C09 Ysu
C09 Ysu
C09 Ysu
YUNITA SULISTRIANI
SKRIPSI
YUNITA SULISTRIANI
C64103039
RINGKASAN
YUNITA SULISTRIANI. Perubahan Daratan Pantai dan Penutupan
Lahan Pasca Tsunami Secara Spasial Dan Temporal di Pantai Pangandaran,
Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Dibimbing Oleh I WAYAN NURJAYA dan
SYAMSUL BAHRI AGUS
Perubahan daratan pantai dan penutupan lahan di daerah pesisir dipengaruhi
oleh berbagai faktor yakni faktor alam dan faktor kegiatan manusia. Faktor alam
yang paling berpengaruh adalah pola angin, arus, gelombang, bencana alam dan
faktor alam lainnya, sedangkan faktor manusia yang paling berpengaruh seperti
pembangunan di pesisir pantai, penanaman hutan bakau, ataupun pembuatan
dermaga. Pengamatan terhadap perubahan daratan pantai dan penutupan lahan
dilakukan secara spasial dengan menggunakan citra Landsat 7 ETM+ path / row
121/65 yang direkam pada tahun 2001, 2005, dan 2006 yang mencakup koordinat
7400.0 LS-1083730.0 BT dan 7450.0 LS-108410.0 BT serta
dilakukan perbandingan antara citra yang diambil sebelum tsunami dengan citra
yang diambil setelah tsunami. Data sekunder yang digunakan adalah data yang
terkait dalam analisis perubahan daratan pantai dan penutupan lahan.
Untuk mengetahui adanya perubahan daratan pantai ataupun perubahan
lahan, citra diproses sedemikian rupa dengan menggunakan Software ErMapper
dan ArcView dengan metodologi pengkelasan yang kemudian dioverlay untuk
mengetahui perubahan yang terjadi. Dalam mengamati perubahan penutupan
lahan juga dilakukan pengkelasan terhadap data citra penelitian kedalam 6 kelas
yaitu perairan, pemukiman, vegetasi, persawahan, lahan basah dan lahan kering.
Ketiga citra yang telah dioverlay menunjukkan akresi yang terjadi pra
tsunami (citra tahun 2001-2005) meliputi Pantai Barat Pangandaran, Pantai Timur
sebelah utara, Pantai Pasir Putih, Tg. Cimanggu, Tg. Kalapaendep dan Muara
Sungai Cikidang, sedangkan wilayah yang mengalami abrasi meliputi sebagian
kecil Pantai Barat dan beberapa bagian dari pantai di sekitar cagar alam
Pananjung. Citra pasca tsunami yang telah dioverlay (citra tahun 2005-2006)
menunjukkan bahwa peristiwa abrasi terjadi di beberapa daerah di sekitar Pantai
Pangandaran dan Cikembulan. Namun dengan bentuk pantai Pangandaran yang
unik dan adanya cagar alam Penanjung di daerah ini membuat Pantai Timur aman
dari gempuran abrasi akibat tsunami, bahkan di beberapa tempat di Pantai Timur
ada daerah yang mengalami akresi akibat penggenangan air laut tsunami yang
cukup lama sehingga terjadi penimbunan material di daerah tersebut.
Citra pra tsunami menunjukkan adanya penambahan luas pemukiman.
Dengan jumlah penduduk 45.000 jiwa danpertumbuhan penduduk rata-rata 1%,
kegiatan pembangunan pemukiman terus berjalan. Citra pasca tsunami
menunjukkan daerah yang mengalami pengurangan adalah kelas pemukiman. Hal
tersebut dikarenakan pemukiman-pemukiman yang berdiri di sepanjang pesisir
Pantai Pangandaran rusak akibat terjangan tsunami. Berdasarkan hasil penelitian
ini pemerintah setempat dapat menentukan kebijakan-kebijakan yang harus
diambil dalam pengelolaan sektor pariwisata Pantai Pangandaran maupun rencana
tata kota sehingga tercipta sebuah obyek pariwisata yang aman dan nyaman.
Oleh: Yunita
Sulistriani
C64103039
Skripsi
Oleh: Yunita
Sulistriani
C64103039
SKRIPSI
Judul Penelitian : PERUBAHAN DARATAN PANTAI DAN PENUTUPAN
LAHAN PASCA TSUNAMI SECARA SPASIAL DAN
TEMPORAL DI PANTAI PANGANDARAN, KABUPATEN
CIAMIS, JAWA BARAT
Nama
: Yunita Sulistriani
NRP
: C64103039
Menyetujui, Dosen
Pembimbing
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur hanya dipanjatkan kepada Allah SWT yang Maha Kuasa,
atas segala kasih, anugerah dan kekuatan yang diberikan kepada penulis selama
penyusunan hingga terselesaikannya skripsi yang berjudul Perubahan Daratan
Pantai dan Penutupan Lahan Pasca Tsunami Secara Spasial dan Temporal di
Pantai Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat .
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pada Program Studi Ilmu Dan Teknologi Kelautan, Departemen Ilmu dan
Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor. Dalam penyusunannya, penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penyusunan skripsi ini banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
-
Bapak Edi Amin (alm) dan Ibu Lies Kurniati serta keluarga saya atas
segala bimbingan dan doa yang tidak pernah putus
Bapak Rio Gumelar dan Keluarga atas beasiswa kuliah dan penelitian
selama ini
Bpk Dr. I Wayan Nurjaya dan Bpk Syamsul Bahri Agus M.Si atas
bimbingannya
Bpk. Dr. Henry M. Manik dan Bpk. Dr. Johnson L. Gaol atas kesediaan
dan saran-saran sebagai dosen penguji
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR TABEL
............................................................................. xii
1
2
3
4
6
6
8
9
10
13
13
14
15
16
19
20
21
23
3. METODOLOGI ..................................................................................... 25
3.1. Waktu dan tempat penelitian...........................................................
3.2. Alat dan bahan penelitian................................................................
3.2.1 Alat Penelitian........................................................................
3.2.2 Bahan Penelitian ....................................................................
3.3. Metode pengolahan data .................................................................
3.4. Survey Lapangan ..............................................................................
25
26
26
27
27
33
34
34
41
41
44
45
48
50
50
51
54
56
59
62
66
66
66
71
74
76
77
78
85
85
86
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Batasan Pantai ......................................................................................... 5
2. Potongan melintang profil pantai saat angin tenang dan angin badai...... 11
3. Peta Lokasi Pesisir Pantai Pangandaran dan Sekitarnya.......................... 25
4. Bagan alir analisis perubahan garis pantai ............................................... 28
5. Citra Landsat Path/Row 121/65 Tanggal 22 Juni 2001 ........................... 34
6. Citra Landsat Path/Row 121/65 Tanggal 16 Mei 2005............................ 35
7 Citra Landsat Path/Row 121/65 Tanggal 10 Oktober 2006 ..................... 35
8. Peta Citra Landsat tahun 2001 dengan komposit RGB 542 ................... 36
9. Peta Citra Landsat tahun 2005 dengan komposit RGB 542 ................... 38
10. Peta Citra Landsat tahun 2006 dengan komposit RGB 542 ................... 39
11. Peta Klasifikasi Darat Laut Pantai Pangandaran Tahun 2001 ................. 41
12. Peta Klasifikasi Darat Laut Pantai Pangandaran Tahun 2005 ................. 42
13. Peta Klasifikasi Darat Laut Pantai Pangandaran Tahun 2006 ................. 42
14. Peta Hasil Overlay Darat Laut tahun 2001-2005 .................................. 45
15. Grafik Perubahan Garis Pantai Menurut Pembagian Wilayah Tahun 200547
16. Peta Hasil Overlay Darat Laut tahun 2005-2006 .................................. 48
17. Grafik Perubahan Garis Pantai Menurut Pembagian Wilayah Tahun 200650
18. Peta klasifikasi penutupan lahan Pantai Pangandaran tahun 2001 .......... 52
19. Persentase Zonasi Penutupan Lahan Citra Landsat Tahun 2001 ............. 53
20. Peta klasifikasi penutupan lahan Pantai Pangandaran tahun 2005 .......... 54
21. Persentase Zonasi Penutupan Lahan Citra Landsat Tahun 2005 ............. 56
22. Peta klasifikasi penutupan lahan Pantai Pangandaran tahun 2006 .......... 57
23. Persentase Zonasi Penutupan Lahan Citra Landsat Tahun 2006 ............. 58
24. Peta overlay penutupan lahan Pantai Pangandaran tahun 2001-2005...... 61
25. Peta overlay penutupan lahan Pantai Pangandaran tahun 2005-2006...... 65
26. Diagram Windrose data angin maksimum 2001-2006............................. 67
27. Diagram Windrose data angin minimum 2001-2006 ............................... 67
28. Pola arah angin di Pantai Pangandaran .................................................... 68
29. Kecepatan angin rata-rata bulanan di Pantai Pangandaran ...................... 68
30. Batimetri di perairan Teluk Pangandaran ................................................ 70
31. Grafik Pasang Maksimum Pasang Surut 2001 2006............................. 72
32. Grafik Surut Minimum Pasang Surut 2001 2006 ................................ 73
33. Grafik Rata-rata Debit Air Sungai Cikidang Tiap Bulan......................... 75
34. Episenter gempa utama menurut BMG, USGS, dan
GEOFON (BMG, 2006)........................................................................... 78
35. Peta run-up tsunami untuk wilayah Pangandaran hasil survey BMG
tanggal 18-22 Juli 2006............................................................................ 79
36. Landaan air laut di Pantai Pangandaran ................................................... 82
DAFTAR TABEL
Halaman
21
26
43
46
48
49
50
53
56
58
59
60
63
64
75
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
88
91
92
94
97
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 17.500 pulau dan
wilayah pantai sepanjang 81.000 Km. Posisi geografis Indonesia sangat unik
karena berada di posisi silang antara dua benua yaitu Asia dan Australia, dan dua
samudera yakni Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Selain itu, Indonesia
juga terletak pada tempat bertemunya empat lempeng besar yaitu Eurasia (Asia
Tenggara), Indo-Australia, Samudera Pasifik dan Filipina. Indonesia juga
merupakan bagian dari Ring of Fire yaitu jalur pegunungan api muda aktif
yang mengelilingi Samudera Pasifik. Oleh karena itu, hampir seluruh wilayah
negara Indonesia termasuk wilayah rawan bencana alam termasuk gempa dan
tsunami (http://www.bmg.go.id diakses pada 28 Desember 2007).
Pantai Pangandaran merupakan wilayah pesisir selatan Kabupaten Ciamis,
Jawa Barat. Daerah pantai ini merupakan kawasan pariwisata yang biasa
dikunjungi oleh para wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Kawasan
tersebut luluh lantak akibat terjangan tsunami yang terjadi pada tanggal 17 Juli
2006 lalu. Tsunami ini diakibatkan oleh gempa tektonik yang terjadi pukul 15.19
WIB dengan pusat getaran pada 9,46 Lintang Selatan (LS) dan 107,19 Bujur
Timur (BT) pada kedalaman 33 kilometer. Gempa yang terjadi di bawah laut
terukur dengan kekuatan 6,8 Skala Richter (SR) sehingga gempa tersebut
menimbulkan tsunami yang menerjang kawasan Pantai Pangandaran
(Diposaptono dan Budiman, 2005).
