Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyakit kanker darah (leukimia) adalah penyakit yang paling
menakutkan bagi manusia.Karena , begitu vonis itu dijatuhkan pada seseorang
maka berbagai permasalahan berat dan rumit akan dihadapi di antaranya
resiko ancaman jiwa tinggi dan pengobatannya sangat mahal dan efek
samping pengobatan yang sangat menyiksa. Leukimia menduduki peringkat
tertinggi kanker pada anak.Namun, penanganan kanker pada anak di
Indonesia masih lambat.Itulah sebabnya lebih dari 60% anak penderita kanker
yang ditangani secara medis sudah memasuki stadium lanjut. Deteksi dini dan
pencegahan adalah langkah awal yang paling agar hal yang lebih berat dapat
terjadi
Leukemia atau lebih dikenal sebagai kanker pada darah atau sumsum
tulang yang ditandai oleh perbanyakan secara tak normal atau transformasi
maligna dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid,
umumnya terjadi pada leukosit (sel darah putih). Sel-sel normal di dalam
sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal atau abnormal.Sel abnormal ini
keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah
tepi. Sel leukemia mempengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan sel
darah normal dan imunitas tubuh penderita. Kata leukemia berarti darah putih,
karena pada penderita ditemukan banyak sel darah putih sebelum diberi
terapi.Sel darah putih yang tampak banyak merupakan sel yang muda,
misalnya promielosit.Jumlah yang semakin meninggi ini dapat mengganggu
fungsi normal dari sel lainnya.
Kejadian leukemia berbeda dari satu negara dengan negara lainnya,
hal ini berkaitan dengan cara diagnosis dan pelaporannya. Kejadian leukemia
setiap tahun sekitar 3,5 kasus dari 100.000 anak dibawah 15 tahun. Leukemia
akut pada anak mencapai 97% dari semua leukemia pada anak, dan terdiri dari
2 tipe yaitu : Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) 82 % dan Leukemia
1

Mieloblastik (LMA) 18 %. Hal ini berbeda dengan leukemia pada orang


dewasa, yaitu LLA 15 % dan LMA 85%.Leukemia kronik mencapai 3% dari
seluruh leukemia pada anak. Puncak kejadian LLA pada usia 2-5 tahun dan
meningkat lagi setelah usia 65 tahun, sedang LMA mengenai semua kelompok
usia, tetapi kejadiannya meningkat dengan bertambahnya usia. Perbandingan
penderita laki-laki dan perempuan adalah 1,3 : 15.
2. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian hemofilia
2. Untuk mengetahui penyebab hemofilia
3. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan dan perawatan pada anak
dengan hemofilia
4. Untuk mengetahui asuhan keperawataan pada anak hemophilia

BAB II

KONSEP DASAR
1. Defenisi
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk
darah dalam sumsum tulang dan limfa (Reeves, 2001).Sifat khas leukemia
adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum
tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal.Proliferasi juga terjadi di
hati, limpa, dan nodus limfatikus.Terjadi invasi organ non hematologis seperti
meninges, traktus gastrointestinal, ginjal, dan kulit.
Klasifikasi Leukimia:
a. Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
LMA mengenai sel stem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke
semua sel mieloid; monosit, granulosit (basofil, netrofil, eosinofil),
eritrosit, dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena. Insidensi
meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan leukemia
nonlimfositik yang paling sering terjadi.
b. Leukemia Mielogenus Krinis (LMK)
LMK juga dimasukkan dalam mieloid keganasan sel system
mieloid.Namu lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga
penyakit ini lebih ringan.LMK jarang menyerang individu dibawah 20
tahun.Manifestasi mirip dengan gambaran LMA tetapi dengan tanda dan
gejala yang lebih ringan.Pasien menunjukkan tanpa gejala selama
bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar
biasa, limpa membesar.
c. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
LLK merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 70
tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala.Penyakit baru
terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit.
d. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast.Sering terjadi pada
anak-anak, laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Puncak insiden
usia 4 tahun, setelah usia 15 tahun. LLA jarang terjadi.Limfosit immatur

berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga


mengganggu perkembangan sel normal.LLA sering menyerang pada masa
anakk-anak dengan presentase 75%-80%.LLA menginfiltrasi sumsum
tulang

