas, drill, karya wisata dan ditambah dengan
metode pembiasaan dan bernyanyi .Alat yang digunakan berupa alat
materi yaitu buku-buku PAI sesuai dengan masing-masing kelas, dan alat
non materi berupa kata-kata yaitu nasihat, perintah dan larangan dengan
menggunakan bahasa pengantar bahasa nasional. Evaluasi yang digunakan
evaluasi harian dan semesteran. Struktur Peristiwa Belajar mengajar,
sebagaimana sekolah pada umumnya, sistem tatap muka, berdasarkan tata
jenjang SDLB yang berkapasitas tiap kelasnya 1-7 siswa. Struktur
pencapaiannya bersifat terbuka dari mulai tujuan yang telah tersusun rapi,
sedangkan prosedur pencapaiannya dikembangkan pada saat KBM
berlangsung.
3. Penerapan pola komunikasi dalam pembelajaran Agama Islam bagi Anak
Tunarungu Di SDLB-B Frobel Montessori dalam dilihat dari cara Guru
104
105
B. Saran
1. Kepada guru Pendidikan Agama Islam agar dalam proses kegiatan belajar
mengajar hendaknya memakai dan memadukan metode yang lebih banyak
agar dapat membantu pemahaman siswa. Artinya disesuaikan dengan
106
Pemerintah
khususnya
Pemerintahan
Agama
hendaknya
107
DAFTAR PUSTAKA
Affizal dan Rafidah. Teacher Student Attachment and Teacherss Attitudes
Towards Work. Diambil dari : Jurnal Pendidik dan Pendidikan, Jil. 24,
2009. Diakses tanggal : 18 Mei 2013
Alwasilah, A.Chaedar.1990. Linguistik. Suatu Pengantar. Bandung : Angkasa
.Hlm. 82
Anneke Sumampouw dan Setiasih. Profil Kebutuhan Remaja Tunarungu.
Anima, Indonesia Psychological Journal, Vol. 18, No, 4, Juli 2003, Hal:
380
Beebe, S.A., Beebe, S.J., & Redmond M.V.,Interpersonal
Communication
Relating to Others (5th ed.), Boston : Pearson Education 2008, pp. 3-5
Cangara, Hafied H, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta 2006, hal. 56
Dayakisni, Tri dan Hudaniah, Psikologi Sosial, Malang: UMM Press 2003,
hal. 65
Deddy Mulyana,Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005, hal:237
Departemen Pendidikan nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3,
Jakarta 2002, Balai Pustaka, hal.885.
Djamalul Abidin Ass, Komunikasi dan bahasa Dakwah, Jakarta 1996, Penerbit
Gema Insani Press , hal. 16
Dr. Mohammad Efendi, M.Pd., M.Kes. Pengantar Psikopedagogik Anak
Berkelainan. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2006 Hal: 64
Effendy, Onong Uchjana, Ilmu Teori & Filsafat Komunikasi, Bandung 2003,
PT.Citra Aditya Bakti, hal. 9
_____________________, Dimensi-dimensi Komunikasi, Bandung: Alumni,
1986, cet. ke-2, h.5
H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, Jakarta, 2000, PT. Rineka
Cipta, Cet, ke-2, hal.26
107
108
109
Jalaluddin,
Psikologi
Komunikasi.
Bandung
2008,Remaja
Rosdakarya, hal. 13
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Komunikasi, Jakarta 1998, Universitas
Terbuka, hal.39
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2003, hal. 61
Sr. Maria Assumpte Rumanti OSF, Dasar-dasar Public Relation Teori dan Praktis,
Jakarta: Grasindo, 2002, cet. Ke-1, h.88
Sugiyo. Komunikasi Antar Pribadi,Semarang Unnes Press 2005, hal. 9
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta
1996, Rineka Cipta,cet. Ke-10, edisi revisi, hal. 117
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah,Jakarta, 1997, Gaga Media Pratama, Cet
ke-2, hal.6
Undang-undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
serta Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang
sisdiknas. Citra Umbara. Bandung: 2006. Hal : 77
Winayno S uyakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: tarsifi,1986),
Cet.ke-7, h.162.
Winayno Suyakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung 1986, Penerbit
Tarsifi, Cet.ke-7, hal.162.
.. J
-r-~mor
: Istimewa
Lamp
: 1b~rkas
: PERMOHONAN PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI
. Hal
Yang terhormat,
Nama
: M. Syaghilul Khoir
Nim
: 106051001851
Semester
: X (Sembilan)
Jurusan
Fakultas
Bermaksud mengajukanjudul proposal yaitu "POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DI SLB
"
~~enasihat Akademik
t/'\rf\~11\A'10~1
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIOAYATUtLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAI<WAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Telepon/Fax: (021) 7432728 I 74703580
Kepada Yth.
Kepala Sekolah
SLB-B Frobel Montessori Condet Bale Kambang
Kramat Jati Jakarta Timur
Assalamu 'alai/cum Wr. Wb.