Gelombang yang terjadi akibat pergeseran lempeng dasar laut atau tsunami
menyapu daratan, sehingga dapat merubah daratan pantai dan penutupan lahan
yang ada di pesisir daratan tersebut. Perubahan daratan pantai itu sendiri yaitu
akibat tumpukan sedimen yang terbawa oleh gelombang maupun sedimen
pantai yang terkikis dan terbawa oleh gelombang atau arus laut.
Kajian perubahan daratan pantai sendiri penting dilakukan sebagai acuan
dalam pembangunan wilayah pesisir dan pelabuhan, pariwisata serta kegiatan
penangkapan dan budidaya perikanan.
Salah satu cara yang digunakan untuk melihat perubahan daratan pantai di
Pantai Pangandaran adalah secara spasial dan temporal, yaitu dengan
membandingkan dua atau lebih citra satelit sebelum dan sesudah bencana
tsunami yang menimpa wilayah pesisir Pantai Pangandaran. Perbandingan
antara kedua kondisi tersebut dapat memberikan informasi tentang daratan
pantai dan tutupan lahan yang mengalami perubahan akibat tsunami yang
terjadi di pesisir wilayah Pantai Pangandaran.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan
daratan pantai dan penutupan lahan di wilayah pesisir Pantai Pangandaran akibat
terjangan tsunami pada 17 Juli 2006.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten Ciamis adalah salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Barat
yang memiliki luas wilayah 2.556,75 km. Kabupaten ini berbatasan langsung
dengan Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan di utara; Kabupaten
Cilacap (Jawa Tengah) dan Kota Banjar di timur; Samudra Hindia di selatan;
serta Kota Tasikmalaya dan Kabupaten Tasikmalaya di barat.
Kabupaten Ciamis terdiri atas 30 kecamatan, yang terbagi dalam sejumlah
desa dan kelurahan dengan pusat pemerintahan di Kecamatan Ciamis. Ibu kota
Kabupaten Ciamis berada di jalan negara jalur Bandung-Yogyakarta-Surabaya.
Kabupaten ini juga dilintasi jalur kereta api lintas selatan, dengan stasiun
terbesarnya di Kota Ciamis (http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Ciamis
diakses pada 19 Februari 2009).
Sebagian besar wilayah Kabupaten Ciamis berupa pegunungan dan
dataran tinggi, kecuali di perbatasan dengan Jawa Tengah bagian selatan, serta
sebagian wilayah pesisir. Pantai selatan Ciamis bagian timur berupa teluk,
diantaranya Teluk Pangandaran, Teluk Parigi, dan Teluk Pananjung. Pantai
Pangandaran merupakan salah satu tujuan wisata utama di Kabupaten Ciamis.
Pantai Pangandaran terletak sekitar 92 km di sebelah selatan Kabupaten
Ciamis. Pantai Pangandaran berada di Desa Pananjung. Pantai Pangandaran
merupakan objek wisata yang cukup ternama di kalangan wisatawan baik lokal
maupun manca negara. Pantai Pangandaran memiliki pantai berpasir putih yang
landai dengan air yang jernih (http://www.budpar.go.id/ diakses pada 28
Desember 2007).
Batas antara air dan daratan dikenal sebagai garis pantai, yang selalu
berubah-ubah, baik perubahan sementara akibat pasang surut, maupun perubahan
yang permanen dalam jangka waktu yang panjang akibat abrasi dan akresi pantai
atau keduanya.
Perubahan daratan pantai terjadi akibat dua peristiwa penting, yaitu akresi
(penambahan) dan abrasi (pengikisan). Akresi pantai adalah kondisi semakin
majunya pantai karena penambahan material dari hasil endapan sungai dan
pengangkatan (emerge) sedimen oleh arus dan gelombang laut, sedangkan abrasi
adalah kerusakan pantai yang mengakibatkan semakin mundurnya pantai akibat
kegiatan air laut. Perubahan yang terjadi pada wilayah pantai akan
mengakibatkan perubahan yang nyata pada kondisi lingkungan fisik dan
2.2.1.1 Gelombang
Gelombang adalah fenomena naik-turunnya permukaan laut. Gelombang
adalah faktor penting yang sangat menentukan dalam proses dinamika pantai, baik
berupa abrasi (erosi atau pengikisan pantai) maupun akresi (sedimentasi atau
penambahan pantai). Gelombang dapat menimbulkan arus dan transpor sedimen
dalam arah tegak lurus dan sepanjang pantai yang akhirnya akan mempengaruhi
bentuk pantai (Rahardjo, 2004).
Menurut Komar (1983), gelombang yang disebabkan oleh angin sangat
penting sebagai faktor perpindahan energi. Energi yang berasal dari angin
dipindahkan ke perairan pada saat melintasi permukaan laut dan terbawa ke
daerah pesisir (coastal zone). Energi ini adalah penyebab utama terjadinya erosi
atau dapat menghasilkan variasi arus dekat pantai (nearshore) dan membentuk
pola transportasi pasir di pantai. Energi gelombang yang dihasilkan tergantung
oleh faktor kecepatan angin, lamanya angin bertiup dan daerah dimana angin
terjadi. Semakin lama angin bertiup maka energi yang dipindahkan untuk
menghasilkan gelombang semakin besar. Pada areal yang lebih besar terdapat
lebih banyak energi gelombang potensial. Arah gelombang mendekati pantai
adalah salah satu aspek penting dalam proses pengendalian pantai. Hal ini
berhubungan dengan fungsi gelombang sebagai pengangkut sedimen. Jika
pasokan material tidak dapat mencapai pantai kembali maka akan terjadi erosi
yang serius. Pengaruh selanjutnya aksi gelombang terhadap pantai adalah
terjadinya penambahan pantai (akresi) dan pemindahan pasir ke pantai.
Gelombang yang datang ke arah pantai menyebabkan terjadinya transport massa
air yang mengangkut sedimen. Pada waktu gelombang sampai ke pantai maka air
akan naik ke darat dan pada waktu turun air akan menyebabkan erosi di pantai dan
akan dibawa ke laut. Sedimen yang dibawa ke laut tersebut akan bertemu dengan
sedimen yang dibawa oleh transpor massa air dan akan mengendap di daerah
pertemuan sehingga membentuk gundukan.
Gelombang datang ke pantai yang menimbulkan arus menyusur pantai
(longshore current) adalah penyebab utama dari penggerakan sedimen,
sedangkan arus-arus lainnya hanya efektif pada kondisi tertentu. Sebagai
contoh, di mulut teluk arus pasang menjadi kuat dan mungkin sekali berperan
penting dalam pengangkutan sedimen pantai. Angin yang menghasilkan arus
2.2.1.2 Angin
Angin merupakan penyebab terjadinya gelombang yang paling utama di
permukaan laut. Gelombang yang dibangkitkan oleh angin dipengaruhi tiga
faktor, yaitu kecepatan angin, lamanya angin bertiup dan luas daerah yang
terkena tiupan angin. Durasi bertiupnya angin merupakan salah satu faktor
penting, dimana semakin lama angin bertiup maka gelombang yang dihasilkan
semakin besar (Komar, 1983).
Angin yang berhembus di permukaan air laut yang semula tenang akan
menyebabkan gangguan pada permukaan air, sehingga timbulah gelombang
kecil, riak atau ripples, yang mempunyai gaya pengembali dominan berupa
tegangan permukaan. Dengan telah terbentuknya gelombang kecil tersebut,
maka interaksi antara angin dengan permukaan air laut menjadi lebih efektif.
Riak tersebut hanya bertahan sebentar, jika angin berhenti berhembus maka
hampir seketika itu riak hilang dari permukaan laut. Jika angin terus
berhembus, riak akan tumbuh menjadi gelombang yang lebih besar (Holtz
(1888), Jeffreys (1924), Sverdrup dan Munk (1947), dan Phillips (1957) dalam
Rahardjo, 2004).
2.2.1.3 Pasang Surut
Pasang surut laut adalah gelombang yang dibangkitkan oleh adanya interaksi
antara laut, matahari dan bulan. Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan
lembah gelombang disebut pasang rendah. Perbedaan vertikal antara pasang
tinggi dan pasang rendah disebut rentang pasang surut. Periode pasang surut
adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah
gelombang berikutnya. Panjang periode pasang surut bervariasi antara 12 jam
25 menit hingga 24 jam 50 menit (http//www.wikipedia.org/wiki/pasang_surut
diakses pada 19 Februari 2009).
Berdasarkan pola gerakan muka lautnya, pasang surut di Indonesia dapat dibagi
menjadi empat jenis yaitu pasang surut harian tunggal (diurnal tide), harian
ganda (semidiurnal tide) dan dua jenis campuran. Pada jenis harian tunggal
hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut setiap hari. Pada jenis harian
ganda, tiap hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya
masing-masing hampir sama. Di samping itu, dikenal pula campuran dari
keduanya, meskipun jenis tunggal atau gandanya masih menonjol. Pada
pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide, prevailing
diurnal), terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari, tetapi berbeda
dalam tinggi dan waktunya. Dan, yang terakhir adalah jenis campuran condong
ke harian tunggal (mixed tide, prevailing diurnal). Pada jenis ini tiap hari
terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi kadang-kadang pula untuk
sementara dengan dua kali pasang dan dua kali surut, yang sangat berbeda
dalam tinggi dan waktunya (Nontji, 1993).
Pada saat pasang, energi pasang akan mendorong massa air laut ke dalam
daerah pantai sehingga sedimen akan menyebar di daerah tersebut, sedangkan
pada saat surut aliran sungai akan lebih besar sehingga mampu mendorong massa
air laut keluar dan sebagai akibatnya sedimen akan terbawa bersama dan akan
menyebar sampai ke laut yang kemudian akan terdeposit di sekitar daerah
tersebut. Pada waktu pasang, arus yang mengalir kearah laut akan mengangkut
sedimen dari pantai dalam jumlah besar. Jika material ini tidak dibawa kembali
ke pantai oleh gelombang yang datang maka pantai akan mengalami pengikisan,
sedangkan pada saat surut, aliran sungai akan lebih besar sehingga mampu
mendorong sedimen (Ross, 1970).
