Anda di halaman 1dari 34

I.

1.1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Berhasil atau tidaknya suatu perusahaan pada umumnya ditandai dengan

kemampuan manajemen dalam melihat kemungkinan dan kesempatan di masa yang


akan datang, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu adalah tugas
manajemen untuk merencanakan masa depan perusahaannya, agar sedapat mungkin
semua kemungkinan dan kesempatan di masa yang akan datang telah disadari dan telah
direncanakan cara menghadapinya sejak sekarang. Perencanaan pada dasarnya
merupakan kegiatan membentuk masa sekarang. Kegiatan pokok manajemen dalam
perencanaan perusahaan adalah memutuskan sekarang berbagai macam alternatif dan
perumusan kebijakan yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang.
Ukuran yang sering dipakai untuk menilai berhasil atau tidaknya manajemen
suatu perusahaan adalah laba yang diperoleh perusahaan. Laba terutama dipengaruhi
oleh tiga faktor, yaitu volume produk yang dijual, harga jual produk dan biaya. Biaya
menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba yang dikehendaki; harga jual
mempengaruhi

volume

penjualan,

sedangkan

volume

penjualan

langsung

mempengaruhi volume produksi, dan volume produksi mempengaruhi biaya. Tiga


faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Oleh karena itu dalam perencanaan laba
jangka pendek, hubungan antara biaya, volume, dan laba memegang peranan yang
sangat penting, sehingga dalam pemilihan alternatif tindakan dan perumusan kebijakan
untuk masa yang akan datang, manajemen memerlukan informasi untuk menilai
berbagai macam kemungkinan yang berakibat terhadap laba yang akan datang.
Analisis hubungan biaya, volume dan laba (cost-volume-profit analysis)
merupakan teknik untuk menghitung dampak perubahan harga jual, volume penjualan,
dan biaya terhadap laba, untuk membantu manajemen dalam perencanaan laba jangka
pendek. Dalam makalah yang berjudul Penggunaan Informasi Akuntansi Diferensial
Dalam Perencanaan Laba Jangka Pendek akan diuraikan alat analisis yang mampu
memberikan kontribusi bagi manajemen dalam penyusunan anggaran

perusahaan.

Uraian akan diawali dengan gambaran proses perencanaan laba jangka pendek, berbagai

parameter yang bermanfaat untuk perencanaan laba jangka pendek, seperti impas,
margin of safety, shut-down point, dan degree of operating leverage, serta dilanjutkan
dengan uraian analisis biaya-volume-laba sebagai perencanaan laba jangka pendek.

1.2

Rumusan Masalah
1.

Bagaimana perencanaan laba jangka pendek dengan menggunakan


informasi akuntansi diferensial?

2.

Bagaimana merekayasa parameter untuk perencanaan laba jangka


pendek?

3.

Bagaimana cara analisis biaya-volume-laba (cost-volume-profit


analysis)?

1.3

Tujuan Penulisan
1.

Untuk mengetahui penggunaan informasi akuntansi diferensial


untuk perencanaan laba jangka pendek.

2.

Untuk mengetahui perekayasaan parameter untuk perencanaan laba


jangka pendek.

3.

1.4

Untuk mengetahui teknik analisis biaya-volume-laba

Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi manajemen dalam penyusunan

anggaran jangka pendek. Bagi mahasiswa, makalah ini diharapkan bermanfaat dalam
memperbanyak wawasan dalam mata kuliah Akuntansi Manajemen. Untuk kedepannya,
materi ini diharapkan mampu diterapkan oleh mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari,
khususnya dalam dunia kerja.

II. PEMBAHASAN

2.1

Perencanaan Laba Jangka Pendek


Dalam pengambilan keputusan, manajemen memerlukan informasi akuntansi

diferensial sebagai salah satu dasar pemilihan alternatif. Dalam penyusunan anggaran,
manajemen memerlukan informasi akuntansi untuk mempertimbangkan berbagai
dampak terhadap laba akibat dipilihnya suatu alternatif. Laba perusahaan dalam jangka
panjang dipengaruhi oleh pendapatan (hasil kali volume penjualan dan harga jual),
biaya variabel, dan biaya tetap.
Dalam perencanaan laba jangka pendek, manajemen dihadapkan pada
pertanyaan berikut ini: Bagaimana akibatnya terhadap laba, jika volume penjualan
berubah; jika harga jual berubah; jika biaya berubah?. Perencanaan laba jangka pendek
dilakukan manajemen dalam proses penyusunan anggaran. Dalam proses perencanaan
laba jangka pendek tersebut, manajemen memerlukan informasi akuntansi diferensial,
untuk mempertimbangkan dampak perubahan volume penjualan, harga jual dan biaya
terhadap laba perusahaan.
Manjemen selalu dihadapkan pada pemilihan alternatif tindakan yang harus
dipertimbangkan dampaknya terhadap laba perusahaan. Manajemen akan dihadapkan
pada pilihan apakah harga jual produk dalam tahun anggaran yang akan datang perlu
diturunkan untuk mengungguli posisi pesaingnya di pasar. Jika harga jual produk
diturunkan kemungkinan yang akan terjadi adalah volume penjualan akan naik. Jika
volume penjualan naik, anggaran biaya di masa yang akan datang akan naik pula. Untuk
dapat memilih alternatif penurunan harga jual produk tersebut, manajemen memerlukan
informasi dampak perubahan harga jual produk, volume penjualan, dan biaya terhadap
laba perusahaan dalam tahun anggaran yang akan datang. Dengan mengetahui dampak
perubahan tersebut terhadap laba, manajemen akan memiliki dasar yang kuat untuk
memilih tindakan apa yang perlu diambil, sehingga keputusan manajemen pun akan
lebih ekonomis dan rasional.

2.2

Rekayasa Parameter Untuk Perencanaan Laba Jangka Pendek


Manajemen membutuhkan parameter untuk mempertimbangkan berbagai usulan

kegiatan dalam perencanaan laba jangka pendek. Parameter tersebut antara lain impas

(break-even), margin of safety, shut-down point, degree of operatimg leverage, dan laba
kontribusi per unit.
2.2.1

Impas (break-even)
Impas (break-even) adalah keadaan suatu usaha yang tidak memperoleh laba dan

tidak menderita rugi. Dengan kata lain suatu usaha dikatakan impas jika jumlah
pendapatan (revenues) sama dengan jumlah biaya, atau apabila laba kontribusinya untuk
menutupi biaya tetap saja. Analisis impas adalah cara untuk mengetahui volume
penjualan minimum agar suatu usaha tidak menderita rugi, tetapi juga belum menerima
laba.
Ada dua cara untuk menentukan impas, yaitu dengan pendekatan teknik
persamaan dan pendekatan grafis. Penentuan impas dengan pendekatan teknik
persamaan dilakukan dengan mendasarkan pada persamaan pendapatan sama dengan
biaya ditambah laba. Sedangkan penentuan impas dengan pendekatan grafis dilakukan
dengan cara mencari titik potong antara garis pendapatan penjualan dan garis biaya
dalam suatu grafik yang disebut dengan grafik impas.
2.2.2

Pendekatan Impas dengan Pendekatan Teknik Persamaan


Laba adalah pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya, atau dinyatakan

dalam persamaan berikut.


