Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mulut kaya akan mikroorganisme, di antaranya yaitu Staphylococcus
aureus, Staphylococus epidermidis, dan beberapa mikrokokus berpigmen
yang tergolong mikroflora normal. Mikroflora normal ialah organisme
yang umum ditemukan secara alamiah pada orang sehat dan hidup dalam
hubungan yang seimbang dengan host, dapat bersifat menetap atau tidak
menetap. Mikroflora yang menetap tersebut dapat dikatakan tidak
menyebabkan penyakit dan mungkin menguntungkan bila berada di lokasi
yang semestinya dan tanpa adanya keadaan abnormal. Sebaliknya bila ada
faktor predisposisi seperti perubahan kuantitas mikroorganisme menjadi
tidak seimbang dan penurunan daya tahan tubuh host, maka mikroflora
normal dapat menyebabkan penyakit (Syahrurachman dkk, 2010).
Penyakit infeksi masih merupakan penyakit utama di negara
berkembang,

termasuk

Indonesia.

Infeksi

adalah

masuk

dan

berkembangnya agen infeksi ke dalam tubuh seseorang atau hewan. Agen


infeksi tersebut disebabkan oleh bakteri diantaranya Staphylococcus
aureus. Infeksi oleh bakteri ini yang terutama dapat menimbulkan penyakit
pada manusia. Jaringan ataupun alat tubuh dapat diinfeksi oleh
Staphylococcus aureus dan menyebabkan timbulnya penyakit dengan
tanda-tanda yang khas, yaitu peradangan, nekrosis dan pembentukan abses
(Staf UI, 2002).

Staphylococcus aureus adalah sel gram positif berbentuk bulat,


biasanya tersusun dalam rangkaian tak beraturan seperti anggur (Jawetz,
1996). Staphylococcus aureus sebagai salah satu mikroflora normal yang
berada di dalam mulut, bilamana dipengaruhi oleh faktor predisposisi
dapat menimbulkan infeksi. Beberapa penyakit dalam rongga dan
sekitarnya yang dapat disebabkan oleh Staphylococcus aureus yaitu abses,
gingivitis, angular cheilitis, parotitis, staphyloccal mucositis dan denture
stomatitis (Smith et all, 2003).
Pada ilmu penyakit mulut Staphylococcus aureus memiliki peranan
penting. Pada suatu penelitian penyakit Angular Cheilitis lebih banyak
disebabkan oleh bakteri dibanding jamur dimana 16,67% Staphylococcus
aureus sedangkan 3,33% Candida tropicalis (Minarti, 2011).
Pengobatan infeksi oleh karena bakteri yang paling sering digunakan
adalah dengan antibiotik. Pemberian antibiotik dalam dosis dan jenis yang
tepat diperlukan untuk menangani berbagai kasus infeksi yang terjadi.
Antibiotik ialah bahan organik yang dihasilkan oleh mikroorganisme,
memiliki kapasitas untuk menghancurkan, menekan multiplikasi, atau
mencegah aktivitas organisme. Antibiotik yang paling sering digunakan
oleh dokter gigi dalam mengatasi infeksi pada rongga mulut yaitu
amoksilin. Hal tersebut diperkuat dengan suatu penelitian di Yogyakarta
yang dilakukan oleh Andari pada tahun 2002 yang menyatakan bahwa
amoksilin merupakan obat generik yang paling bnyak digunakan di apotik
wilayah Yogyakarta (Andari, 2002).
Tingkat resistensi Staphylococcus aureus terhadap antibiotik yang
paling sering digunakan sudah mencapai angka persentase yang tinggi.

Oleh karena itu, bahwa sifat patologis bakteri ini sangat besar pengaruhnya
di dalam rongga mulut, maka penemuan bahan alternatif yang dapat
mengatasi bekteri ini merupakan suatu kebutuhan yang mendesak (Haveles
E, 2011).
Seiring perkembangan teknologi yang semakin canggih sangat
memungkinkan perkembangan obat dari bahan alam. Penggunaan obat
dari bahan alam secara umum dinilai lebih aman dan mamiliki efek
samping yang relatif lebih kecil daripada penggunaan obat modern.
Kuntungan lainnya yaitu harganya relatif murah serta bahannya lebih
mudah didapat dibandingkan dengan obat modern yang harganya lebih
mahal dan kebanyakan harus dipasok dari luar negeri (Sari, 2006).
Graptophyllum pictum atau daun ungu merupakan salah satu tanaman
obat tradisional. Daun Graptophyllum pictum mempunyai khasiat sebagai
obat sembelit, peluruh kucing, pelancar haid, obat bisul dan obat wasir.
Kandungan kimia Graptophyllum pictum antara lain flavonoid, tanin,
alkaloid, steroid, saponin, alkohol dan kalsium oksalat (Thomas, 1992).
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol, fenol menoksiklik
sederhana, fenil fenil propanoid dan kuinon fenolik. Flavonoid dapat
menghambat mikroorganisme karena kemampuannya membentuk senyawa
kompleks dengan protein dan bersifat antibakteri dan antijamur (Robinson,
1995). Tanin dapat digunakan sebagai aplikasi lokal luka pada
kerongkongan dan rongga mulut terutama stomatitis. Tanin memiliki aksi
fisiologis dan penghambatan bakteri (Tyler, 1988).
Penelitian sebelumnya tentang Graptophyllum pictum adalah ekstrak
etanol

daun

ungu

(Graptophyllum

pictum)

dapat

menghambat

pertumbuhan

Streptococcus

mutans

pada

plat

resin

akrilik

(Wahyuningtyas, 2005). Ekstrak etanol daun ungu (Graptophyllum pictum)


40% efektif menghambat pertumbuhan plak pada gigi tiruan lengkap resin
akrilik (Wahyuningtyas, 2005).
Uraian diatas menunjukkan bahwa ekstrak etanol Graptophyllum
pictum atau daun ungu dapat menghambat pertumbuhan bakteri di dalam
rongga mulut. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti dengan menggunakan
ekstrak dan konsentrasi yang sama yaitu 5%, 10%, 20% dan 40% pada
bakteri Staphylococcus aureus. Peneliti ingin mengetahui Daya Hambat
Ekstrak Etanol Daun Ungu (Graptophyllum pictum) terhadap pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus.

B. Rumusan Masalah
Apakah ekstrak etanol daun ungu (Graptophyllum pictum) memiliki
daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui daya hambat ekstrak etanol daun ungu
(Graptophyllum pictum) terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui daya hambat ekstrak etanol daun ungu
(Graptophyllum pictum) pada konsentrasi 5%, 10%, 20%, dan 40%
terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis

Memberikan tambahan pengetahuan dan menjelaskan ekstrak etanol


daun ungu (Graptophyllum pictum) dapat menghambat pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus
2. Manfaat Praktis
Ekstrak etanol daun ungu

(Graptophyllum

pictum)

dapat

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus maka


penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya,
yaitu

uji

sitotoksisitas

terhadap

ekstrak

etanol

(Graptophyllum pictum) yang lebih lengkap dan lebih baik.

daun

ungu

Anda mungkin juga menyukai