1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berhasil atau tidaknya suatu perusahaan pada umumnya ditandai dengan
volume
penjualan,
sedangkan
volume
penjualan
langsung
perusahaan.
Uraian akan diawali dengan gambaran proses perencanaan laba jangka pendek, berbagai
parameter yang bermanfaat untuk perencanaan laba jangka pendek, seperti impas,
margin of safety, shut-down point, dan degree of operating leverage, serta dilanjutkan
dengan uraian analisis biaya-volume-laba sebagai perencanaan laba jangka pendek.
1.2
Rumusan Masalah
1.
2.
3.
1.3
Tujuan Penulisan
1.
2.
3.
1.4
Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi manajemen dalam penyusunan
anggaran jangka pendek. Bagi mahasiswa, makalah ini diharapkan bermanfaat dalam
memperbanyak wawasan dalam mata kuliah Akuntansi Manajemen. Untuk kedepannya,
materi ini diharapkan mampu diterapkan oleh mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari,
khususnya dalam dunia kerja.
II. PEMBAHASAN
2.1
diferensial sebagai salah satu dasar pemilihan alternatif. Dalam penyusunan anggaran,
manajemen memerlukan informasi akuntansi untuk mempertimbangkan berbagai
dampak terhadap laba akibat dipilihnya suatu alternatif. Laba perusahaan dalam jangka
panjang dipengaruhi oleh pendapatan (hasil kali volume penjualan dan harga jual),
biaya variabel, dan biaya tetap.
Dalam perencanaan laba jangka pendek, manajemen dihadapkan pada
pertanyaan berikut ini: Bagaimana akibatnya terhadap laba, jika volume penjualan
berubah; jika harga jual berubah; jika biaya berubah?. Perencanaan laba jangka pendek
dilakukan manajemen dalam proses penyusunan anggaran. Dalam proses perencanaan
laba jangka pendek tersebut, manajemen memerlukan informasi akuntansi diferensial,
untuk mempertimbangkan dampak perubahan volume penjualan, harga jual dan biaya
terhadap laba perusahaan.
Manjemen selalu dihadapkan pada pemilihan alternatif tindakan yang harus
dipertimbangkan dampaknya terhadap laba perusahaan. Manajemen akan dihadapkan
pada pilihan apakah harga jual produk dalam tahun anggaran yang akan datang perlu
diturunkan untuk mengungguli posisi pesaingnya di pasar. Jika harga jual produk
diturunkan kemungkinan yang akan terjadi adalah volume penjualan akan naik. Jika
volume penjualan naik, anggaran biaya di masa yang akan datang akan naik pula. Untuk
dapat memilih alternatif penurunan harga jual produk tersebut, manajemen memerlukan
informasi dampak perubahan harga jual produk, volume penjualan, dan biaya terhadap
laba perusahaan dalam tahun anggaran yang akan datang. Dengan mengetahui dampak
perubahan tersebut terhadap laba, manajemen akan memiliki dasar yang kuat untuk
memilih tindakan apa yang perlu diambil, sehingga keputusan manajemen pun akan
lebih ekonomis dan rasional.
2.2
kegiatan dalam perencanaan laba jangka pendek. Parameter tersebut antara lain impas
(break-even), margin of safety, shut-down point, degree of operatimg leverage, dan laba
kontribusi per unit.
2.2.1
Impas (break-even)
Impas (break-even) adalah keadaan suatu usaha yang tidak memperoleh laba dan
tidak menderita rugi. Dengan kata lain suatu usaha dikatakan impas jika jumlah
pendapatan (revenues) sama dengan jumlah biaya, atau apabila laba kontribusinya untuk
menutupi biaya tetap saja. Analisis impas adalah cara untuk mengetahui volume
penjualan minimum agar suatu usaha tidak menderita rugi, tetapi juga belum menerima
laba.
Ada dua cara untuk menentukan impas, yaitu dengan pendekatan teknik
persamaan dan pendekatan grafis. Penentuan impas dengan pendekatan teknik
persamaan dilakukan dengan mendasarkan pada persamaan pendapatan sama dengan
biaya ditambah laba. Sedangkan penentuan impas dengan pendekatan grafis dilakukan
dengan cara mencari titik potong antara garis pendapatan penjualan dan garis biaya
dalam suatu grafik yang disebut dengan grafik impas.