Keterangan:
y = laba
c = harga jual per satuan
x = jumlah produk yang dijual
b = biaya variabel per satuan
a = biaya tetap

y = cx-bx-a

Menurut definisi, suatu perusahaan akan mencapai keadaan impas jika jumlah
pendapatan sama dengan jumlah biaya (laba=nol, y=0) atau jika dinyatakan dalam
bentuk persamaan adalah sebagai berikut:
y = cx-bx-a
0 = cx-bx- a
cx = bx + a

pendapatan penjualan = biaya

a = cx-bx

biaya tetap = laba kontribusi

a = x (c-b)
4

x =
(c-b)

Impas (dalam satuan produk) = biaya tetap dibagi


selisih antar harga jual per satuan dengan biaya
variabel per satuan.

x adalah kuantitas yang dijual pada keadaan impas.


Jadi rumus perhitungan impas dalam satuan produk adalah
Impas (dalam satuan produk)

Biaya Tetap
Harga Jual- Biaya Variabel
per satuan

per satuan

Impas dalam rupiah penjualan dapat dicari rumusnya dengan cara mengalikan rumus
impas diatas dengan c, yaitu harga jual per satuan produk.
cx =

ac
(c-b)

a
(c-b):c

(c:c)- (b:c)

a
1-(b:c)

Jadi, rumus perhitungan impas penjualan dalam rupaiah adalah


Impas (dalam rupiah penjualan) =

Biaya Tetap
1

- Biaya Variabel per satuan


Harga jual per satuan

Impas (dalam rupiah penjualan) =

Biaya Tetap

Contribution Margin
Catatan: 1-b/c disebut dengan marginal income ratio atau contribution margin ratio,
yaitu hasil bagi laba kontribusi dengan pendapatan penjualan.
Contoh 1
Dalam suatu pasar malam, Pak Achamd akan membuka tempat penitipan sepeda. Dia
menyewa tempat yang dapat menampung 500 sepeda. Sewa tempat tersebur per malam
Rp 150.000. Untuk menjaga sepeda, dia mempekerjakan dua orang dengan upah Rp
100.000 per malam per orang, ditambah dengan upah insentif sebesarJumlah
Rp 250 per orang
untuk
setiap sepeda
yang masuk titipan.500
Tarif
titipan
kepada pemakai
Pendapatan
Penjualan
x Rp
2.500yang dibebankan
Rp1.250.000
jasa
sebear
Rp 2.500 per sepeda per malam. Perhitungan proyeksi laba per malam
Biaya
Variabel:
apabila
500insentif
sepedadua
masuk
ke tempat 2penitipan
sepeda
disajikan pada
Upah
karyawan
x 500 x Rp
250 Pak Achmad
Rp 250.000
gambar
berikut ini.
Laba Kontribusi
Rp 1.000.000
Biaya Tetap:
Sewa tempat

Rp

150.000

Upah dua karyawan 2 x Rp 100.000

Rp

200.000
Rp 350.000

Laba Bersih

Rp 650.000

Pak Achmad ingin memperoleh informasi berapa jumlah minimum sepeda yang harus
masuk setiap malam ke tempat penitipan sepedanya, agar usaha beliau tidak mengalami
kerugian. Jumlah sepeda minimum yang harus masuk setiap malam agar usaha Pak
Achamd dapat menutup semua biaya yang dikeluarkan per malam adalah:
Impas =

Biaya Tetap

Harga Jasa- Biaya Variabel


per satuan

Rp 350.000

Rp 2.500-

per satuan

= 175 sepeda

Rp 250.000
500 sepeda

Jadi, sepeda yang masuk ke penitipan sepeda Pak Achmad minimal 175 sepeda per
malam agar dapat menutup semua biaya yang dikeluarkan sehingga usaha Pak Achmad
tidak mengalami kerugian.
Impas juga dapat dinyatakan dalam jumlah rupiah dari usaha titipan sepeda.
Perhitungannya sebagai berikut.
Impas (dalam rupiah penjualan) =

Biaya Tetap
1

- Biaya Variabel per satuan


Harga jasa per satuan
Rp 350.000

=
1 -

Rp 500
Rp 2.500
=
Rp 350.000
80 %
= Rp 437.500
Jadi, pendapatan minimum yang harus diterima Pak Achmad dari usaha penitipan
sepedanya adalah Rp 437.500 per malam agar dapat menutupi semua biaya yang
dikeluarkan malam itu. Dengan kata lain, setiap sepeda yang masuk telah mendatangkan

laba 80% (contribution margin ratio) dari pendapatan penjualan titipan sepeda yang
diterimanya.
Pembuktian
Jumlah
Pendapatan Penjualan 175 x Rp 2.500
Rp 437.500
Biaya Variabel 175 x Rp 500
Rp 87.500
Laba Kontribusi
Rp 350.000
Biaya Tetap:
Sewa tempat Rp 150.000
Upah dua karyawan 2 x Rp 100.000 Rp 200.000
Rp 350.000
Laba Bersih
Rp
0

2.2.3

Perhitungan Impas dengan Pendekatan Grafis


Perhitungan impas dapat dilakukan dengan menentukan titik pertemuan antara

garis pendapatan penjualan dan garis biaya dalam suatu grafik. Titik pertemuan antara
garis pendapatan penjualan dengan

garis biaya addalah titik impas. Untuk dapat

menentukan titik impas, harus dibuat grafik dengan sumbu datar menunjukkan volume
penjualan, sedangkan sumbu tegak menunjukkan biaya dan pendapatan.
Dari contoh 1 sebelumnya telah diketahui bahwa
Harga jasa produk per satuan

Rp

2.500

Biaya Variabel per satuan

Rp

500

Biaya Tetap per malam

Rp 350.000

Berbagai macam volume penitipan sepeda, pendapatan, biaya variable, biaya tetap dan
total biaya disajikan pada tabel berikut.
Volume
(unit)

Pendapatan

Biaya
Variabel

Biaya
Tetap

Total
Biaya

Laba (Rugi)

100
125
150
175
200
225
250
275
300
325
350
375
400
425
450
475
500

Rp250.000
Rp312.500
Rp375.000
Rp437.500
Rp500.000
Rp562.500
Rp625.000
Rp687.500
Rp750.000
Rp812.500
Rp875.000
Rp937.500
Rp1.000.000
Rp1.062.500
Rp1.125.000
Rp1.187.500
Rp1.250.000

Rp50.000
Rp62.500
Rp75.000
Rp87.500
Rp100.000
Rp112.500
Rp125.000
Rp137.500
Rp150.000
Rp162.500
Rp175.000
Rp187.500
Rp200.000
Rp212.500
Rp225.000
Rp237.500
Rp250.000

Rp350.000
Rp350.000
Rp350.000
Rp350.000
Rp350.000
Rp350.000
Rp350.000
Rp350.000
Rp350.000
Rp350.000
Rp350.000
Rp350.000
Rp350.000
Rp350.000
Rp350.000
Rp350.000
Rp350.000

Rp400.000
Rp412.500
Rp425.000
Rp437.500
Rp450.000
Rp462.500
Rp475.000
Rp487.500
Rp500.000
Rp512.500
Rp525.000
Rp537.500
Rp550.000
Rp562.500
Rp575.000
Rp587.500
Rp600.000

-Rp150.000
-Rp100.000
-Rp50.000
Rp0
Rp50.000
Rp100.000
Rp150.000
Rp200.000
Rp250.000
Rp300.000
Rp350.000
Rp400.000
Rp450.000
Rp500.000
Rp550.000
Rp600.000
Rp650.000

Berikut grafik impas usaha penitipan sepeda Pak Achmad.