Gambar 2. Potongan melintang profil pantai saat angin tenang (atas) dan angin
badai (bawah)
2.2.1.5 Tsunami
2.2.1.5.1 Pengertian tsunami
Kata "tsunami" merupakan istilah dari bahasa Jepang "tsunami",
mempunyai dua suku kata, "tsu", artinya "pelabuhan" (harbor), "nami" berarti
"gelombang". Tsunami menyatakan suatu gelombang laut akibat adanya
pergerakan atau pergeseran lempeng di dasar laut yang disebut dengan gempa
bawah laut. Gempa ini diikuti oleh perubahan permukaan laut yang
mengakibatkan timbulnya penjalaran gelombang air laut secara serentak ke
seluruh penjuru mata angin, sedangkan pengertian gempa adalah pergeseran
lapisan tanah di bawah permukaan bumi. Ketika terjadi pergeseran tersebut
timbul getaran yang disebut gelombang seismik dari pusat gempa menjalar ke
segala penjuru (http://www.bmg.go.id/diakses pada 28 Desember 2007).
Dalam literatur berbahasa inggris, tsunami kadang-kadang disebut pula
sebagai Tidal Wave dan sering diterjemahkan secara harfiah sebagai
gelombang pasang. Istilah ini sebenarnya tidak tepat karena sama sekali tidak
mempunyai hubungan dengan pasang-surut air laut yang umum, yang ditentukan
oleh gaya tarik benda-benda astronomis. Tsunami juga berbeda dengan
gelombang yang ditimbulkan oleh angin (wind wave) yang hanya menggerakkan
air laut bagian teratas. Gelombang tsunami menimbulkan gerak pada seluruh
kolom air dari permukaan hingga ke dasar (Nontji, 1993).
permukaan laut akan melakukan gerak osilasi naik turun untuk mencari
keseimbangan baru dan timbulah gelombang tsunami yang kemudian merambat
ke segala arah dengan energi yang sangat besar (Diposaptono dan Budiman,
2005).
Gelombang tsunami merambat ke segala arah dengan kecepatan yang
bergantung pada kedalaman laut. Makin dalam laut makin tinggi kecepatan
rambatnya. Pada kedalaman 5.000 m (kedalaman rata-rata di Samudera Pasifik)
kecepatan rambat tsunami mampu mencapai 230 m/detik. Periode tsunami, yakni
jangka waktu yang diperlukan untuk tibanya dua puncak gelombang yang
berturutan dapat terjadi dalam kurun waktu yang sangat lama. Jika sumbernya
jauh, periodenya dapat mencapai lebih dari satu jam. Panjang gelombang
tsunami, yaitu jarak dari satu puncak ke puncak lainnya dapat mencapai 200 km.
Tinggi gelombang tsunami di tengah samudera biasanya relatif kecil yaitu antara
0,25-0,5 m, namun apabila telah mendekati pantai yang semakin dangkal akan
mendapat tahanan yang semakin besar dari dasar laut dan sebagai konpensasi
energinya yang besar dikonversikan kearah permukaan sehingga menimbulkan
tinggi gelombang mencapai puluhan meter. Konfigurasi dasar laut sangat
menentukan besarnya bencana yang dapat ditimbulkan. Teluk dengan bentuk
menyerupai huruf V memberikan efek corong yang dapat menyebabkan
gelombang tsunami sangat besar (Nontji, 1993).
itu, didalam penelitian ini, teknik penginderaan jauh dari satelit digunakan
untuk memantau perubahan daratan pantai di Pantai Pangandaran, Kabupaten
Ciamis, Propinsi Jawa Barat akibat Tsunami pada 17 Juli 2006 yang lalu.
Salah satu data penginderaan jauh dari satelit yang dapat digunakan untuk
melihat perubahan garis pantai adalah data penginderaan jauh satelit Landsat 7
ETM+ (Purwadhi, 1990).
mencapai bumi dengan cara radiasi. Menurut Sutanto (1986), jumlah energi
matahari yang mencapai bumi di pengaruhi oleh waktu, lokasi dan kondisi
cuaca.
Matahari sebagai sumber energi memancarkan gelombang elektromagnetik ke
permukaan bumi. Gelombang ini akan di pengaruhi oleh lapisan atmosfir.
Sifat dari partikel-partikel yang terdapat di lapisan atmosfir akan menyerap dan
menghamburkan gelombang-gelombang tersebut pada panjang gelombang
tertentu.
Dalam mekanisme penginderaan, pantulan gelombang elektromagnetik yang
datang dari obyek diterima dan direkam oleh sensor. Sensor ini dipasang pada
ketinggian tertentu. Makin tinggi letak sensor, maka areal yang terliput akan
semakin luas tetapi data yang di peroleh kurang detail. Sebaliknya semakin
rendah letak sensor maka data yang dihasilkan menjadi lebih detail namun
cakupannya menjadi lebih sempit (Sutanto,1986).
menyediakan citra beresolusi tinggi berisi informasi permukaan bumi, baik dalam
wilayah spektrum sinar tampak maupun infra merah. Landsat 7 ETM+
diluncurkan pada tanggal 15 April 1999, berada pada ketinggian 705 km dengan
periode edar 99 menit dan orbit polar Sun-synchronous yang memotong garis
khatulistiwa ke arah selatan setiap pukul 10.00 waktu setempat dengan sudut
o
Panjang Gelombang
Resolusi
Keterangan
Spasial
1
0,45 0,52 m
30 m
0,52 0,60 m
30 m
0,63 0,69 m
30 m
0,76 0,90 m
30 m
1,55 1,75 m
30 m
10,40 12,50 m
60 m
2,08 2,35 m
30 m
0,5 0,9 m
15 m
Pankromatik
d. Kanal 4
Berfungsi membantu menidentifikasi tanaman, serta memperkuat kontras
antara lahan, vegetasi, dan air.
e. Kanal 5
Berfungsi sebagai pengindikasi jenis vegetasi, kandungan kelembaban
tanah.
f. Kanal 6
Berfungsi untuk penentuan formasi batuan, klasifikasi vegetasi, analisis
gangguan vegetasi, dan gejala yang berhubungan dengan thermal.
g. Kanal 7
Berfungsi untuk pemetaan hydrothermal, tipe batuan dan mineral.
Data keruangan dapat disajikan dalam dua model, yaitu model raster, dan
model vektor. Pada model raster, semua obyek disajikan dalam bentuk sel-sel
yang disebut pixel (picture elemen), sedangkan pada model vektor, obyek
disajikan sebagai titik atau segmen-segmen garis. Metode analisis yang sering
dilakukan pada beberapa macam peta, dikenal dengan metode tumpang susun
(overlay method). Dari fungsi-fungsi analisis yang dapat digunakan oleh SIG ini,
pengguna dapat memperoleh informasi yang diinginkan.
3. METODOLOGI
Parameter
Titik GCP
Substrat
Kemiringan
Pantai
Unit
-
Alat
GPS (Global Positioning
System)
Ekman Grab
- Meteran
- Water Pass
Metode
Mengukur titik-titik GCP
(Ground Control Point)
sebagai acuan untuk koreksi
citra yang diolah.
Mengambil sampel pada
beberapa titik tempat untuk
mengetahui tipe substrat di
perairan tersebut.
Mengukur kemiringan pantai
di beberapa titik tempat untuk
mengetahui derajat
kemiringan pantai di perairan
tersebut.
sensor tidak hanya berasal dari emisi atau pantulan dari obyek. Radiasi ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti elevasi sinar matahari, kondisi atmosfer
dan respon dari sensor seperti kegagalan fungsi detektor, stripping, dan drop out
baris. Untuk memperoleh informasi yang sebenarnya (pantulan/emisi dari objek)
maka fakor-faktor ini harus dikoreksi (Susilo dan Gaol, 2008).
Koreksi geometrik bertujuan untuk membetulkan (rektifikasi) atau
memulihkan (restorasi) citra agar koordinat citra sesuai dengan koordinat bumi.
Koreksi geometrik data citra Landsat 7 ETM+ meliputi penyiapan data,
pengambilan titik kontrol bumi (Ground Control Point) antara citra Landsat 7
ETM+ dengan peta. Penentuan titik kontrol dilakukan dengan sistem UTM
(Universal Transverse Mercator) karena daerah penelitian relatif kecil. Citra
hasil koreksi geometrik ini dijadikan referensi untuk melakukan registrasi citra
Landsat 7 ETM+ lainnya. Prosedur registrasi citra sama dengan koreksi
geometrik, hanya dalam pengambilan titik kontrol dilakukan antar citra.
Registrasi ini bertujuan untuk mendapatkan kesesuaian baris dan kolom antara
satu citra dengan citra lainnya, sehingga citra dapat dioverlay dengan tepat.
Untuk membatasi citra sesuai dengan lokasi yang diteliti, maka diperlukan
pemotongan citra (cropping). Pemotongan citra dilakukan pada koordinat yang
sesuai dengan wilayah kajian penelitian yaitu pada koordinat 7400.0 LS 1083730.0 BT dan 7450.0 LS - 108410.0 BT. Hasil pemotongan citra
mencakup Desa Pangandaran, Desa Pananjung, sebagian Desa Wonoharjo dan
sebagian Desa Babakan.
Pada tujuh kanal yang tersedia pada data citra Landsat 7 ETM+, setelah
pemotongan citra hanya digunakan lima kanal, yaitu kanal 1, 2, 3, 4 dan 5 dalam
Gambar 8. Peta Citra Landsat tahun 2001 dengan komposit RGB 542
Gambar 9. Peta Citra Landsat tahun 2005 dengan komposit RGB 542
Gambar 10. Peta Citra Landsat tahun 2006 dengan komposit RGB 542
Citra Landsat TM yang direkam pada tahun 2006 berkualitas kurang baik.
Hal tersebut ditunjukkan ketika citra dikomposit pada RGB 542 terlihat berwarna
lebih kemerahan dibandingkan citra yang direkam pada tahun 2001 dan 2005 dan
terdapat stripping pada citra sehingga mengakibatkan kesulitan ketika mengolah
citra tersebut. Citra-citra yang dihasilkan oleh Satelit Landsat setelah tahun 2003
memang banyak yang berkualitas kurang baik karena pada tahun tersebut terjadi
badai matahari (Solar Storm) yang berdampak buruk pada hasil pencitraan satelitsatelit cuaca maupun satelit-satelit telekomunikasi pada tahun-tahun sesudahnya
(www.nasa.gov diakses pada 20 Januari 2008).
Kesulitan dalam mengolah data citra Landsat tahun 2006 terutama dalam
proses pengklasifikasian citra karena wilayah yang seharusnya merupakan
biru
Perairan, warna perairan yang tampak pada citra bervariasi dari hitam,
Lahan kering, areal lahan kering pada citra ditunjukkan dengan warna
merah muda terang dan ungu kemerahan.
Gambar 11. Peta Klasifikasi Darat Laut Pantai Pangandaran Tahun 2001
Gambar 12. Peta Klasifikasi Darat Laut Pantai Pangandaran Tahun 2005
Gambar 13. Peta Klasifikasi Darat Laut Pantai Pangandaran Tahun 2006
2001
2005
Darat
2052,128
2072,601
2006
(Pasca Tsunami)
2069,107
Laut
3915,953
3895,480
3898,974
Total
5968,081
5968,081
5968,081
Luas darat pada tahun 2001 adalah sebesar 2052,128 Ha atau sebesar
34,39% dari total luas wilayah penelitian sebesar 5968,081 Ha dengan luas laut
sebesar 3915,953 Ha.
