Anda di halaman 1dari 7

Adsrpsi

Adsorpsi merupakan suatu proses penyerapan oleh padatan tertentu terhadap zat tertentu yang
terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik atom atau molekul pada permukaan
zat padat tanpa meresap kedalam.
2.1.1.1 Adsorpsi Fisika
Adsorpsi terjadi tanpa adanya reaksi antara molekul adsorbat dengan permukaan adsorben melainkan
terikat secaara lemah karena adanya gaya van der .Pada adsorpsi fisika, gaya tarik menarik antara molekul
fluida dengan molekul pada permukaan padatan (Intermolekuler) lebih kecil dari pada gaya tarik menarik
antar molekul fluida tersebut sehingga gaya tarik menarik antara adsorbat dengan permukaan adsorben
relatif lemah pada adsorpsi fisika, adsorbat tidak terikat kuat dengan permukaan adsorben sehingga
adsorbat dapat bergerak dari suatu bagian permukaan ke permukaan lainnya dan pada permukaan yang
ditinggalkan oleh adsorbat tersebut dapat digantikan oleh adsorbat lainnya . Keseimbangan antara
permukaan padatan dengan molekul fluida biasanya cepat tercapai dan bersifat reversibel. Adsorpsi fisika
memiliki kegunaan dalam hal penentuan luas permukaan dan ukuran pori.
2.1.1.2 Adsorpsi Kimia
Adsorpsi kimia terjadi karena adanya ikatan kimia yang terbentuk antara molekul adsorbat dengan
permukaan adsorben. Ikatan kimia dapat berupa ikatan kovalen/ion. Ikatan yang terbentuk kuat sehingga
spesi aslinya tidak dapat ditentukan. Karena kuatnya ikatan kimia yang terbentuk maka adsorbat tidak
mudah terdesorpsi. Adsorpsi kimia diawali dengan adsorpsi fisik dimana adsorbat mendekat kepermukaan
adsorben melalui gaya Van der Waals / Ikatan Hidrogen kemudian melekat pada permukaan dengan
membentuk ikatan kimia yang biasa merupakan ikatan kovalen (Shofa, 2012).

Luas permukaan spesifik zeolit dapat dihitung dengan persamaan [3]:


S = ( Xm / M ) .N.Am . 10-20 (1)
dimana:
S = luas permukaan spesifik (m2/gram)
Xm = kapasitas monolayer per gram adsorben
M = massa molekul relatif adsorben (gram/mol) N = bilangan Avogadro
Am = luas yang tertutupi satu molekul adsorben pada lapisan monolayer sempurna

2.1.2 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Daya Adsorpsi


Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi daya adsorpsi yaitu :
2.1.2.1 Jenis Adsorbat
Ukuran molekul adsorbat

Ukuran molekul adsorbat yang sesuai merupakan hal yang penting agar proses adsorpsi dapat
terjadi, karena molekul-molekul yang dapat diadsorpsi adalah molekul-molekul yang diameternya
lebih kecil atau sama dengan diameter pori adsorben.
Kepolaran zat
Adsorpsi lebih kuat terjadi pada molekul yang lebih polar dibandingkan dengan molekul yang
kurang polar pada kondisi diameter yang sama. Molekul-molekul yang lebih polar dapat
menggantikan molekul-molekul yang kurang polar yang telah lebih dahulu teradsorpsi . Pada
kondisi dengan diameter yang sama, maka molekul polar lebih dahulu diadsorpsi.
2.1.2.2 Suhu
Pada saat molekul-molekul adsorbat menempel pada permukaan adsorben terjadi
pembebasan sejumlah energi sehingga adsorpsi digolongkan bersifat eksoterm. Bila suhu rendah
maka kemampuan adsorpsi meningkat sehingga adsorbat bertambah.
2.1.2.3 Tekanan Adsorbat
Pada adsorpsi fisika bila tekanan adsorbat meningkat jumlah molekul adsorbat akan
bertambah namun, pada adsorpsi kimia jumlah molekul adsorbat akan berkurang bila tekanan
adsorbat meningkat.
2.1.2.4 Karakteristik Adsorben
Ukuran pori dan luas permukaan adsorben merupakan karakteristik penting adsorben. Ukuran pori
berhubungan dengan luas permukaan semakin kecil ukuran pori adsorben maka luas permukaan semakin
tinggi. Sehingga jumlah molekul yang teradsorpsi akan bertambah. Selain itu kemurnian adsorben juga
merupakan karakterisasi yang utama dimana pada fungsinya adsorben yang lebih murni yang lebih
diinginkan karena kemampuan adsorpsi yang baik.
2.1.3 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Adsorpsi
2.1.3.1 Temperatur
Oleh karena proses adsorpsi adalah proses yang eksotermis, maka adsorpsi akan berkurang
pada temperatur lebih tinggi. Jika terdapat reaksi antara kontaminan yang teradsorpsi dan
permukaan adsorben antara 2 atau lebih kontaminan kimia tersebut maka laju reaksinya akan
meningkat pada temperatur yang lebih tinggi.
2.1.3.2 Kelembapan