oleh

sel

limfoblast

yang

menyebabkan

anemia,

memar

(trombositopenia), dan infeksi (neutropenia). Limfoblast bisanya di


temukan dalam darah tepi dan selalu ada disumsum tulang, hal ini
mengakibatkan terjadinya limfadenopati, splenomegaly, dan hepatomegaly,
tetapi 70% anak dengan leukemia limfatik akut kini bisa disembuhkan.
2. Insidensi
a. Leukemia adalah jenis kanker anak yang paling umum terjadi; ALL terjadi
pada 80% kasus leukemia anak.
b. Insidens paling tinggi terjadi pada anak-anak yang berusia antara 3 dan 5
tahun.
c. Anak peretnpuan menunjukkan prognosis yang lebih baik daripada anak
laki-laki. Sedikitnya 60% sampai 70% akan mencapai penyembuhan atau
kelangsungan hidup jangka panjang.
d. Anak Afrika Amerika mempunyai frekuensi remisi yang lebih sedikit dan
angka kesintasan median yang juga lebih rendah.
e. Insiden leukemia di Negara Barat adalah 13/100.000 penduduk/tahun.
Leukemia merupakan 2,8% dari seluruh kasus kanker, belum ada angka
pasti mengenai insiden leukemia di Indonesia. Leukemia limfositik akut
(LLA) memiliki insidensi sekitar 2-3/100.000 penduduk.
f. Lebih sering ditemukan pada anak-anak (82%) daripada usia dewasa (18%)
dan lebih sering ditemukan pada laki-laki dibandingkan wanita.
3. Etiologi
Penyebab LLA sampai sekarang belum jelas, namun kemungkinan
besar karena virus (virus onkogenik).
Faktor lain yang berperan antara lain:

a. Faktor eksogen seperti sinar X, sinar radioaktif, dan bahan kimia


(benzol, arsen, preparat sulfat), infeksi (virus dan bakteri).
b. Faktor endogen seperti ras
c. Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom, herediter (kadangkadang dijumpai kasus leukemia pada kakak-adik atau kembar satu
telur).
Faktor predisposisi:
a. Faktor genetik: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan
struktur gen (T cell leukimia-lymphoma virus/HTLV)
b. Radiasi ionisasi: lingkungan kerja, prenatal, pengobatan kanker
sebelumnya
c. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol,
fenilbutazon, dan agen anti neoplastik.
d. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
e. Faktor herediter misalnya pada kembar satu telur
f. Kelainan kromosom
Jika penyebab leukimia disebabkan oleh virus, virus tersebut akan
mudah masuk ke dalam tubuh manusia jika struktur antigen virus tersebut
sesuai dengan struktur antigen manusia. Struktur antigen manusia terbentuk
oleh struktur antigen dari berbagai alat tubuh terutama kulit dan selaput lendir
yang terletak di permukaan tubuh(antigen jaringan). Oleh WHO, antigen
jaringan ditetapkan dengan istilah HL-A (human leucocyte locus A). Sistem
HL-A individu ini diturunkan menurut hukum genetika sehingga peranan
faktor ras dan keluarga sebagai penyebab leukemia tidak dapat diabaikan.
4. Patofisiologi
Leukemia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang bersifat
sistemik dan biasanya berakhir fatal.Leukemia dikatakan penyakit darah yang
disebabkan karena terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah yaitu
sumsum tulang.Penyakit ini sering disebut kanker darah.Keadaan yang

sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat sel-sel darah tetapi yang
dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini mendesak
pertumbuhan sel darah normal.
Terdapat dua mis-konsepsi yang harus diluruskan mengenai leukemia, yaitu:
1) Leukemia merupakan overproduksi dari sel darah putih, tetapi sering
ditemukan pada leukemia akut bahwa jumlah leukosit rendah. Hal ini
diakibatkan karena produksi yang dihasilkan adalah sel yang immatur.
2) Sel immatur tersebut tidak menyerang dan menghancurkan sel darah
normal atau jaringan vaskuler. Destruksi seluler diakibatkan proses
infiltrasi dan sebagai bagian dari konsekuensi kompetisi untuk
mendapatkan elemen makanan metabolik
5. Manifestasi Klinis
a. Anemia
Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari
kegagalan sumsum tulang memproduksi sel darah merah.Ditandai dengan
berkurangnya konsentrasi hemoglobin, turunnya hematokrit, jumlah sel
darah merah kurang.Anak yang menderita leukemia mengalami pucat,
mudah lelah, kadang-kadang sesak nafas.
b. Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi
Disebabkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan
menurunkan daya tahan tubuh karena leukosit yang berfungsi untuk
mempertahankan daya tahan tubuh tidak dapat bekerja secara optimal.
c. Perdarahan
Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya
perdarahan mukosa seperti gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan
bawah kulit yang sering disebut petekia.Perdarahan ini dapat terjadi
secara spontan atau karena trauma. Apabila kadar trombosit sangat
rendah, perdarahan dapat terjadi secara spontan.
d. Penurunan kesadaran
Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat
menyebabkan berbagai gangguan seperti kejang sampai koma.
e. Penurunan nafsu makan (anoreksi)
f. Kelemahan dan kelelahan fisik
6

g. nyeri tulang dan sendi, Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada sternum,
tibia dan femur.
h. hipermetabolisme.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Hitung darah lengkapanak dengan sel darah putih kurang dari
10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki prognosis paling balk; hitting sel
darah putih lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang balk
pada anak semua umur. Kadar hemoglobin dan hematokrit rendah
mengindikasikan anemia. Hitung trombosit rendah mengindikasikan
potensial perdarahan
b. Pungsi lumbaluntuk mengkaji keterlibatan SSP
c. Foto toraksmendeteksi keterlibatan mediastinum
d. Aspirasi sumsum tulangditemukannya 25% sel blas memperkuat
diagnosis
e. Pemindaian tulang atau survei rangkamengkaji keterlibatan tulang
f. Pemindaian ginjal, hati, dan limpamengkaji infiltrat leukemik
g. flitting trombositmenunjukkan kapasitas pembekuan
7. Penatalaksanaan
a. Program terapi
Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996)
yaitu:
1) Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk
mengatasi anemi. Apabila terjadi perdarahan hebat dan jumlah
trombosit kurang dari 10.000/mm, maka diperlukan transfusi
trombosit.
Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
2) Pengobatan spesifik
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal.
Pelaksanaannya tergantung pada kebijaksanaan masing-masing rumah
sakit, tetapi prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi
kanker sering disebut sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara
kombinasi dengan maksud untuk mengurangi sel-sel blastosit sampai

5% baik secara sistemik maupun intratekal sehingga dapat

mengurangi gejala-gajala yang tampak.


Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang

tersisa tidak memperbanyak diri lagi.


Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan

masa remisi
3) fase Pelaksanaan Kemoterapi:
Fase Induksi
Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan.Pada fase ini
diberikan terapi kortikosteroid (prednison), vineristin, dan Lasparaginase.Fase induksi dinyatakan berhasil jika tanda-tanda
penyakit berkurang atau tidak ada dan di dalam sumsum tulang

ditemukan jumlah sel muda kuurang dari 5%.


Fase profilaksis sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine, dan
hydrocortison melalui intratekal untuk mencegah invasi sel leukemia
ke otak.Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia

yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.


Konsolidasi
Pada fase ini, kombinasi pengobatan dilakukan untuk
mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia
yang beredar dalam tubuh.Secara berkala, dilakukan pemeriksaan
darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap
pengobatan.Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan

dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.


b. Pengobatan imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh
agar pasien dapat sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan
setelah 3 tahun remisi terus menerus
c. Transplantasi Sumsum tulang

Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang


yang rusak dengan sumsum tulang yang sehat.Sumsum tulang yang rusak
dapat disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi.Selain itu,
transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk mengganti sel-sel darah yang
rusak karena kanker. Pada penderita LMK, hasil terbaik (70-80% angka
keberhasilan) dicapai jika menjalani transplantasi dalam waktu 1 tahun setelah
terdiagnosis dengan donor Human Lymphocytic Antigen(HLA) yang sesuai.
Pada penderita LMA transplantasi bisa dilakukan pada penderita yang tidak
memberikan respon terhadap pengobatan dan pada penderita usia muda yang
pada awalnya memberikan respon terhadap pengobatan.
8. Prognosis
Prognosis LLA pada anak-anak pada umumnya baik, lebih dari 95%
terjadi remisi sempurna.Kira-kira 70-80% dari klien bebas gejala selama 5
tahun. Apabila terjadi relaps, remisi sempurna kedua dapat terjadi pada
sebagian besar kasus. para klien merupakan kandidat untuk implamantasi
sumsum tulang dengan 35%-65% kemungkinan hidup lebih lama.