Pada tahun 2005, luas darat mengalami penambahan sebesar 20,473 Ha
menjadi 2072,601 Ha dari 2052,128 Ha pada tahun 2001. Luas laut pada tahun
2005 pada wilayah penelitian adalah sebesar 3895,480 Ha. Penambahan luas
darat di tahun 2005 mengindikasikan terjadinya akresi di beberapa titik pada
wilayah penelitian yang diakibatkan oleh beberapa faktor seperti faktor alam atau
faktor manusia yang akan dijelaskan pada subbab berikutnya.
Tahun 2006 terjadi pengurangan luas darat sebesar 3,494 Ha dari luas darat
pada tahun 2005 yaitu 2072,601 Ha menjadi 2069,107 Ha di tahun 2005 dengan
luas laut 3898, 974 Ha. Pengurangan luas darat kemungkinan besar akibat dari
bencana alam tsunami yang terjadi kurang lebih tiga bulan sebelum citra ini
diambil yaitu pada tanggal 17 Juli 2006.
Berdasarkan Gambar 14, secara umum terlihat bahwa peristiwa akresi lebih
dominan terjadi di wilayah Pantai Pangandaran bila dibandingkan dengan abrasi.
Daerah yang mengalami akresi meliputi Pantai Barat Pangandaran (Desa
Penanjung sebelah selatan), Pantai Timur sebelah utara (Desa Pangandaran
sebelah timur), Pantai Pasir Putih (Tg. Batu Mandi), Tg. Cimanggu, Tg.
Kalapaendep, dan muara Sungai Cikidang. Sedangkan wilayah yang mengalami
abrasi adalah Pantai Timur sebelah selatan (Dekat Cagar Alam), sebagian kecil
Pantai Barat, sebagian muara Sungai Cikidang, dan beberapa bagian dari pantai di
sekitar Cagar Alam. Daerah yang mengalami perubahan luasan dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4. Perubahan Luas Darat Laut Tahun 2001-2005
Kelas
Luasan (Ha)
Persentase (%)
Laut Laut
3879,575
65,00
Darat Darat
2037,597
34,14
Laut Darat
36,403
0,006
Darat Laut
14,505
0,0024
Total
5968,081
100,00
Berdasarkan hasil overlay tahun 2001 dan 2005, luas laut yang tidak
mengalami perubahan mencapai 65% dari total luas wilayah penelitian. Luas
darat yang tidak mengalami perubahan sebesar 2037,597 Ha atau 34,14% dari
total luas wilayah penelitian. Daerah yang mengalami akresi atau perubahan laut
menjadi darat mencapai 36,403 Ha dan daerah yang mengalami abrasi atau
perubahan darat menjadi laut sebesar 14,505 Ha.
Pembagian daerah penelitian menjadi 13 sel menunjukkan peristiwa akresi
dan abrasi secara lebih spesifik. Secara umum peristiwa akresi di wilayah
penelitian mengakibatkan majunya daratan pantai sedangkan peristiwa abrasi
menunjukkan kemunduran daratan pantai.
Peristiwa akresi dan abrasi di Pantai Pangandaran secara keseluruhan dalam
kurun waktu 4 tahun (2001-2005) mengakibatkan daratan pantai maju rata-rata
sebesar 23,03 m, sedangkan pengurangan garis pantai mundur rata-rata sekitar 1,4
m
Sel 13 yang menunjukkan letak Muara Sungai Cikidang memiliki garis
pantai maju rata-rata tertinggi yaitu 56,32 m. Daerah yang merupakan muara dari
sungai yang cukup besar ini menjadi perangkap sedimen yang dibawa oleh aliran
sungai.
Sel 7 dan sel 8 merupakan wilayah yang mengalami abrasi rata-rata sebesar
1,7 dan 1,1 meter. Sel-sel tersebut menunjukkan letak Cagar Alam dan sebagian
kecil Pantai Barat dan Pantai Timur Pangandaran. Wilayah Cagar Alam menjorok
ke laut berhadapan langsung dengan Samudera Hindia melindungi daerah tanah
genting yang menghubungkan Pantai Barat dengan Pantai Timur. Gelombang
dari samudera yang besar mempengaruhi abrasi di wilayah tersebut.
Gambar 15 adalah histogram yang menunjukkan penambahan atau
pengurangan rata-rata daratan pantai tiap sel.
Gambar 15. Grafik perubahan daratan pantai dalam kurun waktu 4 tahun
(2001-2005) menurut pembagian wilayah per sel
7
8
1,7 1,
9
5,
6
1
1
1
1
0 27,3
1
2
3
9,1
24,2
56,3
5
7
4
2
Luasan (Ha)
Persentase (%)
Laut Laut
3894,680
65,02
Darat Darat
2038,136
34,15
Laut Darat
28,562
0,48
Darat Laut
20,702
0,34
Total
5968,081
100
Pada hasil overlay citra tahun 2005 dan 2006, terlihat bahwa peristiwa
abrasi di Pantai Pangandaran terjadi cukup besar di beberapa titik pada wilayah
penelitian. Daerah yang mengalami abrasi paling besar adalah di Pantai Barat
Pangandaran dengan adanya garis pantai mundur 14,8 meter. Jika dilihat dari
hasil penelitian lapangan di wilayah tersebut, Pantai Barat Pangandaran memang
wilayah yang paling parah terkena tsunami. Hal tersebut dikarenakan topografi
pantai dan batimetri perairan Pantai Barat Pangandaran mendukung untuk
terjadinya gelombang tsunami yang besar di daerah tersebut. Namun demikian,
luas daerah yang mengalami perubahan laut menjadi darat (akresi) sedikit lebih
besar dibandingkan dengan wilayah yang mengalami perubahan darat menjadi
laut (abrasi) yaitu sekitar 8 Ha. Hal tersebut diakibatkan oleh pengendapan
sedimen yang terbawa oleh tsunami di beberapa tempat.
Pada pembagian wilayah penelitian yang dibagi menjadi 13 sel, 6 sel yang
sebagian besar menunjukkan lokasi Pantai Barat Pangandaran mengalami daratan
pantai mundur rata-rata sebesar 7,2 m, sedangkan 7 sel lainnya yang sebagian
besar menunjukkan lokasi Pantai Timur dan Muara Sungai Cikidang mengalami
daratan pantai maju rata-rata sebesar 4,5 m. Gambar 17 dan Tabel 7 adalah grafik
dan tabel yang menunjukkan panjang rata-rata perubahan daratan pantai pada
Panjang (m)
2 3
9 10 11 12 13
Daratan Pantai
-15
-20
Sel
Gambar 17. Grafik Perubahan Garis Pantai Dalam Kurun Waktu 1 Tahun
(2005-2006) Menurut Pembagian Wilayah Per Sel
Tabel 7 . Rata-rata Perubahan Garis Pantai Selama 1 Tahun (2005-2006)
dari Setiap Sel (m).
Se
1
2
3
4
5
l
Total 5.3 -6.6 5.8 5.1
14.
6
7
8
9
0.9 9.3 0.
6,3 3
1
1
1
1
0
1
2
3
6.9 8.7 -4.6 4.
1
kurang sesuai dengan kenyataan di lapang. Selain itu, pada citra tahun 2006,
terdapat kerusakan citra yang berdampak pada proses klasifikasi secara
terbimbing. Oleh karena itu, pengklasifikasian secara manual diperlukan untuk
keakuratan hasil pengolahan citra.
Pada penelitian ini, vegetasi dan persawahan diklasifikasi secara terpisah.
Mengingat luas daerah penelitian yang relatif kecil, maka dapat dibedakan
wilayah yang tertutupi persawahan ataupun vegetasi pada umumnya. Kelas lahan
basah pada penelitian ini juga dapat mewakili perkebunan, tegalan/ladang maupun
rawa-rawa.
Gambar 18. Peta klasifikasi penutupan lahan Pantai Pangandaran tahun 2001
Vegetasi pada penelitian ini diidentifikasikan sebagai tanaman-tanaman serta
pohon-pohon pada umumnya yang bukan merupakan tanaman perkebunan
ataupun persawahan. Luas vegetasi pada penelitian ini adalah sebesar 747,474 Ha
yang terpusat di daerah timur penelitian dan pada daerah Cagar Alam Pananjung
yang merupakan hutan lindung. Wilayah lahan basah pada penelitian ini dapat
diidentifikasikan sebagai lahan perkebunan ataupun rawa-rawa. Luas wilayah
lahan basah pada penelitian ini adalah 691,721 Ha. Luas daerah peneltian yang
ditutupi persawahan meliputi 5,82% dari total keseluruhan wilayah penelitian
yaitu sebesar 347, 823 Ha. Luas wilayah lahan kering adalah sebesar 47,247 Ha
atau sebesar 0,79% dari total wilayah penelitian. Lahan kering ini meliputi lahan
kosong dan lahan berpasir. Luas perairan merupakan luasan paling dominan
dalam wilayah penelitian ini. Luas perairan mencakup lebih dari separuh luas
wilayah peneltian atau sebsar 65,42%. Total luas perairan adalah 3904,869 Ha.
Luasan kelas penutupan lahan citra tahun 2001 terlihat dalam Tabel 8
sedangkan presentase zonasi penutupan lahan pantai dideskripsikan dengan
diagram pada Gambar 19.
Tabel 8. Luas Penutupan Lahan Tahun 2001
Kelas
Luas (Ha)
Persentase (%)
Perairan
3904,869
65,42
Pemukiman
228,945
3,83
Vegetasi
747,474
12.52
Persawahan
347,823
5,82
Lahan Basah
691,721
11,58
Lahan Kering
47,247
0,79
5968,081
100
Total
6%
12%
1%
13%
4%
Perairan
Persawahan
64%
Pemukiman
Lahan Basah
Vegetasi
Lahan Kering
Gambar 19. Persentase Zonasi Penutupan Lahan Citra Landsat Tahun 2001
Gambar 20. Peta klasifikasi penutupan lahan Pantai Pangandaran tahun 2005
Luas (Ha)
Persentase (%)
Perairan
3936,016
65,31
Pemukiman
231,241
4,15
Vegetasi
829,489
14,71
Persawahan
227,099
5,07
Lahan Basah
718,428
10,38
Lahan Kering
25,808
0,36
5968,081
100
Total
5%
10%
0%
15%
66%
4%
Perairan
Persawahan
Pemukiman
Lahan Basah
Vegetasi
Lahan Kering
Gambar 21. Persentase Zonasi Penutupan Lahan Citra Landsat Tahun 2005
Stripping citra terjadi di wilayah perairan. Namun demikian, citra tersebut cukup
informatif dalam hasil pengklasifikasian penutupan lahan. Gambar 22
menunjukkan citra hasil klasifikasi penutupan lahan citra Landsat 7 ETM+
tanggal 10 Oktober 2006.