Dengan hormat bersama ini kami sampaikan bahwa mahasiswa Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi DIN SyarifHidayatullah Jakarta di bawah ini,
Nama
Nomor Pokok
Jurusan /Semester
: M. Syaghilul Khoir
106051001851
: Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) I X
Tembusan:
I. Pembantu Dekan Bidang Akademik
2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
FROBEL MONTESSORI
Gg. Masjid AI-Mabruq, Condet Balekambang Rt. 011/ 03
Kramat Jati- Jakarta Timur 13530 Telp. ( 021 ) 8001637
SURAT KETERANGAN
NO : 58/ YPSLB/ U /2013
Yang. bertanda tangano di bawtili- ini- kepala. SLH R Frobel Montessori- Condet
Balekambang,. Jakarta Timur menerangkan :
M. Sy.agbilul Khoir
Nama
c:
NIM:
: 106051001851
Juru8an.
Adalah benar nama tersebut di atas telab mengadakan penelitian dan pengambilim
Kepala
Lampiran 1
Gambar 1
Papan nama Yayasan Pembinaan Sekolah Luar Biasa SLB B / C Frobel Montessori yang
berada di dalam lingkungan sekolah.
Gambar 2
Guru sedang mengajarkan murid-murid berhitung dengan menggunakan jari tangan di dalam
kelas, anak-anak mengikuti semua gerakan yang diperagakan oleh gurunya.
Lampiran 2
Gambar 3
Tiga siswa dan dua siswi yang memiliki keterbatasan tuna rungu mengikuti ujian nasional
(UN) tingkat SD di Sekolah Luar Biasa (SLB) Frobel Montessori di Condet Balekambang,
Jakarta Timur, meskipun dalam murid dalam kondisi keterbatasan yaitu tuna rungu
pemerintah tetap memperhatikan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus.
Gambar 4
Guru mengajarkan siswa dan siswi tuna rungu untuk belajar mandiri meskipun dalam kondisi
berkebutuhan khusus seperti mengajarkan para murid-murid belajar menggosok pakaian
mereka masing-masing.
Lampiran 3
Gambar 5
Guru sedang mengajarkan murid satu persatu membaca di dalam kelas, murid- murid sangat
serius melihat apa yang di ajarkan dan di sampaikan oleh guru.
Gambar 6
Guru sedang mengajarkan seorang siswi belajar tentang daerah atau wilayah-wilayah dengan
menggunakan media bantuan yaitu Globe dan senter untuk lebih jelas melihat daerah yang di
tunjukkan. Seorang siswa sangat serius mengikuti pelajran yang disampaikan oleh gurunya.
Lampiran 4
Gambar 7
Guru mengajarkan materi tentang matahari di dalam kelas kemudian murid-murid diajak
langsung keluar untuk melihat matahari diluar kelas secara langsung agar murid dapat paham
sebab klo dijelaskan secara abstrak murid kurang paham jadi harus disesuaikan dengan materi
yang bersifat nyata dan mempraktek kannya secara langsung.
Lampiran 5
Gambar 8
Guru mengajarkan anak- anak tentang sholat dengan cara langsung mempraktekkan gerakan
sholat secara bersamaan kemudian satu persatu anak memperaktekkan gerakan sholat
tersebut.
Gambar 9
Poster-poster atau gambar tentang gerakan-gerakan sholat merupakan sarana pendukung agar
anak-anak dapat mudah memahami dan mencerna apa yang disampaikan oleh guru terutama
materi pendidikan sholat.
Lampiran 6
Gambar 10
Poster-poster atau gambar tentang gerakan-gerakan sholat merupakan sarana pendukung agar
anak-anak dapat mudah memahami dan mencerna apa yang disampaikan oleh guru terutama
materi pendidikan sholat.
Lampiran 7
Form Wawancara
Kepada
Jabatan
Tempat
Pukul
: 11. 00 Wib.
Lampiran 8
lingkungan
sosial
budaya
dan
alam
sekitar
serta
dapat
mengurangi
dampak
keTunarunguan
melalui
kegiatan
Lampiran 9
d. Mengupayakan
tamatan
SDLB
yang
mempunyai
pengetahuan,
Lampiran 10
9. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat komunikasi di SLB Frobel
Montessori?
Jawab
Alat bantu mendengar sehingga anak dapat mudah menerima apa yang
disampaikan oleh guru, peran guru yang senantiasa terus bersabar mendidik
dan membimbing murid sampai bisa. Dan yang menghambat komunikasi yaitu
sulitnya murid memahami apa yang disampaikan oleh guru dan mengalami
keterlambatan berpikir.
10. Bagimana penerapan Komunikasi Interpersonal (Antar Pribadi) di lingkungan
SLB Frobel Montessori?
Jawab :
Berjalan efektif walaupun ada sedikit hambatan jika guru kurang jelas dengan
apa yang dibicarakan murid maka murid disuruh untuk menulis apa yang ingin
disampaikan kepada gurunya.
12. Fasilitas apa saja yang dapat mendukung program di lingkungan SLB Frobel
Montessori?