Grafik Impas Usaha Penitipan Sepeda Pak Achmad


1,312,500
1,225,000
1,137,500
1,050,000
962,500
875,000
787,500
700,000
Pendapatan
Garis Pendapatan
Garis Total Biaya
Garis Biaya Tetap
612,500 Penjualan
dan Biaya (Rp)
525,000
437,500
350,000
262,500
Daerah
175,000
Rugi 87,500
0
25 50 75 100 125 150 175 200 225 250 275 300 325 350 375 400 425 450 475 500
Volume Sepeda yang dititipkan

Titik impas adalah perpotongan garis pendapatan dengan garis biaya. Dari grafik diatas
dapat diketahui bahwa titik impas dicapai pada:
8

Volume penitipan sepeda sebanyak 175 unit sepeda


Pendapatan penjualan sebesar Rp 437.500

Daerah sebelah kiri titik impas adalah daerah rugi karena pendapatan lebih rendah
daripada total biaya. Sedangkan daerah sebelah kanan titik impas adalah daerah laba
karena pendapatan lebih tinggi dari total biaya.

Contoh 2
PT Eliona memproduksi produk A. Rencana produksi untuk tahun anggaran 20X1
adalah sebagai berikut:
Sediaan awal

100kg

Rencana produksi

1.100 kg
1.200 kg

Rencana Penjualan

1.000 kg

Sediaan Akhir

200 kg

Biaya produksi variabel standar per kg produk:


Biaya bahan baku

Rp

10.000

biaya tenaga kerja variabel

7.000

Biaya overhead pabrik variabel

8.000

Jumlah biaya produksi variabel

Rp

Biaya administrasi dan umum variabel

25.000
10.000

Biaya pemasaran variabel

8.000

Jumlah biaya variabel

43.000

Biaya tetap per tahun terdiri dari:


Biaya overhead pabrik tetap

Rp 37.400.000

Biaya pemasaran tetap

15.000.000

Biaya administrasi dan umum tetap

25.000.000

Jumlah biaya tetap setahun


Harga jual produk per kg

Rp 77.400.000
Rp

172.000

Dalam penyusunan anggaran tersebut, manajemen puncak memerlukan


informasi jumlah pendapatan penjualan minimum dalam tahun 20X1 yang harus

dicapai, dari jumlah target penjualan tahun 20X1, agar perusahaan tidak mengalami
kerugian.
PT ELIONA
Laporan Laba Rugi Tahun 20X1 Projeksian

Pendapatan penjualan
Biaya variabel
Sediaan awal
Biaya produksi variabel

1000 x Rp172.000
100 x Rp25.000
1.100 x Rp25.000

Sediaan akhir

200 x Rp25.000

Biaya nonproduksi variabel


Biaya pemasaran variabel
Biaya adm dan umum variabel
Jumlah biaya variabel
Laba kontribusi
Biaya tetap:
Biaya overhead pabrik tetap
Biaya pemasaran tetap
Biaya adm dan umum tetap
Jumlah biaya tetap

1.000 x Rp8.000
1.000 x Rp10.000

Jumlah
Rp172.000.000

%
100%

Rp43.000.000
Rp129.000.000

25%
75%

Rp2.500.000
Rp27.500.000
Rp30.000.000
5.000.000
25.000.000
Rp8.000.000
Rp10.000.000

Rp37.400.000
15.000.000
25.000.000
Rp77.400.000

Laba bersih

Rp51.600.000

Dari informasi diatas, maka


Impas (dalam rupiah) =

Biaya Tetap
1-

Biaya variabel
Pendapatan penjualan

Rp 77.400.000
1- (Rp 43.000.000/Rp 172.000.000)

= Rp 103.200.000
Dari target penjualan sebesar Rp 172.000.000 dalam tahun 20X1 tersebut,
minimum

PT

Eliona

harus

dapat

mencapai

pendapatan

penjualan

sebesar

10

Rp103.200.000, agar usaha tidak menderita rugi maupun menerima laba atau dengan
kata lain impas.
Jika manajemen ingin memperoleh informasi kuantitas produk minimum yang
harus dijual dalam tahun anggaran 20X1 agar perusahaan tidak mengalami kerugian,
maka perhitungan impas dalam kuantitas adalah sebagai berikut.
Impas (dalam kg) =

Biaya tetap
Harga jual Biaya variabel
Per kg

Per kg

Rp 77.400.000
Rp 172.000 ( Rp 43.000.000: 1.000 kg)

= 600 kg
Jika dalam tahun 20X1, produk A yang terjual telah berjumlah 600kg, maka PT Eliona
sudah tidak menderita rugi lagi. Dalam setiap penjualan 1 kg produk A berikutnya,
perusahaan akan memperoleh laba Rp129.000 (75% x Rp 172.000), karena biaya tetap
seluruhnya telah tertutup dari penjualan 600 kg tersebut.
2.2.4

Grafik Impas dan Struktur Biaya


Bentuk grafik impas dapat menunjukkan sifat kegiatan perusahaan dan kegiatan

apa yang hendak nya dilakukan oleh perusahaan tersebut. Dalam perusahaan yang biaya
tetapnya relatif besar, impas biasanya akan tercapai pada volume penjualan yang relatif
tinggi. Bentuk grafik impas biasanya seperti tercantum pada gambar berikut.

11

Grafik 5.12 Impas Perusahaan dengan Struktur Biaya yang Sebagian Besar Berupa
Biaya Tetap
Usaha pokok manajemen perusahaan yang biaya tetapnya tinggi (misalnya hotel,
bioskop,

perusahaan

telepon)

adalah

memaksimumkan

pendapatan.