Gambar 22. Peta klasifikasi penutupan lahan Pantai Pangandaran tahun 2006
Dibandingkan dengan tahun 2005, luas daerah pemukiman pada tahun 2006
bertambah 65,963 Ha dari sekitar 231,241 Ha pada tahun 2005 menjadi 297,204
Ha pada tahun 2006. Sama halnya dengan citra-citra tahun 2001 dan 2005,
wilayah vegetasi terpusat di daerah Cagar Alam Pananjung dan di bagian utara
wilayah penelitian. Luasan vegetasi ini berkurang cukup signifikan yaitu sekitar
107,117 Ha akibat bukaan lahan untuk daerah pemukiman, perkebunan dan
persawahan. Seiring dengan berkurangnya luasan vegetasi, luasan lahan basah
justru bertambah 4,286 Ha menjadi 723,014 Ha pada tahun 2006. Luas wilayah
lahan kering pada tahun 2006 adalah 24,208 Ha yang tersebar di beberapa tempat
terutama di sekitar muara Sungai Cikidang. Luas daerah persawahan bertambah
20,576 Ha pada tahun 2006. Luas penutupan lahan tahun 2006 dapat dilihat pada
Tabel 10 dengan persentase penutupan lahan dideskripsikan dengan diagram pada
Gambar 23.
Tabel 10. Luas Penutupan Lahan Tahun 2006
Kelas
Luas (Ha)
Persentase (%)
Perairan
3953,608
66,24
Pemukiman
297,204
4,97
Vegetasi
722,372
12,10
Persawahan
247,675
4,14
Lahan Basah
723,014
12,11
Lahan Kering
24,208
0.4
5968,081
100
Total
4%
12%
0%
12%
5%
Perairan
Persawahan
67%
Pemukiman
Lahan Basah
Vegetasi
Lahan Kering
Gambar 23. Persentase Zonasi Penutupan Lahan Citra Landsat Tahun 2006
4.1.2.2 Overlay citra penutupan lahan tahun 2001-2005
Kedua citra hasil klasifikasi penutupan lahan tahun 2001 dan tahun 2005 dioverlay untuk melihat perubahan yang terjadi. Gambar 24 menunjukkan citra
hasil overlay tersebut citra baru terdiri dari 36 klasifikasi hasil kali matriks 6 kelas
penutupan lahan tahun 2001 dan 6 kelas penutupan lahan 2005. Perbandingan
luasan kelas penutupan lahan tahun 2001 dan tahun 2005 dapat dilihat pada tabel
11.
Tabel 11. Perubahan luasan masing-masing kelas penutupan lahan
periode tahun 2001-2005
Kelas
Tahun 2001
(Ha)
Tahun 2005
(Ha)
Perubahan
(%)
3936,016
Luas
perubahan
(Ha)
31,147
Perairan
3904,869
Pemukiman
228,945
231,241
2.296
0,5
Vegetasi
747,474
829,489
82,015
Persawahan
347,823
227,099
-120,724
-20,99
Lahan Basah
691,721
718,428
26,705
1,89
Lahan Kering
47,247
25,808
-21,439
-29,34
0,4
Berdasarkan tabel 11, perubahan luasan lahan kering dari tahun 2001 sampai
tahun 2005 merupakan yang terbesar. Dengan perubahan yang mencapai 29,34%,
lahan kering pada tahun 2005 mengalami perubahan fungsi menjadi pemukiman,
terutama daerah yang terletak di pesisir Pantai Barat Pangandaran. Tabel 12
menunjukkan luas konversi penutupan lahan hasil overlay citra tahun 2001 dan
2005 di Pantai Pangandaran.
Pangandaran
No
2001
2005
Perairan
Luas Perubahan
(Ha)
3877,953
Persentase
(%)
64,97
Perairan
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
Perairan
Perairan
Perairan
Perairan
Perairan
Vegetasi
Vegetasi
Vegetasi
Vegetasi
Vegetasi
Vegetasi
Pemukiman
Pemukiman
Pemukiman
Pemukiman
Pemukiman
Pemukiman
Persawahan
Persawahan
Persawahan
Persawahan
Persawahan
Persawahan
Lahan Basah
Lahan Basah
Lahan Basah
Lahan Basah
Lahan Basah
Lahan Basah
Lahan Kering
Lahan Kering
Lahan Kering
Lahan Kering
Lahan Kering
Lahan Kering
Vegetasi
Pemukiman
Persawahan
Lahan Basah
Lahan Kering
Perairan
Vegetasi
Pemukiman
Persawahan
Lahan Basah
Lahan Kering
Perairan
Vegetasi
Pemukiman
Persawahan
Lahan Basah
Lahan Kering
Perairan
Vegetasi
Pemukiman
Persawahan
Lahan Basah
Lahan Kering
Perairan
Vegetasi
Pemukiman
Persawahan
Lahan Basah
Lahan Kering
Perairan
Vegetasi
Pemukiman
Persawahan
Lahan Basah
Lahan Kering
Total
2,765
13,633
0,326
3,864
5,204
23,669
578,874
14,215
7,100
120,299
3,199
0,724
7,743
123,263
0,644
89,951
6,607
0,000
144,543
7,865
116,642
77,890
0,000
11,761
92,483
60,341
102,020
421,304
3,222
19,399
3,094
11,789
0,197
5,045
7,735
5968,081
0,046
0,23
0,0054
0,065
0,087
0,39
9,69
0,24
0,12
2,02
0,053
0,012
0,13
2,07
0,01
1,51
0,11
0,00
2,43
0,13
1,95
1,31
0,00
0,19
1,55
1,01
1,71
7,06
0,054
0,33
0,052
0,197
0,003
0,084
0,13
100
Gambar 24. Peta overlay penutupan lahan Pantai Pangandaran tahun 2001 dan tahun 2005
Perubahan
(%)
3953,608
Luas
perubahan
(Ha)
17,592
231,241
297,204
65,963
12,48
Vegetasi
829,489
722,372
-107,117
-6,9
Persawahan
227,099
247,675
20,576
4,3
Lahan Basah
718,428
723,014
4,586
0,3
Lahan Kering
25,808
24,208
-1,6
-3,19
Tahun 2005
(Ha)
Tahun 2006
(Ha)
Perairan
3936,016
Pemukiman
0,2
2005
2006
Perairan
Luas Perubahan
(Ha)
3893,709
Persentase
(%)
65.242
Perairan
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
Perairan
Perairan
Perairan
Perairan
Perairan
Vegetasi
Vegetasi
Vegetasi
Vegetasi
Vegetasi
Vegetasi
Pemukiman
Pemukiman
Pemukiman
Pemukiman
Pemukiman
Pemukiman
Persawahan
Persawahan
Persawahan
Persawahan
Persawahan
Persawahan
Lahan Basah
Lahan Basah
Lahan Basah
Lahan Basah
Lahan Basah
Lahan Basah
Lahan Kering
Lahan Kering
Lahan Kering
Lahan Kering
Lahan Kering
Lahan Kering
Vegetasi
Pemukiman
Persawahan
Lahan Basah
Lahan Kering
Perairan
Vegetasi
Pemukiman
Persawahan
Lahan Basah
Lahan Kering
Perairan
Vegetasi
Pemukiman
Persawahan
Lahan Basah
Lahan Kering
Perairan
Vegetasi
Pemukiman
Persawahan
Lahan Basah
Lahan Kering
Perairan
Vegetasi
Pemukiman
Persawahan
Lahan Basah
Lahan Kering
Perairan
Vegetasi
Pemukiman
Persawahan
Lahan Basah
Lahan Kering
Total
21,395
7,894
0,000
3,343
2,543
13,260
642,048
9,422
7,027
166,003
5,122
15,559
9,117
135,702
2,984
67,238
0,367
0,365
0,680
6,344
153,505
62,036
0,016
7,774
61,297
129,369
83,234
428,470
4,378
3,680
1,355
7,547
0,000
2,481
10,748
5869,081
0.358
0.132
0.000
0.056
0.043
0.222
10.758
0.158
0.118
2.782
0.086
0.261
0.153
2.274
0.050
1.127
0.006
0.006
0.011
0.106
2.572
1.039
0.0003
0.1303
1.027
2.168
1.395
7.179
0.073
0.062
0.023
0.126
0.000
0.042
0.180
100
Gambar 25. Peta overlay penutupan lahan Pantai Pangandaran tahun 2005 dan tahun 2006
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
-
r A
J
M J
Me
OktNove
uAgu
Dese
p
Septe
e u
stus
a t
obe
Bulan
mber
l mber
mber
n
r
i
r
i
i
i
l
Kecepatan angin
rata-rata bulanan di daerah penelitian
JanFebr
uaruari
i
Gambar 29.
peristiwa ini terjadi secara terus menerus dalam waktu yang lama, maka bentuk
pantai akan mengalami perubahan akibat dari penumpukan sedimen dan material
lainnya di pantai. Data mengenai pasang surut maksimum dan minimum serta
pengaruhnya terhadap perubahan daratan pantai dalam kurun waktu 5 tahun dapat
dilihat pada Gambar 31 dan 32.
Grafik Pasang Surut Max 2001-2006
Tinggi (m)
1.6
2001
1.5
2002
1.4
2003
1.3
2004
1.2
2005
2006
1.1
1
1
10 11 12
Bulan
0.3
Tahun 2001
0.25
Tahun 2002
0.2
Tahun 2003
0.15
Tahun 2004
0.1
Tahun 2005
0.05
0
Tahun 2006
1
10
11
12
Bulan
Debit (Liter/detik)
25
20
15
Debit air
10
5
0
1
9 10 11 12
Bulan
Gambar 33. Grafik Rata-rata Debit Air Sungai Cikidang Tiap Bulan
Tabel 15. Besar Rata-rata Debit Air Sungai Cikidang Tiap Bulan
Jan
Feb
Mar
Apr Mei
Jun Jul
Rat
a12.9
31
daerah-daerah khusus konservasi alam seperti Cagar Alam Penanjung. Hal itu
sangat penting untuk menjaga kelestarian ekologis wilayah Pantai Pangandaran.
Menurut informasi dari BMG pusat gempa bumi terletak pada koordinat 9, 46 LS
0
dan 107,19 BT, kedalaman 33 km di bawah dasar laut, dan magnitudo gempa 6,8
SR.
Gambar 34. Episenter gempa utama menurut BMG, USGS, dan GEOFON
(Pribadi, Sugeng et al., 2006 dalam BMG, 2006)
Gambar 35. Peta run-up tsunami untuk wilayah Pangandaran hasil survey
BMG tanggal 18-22 Juli 2006 (Sumber: Pribadi, Sugeng et.al dalam BMG, 2006)
daerah yang menghubungkan Pantai Barat dan Pantai Timur sejauh 300 meter
tersebut terjadi titik temu dua arus tsunami tepatnya pada koordinat 7:42:17S
108:39:48 BT (Pribadi, Sugeng et al, 2006 dalam BMG, 2006). Run-up tsunami
di daerah tersebut mencapai 4 meter dan daerah tersebut terendam cukup lama
oleh air laut akibat dari pertemuan dua arus tsunami sehingga mengakibatkan
terjadinya pengendapan sedimen atau meterial lainnya yang dibawa oleh arus
tsunami. Pada sel tersebut rata-rata penambahan daratan pantai maju sebesar 9,29
meter.