Jawab :
Alat bantu dengar (ABM), Gambar-gambar, tulisan, kumpulan nama benda
yang ada dilingkungan sekitar. Untuk fasilitas Olahraga dilingkungan SLB
Frobel Montessori yaitu Lapangan luas yang digunakan untuk senam,
badminton, dan atletik yaitu lari matras.
Responden
Pewawancara
M. Syaghilul Khoir
Lampiran 12
Form Wawancara
Kepada
: Undarwati S.P.d
Jabatan
Tempat
Pukul
: 11. 00 Wib.
Lampiran 13
Materi apa saja yang dipelajari oleh anak dalam pembelajaran pendidikan
Agama Islam?
Jawab :
Materi tentang sholat lima waktu, dan materi tentang wudhu.
9. Media apa yang digunakan oleh guru untuk pengajaran pendidikan Agama
Islam?
Jawab:
Gambar gerakan-gerakan orang sedang sholat, boneka-boneka gerakan sholat,
dan gambar-gambar orang sedang berwudhu.
10. Bagaimana penerapan metode pengajaran yang digunakan guru dalam proses
pembelajaran pendidikan Agama Islam?
Jawab :
Dengan menggunakan metode demonstrasi atau praktek secara langsung dan
dengan diskusi interaktif.
11. Bagaiman komunikasi Interpersonal (Antar pribadi) yang diterapkan di dalam
proses belajar di kelas dan apa hambatannya?
Jawab :
Berjalan efektif walaupun ada sedikit hambatan jika guru kurang jelas dengan
apa yang dibicarakan murid maka murid disuruh untuk menulis apa yang ingin
disampaikan kepada gurunya.
Lampiran 14
Lampiran 15
Form Wawancara
Nama
: Ibu Eni
Kepada
Tempat
Pukul
: 10. 00 Wib.
1. Apa pendapat anda tentang SLB Frobel Montessori yang ada di lingkungan
Condet Balekambang?
Jawab :
SLB Frobel Montessori sangat baik pendidikannya sesuai dengan yang
dibutuhkan anak-anak berkebutuhan khusus seperti anak saya.
2. Apa pendapat anda tentang guru yang ada di SLB Frobel Montessori?
Jawab :
Gurunya sangat baik-baik dan sabar dalam mengajarkan murid nya sampai
mereka bisa paham materi pelajaran yang disampaikan oleh gurunya.
3. Bagaimana komunikasi anda dengan guru-guru SLB Frobel Montessori?
Jawab :
Komunikasi nya berjalan dengan baik sama orang tua murid, guru selalu
memberitahukan sama orang tua jika anaknya mengalami banyak
perkembangan selama proses belajar sehingga orang tua mengetahui sudah
seberapa banyak pemahaman yang di dapat anaknya di kelas.
4. Bagaimana pandangan anda terhadap kinerja guru-guru yang ada di SLB
Frobel Montessori?
Jawab :
Kinerja guru yang saya lihat di SLB Frobel Montessori sudah baik. Guru-guru
mampu mengajarkan anak-anak dengan baik.
5. Bagaimana dengan fasilitas yang ada di SLB Frobel Montessori?
Jawab :
Menurut saya fasilitas yang ada dilingkungan SLB Frobel Montessori sudah
lengkap seperti: Alat bantu dengar (ABM), Gambar-gambar, tulisan,
kumpulan nama benda yang ada dilingkungan sekitar. Untuk fasilitas Olahraga
Lampiran 16
6. Program apa saja yang anda ketahui yang ada di SLB Frobel Montessori?
Jawab :
Program: Melukis, pramuka, menari, komputer dan olahraga.
7. Apa tanggapan anda terhadap program yang ada di SLB Frobel Montessori?
Jawab :
Programnya bagus selama dapat mendukung perkembangan anak didik.
8. Apakah harapan anda terhadap program- program yang sudah di jalankan oleh
SLB Frobel Montessori?
Jawab :
Harapan saya dengan adanya program-program tersebut mampu mengasah
bakat yang dimiliki anak berkebutuhan khusus untuk terus kreatif dan aktif.
Responden
Ibu Eni
Pewawancara
M. Syaghilul Khoir
Lampiran 17
Form Wawancara
Nama
: Bapak Ghani
Kepada
Tempat
Pukul
: 12. 00 Wib.
1. Apa pendapat anda tentang SLB Frobel Montessori yang ada di lingkungan
Condet Balekambang?
Jawab :
SLB Frobel Montessori menurut saya sudah baik dalam mengajar di kelas
sesuai dengan yang dibutuhkan anak-anak berkebutuhan khusus seperti anak
saya.
2. Apa pendapat anda tentang guru yang ada di SLB Frobel Montessori?
Jawab :
Gurunya sangat baik-baik dan sabar, teliti dalam mengajarkan murid nya
sampai mereka bisa paham materi pelajaran yang disampaikan oleh gurunya.
3. Bagaimana komunikasi anda dengan guru-guru SLB Frobel Montessori?
Jawab :
Komunikasi nya berjalan dengan baik sama orang tua murid, guru selalu
memberitahukan
sama
orang
tua
jika
anaknya
mengalami
banyak
Lampiran 18
Responden
Pewawancara
Bapak Ghani
M. Syaghilul Khoir