Uap air mudah diadsorpsi oleh jenis adsorben polar sehingga kelembapan yang tinggi
dapat mempengaruhi dan mengurangi kemampuan adsorben tersebut untuk mengadsorpsi
kontaminan.
2.1.3.3 Laju Alir Pengambilan Sampel
Jika terlalu tinggi laju alir dapat mengurangi efisiensi adsorpsi
2.1.3.4 Adanya Kontaminan Lain
Adanya kontaminan lain dapat mengurangi efisiensi adsorpsi karena adanya kompetisi
antar kontaminan tersebut pada bagian adsorpsi. Reaksi antar senyawaan juga mungkin terjadi,
sehingga diperoleh hasil konsentrasi yang lebih rendah yang seharusnya (Lestari,F., 2009).
2.1.5 Isoterm Adsorpsi
Isoterm adsorpsi adalah hubungan kesetimbangan antara konsentrasi dalam fase fluida dan
konsentrasi di dalam partikel adsorben pada suhu tertentu. Ada beberapa isoterm adsorpsi yang diketahui
seperti model isoterm Langmuir, Freundlich dan juga model isoterm Brunauer, Emmet, dan Teller (BET).
2.1.5.1 Isoterm Langmuir
Pada isoterm ini secara teoritis menganggap bahwa hanya sebuah monolayer gas yang teradsorbsi,
selain itu adsorpsi molekul zat terlarut terlokalisasi, yaitu sekali adsorpsi, molekul-molekul ini tidak dapat
bergerak disekeliling permukaaan padatan.
Adsorben mempunyai permukaan yang homogen, energy adsorpsi konstan di semua sisi.
Semua proses adsorpsi sama rata di setiap permukaan adsorben.
Setiap sisi adsorben hanya bisa menyerap satu molekul adsorbate.
. Gas yang teradsorpsi dibatasi sampai lapisan monolayer.
. Permukaan adsorbat homogen, artinyan afinitas setiap kedudukan ikatan untuk molekul
gas sama.
4. Tidak ada antaraksi lateral antar molekul adsorbat.
5. Molekul gas yang teradsorpsi terlokalisasi, artinya mereka tidak bergerak pada
permukaan.
Dimana persamaan Langmuir ditulis sebagai
berikut [3]:
m.c /Xm = 1/a + ( b/a ) .C (5)
Dengan membuat kurva m.c / Xm terhadap C akan diperoleh persamaan linear dengan
intersep 1/a dan kemiringan (b/a), sehingga nilai a dan b dapat dihitung, dari besar kecilnya
nilai a dan b menunjukkan daya adsorbsi.

2.1.5.2 Isoterm Freundlich

Pada Isoterm ini persamaan diturunkan secara empirik, dengan asumsi bahwa penyerapan terjadi
multicomponent. Persamaan dapat diturunkan dari adsorpsi zat padat dalam air atau solid-aquos system.
(Sheindorf.M., 1980). Bentuk persamaannya yaitu :

Dimana :

Log (x/m) = log k +

X = Jumlah zat yang diserap

m = Berat adsorben

C = Konsentrasi zat setelah adsorpsi

n dan k = Konstanta yang diperoleh dari percobaan

KATALIS HETEROGEN

Katalis adalah zat yang ditambahkan pada reaksi kimia dengan tujuan
untuk mempercepat reaksi. Katalis adalah suatu zat yang dapat meningkatkan
laju reaksi dan setelah reaksi selesai, terbentuk kembali dalam kondisi tetap.
Katalis ikut terlibat dalam reaksi, memberikan mekanisme baru dengan energi
pengaktifan yang lebih rendah dibanding reaksi tanpa katalis. Katalis dapat
mempercepat reaksi ke kanan maupun kek kiri sehingga keadaan setimbang
lebih cepat tercapai, katalis ini disebut dengan katalis positif. Penambahan
katalis juga dapat menghambat reaksi, katalis tersebut disebut katalis negatif
atau anti katalis atau inhibitor. Katalis heterogen merupakan katalis yang
fasanya tidak sama dengan reaktan dan produk. Katalis heterogen secara umum
berbentuk padat dan banyak digunakan pada reaktan berwujud cair atau gas.
Penggunaan katalis heterogen biasanya pada suhu dan tekanan tinggi.
Katalis dapat bekerja dengan membentuk senyawa antara atau mengabsorbsi zat yang
direaksikan. Sehingga katalis dapat meningkatkan laju reaksi, sementara katalis itu sendiri tidak
mengalami perubahan kimia secara permanen. Cara kejanya yaitu dengan menempel pada bagian
substrat tertentu dan pada akhirnya dapat menurunkan energi pengaktifan dari reaksi, sehingga reaksi
berlangsung dengan cepat.
Mekanisme katalis heterogen secara umum yaitu:
1. Difusi molekul reaktan ke permukaan katalis
2. Adsorpsi reaktan pada pemukaan katalis
3. Reaksi difusi reaktan pada permukaan katalis
4. Reaksi dalam lapisan adsorpsi
5. Desorpsi produk reaksi dari permukaan katalis
6. Abfusi pada produk keluar dari permukaan katalis, contoh
mekanisme di bawah
Mekanisme katalis heterogen menurut Langmuir-Hinshelwood yaitu:
1. Atom A dan B teradsorpsi ke permukaaan katalis
2. Atom A dan B berdifusi melalui permukaan
3. Atom A dan B berinteraksi satu sama lain
4. Sebuah molekul terbentuk dan terjadi desorpsi