Pantai Timur Pangandaran yang diwakili oleh sel 8 dan 9 juga mengalami
abrasi akibat tsunami. Bila dibandingkan dengan kerusakan material maupun
abrasi yang terjadi di Pantai Barat Pangandaran, Pantai Timur tidak terlalu parah
dengan run-up rata-rata 3,4 meter dan inundasi mencapai 50 meter dari MSL
(Mean Sea Level). Hal tersebut dikarenakan posisi pantai yang terlindung oleh
Cagar Alam dan Taman Laut sehingga gelombang yang datang tidak sebesar yang
terjadi di Pantai Barat pangandaran. Pada sel 8 dan 9 garis pantai mundur ratarata 6,34 dan 0,36 meter. Gambar 36 menggambarkan inundasi air laut yang
masuk kedaratan dihitung dari Mean Sea Level.
5.1 Kesimpulan
Citra Landsat 7 ETM+ Pasca tsunami menunjukkan terjadinya perubahan
daratan maju ataupun mundur di beberapa tempat pada wilayah penelitian bila
dibandingkan dengan citra Landsat 7 ETM+ Pra tsunami.
Pada citra pra tsunami, daratan pantai yang mengalami akresi tersebar di
berbagai tempat dengan daratan maju rata-rata sebesar 23,03 m terutama di daerah
muara Sungai Cikidang dan sebagian Pantai Barat, sedangkan daratan yang
mengalami abrasi adalah daerah sekitar Pantai Timur, sebagian kecil pantai barat
dan beberapa pantai di sekitar Cagar Alam dengan daratan pantai mundur rata-rata
1,4 m.
Dalam kurun waktu 1 tahun antara tahun 2005 dan 2006 peristiwa abrasi
terjadi di beberapa tempat dengan daratan mundur rata-rata 7,2 m. Pada bencana
alam tsunami tahun 2006, Pantai Barat Pangandaran mengalami Run-Up Tsunami
maksimum setinggi 7 meter sehingga pada citra terlihat garis pantai mundur yang
terjadi di wilayah tersebut rata-rata 14 meter. Sedangkan di Pantai Timur Pantai
Pangandaran sebelah utara Cagar Alam Penanjung terjadi peristiwa akresi akibat
penggenangan air laut ketika terjadi tsunami pada tahun 2006 dengan daratan
pantai maju rata-rata 4,5 m. Penggenangan sementara tersebut meninggalkan
material-material pasir sehingga mengakibatkan akresi di beberapa bagian
wilayah tersebut.
Perubahan penutupan lahan di pesisir Pantai Pangandaran sangat
dipengaruhi oleh kegiatan manusia. Pembangunan terjadi seiring dengat
5.2 Saran
Perlu adanya penelitian dengan menggunakan citra beresolusi lebih tinggi
seperti citra Ikonos atau Quickbird untuk memberikan informasi dan data yang
lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Aronoff, S. 1989. Geographic Information System: A management perspective.
WDL Publications. Ottawa. Canada.
Bakosurtanal. 1999. Peta Rupa Bumi. Bakosurtanal : Cibinong
Bird, E.C.F. 1985. Coastline changes, a global review. A Wiley Interscience
Publication Page Bos Ltd. Norwich. In Nontji, A. 1993. Laut Nusantara.
Penerbit Djambatan. Jakarta.
Bird, E.C.F. dan O.S.R Ongkosongo. 1980. Environmental Changes on The Coast
of Indonesia. The United of University. Japan.
Black, J.A. 1986. Ocean and Coasts an Introduction to Oceanography. Wm, C,
Brown Publisher. Iowa.
Diposaptono, S. dan Budiman. 2005. Tsunami. Penerbit Buku Ilmiah Populer.
Jakarta. 222 h.
Kawata, Y. 2000. Tsunami generation mechanism. Disaster Prevention Research
Institute Kyoto University. Jepang.
Komar, P.D. 1983. CRC Handbook of Coastal Processes and Erosion. CRC Press.
Inc Boca Raton : Florida
Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN). 2000. Proyek Rancang
Bangun dan Rekayasa Teknologi Penginderaan Jauh. Studi kebijakan
Kelautan/Kedirgantaraan Kajian Satelit Masa Depan Landsat 7. Bidang
Pengolahan Data Pusat Teknologi Penginderaan jauh. Jakarta.
Lillesand, T.M, dan Kiefer F.W. 1979. Remote Sensing and Image Interpretation.
John Willey & Sons Inc. Minnesota. 725 h.
Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta
Pribadi, S., Fakhrizal., Gunawan, I., Tsuji, Y. 2006. Laporan Gempa Bumi dan
Tsunami Selatan Jawa Barat 17 Juli 2006.
http://www.bmg.go.id/ diakses tanggal 28 Desember 2007
Prahasta, E. 2002. Konsep-konsep dasar sistem informasi geografis. Penerbit
informatika. Bandung. 334 h.
Purwadhi, S.H. 1990. Penginderaan jauh dan aplikasinya. Diktat kuliah
penginderaan jauh di Jurusan Geografi-MIPA Universitas Indonesia
(tidak dipublikasikan). Depok.
LAMPIRAN
1
1.1
0.9
0.7
0.6
0.6
0.7
0.8
1
1.1
1.2
1.3
1.3
1.4
1.3
1.3
1.2
1.1
1
0.8
0.7
0.7
0.7
0.9
1.1
1.3
1.5
1.6
1.6
1.5
1.4
2
1.3
1.1
0.9
0.7
0.6
0.6
0.6
0.8
0.9
1
1.1
1.2
1.3
1.3
1.4
1.3
1.3
1.1
1
0.8
0.7
0.6
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.6
1.5
3
1.5
1.3
1.2
1
0.8
0.7
0.6
0.6
0.7
0.8
1
1.1
1.2
1.3
1.4
1.4
1.4
1.3
1.2
1
0.8
0.6
0.6
0.6
0.7
0.9
1.2
1.4
1.6
1.6
4
1.5
1.5
1.4
1.3
1.1
0.9
0.7
0.7
0.7
0.7
0.8
0.9
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.5
1.4
1.3
1.1
0.8
0.6
0.5
0.6
0.7
0.9
1.2
1.4
1.6
5
1.5
1.6
1.6
1.6
1.4
1.2
1
0.9
0.8
0.7
0.8
0.8
0.9
1.1
1.2
1.4
1.5
1.6
1.6
1.6
1.4
1.2
0.9
0.7
0.6
0.6
0.7
0.9
1.2
1.5
6
1.4
1.6
1.7
1.8
1.7
1.6
1.4
1.2
1
0.9
0.8
0.8
0.9
1
1.1
1.3
1.5
1.7
1.8
1.8
1.7
1.5
1.3
1
0.7
0.6
0.6
0.8
1
1.3
7
1.2
1.5
1.7
1.9
1.9
1.9
1.7
1.5
1.3
1.2
1
0.9
0.9
0.9
1
1.2
1.4
1.6
1.8
1.9
1.9
1.9
1.6
1.4
1.1
0.8
0.7
0.7
0.8
1.1
8
1
1.3
1.6
1.8
2
2
2
1.8
1.7
1.5
1.3
1.1
1
1
1
1.1
1.2
1.4
1.7
1.9
2
2.1
2
1.7
1.4
1.1
0.9
0.7
0.7
0.9
9
0.9
1.1
1.3
1.6
1.8
2
2.1
2
1.9
1.7
1.5
1.3
1.2
1.1
1
1
1.1
1.2
1.4
1.7
1.9
2.1
2.1
2
1.8
1.5
1.2
0.9
0.8
0.8
10
0.8
0.8
1
1.3
1.5
1.8
2
2
2
1.9
1.7
1.5
1.4
1.2
1
0.9
0.9
1
1.2
1.4
1.7
1.9
2.1
2.1
2
1.8
1.5
1.1
0.9
0.7
11
0.8
0.7
0.7
0.9
1.2
1.4
1.7
1.9
1.9
1.9
1.8
1.7
1.5
1.3
1.1
0.9
0.8
0.8
0.9
1
1.3
1.6
1.9
2
2.1
1.9
1.7
1.4
1.1
0.8
12
0.9
0.7
0.6
0.6
0.8
1
1.3
1.5
1.7
1.8
1.8
1.7
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.7
0.6
0.7
0.9
1.2
1.5
1.7
1.9
1.9
1.8
1.6
1.3
0.9
13
1.1
0.7
0.5
0.4
0.4
0.6
0.8
1.1
1.3
1.5
1.6
1.6
1.5
1.4
1.3
1.1
0.8
0.6
0.5
0.5
0.5
0.7
1
1.3
1.6
1.7
1.8
1.7
1.4
1.1
14
1.2
0.9
0.6
0.4
0.3
0.3
0.5
0.7
0.9
1.1
1.3
1.4
1.4
1.4
1.3
1.1
0.9
0.7
0.5
0.4
0.3