Untuk

memaksimumkan pendapatan perusahaan hotel, dapat dilakukan misalnya dengan cara


memberikan potongan tarif pada masa liburan. Selama tarif tersebut masih
menghasilkan laba kontribusi, maka tindakan tersebut masih menguntungkan karena
akan menambah kontribusi untuk menutup biaya tetap. Dalam usaha menutup biaya
tetapnya, perusahaan bioskop biasanya menempuh cara penjualan karcis yang lebih
rendah pada pertunjukan di siang hari. Perusahaan telepon memberikan potongan 50%
untuk percakapan setelah 22.00 sampai dengan 07.00.
Dalam perusahaan yang biaya tetapnya relatif rendah, impas biasanya akan
tercapai pada tingkat volume penjualan yang relatif rendah. Bentuk grafik impas
biasanya seperti tampak pada gambar 5.13.

Grafik 5.13 Impas Perusahaan dengan Struktur Biaya yang Sebagian Besar Berupa
Biaya Variabel
Perusahaan konveksi dan perusahaan makanan adalah contoh perusahaan yang
biaya tetapnya rendah, karena sebagian besar biayanya terdiri dari biaya bahan baku dan
tenaga kerja langsung. Usaha pokok manajemen perusahaan yang biaya tetapnya relatif
rendah adalah memperbaiki hubungan antara biaya dan harga jual agar titik impas dapat

12

diturunkan, sehingga daerah laba menjadi luas. Biasanya usaha penurunan biaya
merupakan hal yang penting dalam perusahaan ini.
2.2.5

Impas dalam Lingkungan Manufaktur Maju


Karakteristik biaya produksi dalam lingkungan manufaktur maju ditandai

dengan berkurangnya unsur biaya tenaga kerja langsung dan membesarnya proporsi
biaya overhead pabrik. Di samping itu, teknologi manufaktur maju memungkinkan
perusahaan melakukan diversifikasi produk yang diproduksi dan menyebabkan semakin
besarnya proporsi biaya overhead pabrik yang tidak berkaitan dengan unit produk yang
diproduksi (non- unit-related overhead costs). Setiap produk yang di produksi
mengkonsumsi nonunit related overhead costs dengan proporsi yang berbeda-beda.
Unsur biaya produksi dalam lingkungan manufaktur maju dilukiskan pada gambar 5.14

Gambar 5.14 Unsur Unit-Related dan Non-Unit-Related Costs dalam Kos produk
Beda antara perhitungan impas konvensional dan activity-based costing terletak
pada unsur biaya variabel yang digunakan dalam perhitungan impas. Perhitungan impas
tradisional menentukan biaya variabel berdasarkan perilaku biaya dalam hubungannya
dengan unit-level activities, seperti unit produk jam tenaga kerja langsung, atau jam
mesin. Di lain pihak, karena proporsi non unit-- related activities (seperti batch-related
activities, product-sustaining activities, dan facility sustaining activities) menjadi
signifikan dalam lingkungan manufaktur maju dan setiap produk mengkonsumsi
berbagai tipe aktivitas tersebut dengan proporsi yang berbeda-beda, maka variabilitas

13

biaya dalam activity-based costing tidak hanya dihubungkan dengan unit level activities
saja, namun juga dengan batch-related activities, product-sustaining activities dan
facility sustaining activities.
Dalam perhitungan impas konvensional, total biaya terdiri dari biaya tetap dan
biaya variabel, yang dinyatakan dalam persamaan berikut ini :
k = a + bx
Keterangan :
k = Total biaya
a = Total biaya tetap
b = Biaya variabel pe unit
x = Unit-level activities.
Dalam perhitungan impas berdasarkan activity-based costing, total biaya terdiri
dari biaya tetap dan berbagai tipe biaya varibael, yang dinyatakan dalam persamaan
berikut ini :
k = a + b1x1 + b2x2 + b3x3
Keterangan :
k = total biaya
a = facility sustaining activity costs
b1 = biaya variabel per satuan unit-level activity
b2 = biaya variabel pe satuan batch-related activity
b3 = biaya variabel persatuan product-sustaining activity
x1 = unit-level activities
x2 = batch-related activities
x3 = product-sustaining activities
Jika harga jual persatuan produk sama dengan c, maka persamaan laba
berdasarkan activity-based costing adalah :
y = cx1 a b1x1 b2x2 b3x3
Keterangan :
14

= laba

cx1 =

pendapatan penjualan (harga jual per unit kali kuantitas yang dijual yang
ditunjukkan oleh unit level activities.

= facility sustaining activity cost

b1 = biaya variabel per satuan unit-level activity


b2 = biaya variabel per satuan batch-related activity
b3 = biaya variabel per satuan product-sustaining activity
x1 = unit-level activity
x2 = batch-related activities
x3 = product-sustaining activities.
Dari persamaan tersebut dapat dihitung rumus perhitungan impas berdasarkan
activity-based costing :
x2 = a + b2x2 + b3x3
a-b1
Keterangan :
x2 = volume penjualan pada kondisi impas
a = facility sustainng ativity costs
b1 = biaya variabel per satuan unit-level activity
b2 = biaya variabel per satuan batch-related activity
b3 = biaya varibael per satuan product- related activity
x1 = unit-level activities
x2 = batch-level activities
x3 = product-sustaining activities
Contoh 3
PT X memproduksi satu macam produk dengan struktur biaya sebagai berikut :
Biaya variabel per unit

Rp

12.000

Biaya tetap setahun

Rp 100.000.000

Harga jual produk per unit

Rp

20.000

Impas dengan Pendekatan konvensional


15

Berdasarkan data tersebut dihitung impas dengan pendekatan konvensional berikut ini :
Impas =

Biaya Tetap
Harga jual per unit-Biaya variabel per unit

100.000
20.000-12.000

= 12.500 unit
2.2.6

Impas dengan Pendekatan Activity-Based Costing


Dengan pendekatan activity-based costing, biaya tersebut di atas perlu dirinci

lebih lanjut menurut perilaku biaya dalam hubungannya dengan berbagai tipe aktivitas.
Misalnya biaya variabel Rp 12.000 per unit dan biaya tetap (Rp 100.000.000) jika
dihubungkan dengan aktivitas dapat dirinci seperti di sajikan pada Gambar 5.15.
Jumlah
Jenis Biaya

Cost

Cost Driver

Biaya per unit

Driver
Unit-level activity costs
Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja Langsung
Biaya Overhead pabrik variabel
Biaya pemasaran variabel
Unit yang
Batch-related activity costs
Product-sustaining activity costs
Facility-sustaining activity costs

20
1.000

dijual
Jam setup
Jam rekayasa

Rp
Rp

6.000
5.000
500
500

Rp

12.000

Rp 1.000.000
Rp
30.000
Rp 50.000.000

Gambar 5.15 Data Biaya Tetap dan Biaya Variabel menurut Hubungannya dengan
Aktivitas
Berdasarkan pada Gambar 5.15, biaya tetap yang dijadikan pembilang dalam
formula penghitungan impas dirinci sebagai berikut :
Batch-related activity costs