2.2.2
y = cx-bx-a
Menurut definisi, suatu perusahaan akan mencapai keadaan impas jika jumlah
pendapatan sama dengan jumlah biaya (laba=nol, y=0) atau jika dinyatakan dalam
bentuk persamaan adalah sebagai berikut:
y = cx-bx-a
0 = cx-bx- a
cx = bx + a
a = cx-bx
a = x (c-b)
4
x =
(c-b)
Biaya Tetap
Harga Jual- Biaya Variabel
per satuan
per satuan
Impas dalam rupiah penjualan dapat dicari rumusnya dengan cara mengalikan rumus
impas diatas dengan c, yaitu harga jual per satuan produk.
cx =
ac
(c-b)
a
(c-b):c
(c:c)- (b:c)
a
1-(b:c)
Biaya Tetap
1
Biaya Tetap
Contribution Margin
Catatan: 1-b/c disebut dengan marginal income ratio atau contribution margin ratio,
yaitu hasil bagi laba kontribusi dengan pendapatan penjualan.
Contoh 1
Dalam suatu pasar malam, Pak Achamd akan membuka tempat penitipan sepeda. Dia
menyewa tempat yang dapat menampung 500 sepeda. Sewa tempat tersebur per malam
Rp 150.000. Untuk menjaga sepeda, dia mempekerjakan dua orang dengan upah Rp
100.000 per malam per orang, ditambah dengan upah insentif sebesarJumlah
Rp 250 per orang
untuk
setiap sepeda
yang masuk titipan.500
Tarif
titipan
kepada pemakai
Pendapatan
Penjualan
x Rp
2.500yang dibebankan
Rp1.250.000
jasa
sebear
Rp 2.500 per sepeda per malam. Perhitungan proyeksi laba per malam
Biaya
Variabel:
apabila
500insentif
sepedadua
masuk
ke tempat 2penitipan
sepeda
disajikan pada
Upah
karyawan
x 500 x Rp
250 Pak Achmad
Rp 250.000
gambar
berikut ini.
Laba Kontribusi
Rp 1.000.000
Biaya Tetap:
Sewa tempat
Rp
150.000
Rp
200.000
Rp 350.000
Laba Bersih
Rp 650.000
Pak Achmad ingin memperoleh informasi berapa jumlah minimum sepeda yang harus
masuk setiap malam ke tempat penitipan sepedanya, agar usaha beliau tidak mengalami
kerugian. Jumlah sepeda minimum yang harus masuk setiap malam agar usaha Pak
Achamd dapat menutup semua biaya yang dikeluarkan per malam adalah:
Impas =
Biaya Tetap
Rp 350.000
Rp 2.500-
per satuan
= 175 sepeda
Rp 250.000
500 sepeda
Jadi, sepeda yang masuk ke penitipan sepeda Pak Achmad minimal 175 sepeda per
malam agar dapat menutup semua biaya yang dikeluarkan sehingga usaha Pak Achmad
tidak mengalami kerugian.
Impas juga dapat dinyatakan dalam jumlah rupiah dari usaha titipan sepeda.
Perhitungannya sebagai berikut.
Impas (dalam rupiah penjualan) =
Biaya Tetap
1
=
1 -
Rp 500
Rp 2.500
=
Rp 350.000
80 %
= Rp 437.500
Jadi, pendapatan minimum yang harus diterima Pak Achmad dari usaha penitipan
sepedanya adalah Rp 437.500 per malam agar dapat menutupi semua biaya yang
dikeluarkan malam itu. Dengan kata lain, setiap sepeda yang masuk telah mendatangkan
laba 80% (contribution margin ratio) dari pendapatan penjualan titipan sepeda yang
diterimanya.
Pembuktian
Jumlah
Pendapatan Penjualan 175 x Rp 2.500
Rp 437.500
Biaya Variabel 175 x Rp 500
Rp 87.500
Laba Kontribusi
Rp 350.000
Biaya Tetap:
Sewa tempat Rp 150.000
Upah dua karyawan 2 x Rp 100.000 Rp 200.000
Rp 350.000
Laba Bersih
Rp
0
2.2.3
garis pendapatan penjualan dan garis biaya dalam suatu grafik. Titik pertemuan antara
garis pendapatan penjualan dengan
menentukan titik impas, harus dibuat grafik dengan sumbu datar menunjukkan volume
penjualan, sedangkan sumbu tegak menunjukkan biaya dan pendapatan.
Dari contoh 1 sebelumnya telah diketahui bahwa
Harga jasa produk per satuan
Rp
2.500
Rp
500
Rp 350.000
Berbagai macam volume penitipan sepeda, pendapatan, biaya variable, biaya tetap dan
total biaya disajikan pada tabel berikut.