0.4
0.6
0.8
1.1
1.4
1.6
1.6
1.5
1.3
15
1.3
1.1
0.8
0.5
0.3
0.2
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.1
1.2
1.3
1.3
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0.2
0.2
0.4
0.7
1
1.3
1.4
1.5
1.3
16
1.4
1.3
1
0.7
0.5
0.3
0.2
0.2
0.3
0.5
0.7
0.9
1
1.1
1.2
1.2
1.1
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0.1
0.2
0.4
0.6
0.9
1.2
1.3
1.4
17
1.4
1.4
1.3
1
0.7
0.5
0.3
0.2
0.2
0.3
0.5
0.7
0.8
1
1.1
1.2
1.2
1.1
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0.1
0.2
0.3
0.6
0.9
1.1
1.3
18
1.3
1.4
1.4
1.3
1.1
0.8
0.6
0.4
0.3
0.3
0.4
0.5
0.7
0.8
1
1.1
1.2
1.2
1.2
1.1
0.9
0.7
0.5
0.3
0.2
0.2
0.4
0.6
0.9
1.1
19
1.1
1.4
1.5
1.5
1.4
1.2
0.9
0.7
0.6
0.5
0.5
0.5
0.6
0.7
0.9
1
1.1
1.3
1.3
1.3
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.3
0.3
0.5
0.7
1
20
0.9
1.2
1.4
1.5
1.5
1.4
1.3
1.1
0.9
0.7
0.7
0.6
0.7
0.7
0.8
0.9
1
1.2
1.3
1.4
1.4
1.3
1.2
1
0.7
0.5
0.4
0.5
0.6
0.8
21
0.8
1
1.2
1.4
1.5
1.6
1.5
1.3
1.2
1
0.9
0.8
0.8
0.8
0.8
0.8
0.9
1.1
1.2
1.4
1.5
1.5
1.5
1.3
1.1
0.9
0.7
0.6
0.6
0.7
22
0.7
0.8
1
1.2
1.4
1.5
1.5
1.5
1.4
1.3
1.1
1
0.9
0.9
0.8
0.8
0.8
0.9
1.1
1.2
1.4
1.5
1.6
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.7
0.7
23
0.6
0.7
0.8
1
1.2
1.3
1.5
1.5
1.5
1.4
1.3
1.2
1.1
1
0.9
0.9
0.8
0.8
0.9
1
1.2
1.4
1.5
1.6
1.6
1.5
1.3
1.1
0.9
0.8
24
0.7
0.6
0.6
0.7
0.9
1.1
1.2
1.3
1.4
1.4
1.4
1.3
1.2
1.2
1.1
1
0.8
0.8
0.8
0.8
0.9
1.1
1.3
1.5
1.6
1.6
1.5
1.3
1.1
0.9
1
1.3
1.2
1.0
0.8
0.7
0.5
0.5
0.6
0.7
0.9
1.0
1.1
1.2
1.2
1.2
1.2
1.1
1.1
1.0
0.9
0.8
0.7
0.6
0.7
0.7
0.9
1.1
1.3
1.4
1.4
1.4
2
1.3
1.3
1.2
1.0
0.8
0.6
0.5
0.5
0.5
0.6
0.8
0.9
1.0
1.1
1.1
1.2
1.2
1.1
1.1
1.0
0.9
0.8
0.6
0.6
0.6
0.7
0.8
1.0
1.2
1.4
1.4
3
1.1
1.2
1.3
1.2
1.0
0.8
0.7
0.6
0.5
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1.0
1.1
1.2
1.2
1.2
1.2
1.1
0.9
0.8
0.6
0.5
0.5
0.6
0.8
1.0
1.2
1.4
4
1.0
1.1
1.3
1.3
1.3
1.1
1.0
0.8
0.7
0.6
0.6
0.6
0.7
0.8
0.9
1.0
1.1
1.2
1.3
1.3
1.3
1.2
1.1
0.9
0.7
0.6
0.5
0.6
0.8
1.0
1.3
5
0.8
1.0
1.3
1.4
1.5
1.4
1.3
1.1
1.0
0.8
0.8
0.7
0.7
0.8
0.9
1.0
1.1
1.2
1.4
1.5
1.5
1.5
1.4
1.2
1.0
0.8
0.6
0.6
0.7
0.9
1.1
6
0.8
1.0
1.2
1.4
1.6
1.7
1.6
1.5
1.4
1.2
1.0
0.9
0.9
0.9
0.9
1.0
1.1
1.2
1.4
1.5
1.7
1.7
1.7
1.6
1.4
1.1
0.9
0.7
0.7
0.8
1.0
7
0.8
0.9
1.1
1.4
1.6
1.8
1.9
1.8
1.7
1.6
1.4
1.3
1.1
1.0
1.0
1.0
1.1
1.2
1.3
1.5
1.7
1.9
1.9
1.9
1.8
1.6
1.3
1.0
0.8
0.8
0.9
8
0.9
0.9
1.0
1.2
1.5
1.7
1.9
2.0
2.0
1.9
1.8
1.6
1.4
1.3
1.2
1.1
1.1
1.1
1.2
1.4
1.6
1.8
2.0
2.1
2.1
1.9
1.7
1.4
1.1
0.9
0.8
9
1.1
1.0
1.0
1.1
1.3
1.5
1.8
2.0
2.1
2.1
2.0
1.9
1.7
1.5
1.4
1.2
1.1
1.1
1.1
1.2
1.4
1.6
1.9
2.1
2.2
2.1
2.0
1.7
1.4
1.1
0.9
10
1.4
1.1
1.0
0.9
1.0
1.2
1.5
1.7
1.9
2.1
2.1
2.0
1.9
1.7
1.5
1.3
1.2
1.1
1.0
1.0
1.1
1.4
1.6
1.9
2.1
1.3
2.1
2.0
1.7
1.4
1.1
11
1.6
1.3
1.0
0.8
0.8
0.9
1.1
1.4
1.6
1.8
2.0
2.0
1.9
1.8
1.6
1.4
1.2
1.1
0.9
0.9
0.9
1.0
1.2
1.5
1.8
2.0
2.1
2.0
1.9
1.6
1.2
12
1.7
1.4
1.1
0.8
0.7
0.6
0.7
0.9
1.2
1.4
1.7
1.8
1.8
1.8
1.7
1.5
1.3
1.1
0.9
0.7
0.7
0.7
0.8
1.1
1.3
1.6
1.9
2.0
1.9
1.7
1.4
13
1.8
1.5
1.2
0.9
0.6
0.5
0.4
0.5
0.7
1.0
1.2
1.4
1.6
1.6
1.6
1.5
1.3
1.1
0.9
0.7
0.6
0.5
0.5
0.6
0.9
1.2
1.5
1.7
1.8
1.7
1.5
14
1.7
1.6
1.4
1.1
0.7
0.5
0.3
0.3
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1.4
1.4
1.4
1.3
1.2
1.0
0.8
0.6
0.4
0.3
0.3
0.5
0.7
1.0
1.3
1.5
1.6
1.6
15
1.5
1.5
1.4
1.2
0.9
0.6
0.4
0.2
0.2
0.3
0.5
0.7
0.9
1.1
1.2
1.3
1.3
1.2
1.1
0.9
0.7
0.5
0.3
0.2
0.2
0.3
0.6
0.9
1.2
1.4
1.5
16
1.2
1.4
1.5
1.4
1.2
0.9
0.6
0.3
0.2
0.2
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1.2
1.3
1.2
1.1
0.9
0.7
0.4
0.2
0.1
0.1
0.3
0.5
0.8
1.1
1.3
17
1.0
1.2
1.4
1.5
1.4
1.2
0.9
0.6
0.4
0.2
0.2
0.3
0.4
0.6
0.8
1.0
1.1
1.2
1.3
1.2
1.1
0.9
0.7
0.5
0.3
0.2
0.2
0.3
0.6
0.8
1.1
18
0.7
1.0
1.3
1.5
1.5
1.4
1.2
1.0
0.7
0.5
0.4
0.3
0.4
0.5
0.7
0.9
1.0
1.2
1.3
1.3
1.3
1.2
1.0
0.8
0.6
0.4
0.3
0.3
0.4
0.6
0.9
19
0.6
0.8
1.1
1.4
1.6
1.6
1.5
1.3
1.1
0.8
0.6
0.5
0.5
0.5
0.6
0.8
0.9
1.1
1.2
1.3
1.4
1.4
1.3
1.1
0.9
0.7
0.5
0.4
0.4
0.5
0.7
20
0.6
0.7
1.0
1.2
1.5
1.6
1.7
1.6
1.4
1.2
1.0
0.8
0.7
0.7
0.7
0.8
0.9
1.0
1.1
1.3
1.4
1.5
1.5
1.4
1.3
1.0
0.8
06
0.5
0.5
0.6
21
0.6
0.6
0.8
1.0
1.3
1.5
1.6
1.7
1.6
1.4
1.3
1.1
0.9
0.8
0.8
0.8
0.8
0.9
1.0
1.1
1.3
1.4
1.5
1.5
1.5
1.3
1.1
0.9
0.7
0.6
0.6
22
0.8
0.7
0.7
0.8
1.0
1.2
1.4
1.6
1.6
1.6
1.4
1.3
1.1
1.0
0.9
0.9
0.8
0.8
0.9
1.0
1.1
1.2
1.4
1.5
1.5
1.5
1.4
1.2
1.0
0.8
0.7
23
0.9
0.8
0.6
0.7
0.8
0.9
1.2
1.3
1.5
1.5
1.5
1.4
1.3
1.1
1.0
1.0
0.9
0.8
0.8
0.8
0.9
1.0
1.1
1.3
1.4
1.5
1.5
1.4
1.2
1.0
0.8
24
1.1
0.9
0.7
0.6
0.6
0.7
0.8
1.0
1.2
1.3
1.4
1.3
1.3
1.2
1.1
1.0
1.0
0.9
0.8
0.7
0.7
0.8
0.9
1.0
1.2
1.4
1.4
1.5
1.4
1.2
1.0
1
1.8
1.6
1.3
1.0
0.8
0.6
0.5
0.6
0.9
1.2
1.5
1.7
1.8
1.8
1.7
1.5
1.3
1.0
0.8
0.7
0.6
0.7
0.7
0.9
1.1
1.3
1.5
1.7
1.8
1.7
1.5
2
1.7
1.6
1.4
1.1
0.8
0.5
0.4
0.3
0.4
0.7
1.0
1.3
1.5
1.6
1.6
1.5
1.3
1.1
0.9
0.7
0.5
0.4
0.4
0.5
0.7
0.9
1.1
1.3
1.5
1.6
1.6
3
1.5
1.5
1.5
1.3
1.0
0.7
0.4
0.2
0.2
0.3
0.5
0.8
1.1
1.3
1.5
1.5
1.4
1.2
1.0
0.7
0.5
0.4
0.3
0.3
0.4
0.5
0.7
1.0
1.2
1.4
1.5
4
1.3
1.4
1.5
1.4
1.2
0.9
0.6
0.3
0.1
0.1
0.2
0.4
0.7
1.0
1.2
1.4
1.4
1.3
1.1
0.9
0.7
0.5
0.4
0.3
0.2
0.3
0.4
0.6
0.9
1.2
1.3
5
1.0
1.3
1.4
1.5
1.4
1.2
0.9
0.6
0.3
0.1
0.1
0.2
0.5
0.8
1.0
1.2
1.4
1.4
1.3
1.1
0.9
0.8
0.6
0.4
0.3
0.3
0.3
0.4
0.7
0.9
1.2
6
0.8
1.1
1.3
1.5
1.6
1.5
1.3
1.0
0.7
0.4
0.3
0.2
0.4
0.6
0.8
1.1
1.3
1.4
1.4
1.4
1.2
1.1
0.9
0.7
0.5
0.4
0.4
0.4
0.5
0.7
1.0
7
0.7
1.0
1.2
1.5
1.6
1.7
1.6
1.4
1.1
0.8
0.6
0.4
0.4
0.5
0.7
1.0
1.2
1.4
1.5
1.5
1.5
1.3
1.2
1.0
0.9
0.7
0.6
0.5
0.5
0.6
0.8
8
0.7
0.8
1.1
1.3
1.6
1.8
1.8
1.7
1.5
1.2
1.0
0.7
0.6
0.6
0.7
0.9
1.1
1.3
1.4
1.5
1.6
1.5
1.5
1.3
1.2
1.0
0.8
0.7
0.6
0.6
0.7
9
0.7
0.8
0.9
1.1
1.4
1.6
1.8
1.9
1.8
1.6
1.3
1.1
0.8
0.7
0.7
0.8
1.0
1.1
1.3
1.5
1.6
1.6
1.6
1.5
1.4
1.3
1.1
1.0
0.8
0.7
0.7
10
0.9
0.8
0.8
0.9
1.1
1.4
1.6
1.8
1.8
1.8
1.6
1.3
1.1
0.9
0.8
0.8
0.8
1.0
1.1
1.3