20 x Rp 1.000.000

Rp 20.000.000

16

Product-sustaining activity costs

1000 x Rp 30.000

30.000.000

Facility-sustaining activity costs

50.000.000

Biaya tetap dengan pendekatan activity-based costing

Rp 100.000.000

Facility-sustaining activity costs + Product-sustaining activity


Impas =

Costs + Batch-related activity cost


Harga jual per unit- Unit-level activity costs per unit

Rp 50.000.000 + (20 x Rp 1.000.000) + (1.000x Rp 30.000)


Rp 20.000-Rp 12.000

12.500 Unit

Dari perhitungan impas dengan dua macam pendekatan tersebut, hasil yang
diperoleh adalah sama. Namun, jika dilihat lebih teliti, terdapat perbedaan dalam
formula perhitungan perhitungan impas dalam kedua pendekatan tersebut. Biaya tetap
yang dipakai sebagai pembilang dalam formula perhitungan impas dengan pendektan
activity-based costing dirinci ke dalam tiga kelompok biaya : facility-sustaining activity
cost, product-sustaining activity costs, dan batch related-activity costs. Pemecahan
biaya tetap ke dalam tiga golongan tersebut menjadikan formula perhitungan impas
lebih memiliki dimensi strategik dalam pengambilan keputusan dibanding dengan
formula konvensional.
Contoh 4
Jika misalnya bagian Desain mengusulkan untuk mengubah desain produk untuk
menurunkan biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 2.000 per unit. Desain produk baru
ini diperkirakan menaikkan biaya persiapan produksi (setup costs yang merupakan
batch-related activity costs) menjadi sebesar Rp 1.600.000. Desain baru ini juga
menjadikan aktivitas rekayasa (product- sustaining activities) mengalami kenaikan
sebesar 40% dari 1.000 jam rekayasa menjadi 1.500 jam rekayasa.
Bagaimanakah dampak rencana pengubahan desain ini terhadap impas ?
Jika digunakan pendekatan konvensional, impas dihitung sebagai berikut :

17

Impas =

Rp 100.000.000
Rp 20.000 (Rp 12.000- Rp 2.000)

= 10.000 unit
Biaya tetap dalam perhitungan impas dengan pendekatan tradisional tidak
mengalami perubahan (tetap diperhitungkan sebesar Rp 100.000.000 ), karena dalam
pendekatan tradisional, biaya tetap tidak dirinci lebih lanjut ke dalam tiga golongan
biaya tetap: facility-sustaining costs, product-sustaining activity costs dan batch related
activity costs. Oleh karena itu, hanya perubahan biaya tenaga kerja langsung sebagai
akibat usulan bagian desain yang diperhitungkan dalam penentuan impas dengan
pendekaan konvensional.
Jika digunakan pendekatan activity- based costing, impas dihitung sebagai
berikut :
Rp 50.000.000 + (Rp 1600.000 x 20) + (Rp 30.000 x 1500)
Impas =
=

(Rp 20.000- Rp 10.000)


12.700 unit

Keputusan yang dihasilkan berdasarkan impas yang dihitung dengan pendekatan


konvensional akan sangat berbeda jika dibandingkan dengan yang didasarkan atas
impas yang dihitung berdasarkan activity-based costing. Berdasarkan pendekatan
konvensional, usulan perubahan desain tersebut akan diterima karena impas akan
tercapai pada tingkat penjualan yang lebih rendah dibandingkan jika desain produk
tidak diubah (dari 12.500 unit turun menajdi 10.000 unit). Namun, berdasarkan
pendekatan acitivity-based costing, usulan perubahan desain tidak diterima, karena
perubahan desain tersebut akan mengakibatkan kenaikan impas (dari 12.500 unit
menjadi 12.700 unit ), sehingga jumlah minimum unit yang harus dijual agar tidak
mengalami kerugian menjadi lebih tinggi jika produk tersebut diubah desainnya.
Dengan mencegah pembilang formula impas berdasarkan hubungan biaya
dengan aktivitas, sebenarnya tidak semua biaya yang semula digolongkan ke dalam
biaya tetap menurut pendekatan konvensional, berpeilaku tetap. Product- sustaining
activity costs dan batch-related activity costs merupakan biaya variabel, yang berubah

18

sebanding dengan perubahan aktivitas yang bersangkutan dengan biaya tersebut. Oleh
karena itu, jika suatu kebijakan menyebabkan perubahan dalam product-sustaining
activity costs dan batch-related activity costs, pendekatan activity- based costing mampu
mencerminkan akibat perubahan biaya tersebut terhadap perhitungan impas. Karena
pendekatan konvensional tidak membedakan biaya menurut aktivitas, maka pendekatan
perhitungan impas tersebut tidak mampu mencerminkan dampak perubahan productsustaning activity cots dan batch-related activity costs terhadap impas.
2.2.7

Grafik Laba Satuan ( Unit Profit Graph )


Pada umumnya grafik impas disusun atas dasar total pendapatan penjualan

dengan total biaya. Agar manajemen dapat mengetahui pengaruh biaya tetap terhadap
biaya persatuan, maka disusunlah grafik laba satuan. Dalam grafik ini digambar
pendapatan, biaya variabel,dan total biaya per satuan produk. Biaya tetap per satuan
berprilaku berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan, sedangkan biaya variabel
persatuan berperilaku konstan, tidak berubah dalam hubungannya dengan perubahan
volume kegiatan.

Contoh 5
Dari contoh 2 di atas, dihitung biaya variabel, biaya tetap, dan pendapatan penjualan per
satuan produk dalam tabel di bawah ini.
Volume Penjualan
(kg)

Biaya variabel
Biaya tetap
Total biaya
Harga jual
Laba (rugi)

2.2.8

200
43.000
387.000
430.000
172.000
(258.000)

400
43.000
193.500
236.500
172.000
(64.500)

600
43.000
129.000
172.000
172.000
0

800
43.000
96.750
139.750
172.000
32.250

1.000
43.000
77.400
120.400
172.000
51.600

Margin of Safety

Analisis impas memberikan informasi mengenai berapa jumlah volume penjualan


minimum agar perusahaan tidak menderita rugi. Jika angka impas dihubungkan dengan
angka pendapatan penjualan yang dianggarkan atas pendapatan penjualan tertentu, akan

19

diperoleh informasi berapa volume penjualan yang dianggarkan atau pendapatan


penjualan tertentu boleh turun agar perusahaan tidak menderita rugi. Selisih antara
volume penjualan yang dianggarkan dengan volume penjualan impas disebut angka
margin of safety

Grafik Laba Satuan PT Eliona


458,667
401,333
344,000
286,667

Titik Impas

Total
biaya
per kg
Harga jual dan biaya
(dalm
ribuan
rupiah) 229,333

Harga jual per kg

172,000
114,667
57,333
0
200

400

600

800

1000

Volume Penjualan

Dari contoh 2, PT Elioma merencanakan volume penjualan sebesar Rp172.000.000,


sedangkan menurut perhitungan impas tercapai pada volume penjualan Rp103.800.000,
maka
Margin of Safety = Volume penjualan dianggarkan volume penjualan impas
= Rp172.000.000- Rp103.800.00
= Rp 68.800.000
atau sebesar 40% dari volume penjualan yang dianggarkan
Jadi, kesimpulannya adalah jika volume penjualan yang dianggarkan tidak tercapai,
maka maksimum penurunan yang boleh terjadi adalah sebesar Rp 68.800.000 atau 40%
nya, agar perusahaan tidak menderita kerugian.
20