Volume
(unit)
Pendapatan
Biaya
Variabel
Biaya
Tetap
Total
Biaya
Laba (Rugi)
100
125
150
175
200
225
250
275
300
325
350
375
400
425
450
475
500
Rp250.000
Rp312.500
Rp375.000
Rp437.500
Rp500.000
Rp562.500
Rp625.000
Rp687.500
Rp750.000
Rp812.500
Rp875.000
Rp937.500
Rp1.000.000
Rp1.062.500
Rp1.125.000
Rp1.187.500
Rp1.250.000
Rp50.000
Rp62.500
Rp75.000
Rp87.500
Rp100.000
Rp112.500
Rp125.000
Rp137.500
Rp150.000
Rp162.500
Rp175.000
Rp187.500
Rp200.000
Rp212.500
Rp225.000
Rp237.500
Rp250.000
Rp350.000
Rp350.000
Rp350.000
Rp350.000
Rp350.000
Rp350.000
Rp350.000
Rp350.000
Rp350.000
Rp350.000
Rp350.000
Rp350.000
Rp350.000
Rp350.000
Rp350.000
Rp350.000
Rp350.000
Rp400.000
Rp412.500
Rp425.000
Rp437.500
Rp450.000
Rp462.500
Rp475.000
Rp487.500
Rp500.000
Rp512.500
Rp525.000
Rp537.500
Rp550.000
Rp562.500
Rp575.000
Rp587.500
Rp600.000
-Rp150.000
-Rp100.000
-Rp50.000
Rp0
Rp50.000
Rp100.000
Rp150.000
Rp200.000
Rp250.000
Rp300.000
Rp350.000
Rp400.000
Rp450.000
Rp500.000
Rp550.000
Rp600.000
Rp650.000
Titik impas adalah perpotongan garis pendapatan dengan garis biaya. Dari grafik diatas
dapat diketahui bahwa titik impas dicapai pada:
8
Daerah sebelah kiri titik impas adalah daerah rugi karena pendapatan lebih rendah
daripada total biaya. Sedangkan daerah sebelah kanan titik impas adalah daerah laba
karena pendapatan lebih tinggi dari total biaya.
Contoh 2
PT Eliona memproduksi produk A. Rencana produksi untuk tahun anggaran 20X1
adalah sebagai berikut:
Sediaan awal
100kg
Rencana produksi
1.100 kg
1.200 kg
Rencana Penjualan
1.000 kg
Sediaan Akhir
200 kg
Rp
10.000
7.000
8.000
Rp
25.000
10.000
8.000
43.000
Rp 37.400.000
15.000.000
25.000.000
Rp 77.400.000
Rp
172.000
dicapai, dari jumlah target penjualan tahun 20X1, agar perusahaan tidak mengalami
kerugian.
PT ELIONA
Laporan Laba Rugi Tahun 20X1 Projeksian
Pendapatan penjualan
Biaya variabel
Sediaan awal
Biaya produksi variabel
1000 x Rp172.000
100 x Rp25.000
1.100 x Rp25.000
Sediaan akhir
200 x Rp25.000
1.000 x Rp8.000
1.000 x Rp10.000
Jumlah
Rp172.000.000
%
100%
Rp43.000.000
Rp129.000.000
25%
75%
Rp2.500.000
Rp27.500.000
Rp30.000.000
5.000.000
25.000.000
Rp8.000.000
Rp10.000.000
Rp37.400.000
15.000.000
25.000.000
Rp77.400.000
Laba bersih
Rp51.600.000
Biaya Tetap
1-
Biaya variabel
Pendapatan penjualan
Rp 77.400.000
1- (Rp 43.000.000/Rp 172.000.000)
= Rp 103.200.000
Dari target penjualan sebesar Rp 172.000.000 dalam tahun 20X1 tersebut,
minimum
PT
Eliona
harus
dapat
mencapai
pendapatan
penjualan
sebesar
10
Rp103.200.000, agar usaha tidak menderita rugi maupun menerima laba atau dengan
kata lain impas.
Jika manajemen ingin memperoleh informasi kuantitas produk minimum yang
harus dijual dalam tahun anggaran 20X1 agar perusahaan tidak mengalami kerugian,
maka perhitungan impas dalam kuantitas adalah sebagai berikut.
Impas (dalam kg) =
Biaya tetap
Harga jual Biaya variabel
Per kg
Per kg
Rp 77.400.000
Rp 172.000 ( Rp 43.000.000: 1.000 kg)
= 600 kg
Jika dalam tahun 20X1, produk A yang terjual telah berjumlah 600kg, maka PT Eliona
sudah tidak menderita rugi lagi. Dalam setiap penjualan 1 kg produk A berikutnya,
perusahaan akan memperoleh laba Rp129.000 (75% x Rp 172.000), karena biaya tetap
seluruhnya telah tertutup dari penjualan 600 kg tersebut.
2.2.4
apa yang hendak nya dilakukan oleh perusahaan tersebut. Dalam perusahaan yang biaya
tetapnya relatif besar, impas biasanya akan tercapai pada volume penjualan yang relatif
tinggi. Bentuk grafik impas biasanya seperti tercantum pada gambar berikut.