1.4
1.5
1.5
1.6
1.5
1.5
1.3
1.2
1.0
0.8
0.7
11
1.0
0.8
0.7
0.7
0.9
1.1
1.3
1.5
1.7
1.7
1.7
1.5
1.3
1.1
0.9
0.8
0.8
0.8
0.9
1.0
1.2
1.3
1.4
1.4
1.5
1.5
1.4
1.3
1.2
1.0
0.8
12
1.1
0.9
0.7
0.6
0.6
0.7
0.9
1.1
1.3
1.5
1.6
1.5
1.4
1.2
1.0
0.8
0.7
0.7
0.7
0.8
0.9
1.0
1.1
1.2
1.3
1.3
1.4
1.4
1.3
1.1
1.0
13
1.1
1.0
0.8
0.6
0.5
0.5
0.6
0.7
0.9
1.1
1.3
1.4
1.3
1.2
1.1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.6
0.7
0.7
0.8
0.9
1.0
1.1
1.2
1.3
1.3
1.2
1.1
14
1.1
1.0
0.9
0.7
0.5
0.4
0.3
0.4
0.6
0.8
1.0
1.1
1.2
1.2
1.1
1.0
0.8
0.7
0.6
0.6
0.6
0.6
0.6
0.6
0.7
0.8
1.0
1.1
1.2
1.2
1.2
15
1.1
1.1
1.0
0.8
0.7
0.5
0.3
0.3
0.3
0.5
0.7
0.8
1.0
1.1
1.1
1.0
1.0
0.8
0.8
0.7
0.6
0.6
0.5
0.5
0.5
0.6
0.7
0.9
1.0
1.2
1.2
16
1.0
1.1
1.1
1.0
0.9
0.7
0.5
0.4
0.3
0.3
0.5
0.6
0.8
1.0
1.1
1.1
1.1
1.0
1.0
0.9
0.8
0.7
0.6
0.6
0.5
0.5
0.6
0.7
0.9
1.1
1.3
17
0.9
1.1
1.2
1.2
1.2
1.1
0.9
0.7
0.5
0.4
0.4
0.5
0.7
0.9
1.0
1.1
1.2
1.2
1.2
1.1
1.1
1.0
0.9
0.8
0.7
0.6
0.6
0.7
0.8
1.0
1.2
18
0.8
1.0
1.2
1.4
1.5
1.4
1.3
1.1
0.9
0.7
0.6
0.6
0.7
0.8
1.0
1.1
1.3
1.4
1.4
1.4
1.4
1.3
1.3
1.1
1.0
0.8
0.7
0.7
0.8
0.9
1.1
19
0.8
1.0
1.2
1.4
1.6
1.7
1.7
1.6
1.4
1.2
1.0
0.8
0.8
0.9
1.0
1.1
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.7
1.6
1.5
1.4
1.2
1.0
0.9
0.8
0.9
1.1
20
0.9
1.0
1.2
1.4
1.6
1.8
1.9
1.9
1.8
1.6
1.4
1.2
1.1
1.0
1.0
1.1
1.3
1.4
1.6
1.7
1.8
1.9
1.9
1.8
1.7
1.6
1.4
1.1
1.0
0.9
1.0
21
1.0
1.0
1.1
1.3
1.5
1.8
2.0
2.1
2.1
2.0
1.8
1.5
1.3
1.2
1.1
1.1
1.2
1.3
1.5
1.6
1.8
1.9
2.0
2.0
2.0
1.9
1.7
1.4
1.2
1.0
1.0
22
1.2
1.1
1.0
1.1
1.3
1.6
1.8
2.1
2.2
2.2
2.0
1.8
1.6
1.4
1.2
1.1
1.1
1.2
1.3
1.4
1.6
1.8
1.9
2.1
2.1
2.1
1.9
1.7
1.4
1.2
1.0
23
1.4
1.1
1.0
0.9
1.0
1.2
1.5
1.8
2.0
2.1
2.1
2.0
1.8
1.6
1.3
1.2
1.1
1.0
1.1
1.2
1.3
1.5
1.7
1.9
2.0
2.1
2.0
1.9
1.6
1.3
1.1
24
1.5
1.2
1.0
0.8
0.7
0.8
1.1
1.4
1.6
1.9
2.0
2.0
1.9
1.7
1.4
1.2
1.0
0.9
0.9
0.9
1.0
1.1
1.3
1.5
1.7
1.9
1.9
1.9
1.7
1.5
1.2
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
jun
jul
Agt
Sep
Okt
Nov
Des
2001
1.44
1.43
1.36
1.23
1.26
1.38
1.45
1.45
1.33
1.22
1.31
1.42
2002
1.46
1.45
1.37
1.25
1.3
1.42
1.47
1.47
1.4
1.24
1.29
1.44
2003
1.48
1.47
1.38
1.26
1.34
1.45
1.5
1.49
1.41
1.29
1.33
1.45
2004
1.49
1.47
1.4
1.27
1.36
1.46
1.52
1.5
1.43
1.29
1.35
1.46
2005
1.5
1.49
1.41
1.28
1.33
1.37
1.41
1.52
1.32
1.28
1.37
1.48
2006
Ratarata
1.5
1.5
1.42
1.29
1.28
1.38
1.42
1.51
1.42
1.3
1.4
1.5
1.48
1.47
1.39
1.26
1.31
1.41
1.46
1.49
1.39
1.27
1.34
1.46
Tabel Nilai Pasang Surut Minimum Tiap Bulan Pada Tahun 2001-2006
(dalam meter)
Tahun
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sept
Okt
Nov
Des
2001
0.12
0.15
0.22
0.25
0.2
0.16
0.12
0.1
0.22
0.27
0.25
0.11
2002
0.11
0.12
0.21
0.22
0.18
0.14
0.12
0.09
0.19
0.24
0.23
0.12
2003
0.1
0.12
0.2
0.2
0.17
0.12
0.1
0.09
0.17
0.22
0.19
0.1
2004
0.07
0.09
0.17
0.15
0.15
0.1
0.09
0.08
0.15
0.19
0.18
0.09
2005
0.07
0.08
0.14
0.12
0.13
0.1
0.07
0.07
0.13
0.15
0.13
0.08
2006
Ratarata
0.06
0.04
0.12
0.1
0.12
0.07
0.05
0.05
0.1
0.14
0.12
0.06
0.09
0.1
0.18
0.17
0.16
0.12
0.09
0.08
0.16
0.20
0.18
0.09
Lampiran 3. Arah dan Kecepatan Angin di Stasiun Cilacap (Sumber: BMG, 2006)
2001
Kec
Bulan
Angin Arah () (Knots)
Min
315
2
Max
315
16
Januari
Min
0
6
Max
315
16
Februari
Min
45
4
Max
315
11
Maret
Min
45
3
Max
45
9
April
Min
90
5
Max
45
11
Mei
Min
90
5
Max
135
10
Juni
Min
135
5
Max
90
11
Juli
Min
90
6
Max
135
12
Agustus
Min
90
5
90
10
September Max
Min
45
5
Max
135
11
Oktober
Min
0
5
315
14
November Max
Min
0
5
315
17
Desember Max
Kec
(m/s)
Arah ()
1.07991
0
8.63931
315
3.23974
270
8.63931
315
2.15983
0
5.93952
0
1.61987
45
4.85961
0
2.69978
0
5.93952
45
2.69978
90
5.39957
45
2.69978
45
5.93952
45
3.23974
90
6.47948
135
2.69978
0
5.39957
45
2.69978
135
5.93952
0
2.69978
270
7.5594
270
2.69978
315
9.17927
315
2002
Kec
(Knots)
6
19
5
19
5
20
4
15
6
15
5
15
4
18
6
17
5
15
4
13
3
17
6
19
Kec
(m/s)
Arah ()
1.07991
270
8.63931
315
3.23974
0
8.63931
315
2.15983
45
5.93952
90
1.61987
0
4.85961
0
2.69978
90
5.93952
90
2.69978
180
5.39957
180
2.69978
45
5.93952
0
3.23974
90
6.47948
135
2.69978
150
5.39957
35
2.69978
180
5.93952
90
2.69978
0
7.5594
315
2.69978
315
9.17927
45
2003
Kec
(Knots) Kec (m/s)
5 2.69978
18 9.71922
2 1.07911
19 10.2592
6 3.23974
18 9.71922
5 2.69978
14
7.5594
5 2.69978
15 8.69935
6 3.23974
17 9.17927
3 1.61987
16 8.63931
3 1.61987
18 19.71922
2 1.07991
15 8.09935
2 1.07991
14
7.5594
3 1.61987
13 7.01944
5 2.69978
13 7.01944
2004
Kec
Bulan
Angin Arah () (Knots)
Min
270
6
Max
315
14
Januari
Min
45
5
315
12
Februari Max
Min
45
5
Max
180
16
Maret
Min
0
5
Max
0
9
April
Min
45
2
Max
45
9
Mei
Min
90
3
Max
270
9
Juni
Min
45
4
Max
270
10
Juli
Min
180
5
Max
270
10
Agustus
Min
45
3
0
12
September Max
Min
0
3
Max
45
14
Oktober
Min
270
2
315
11
November Max
Min
315
2
180
10
Desember Max
Kec
(m/s)
Arah ()
3.23974
270
7.5594
315
2.69978
45
6.47948
315
2.69978
0
8.63931
135
2.69978
0
4.85961
45
1.07991
90
4.85961
135
1.61987
45
4.85961
180
2.15983
270
5.39957
270
2.69978
270
5.39957
45
1.61987
315
6.47948
315
1.61987
90
7.5594
0
1.07991
0
5.93952
45
1.07991
180
5.39957
180
2005
Kec
(Knots)
4
10
2
13
3
14
3
15
2
12
2
10
2
11
3
12
4
12
5
12
3
12
5
9
Kec
(m/s)
Arah ()
2.15983
270
5.39957
315
1.07991
315
7.01944
270
1.61987
180
7.5594
315
1.61987
45
8.09935
45
1.07991
45
6.47948
90
1.07991
180
5.39957
315
1.07991
45
5.93952
45
1.61987
180
6.47948
180
2.15983
180
6.47948
270
2.69978
270
6.47948
45
1.61987
315
6.47948
45
2.69978
0
4.85961
45
2006
Kec
(Knots)
4
10
5
14
2
16
3
12
3
10
4
12
3
20
2
11
2
13
3
14
3
12
2
10
Kec
(m/s)
2.15983
5.39957
2.69978
7.5594
1.07991
8.63931
1.61987
6.47948
1.61987
5.39957
2.15983
6.47948
1.61987
10.7991
1.07991
5.93952
1.07991
7.01944
1.61987
7.5594
1.61987
6.47948
1.07991
5.39957
f. Peta model tsunami selatan Jawa Barat 17 Juli 2006 (Pribadi, Sugeng et.al.
2006)
Yunita Sulistriani