2.2.9

Titik Penutupan Usaha (Shut-Down Point)


Apabila ditinjau dari sudut biaya, pengambilan keputusan untuk menutup usaha

dilakukan dengan mempertimbangkan pendapatan penjualan dengan biaya tunai (cashcost atau out of pocket costs atau biaya keluar dari saku). Biaya tunai adalah adalah
biaya-biaya yang memerlukan pembayaran segera dengan uang kas. Biaya variabel
biasanya merupakan biaya tunai tetapi biaya tetap mungkin juga termasuk sebagai biaya
tunai seperti: gaji pengawas pabrik dan biaya pemeliharaan. Dalam pengambilan
keputusan untuk menutup usaha harus diadakan pembedaan antara biaya keluar dari
saku dan biaya terbenam, yaitu pengeluaran yang dilakukan pada masa yang lalu, yang
manfaatnya masih dinikmati sampai sekarang). Contoh biaya terbenam adalah biaya
depresiasi, amortisasi, dan deplesi.
Suatu usaha harus dihentikan apabila pendapatan yang diperoleh tidak dapat
menutup biaya tunainya. Untuk mengetahui pada tingkat penjualan berapa suatu usaha
harus dihentikan, dapat dilakukan dengan mencari titik perpotongan antara garis
pendapatan penjualan dengan garis biaya tunai dalam grafik impas. Titik penutupan
usaha dapat pula dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini.
Titik penutupan usaha (dalam rupiah)

Biaya tetap tunai


Contribution Margin Ratio

Titik penutupan usaha (dalam satuan produk) =

Biaya tetap tunai


Harga Jual -Biaya variabel
per satuan

per satuan

Contoh 6
Apabila dalam contoh 2, biaya tetap sebesar Rp 77.400.000 tersebut terdiri dari biaya
keluar tunai Rp 64.500.000 dan biaya terbenam (sunk costs) sebesar Rp12.900.000. Jika
data perhitungannya kita dapatkan dari contoh 2, maka titik penutupan usaha dapat
ditentukan sebagai berikut.
Titik penutupan usaha (dalam rupiah)

Biaya tetap tunai


Contribution Margin Ratio

= Rp 64.500.000
75%

21

= Rp86.000.000
Titik penutupan usaha (dalam satuan produk) =

Rp64.500.000

Rp172.000- Rp 43.000
= 500 kg
Dengan demikian pengolahan produk A dalam contoh 2 harus dihentikan jika
penjualannya berada dibawah titik penutupan usaha, yakni sebesar Rp86.000.000 atau
500 kg karena pendapatan penjualan dibawah jumlah tersebut akan mengakibatkan
perusahaan tidak mampu membayar biaya tunainya.
2.2.10 Degree Of Operating Laverage
Disamping impas, margin of safety, dan shut-down point, laporan laba rugi yang
disusun berdasarkan metode variable costing memiliki satu paramater lagi yang disebut
degree of operating leverage yang memberikan ukuran dampak perubahan pendapatan
penjualan terhadap laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Dengan parameter ini,
manajemen akan dengan cepat mengetahui dampak setiap usulan kegiatan yang
menyebabkan perubahan pendapatan penjualan terhadap laba bersih perusahaan.
Degree of operating leverage dihitung dengan rumus berikut ini :
Degree of operating leverage =

Laba kontribusi
Laba bersih

Contoh 7
Dari laporan laba rugi PT Eliona tahun 20X1 pada contoh 2, pada tingkat penjualan Rp
172.000.000, degree of operating leverage adalah
Degree of operating leverage = Laba kontribusi
Laba bersih

= Rp 129.000.000 = 2,5 kali


Rp 51.600.000

Apabila perusahaan diperkirakan akan mengalami peningkatan volume penjualan


sebesar 5% , maka manajemen dapat memperkirakan kenaikan laba bersih sebesar 12,5
% (2,5 kali x 5%).
2.2.11 Anggapan Yang Mendasari Analisis Impas
Ramalan impas ini hanya akan tepat apabila variabel variabel yang dipakai
untuk menghitung impas tidak berubah karena rumus perhitungan impas adalah
22

Impas =

Biaya tetap
Contribution margin ratio

Maka harus disadari bahwa :


1.

Suatu perubahan dalam biaya variabel akan mengakibatkan perubahan pada

2.

contribution margin ratio dan impas.


Suatu perubahan dalam harga jual akan mengakibatkan perubahan pada

3.

contribution margin ratio dan impas.


Angka laba kontribusi hanya dipengaruhi oleh perubahan pada biaya variabel

4.

dan harga jual.


Suatu perubahan dalam biaya tetap mengakibatkan perubahan pada impas tetapi
tidak mempengaruhi laba kontribusi.
5. Suatu perubahan gabungan dalam biaya tetap dan biaya variabel pada arah yang
sama akan menyebabkan perubahan tajam terhadap impas.

Secara rinci anggapan (asumsi) yang mendasari analisis impas adalah sebagai berikut.
1.

Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang diramalkan.


Biaya tetap akan selalu konstan dalam kisaran volume yang dipakai dalam
perhitungan impas, sedangkan biaya variabel berubah sebanding dengan

2.

perubahan volume penjualan.


Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat kegiatan.
Jika dalam usaha menaikkan volume penjualan dilakukan penurunan harga jual
atau dengan memberikan potongan harga, maka hal ini mempengaruhi hubungan

3.

biaya, volume dan laba.


Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relatif konstan. Penambahan fasilitas
produksi akan berakibat pada penambahan biaya tetap dan akan mempengaruhi

4.

hubungan biaya-volume- laba.


Harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah. Jika harga bahan baku dan
tarif upah menyimpang terlalu jauh dibanding dengan data yang dipakai sebagai
dasar perhitungan impas, maka hal ini akan mempengaruhi hubungan biaya,

5.
6.
7.
8.

volume laba.
Efisiensi produksi dianggap tidak berubah.
Perubahan jumlah persediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan.
Komposisi produk yang akan dijual dianggap tidak berubah.
Anggapan yang paling pokok adalah volume adalah satu-satunya factor yang
mempengaruhi biaya.