11
Grafik 5.12 Impas Perusahaan dengan Struktur Biaya yang Sebagian Besar Berupa
Biaya Tetap
Usaha pokok manajemen perusahaan yang biaya tetapnya tinggi (misalnya hotel,
bioskop,
perusahaan
telepon)
adalah
memaksimumkan
pendapatan.
Untuk
Grafik 5.13 Impas Perusahaan dengan Struktur Biaya yang Sebagian Besar Berupa
Biaya Variabel
Perusahaan konveksi dan perusahaan makanan adalah contoh perusahaan yang
biaya tetapnya rendah, karena sebagian besar biayanya terdiri dari biaya bahan baku dan
tenaga kerja langsung. Usaha pokok manajemen perusahaan yang biaya tetapnya relatif
rendah adalah memperbaiki hubungan antara biaya dan harga jual agar titik impas dapat
12
diturunkan, sehingga daerah laba menjadi luas. Biasanya usaha penurunan biaya
merupakan hal yang penting dalam perusahaan ini.
2.2.5
dengan berkurangnya unsur biaya tenaga kerja langsung dan membesarnya proporsi
biaya overhead pabrik. Di samping itu, teknologi manufaktur maju memungkinkan
perusahaan melakukan diversifikasi produk yang diproduksi dan menyebabkan semakin
besarnya proporsi biaya overhead pabrik yang tidak berkaitan dengan unit produk yang
diproduksi (non- unit-related overhead costs). Setiap produk yang di produksi
mengkonsumsi nonunit related overhead costs dengan proporsi yang berbeda-beda.
Unsur biaya produksi dalam lingkungan manufaktur maju dilukiskan pada gambar 5.14
Gambar 5.14 Unsur Unit-Related dan Non-Unit-Related Costs dalam Kos produk
Beda antara perhitungan impas konvensional dan activity-based costing terletak
pada unsur biaya variabel yang digunakan dalam perhitungan impas. Perhitungan impas
tradisional menentukan biaya variabel berdasarkan perilaku biaya dalam hubungannya
dengan unit-level activities, seperti unit produk jam tenaga kerja langsung, atau jam
mesin. Di lain pihak, karena proporsi non unit-- related activities (seperti batch-related
activities, product-sustaining activities, dan facility sustaining activities) menjadi
signifikan dalam lingkungan manufaktur maju dan setiap produk mengkonsumsi
berbagai tipe aktivitas tersebut dengan proporsi yang berbeda-beda, maka variabilitas
13
biaya dalam activity-based costing tidak hanya dihubungkan dengan unit level activities
saja, namun juga dengan batch-related activities, product-sustaining activities dan
facility sustaining activities.
Dalam perhitungan impas konvensional, total biaya terdiri dari biaya tetap dan
biaya variabel, yang dinyatakan dalam persamaan berikut ini :
k = a + bx
Keterangan :
k = Total biaya
a = Total biaya tetap
b = Biaya variabel pe unit
x = Unit-level activities.
Dalam perhitungan impas berdasarkan activity-based costing, total biaya terdiri
dari biaya tetap dan berbagai tipe biaya varibael, yang dinyatakan dalam persamaan
berikut ini :
k = a + b1x1 + b2x2 + b3x3
Keterangan :
k = total biaya
a = facility sustaining activity costs
b1 = biaya variabel per satuan unit-level activity
b2 = biaya variabel pe satuan batch-related activity
b3 = biaya variabel persatuan product-sustaining activity
x1 = unit-level activities
x2 = batch-related activities
x3 = product-sustaining activities
Jika harga jual persatuan produk sama dengan c, maka persamaan laba
berdasarkan activity-based costing adalah :
y = cx1 a b1x1 b2x2 b3x3
Keterangan :
14
= laba
cx1 =
pendapatan penjualan (harga jual per unit kali kuantitas yang dijual yang
ditunjukkan oleh unit level activities.
Rp
12.000
Rp 100.000.000
Rp
20.000
Berdasarkan data tersebut dihitung impas dengan pendekatan konvensional berikut ini :
Impas =
Biaya Tetap
Harga jual per unit-Biaya variabel per unit
100.000
20.000-12.000
= 12.500 unit
2.2.6
lebih lanjut menurut perilaku biaya dalam hubungannya dengan berbagai tipe aktivitas.
Misalnya biaya variabel Rp 12.000 per unit dan biaya tetap (Rp 100.000.000) jika
dihubungkan dengan aktivitas dapat dirinci seperti di sajikan pada Gambar 5.15.