DETERGENSI
Detergensi secara teori diartikan sebagai penghapusan minyak ataupun
partikel padat dari permukaan padat secara kimia. Kinerja deterjen, khususnya
surfaktan, memiliki kemampuan yang unik untuk mengangkat kotoran, baik
yang larut dalam air maupun yang tak larut dalam air. Proses dimana minyak
atau partikel padat dihapus dari permukaan dan mengalami pelarutan atau
disperse hasil dari beberapa fenomena fisika yang terjadi pada interface dari
tiga fase.
Fenomena fisika itu antara lain
Pembasahan permukaan
Pengahapusan minyak atau partikel padat dari permukaan
Pencegahan re-deposition tanah atau minyak di permukaan
Mekanisme spesifiknya yaitu salah satu ujung dari molekul surfaktan
bersifat lebih suka minyak atau tidak suka air, akibatnya bagian ini
mempenetrasi kotoran yang berminyak. Ujung molekul surfaktan satunya lebih
suka air, bagian inilah yang berperan mengendorkan kotoran dari kain dan
mendispersikan kotoran, sehingga tidak kembali menempel ke kain.
Jika kotoran berupa minyak atau lemak maka akan membentuk emulsi minyak
air dan detergen sebagai emulgator (zat pembentuk emulsi). Sedangkan apabila
kotoran yang berupa tanah akan diadsorpsi oleh detergen kemudian
mambentuk suspensi butiran tanah-air, dimana detergen sebagai suspensi
agent (zat pembentuk suspensi).
Pelepasan liquid soil
Pelepasan liquid soil seperti skin fat (sebum), fatty acid, mineral dan vegetable oil,
fatty alcohol, komponen cair dalam kosmetik, proses detergensinya menggunakan
mekanisme roll-back atau roll-up.
Yang dimaksud mekanisme roll-back atau roll-up adalah adsorpsi surfaktan akan
meningkatkan sudut kontak soil pada substrat.
Keterangan:
= tegangan permukaan
= sudut kontak antara larutan dan substrat
O = minyak
B = larutan pencuci
S = subsstrat

sbso
bo
cos

Surfaktan digunakan untuk menaikan sudut kontak soil pada substrat () maka
nilai cos () makin kecil, sehingga nilai kerja adhesi (W O/S(B)) menjadi kecil. Hal
ini yang digunakan surfaktan untuk proses detergensi.

Pelepasan solid soil


Liquefiable soil
Mekanisme : Pertama soil dicairkan dengan pemanasan, selanjutnya soil cair
dihilangkan dengan mekanisme roll-back. 5

Particulate soil
Mekanisme :
1. Wetting substrat dan soil oleh bath
Dalam air akan terbentuk lapisan listrik rangkap pada antarmuka soilliquid dan substrat-liquid. Tolak menolak antara soil dan substrat dengan
muatan yang sama akan mengurangi adhesi.
Koefisien penyebaran bath B pada partikel soil (P) dan substrat (S):
sbp=papbab
Sbs=sasbab
Adsorpsi surfaktan pada permukaan udara-bath atau pada soil atau substrat
dengan gugus hidrofilik menghadap ke bath. Membuat nilai AB, PB, dan SB
makin kecil sehingga nilai SB/P dan nilai SB/S makin besar. Hal ini berarti wetting
pada soil dan substrat makin besar.
2. Adsorpsi surfaktan pada antarmuka substrat-liquid dan partikel-liquid
Kerja adhesi Wa :
Adsorpsi surfaktan pada interface tersebut menyebabkan PB, dan SB makin
kecil sehingga nilai Wa makin kecil menunjukan nilai kerja adhesi makin kecil.
Penggunaan Builder
Builder digunakan untuk melunakkan air sadah dengan cara mengikat mineralmineral yang terlarut, sehingga surfaktan dapat berkonsentrasi pada fungsinya.
Selain itu, builder juga membantu menciptakan kondisi keasaman yang tepat
agar proses pembersihan dapat berlangsung lebih baik serta membantu
mendispersikan dan mensuspensikan kotoran yang telah lepas. Yang sering
digunakan sebagai builder adalah senyawa kompleks fosfat, natrium sitrat,
natrium karbonat, natrium silikat atau zeolit.

Anda mungkin juga menyukai