23

2.3

Analisis Biaya-Volume-Laba
Analisis impas memberikan informasi tingkat penjualan minimum yang harus

dicapai suatu usaha agar tidak mengalami kerugian. Dari volume penjualan yang
direncanakan boleh turun, agar perusahaan tidak menderita kerugian. Analisis impas
menyajikan informasi untuk perencanaan volume penjualan. Analisis impas merupakan
salah satu bentuk analisi biaya volume-laba karena untuk mengetahui impas maupun
margin of safety perlu dilakukan analisis terhadap hubungan antara biaya, volume, dan
laba.
Jika dalam analisis impas titik berat analisis diletakkan pada penaksiran tingkat
penjualan minimum yang menghasilkan laba sama dengan nol, maka dalam analisis
biaya-volume-laba ini titik berat analisis diletakkan pada sampai seberapa besar
perubahan-perubahan biaya, volume, dan harga jual berdampak terhadap laba
perusahaan.
Produk

Kuantitas

X
Y
Jumlah

500
100
600

Harga Jual Per


satuan

Pendapatan penjualan yang


dianggarkan

Rp 25
10

Rp 12.500
1.000
Rp 13.500

Untuk memudahkan analisis dampak perubahan biaya, volume, dan harga jual
terhadap laba, dapat dibuat grafik laba dan volume ( profit-volume-graph), pembuatan
grafik ini dilakukan sebagai berikut :
1.
Dibuat grafik yang dibagi menjadi dua bagian yang dibatasi dengan garis
penjualan yang dibuat mendarat. Sumbu tegak menunjukkan jumlah laba atau
rugi pada berbagai tingkat volume penjualan (lihat gambar 5.25).
2.
Kemudian ditarik garis laba-rugi yang menghubungkan titik-titik rugi atau
laba pada berbagai volume penjualan. Kerugian terbesar adalah sebesar

biaya

tetap, yang terjadi pada volume penjualan sama dengan nol.


3.
Titik pertemuan garis laba-rugi dengan garis penjualan menunjukkan titik
impas.
Contoh 8
Atas dasar pada contoh 2 dapat dibuat grafik laba volume,seperti disajikan pada gambar
5.25. garis laba-rugi pada grafik dan volume tersebut dapat menunjukkan berapa jumlah

24

rugi dan laba berbagai tingkat volume penjualan sebesar Rp 34.400.000 laba yang
diperoleh sebesar Rp 51.600.000 dan pada volume penjualan sebesar Rp 172.000.000
laba yang diperoleh sebesar Rp 51.600.000.

Manfaat Analisis Hubungan Biaya-Volume-Laba bagi Manajemen


Hubungan antara biaya, volume, dan laba, dipengaruhi oleh lima faktor atau
suatu kombinasi faktor-faktor berikut ini: (1) harga jual per satuan, (2) volume
penjualan, (3) komposisi produk yang dijual, (4) biaya variabel per satuan, dan (5) total
biaya tetap. Agar perencanaan laba perusahaan dapat efektif, manajemen harus dapat
memperkirakan dampak perubahan masing-masing faktor tersebut terhadap laba bersih,
impas, dan return of investment perusahaan.
Pembuatan anggaran pendapatan dan biaya dan penyajian informasi tersebut
dalam grafik laba dan volume merupakan alat yang efektif dalam menyajikan informasi
bagi manajemen untuk keperluan perencanaan laba jangka pendek. Hal ini
memungkinkan manajemen memperkirakan pengaruh perubahan kondisi pasar terhadap
laba, sehingga manajemen dapat memilih berbagai macam usul kegiatan yang
memberikan kontribusi terbesar terhadap pencapaian laba di masa yang akan datang.
Dampak Perubahan Harga Jual Produk Hubungan Biaya-Volume-Laba
Suatu perubahan dalam harga jual produk kemungkinan akan berdampak
terhadap kuantitas produk yang dijual, laba, dan impas.

25

Contoh 9
Dari data dalam contoh 2 misalkan manajemen ingin mengetahui pengaruh
beberapa usul manajer pemasaran terhadap laba tahun 20X1. Usul tersebut adalah
berhubungan dengan penetapan kebijakan harga jual produk. Menurut perkiraan
manajer pemasaran, jika harga jual produk dinaikkan 25% diperkirakan volume
penjualan tahun 20X1 turun 30% sedangkan jika harga jual produk diturunkan 10%,
volume penjualan tahun 20X1 diperkirakan naik 30%.
Akibat masing-masing alternatif tersebut terhadap laba yang dianggurkan tahun
20X1 dapat dilihat dalam laporan laba-rugi projeksian pada gambar 5.26.

Pendapatan

Harga jual turun 10

Harga

jual

Rp

Harga jual naik 25

% dan volume yang

172.000 per satuan

di jual naik 30 %

dan volume produk

produk

yang dijual 1.000 kg

jual turun 30 %

dan

volume
yang

di

Rp 201.240.000

Rp 172.000.000

Rp 150.500.000

55.900.000
Rp 145.340.000

43.000.000
Rp 129.000.000

30.100.000
Rp 120.400.000

Biaya tetap

77.400.000

77.400.000

77.400.000

Laba bersih

Rp 67.940.000

Rp 51.600.000

Rp 43.000.000

Rp 107.500.000

Rp 103.200.000

Rp 96.750.000

penjualan
Biaya Variabel
Laba Kontribusi

Impas

Gambar 5.26 Laporan Rugi-laba dengan adanya perubahan Harga jual produk dan
volume produk yang di jual
Catatan
Dalam contoh ini dianggap biaya variabel per satuan tidak berubah, meskipun
kenyataannya beberapa jenis biaya variabel seperti komisi penjualan, potongan
penjualan, biasanya dipengaruhi oleh perubahan harga jual.
Data pada Gambar 5.26 dapat disajikan dalam grafik laba dan volume seperti
tampak pada Gambar 5.27.

26

Dampak Perubahan Komposisi Produk yang Dijual terhadap Hubungan BiayaVolume-Laba


Perusahaan yang menjual lebih dari satu macam produk seringkali mempunyai
kesempatan untuk menaikkan laba kontribusi dan menurunkan titik impas dengan cara
memperbaiki komposisi produk yang dijual, yaitu menaikkan proporsi penjualan produk
yang menghasilkan contribution margin ratio yang tertinggi.
Contoh 10
PT EL Sari menjual tiga macam produk A, B,C. Harga jual, biaya variabel, dan laba
kontribusi per satuan, serta total biaya tetap disajikan pada gambar 5.28.
Produk A
Harga Jual
Biaya varian
Laba kontribusi

Produk B

Produk C

Rp 25

Rp 30

Rp 50

15

12

15

Rp 10

Rp 18

Rp 35

Total biaya tetap

Rp 500.000
Gambar 5.28 Laba Kontribusi per satuan

Perhitungan laba bersih dan impas pada berbagai komposisi produk yang terjual
disajikan pada Gambar 5.29
27

Komposisi produk yang Di jual


A = 20.000 unit
B = 10.000 unit
C = 50.000 unit
Pendapatan penjualan
Biaya variabel
Laba kontribusi
Biaya tetap
Laba bersih
Impas