Jumlah
Jenis Biaya
Cost
Cost Driver
Driver
Unit-level activity costs
Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja Langsung
Biaya Overhead pabrik variabel
Biaya pemasaran variabel
Unit yang
Batch-related activity costs
Product-sustaining activity costs
Facility-sustaining activity costs
20
1.000
dijual
Jam setup
Jam rekayasa
Rp
Rp
6.000
5.000
500
500
Rp
12.000
Rp 1.000.000
Rp
30.000
Rp 50.000.000
Gambar 5.15 Data Biaya Tetap dan Biaya Variabel menurut Hubungannya dengan
Aktivitas
Berdasarkan pada Gambar 5.15, biaya tetap yang dijadikan pembilang dalam
formula penghitungan impas dirinci sebagai berikut :
Batch-related activity costs
20 x Rp 1.000.000
Rp 20.000.000
16
1000 x Rp 30.000
30.000.000
50.000.000
Rp 100.000.000
12.500 Unit
Dari perhitungan impas dengan dua macam pendekatan tersebut, hasil yang
diperoleh adalah sama. Namun, jika dilihat lebih teliti, terdapat perbedaan dalam
formula perhitungan perhitungan impas dalam kedua pendekatan tersebut. Biaya tetap
yang dipakai sebagai pembilang dalam formula perhitungan impas dengan pendektan
activity-based costing dirinci ke dalam tiga kelompok biaya : facility-sustaining activity
cost, product-sustaining activity costs, dan batch related-activity costs. Pemecahan
biaya tetap ke dalam tiga golongan tersebut menjadikan formula perhitungan impas
lebih memiliki dimensi strategik dalam pengambilan keputusan dibanding dengan
formula konvensional.
Contoh 4
Jika misalnya bagian Desain mengusulkan untuk mengubah desain produk untuk
menurunkan biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 2.000 per unit. Desain produk baru
ini diperkirakan menaikkan biaya persiapan produksi (setup costs yang merupakan
batch-related activity costs) menjadi sebesar Rp 1.600.000. Desain baru ini juga
menjadikan aktivitas rekayasa (product- sustaining activities) mengalami kenaikan
sebesar 40% dari 1.000 jam rekayasa menjadi 1.500 jam rekayasa.
Bagaimanakah dampak rencana pengubahan desain ini terhadap impas ?
Jika digunakan pendekatan konvensional, impas dihitung sebagai berikut :
17
Impas =
Rp 100.000.000
Rp 20.000 (Rp 12.000- Rp 2.000)
= 10.000 unit
Biaya tetap dalam perhitungan impas dengan pendekatan tradisional tidak
mengalami perubahan (tetap diperhitungkan sebesar Rp 100.000.000 ), karena dalam
pendekatan tradisional, biaya tetap tidak dirinci lebih lanjut ke dalam tiga golongan
biaya tetap: facility-sustaining costs, product-sustaining activity costs dan batch related
activity costs. Oleh karena itu, hanya perubahan biaya tenaga kerja langsung sebagai
akibat usulan bagian desain yang diperhitungkan dalam penentuan impas dengan
pendekaan konvensional.
Jika digunakan pendekatan activity- based costing, impas dihitung sebagai
berikut :
Rp 50.000.000 + (Rp 1600.000 x 20) + (Rp 30.000 x 1500)
Impas =
=
18
sebanding dengan perubahan aktivitas yang bersangkutan dengan biaya tersebut. Oleh
karena itu, jika suatu kebijakan menyebabkan perubahan dalam product-sustaining
activity costs dan batch-related activity costs, pendekatan activity- based costing mampu
mencerminkan akibat perubahan biaya tersebut terhadap perhitungan impas. Karena
pendekatan konvensional tidak membedakan biaya menurut aktivitas, maka pendekatan
perhitungan impas tersebut tidak mampu mencerminkan dampak perubahan productsustaning activity cots dan batch-related activity costs terhadap impas.
2.2.7
dengan total biaya. Agar manajemen dapat mengetahui pengaruh biaya tetap terhadap
biaya persatuan, maka disusunlah grafik laba satuan. Dalam grafik ini digambar
pendapatan, biaya variabel,dan total biaya per satuan produk. Biaya tetap per satuan
berprilaku berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan, sedangkan biaya variabel
persatuan berperilaku konstan, tidak berubah dalam hubungannya dengan perubahan
volume kegiatan.
Contoh 5
Dari contoh 2 di atas, dihitung biaya variabel, biaya tetap, dan pendapatan penjualan per
satuan produk dalam tabel di bawah ini.
Volume Penjualan
(kg)
Biaya variabel
Biaya tetap
Total biaya
Harga jual
Laba (rugi)
2.2.8
200
43.000
387.000
430.000
172.000
(258.000)
400
43.000
193.500
236.500
172.000
(64.500)
600
43.000
129.000
172.000
172.000
0
800
43.000
96.750
139.750
172.000
32.250
1.000
43.000
77.400
120.400
172.000
51.600
Margin of Safety
19
Titik Impas
Total
biaya
per kg
Harga jual dan biaya
(dalm
ribuan
rupiah) 229,333
172,000
114,667
57,333
0
200
400
600
800
1000
Volume Penjualan
2.2.9
dilakukan dengan mempertimbangkan pendapatan penjualan dengan biaya tunai (cashcost atau out of pocket costs atau biaya keluar dari saku). Biaya tunai adalah adalah
biaya-biaya yang memerlukan pembayaran segera dengan uang kas. Biaya variabel
biasanya merupakan biaya tunai tetapi biaya tetap mungkin juga termasuk sebagai biaya
tunai seperti: gaji pengawas pabrik dan biaya pemeliharaan. Dalam pengambilan
keputusan untuk menutup usaha harus diadakan pembedaan antara biaya keluar dari
saku dan biaya terbenam, yaitu pengeluaran yang dilakukan pada masa yang lalu, yang
manfaatnya masih dinikmati sampai sekarang). Contoh biaya terbenam adalah biaya
depresiasi, amortisasi, dan deplesi.
Suatu usaha harus dihentikan apabila pendapatan yang diperoleh tidak dapat
menutup biaya tunainya. Untuk mengetahui pada tingkat penjualan berapa suatu usaha
harus dihentikan, dapat dilakukan dengan mencari titik perpotongan antara garis
pendapatan penjualan dengan garis biaya tunai dalam grafik impas. Titik penutupan
usaha dapat pula dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini.
Titik penutupan usaha (dalam rupiah)
per satuan
Contoh 6
Apabila dalam contoh 2, biaya tetap sebesar Rp 77.400.000 tersebut terdiri dari biaya
keluar tunai Rp 64.500.000 dan biaya terbenam (sunk costs) sebesar Rp12.900.000. Jika
data perhitungannya kita dapatkan dari contoh 2, maka titik penutupan usaha dapat
ditentukan sebagai berikut.
Titik penutupan usaha (dalam rupiah)
= Rp 64.500.000
75%
21
= Rp86.000.000
Titik penutupan usaha (dalam satuan produk) =
Rp64.500.000
Rp172.000- Rp 43.000
= 500 kg
Dengan demikian pengolahan produk A dalam contoh 2 harus dihentikan jika
penjualannya berada dibawah titik penutupan usaha, yakni sebesar Rp86.000.000 atau
500 kg karena pendapatan penjualan dibawah jumlah tersebut akan mengakibatkan
perusahaan tidak mampu membayar biaya tunainya.
2.2.10 Degree Of Operating Laverage
Disamping impas, margin of safety, dan shut-down point, laporan laba rugi yang
disusun berdasarkan metode variable costing memiliki satu paramater lagi yang disebut
degree of operating leverage yang memberikan ukuran dampak perubahan pendapatan
penjualan terhadap laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Dengan parameter ini,
manajemen akan dengan cepat mengetahui dampak setiap usulan kegiatan yang
menyebabkan perubahan pendapatan penjualan terhadap laba bersih perusahaan.
Degree of operating leverage dihitung dengan rumus berikut ini :
Degree of operating leverage =
Laba kontribusi
Laba bersih
Contoh 7
Dari laporan laba rugi PT Eliona tahun 20X1 pada contoh 2, pada tingkat penjualan Rp
172.000.000, degree of operating leverage adalah
Degree of operating leverage = Laba kontribusi
Laba bersih
Impas =
Biaya tetap
Contribution margin ratio
2.
3.
4.
Secara rinci anggapan (asumsi) yang mendasari analisis impas adalah sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
volume laba.
Efisiensi produksi dianggap tidak berubah.
Perubahan jumlah persediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan.
Komposisi produk yang akan dijual dianggap tidak berubah.
Anggapan yang paling pokok adalah volume adalah satu-satunya factor yang
mempengaruhi biaya.
23
2.3
Analisis Biaya-Volume-Laba
Analisis impas memberikan informasi tingkat penjualan minimum yang harus
dicapai suatu usaha agar tidak mengalami kerugian. Dari volume penjualan yang
direncanakan boleh turun, agar perusahaan tidak menderita kerugian. Analisis impas
menyajikan informasi untuk perencanaan volume penjualan. Analisis impas merupakan
salah satu bentuk analisi biaya volume-laba karena untuk mengetahui impas maupun
margin of safety perlu dilakukan analisis terhadap hubungan antara biaya, volume, dan
laba.
Jika dalam analisis impas titik berat analisis diletakkan pada penaksiran tingkat
penjualan minimum yang menghasilkan laba sama dengan nol, maka dalam analisis
biaya-volume-laba ini titik berat analisis diletakkan pada sampai seberapa besar
perubahan-perubahan biaya, volume, dan harga jual berdampak terhadap laba
perusahaan.