A = 10.000 unit
B =15.000 unit
C = 10.000 unit

A = 5.000 unit
B = 7.000 unit
C = 15.000 unit

Rp 1.050.000

Rp 1.200.000

Rp 1.085.000

495.000

480.000

384.000

Rp 555.000
500.00

Rp 720.000
500.000

Rp 701.000
500.000

Rp 55.000

Rp 220.000

Rp 201.000

Rp 945.945

Rp 833.333

Rp 777.895

Gambaran 5.29 Perhitungan laba dan Impas pada berbagai macam komposisi produk

28

Data pada Gambar 5.29 tersebut disajikan dalam grafik laba dan volume Pada

gambar tersebut dapat diketahui bahwa jika komposisi produk yang dijual diperbaiki,
maka laba kontruksi dan laba bersih akan naik dan titik impas akan turun.
Analisis Hubungan Biaya Laba untuk Setiap Produk dalam Perusahaan yang
Memproduksi dan Menjual Lebih dari Satu Macam Produk.
Dalam perusahaan yang memproduksi dan menjual lebih dari satu macam
produk, manajemen tidak hanya menghadapi masalah mencari komposisi produk yang
dijual yang menghasilkan laba maksimum, namun jugamemrlukan informasi kontribusi
masing-masing produk dalam menghasilkan laba perusahaan secara keseluruhan.
Contoh 11
Misalkan pada contoh 10, PT El Sari menjual tiga macam produk dengan komposisi
sebagai berikut : produk A = 10.000 unit; produk B = 15.000 unit; produk C = 10.000
unit. Perhitungan laba kontribusi untuk masing-masing produk disajikan pada gambar
5.31.

29

Produ

Pendapatan

Biaya

Laba

Persentase

Profit

penjualan

variabel

kontribusi

Biaya

Volume

Variabel dari ratio


Hsl penjualan (p/v
A

Rp 250.000

Rp 150.000

Rp 100.000

60 %

ratio)
40 %

Rp 450.000

Rp 180.000

Rp 270.000

40 %

60 %

Rp 50.000
Rp 150.00
Rp 1.200.000 Rp 480.000
Biaya tetap
Laba bersih
Rp 500.000
= Rp 833.333

Rp 350.000
Rp 720.000
Rp 500.000
Rp 220.000

30 %
40 %

70 %
60 %

Impas

0,6
Gambar 5.31 perhitungan laba kontribusi per jenis produk
Untuk menggambarkan analisis biaya-volume-laba per jenis produk, data pada gambar
5.31 tersebut dapat disajikan pada Gambar 5.32 dengan cara sebagai berikut:
1.

Dibuat grafik yang dibagi menjadi dua bagian yang dibatasi dengan garis penjualan
yang dibuat mendatar. Sumbu tegak menunjukkan jumlah laba

dan

rugi

pada

berbagai tingkat volume penjualan.


2.

Di buat garis laba-rugi yang mulai dari titik rugi terbesar sebesar Rp

500.000

(yaitu pada volume penjualan sama dengan nol, kerugian sebesar biaya

tetapnya),

kemudian ditarik garis ke titik garislurus ke titik laba total Rp 220.000. Titik impas
3.

terletak pada titik perpotongan garis laba-rugi


dengan garis penjualan.
Dibuat garis laba-rugi untuk tiap-tiap produk mulai dari produk yang
pendapatan
penjualannya terendah (dalam contoh ini produk A). Garis laba-rugi dimulai dari titik
biaya dan ditarik garis lurus ke titik rugi
250.000. titik ini menunjukkan

4.

Rp400.000 di bawah titik penjualan Rp

bahwa Rp100.000 dari biaya tetap sebesar Rp

500.000 telah ditutup oleh


produk A.
Garis laba rugi untuk produk B dimulai dari akhir garis laba-rugi produk A.
laba-rugi produk B berakhir pada titik rugi Rp 130.000 dibawah

Garis

titik penjaulan Rp

700.000 ( yaitu jumlah penjualan produk A dan B). Selisih antara akhir garis laba-rugi
produk A dengan titik akhir garis lab-rugi produk B sebesar Rp 270.000 menunjukkan
bahwa Rp 270.000 dari

biaya telah ditutup oleh produk B.


30

5.

Garis lab-rugi produk C dimulai dari akhir garis laba-rugi produk B. Garis ini
menyeberangi daerah rugi ke daerah laba ke arahtitik laba Rp 220.000.

III. SIMPULAN
Perencanaan laba jangka pendek dilakukan oleh manajemen dalam proses
penyusunan anggaran perusahaan. Perencanaan laba jangka pendek dapat dilakukan
dengan dasar laporan laba rugi projeksian dengan metode variable costing.
Dalam perencanaan laba jangka pendek, manajemen mempertimbangkan
berbagai usulan kegiatan yang berakibat terhadap perubahan harga jual, volume
penjualan, biaya variabel, dan atau biaya tetap yang akan berdampak pada laba bersih.
Oleh karena itu dalam perencanaan laba jangka pendek manajemen membutuhkan

31

informasi akuntansi diferensial dan biaya diferensial yang berdampak pada laba bersih.
Dampak terhadap laba bersih ini yang akan menjadi salah satu pertimbangan penting
manajemen dalam memutuskan berbagai usulan kegaiatan dalm proses penyusunan
anggaran perusahaan.
Dalam proses penyusunan anggaran ini, manajemen membutuhkan berbagai
parameter, seperti impas (break even), margin of safety, titik penutupan usaha (shutdown point), dan degree of operating leverage. Berbagai parameter in memberikan
bantuan yang penting bagi manajemen dalam mempertimbangkan berbagai usaulan
kegiatan dalam proses penyusunan anggaran perusahaan.
1.

Impas memberikan informasi tingkat penjualan suatu usaha yang labanya sama
dengan nol. Parameter ini memberikan informasi kepada manajemen mengenai
jumlah target pendapatan penjualan yang dianggarkan, berapa pendapatan
penjualan minimun yang harus dicapai agar perusahaan tidak menderita

2.

kerugian.
Margin of safety memberikan informasi berapa besar volume yang harus
dianggarkan atau pendapatan penjualan maksimum boleh turun agar usah tidak

3.

menderita kerugian.
Titik penutupan usaha memberikan informasi pada tingkat penjualan berapa
suatu usaha secara ekonomis sebaiknya ditutup karena pendapatan penjualannya

4.

hanya menutupi biaya tunainya saja.


Degree of operating leverage memeberikan informasi berapa kali lipat
persentase tertentu perubahan pendapatan penjualan mengakibatkan perubahan
laba bersih.
Analisis biaya-volume-laba menghasilkan informasi dampak perubahan harga

jual, biaya, dan/atau volume penjualan terhadap laba bersih. Dalam penyusunan
anggaran, berbagai kemungkinan pilihan harga jual, volume penjualan, dan biaya yang
selalu dihadapi manajemen. Dengan analisis biaya-volume-laba, manejemen akan
dengan mengetahui dengan cepat dampak rencana perubahan harga jual, volume
penjualan, dan biaya secara individual maupun bersama-sama terhadap laba bersih
perusahaan dalam tahun anggaran.

32

DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi. 2008. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Jakarta:
Salemba Empat

33

34

Anda mungkin juga menyukai