Produk
Kuantitas
X
Y
Jumlah
500
100
600
Rp 25
10
Rp 12.500
1.000
Rp 13.500
Untuk memudahkan analisis dampak perubahan biaya, volume, dan harga jual
terhadap laba, dapat dibuat grafik laba dan volume ( profit-volume-graph), pembuatan
grafik ini dilakukan sebagai berikut :
1.
Dibuat grafik yang dibagi menjadi dua bagian yang dibatasi dengan garis
penjualan yang dibuat mendarat. Sumbu tegak menunjukkan jumlah laba atau
rugi pada berbagai tingkat volume penjualan (lihat gambar 5.25).
2.
Kemudian ditarik garis laba-rugi yang menghubungkan titik-titik rugi atau
laba pada berbagai volume penjualan. Kerugian terbesar adalah sebesar
biaya
24
rugi dan laba berbagai tingkat volume penjualan sebesar Rp 34.400.000 laba yang
diperoleh sebesar Rp 51.600.000 dan pada volume penjualan sebesar Rp 172.000.000
laba yang diperoleh sebesar Rp 51.600.000.
25
Contoh 9
Dari data dalam contoh 2 misalkan manajemen ingin mengetahui pengaruh
beberapa usul manajer pemasaran terhadap laba tahun 20X1. Usul tersebut adalah
berhubungan dengan penetapan kebijakan harga jual produk. Menurut perkiraan
manajer pemasaran, jika harga jual produk dinaikkan 25% diperkirakan volume
penjualan tahun 20X1 turun 30% sedangkan jika harga jual produk diturunkan 10%,
volume penjualan tahun 20X1 diperkirakan naik 30%.
Akibat masing-masing alternatif tersebut terhadap laba yang dianggurkan tahun
20X1 dapat dilihat dalam laporan laba-rugi projeksian pada gambar 5.26.
Pendapatan
Harga
jual
Rp
di jual naik 30 %
produk
jual turun 30 %
dan
volume
yang
di
Rp 201.240.000
Rp 172.000.000
Rp 150.500.000
55.900.000
Rp 145.340.000
43.000.000
Rp 129.000.000
30.100.000
Rp 120.400.000
Biaya tetap
77.400.000
77.400.000
77.400.000
Laba bersih
Rp 67.940.000
Rp 51.600.000
Rp 43.000.000
Rp 107.500.000
Rp 103.200.000
Rp 96.750.000
penjualan
Biaya Variabel
Laba Kontribusi
Impas
Gambar 5.26 Laporan Rugi-laba dengan adanya perubahan Harga jual produk dan
volume produk yang di jual
Catatan
Dalam contoh ini dianggap biaya variabel per satuan tidak berubah, meskipun
kenyataannya beberapa jenis biaya variabel seperti komisi penjualan, potongan
penjualan, biasanya dipengaruhi oleh perubahan harga jual.
Data pada Gambar 5.26 dapat disajikan dalam grafik laba dan volume seperti
tampak pada Gambar 5.27.
26
Produk B
Produk C
Rp 25
Rp 30
Rp 50
15
12
15
Rp 10
Rp 18
Rp 35
Rp 500.000
Gambar 5.28 Laba Kontribusi per satuan
Perhitungan laba bersih dan impas pada berbagai komposisi produk yang terjual
disajikan pada Gambar 5.29
27
A = 10.000 unit
B =15.000 unit
C = 10.000 unit
A = 5.000 unit
B = 7.000 unit
C = 15.000 unit
Rp 1.050.000
Rp 1.200.000
Rp 1.085.000
495.000
480.000
384.000
Rp 555.000
500.00
Rp 720.000
500.000
Rp 701.000
500.000
Rp 55.000
Rp 220.000
Rp 201.000
Rp 945.945
Rp 833.333
Rp 777.895
Gambaran 5.29 Perhitungan laba dan Impas pada berbagai macam komposisi produk
28
Data pada Gambar 5.29 tersebut disajikan dalam grafik laba dan volume Pada
gambar tersebut dapat diketahui bahwa jika komposisi produk yang dijual diperbaiki,
maka laba kontruksi dan laba bersih akan naik dan titik impas akan turun.
Analisis Hubungan Biaya Laba untuk Setiap Produk dalam Perusahaan yang
Memproduksi dan Menjual Lebih dari Satu Macam Produk.
Dalam perusahaan yang memproduksi dan menjual lebih dari satu macam
produk, manajemen tidak hanya menghadapi masalah mencari komposisi produk yang
dijual yang menghasilkan laba maksimum, namun jugamemrlukan informasi kontribusi
masing-masing produk dalam menghasilkan laba perusahaan secara keseluruhan.
Contoh 11
Misalkan pada contoh 10, PT El Sari menjual tiga macam produk dengan komposisi
sebagai berikut : produk A = 10.000 unit; produk B = 15.000 unit; produk C = 10.000
unit. Perhitungan laba kontribusi untuk masing-masing produk disajikan pada gambar
5.31.
29
Produ
Pendapatan
Biaya
Laba
Persentase
Profit
penjualan
variabel
kontribusi
Biaya
Volume
Rp 250.000
Rp 150.000
Rp 100.000
60 %
ratio)
40 %
Rp 450.000
Rp 180.000
Rp 270.000
40 %
60 %
Rp 50.000
Rp 150.00
Rp 1.200.000 Rp 480.000
Biaya tetap
Laba bersih
Rp 500.000
= Rp 833.333
Rp 350.000
Rp 720.000
Rp 500.000
Rp 220.000
30 %
40 %
70 %
60 %
Impas
0,6
Gambar 5.31 perhitungan laba kontribusi per jenis produk
Untuk menggambarkan analisis biaya-volume-laba per jenis produk, data pada gambar
5.31 tersebut dapat disajikan pada Gambar 5.32 dengan cara sebagai berikut:
1.
Dibuat grafik yang dibagi menjadi dua bagian yang dibatasi dengan garis penjualan
yang dibuat mendatar. Sumbu tegak menunjukkan jumlah laba
dan
rugi
pada
Di buat garis laba-rugi yang mulai dari titik rugi terbesar sebesar Rp
500.000
(yaitu pada volume penjualan sama dengan nol, kerugian sebesar biaya
tetapnya),
kemudian ditarik garis ke titik garislurus ke titik laba total Rp 220.000. Titik impas
3.
4.
Garis
titik penjaulan Rp
700.000 ( yaitu jumlah penjualan produk A dan B). Selisih antara akhir garis laba-rugi
produk A dengan titik akhir garis lab-rugi produk B sebesar Rp 270.000 menunjukkan
bahwa Rp 270.000 dari
5.
Garis lab-rugi produk C dimulai dari akhir garis laba-rugi produk B. Garis ini
menyeberangi daerah rugi ke daerah laba ke arahtitik laba Rp 220.000.
III. SIMPULAN
Perencanaan laba jangka pendek dilakukan oleh manajemen dalam proses
penyusunan anggaran perusahaan. Perencanaan laba jangka pendek dapat dilakukan
dengan dasar laporan laba rugi projeksian dengan metode variable costing.
Dalam perencanaan laba jangka pendek, manajemen mempertimbangkan
berbagai usulan kegiatan yang berakibat terhadap perubahan harga jual, volume
penjualan, biaya variabel, dan atau biaya tetap yang akan berdampak pada laba bersih.
Oleh karena itu dalam perencanaan laba jangka pendek manajemen membutuhkan
31
informasi akuntansi diferensial dan biaya diferensial yang berdampak pada laba bersih.
Dampak terhadap laba bersih ini yang akan menjadi salah satu pertimbangan penting
manajemen dalam memutuskan berbagai usulan kegaiatan dalm proses penyusunan
anggaran perusahaan.
Dalam proses penyusunan anggaran ini, manajemen membutuhkan berbagai
parameter, seperti impas (break even), margin of safety, titik penutupan usaha (shutdown point), dan degree of operating leverage. Berbagai parameter in memberikan
bantuan yang penting bagi manajemen dalam mempertimbangkan berbagai usaulan
kegiatan dalam proses penyusunan anggaran perusahaan.
1.
Impas memberikan informasi tingkat penjualan suatu usaha yang labanya sama
dengan nol. Parameter ini memberikan informasi kepada manajemen mengenai
jumlah target pendapatan penjualan yang dianggarkan, berapa pendapatan
penjualan minimun yang harus dicapai agar perusahaan tidak menderita
2.
kerugian.
Margin of safety memberikan informasi berapa besar volume yang harus
dianggarkan atau pendapatan penjualan maksimum boleh turun agar usah tidak
3.
menderita kerugian.
Titik penutupan usaha memberikan informasi pada tingkat penjualan berapa
suatu usaha secara ekonomis sebaiknya ditutup karena pendapatan penjualannya
4.
jual, biaya, dan/atau volume penjualan terhadap laba bersih. Dalam penyusunan
anggaran, berbagai kemungkinan pilihan harga jual, volume penjualan, dan biaya yang
selalu dihadapi manajemen. Dengan analisis biaya-volume-laba, manejemen akan
dengan mengetahui dengan cepat dampak rencana perubahan harga jual, volume
penjualan, dan biaya secara individual maupun bersama-sama terhadap laba bersih
perusahaan dalam tahun anggaran.
32
DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi. 2008. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Jakarta:
Salemba Empat
33
34