BAB III
KONSEP PROSES KEPERAWATAN

1. Pengkajian
SISTEM
Aktivitas

DATA SUBYEKTIF
DATA OBYEKTIF
Lesu, lemah, terasa payah, Kontraksi otot lemah
merasa

tidak

kuat

untuk Klien ingin tidur terus dan

melakukan aktivitas sehari- tampak bingung


Sirkulasi

hari
Berdebar

Tachycadi, suara mur-mur


jantung, kulit dan mukosa
pucat, defisit saraf cranial
terkadang ada pendarahan

Eliminasi

Diare,

anus

lunak,

dan

terasa
terasa

cerebral.
lebih Perianal absess, hematuri.
nyeri.

Adanya bercak darah segar


pada

tinja

berampas,
dalam
Rasa nyaman

dan
Adanya

urine

dan

kotoran
darah
terjadi

penurunan output urine.


Nyeri
abdominal,
sakit Meringis,
kepala,

nyeri

kelemahan,

persendian, hanya berpusat pada diri

sternum terasa lunak, kram sendiri.


Rasa aman

pada otot.
Merasa

kehilangan Dpresi,

kemampuan dan harapan,

mengingkari,

kecemasan,

takut,

cemas terhadap lingkungan terangsang,


baru serta kehilangan teman.
Riwayat

infeksi

berulang,

riwayat

perdarahan

yang

cepat

perubahan

mood dan tampak bingung.

yang Panas,

infeksi,

memar,

jatuh, purpura, perdarahan retina,


tidak perdarahan

pada

gusi,

10

terkonrol meskipun trauma epistaksis,


ringan.

kelenjar limpa, spleen, atau


hepar,

Makan dan minum

pembesaran

Kehilangan

nafsu

papiledema

exoptalmus,
makan, Distensi

dan

abdomen,

tidak mau makan, muntah, penurunan peristaltic usus,


penurunan

berat

badan,

splenomegali,

nyeri pada tenggorokan dan hepatomegali,


sakit pada saat menelan.

stomatitis,

ikterus,

ulserasi

pada

mulut, gusi membengkak


(acute monosit leukemia).
Sexualitas

Perubahan pola menstruasi,

Neurosensori

menornhagi. Impoten.
Penurunan
kemampuan Peningkatan kepekaan otot,
koordinasi, perubahan mood, aktivitas

yang

bingung,

disorientasi, terkontrol.

kehilangan

konsentrasi,

tak

pusing, kesemutan, telinga


Respirasi

berdenging, kehilangan rasa


Nafas pendek,

Dyspnoe,

tachypnoe,

batuk, ada suara ronci,


rales,

penurunan

suara

nafas.
Belajar

Riwayat
kimia

terpapar
seperti

bahan
benzena,

phenilbutazone,
chloramfenikol,
paparan
pengobatan

radiasi,

terkena
riawat
dengan

11

kemotherapi.
keluarga

yang

Riwayat
menderita

keganasan.

2. Diagnose Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan perubahan maturitas
sel darah merah, peningkatan jumlah limfosit imatur, imunosupresi
2. Resiko terhadap penurunan volume cairan berhubungan dengan
pengeluaran berlebihan seperti muntah, perdarahan, diare, penurunan
intake cairan
3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran
kelenjar limfe, efek sekunder pemberian anti leukemic agents
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sumber
energi, peningkatan laju metabolik akibat produksi lekosit yang
berlebihan, ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan
3. Intervensi dan tindakan keperawatan
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan perubahan maturitas
sel darah merah, peningkatan jumlah limfosit imatur, imunosupresi
Intervensi

Rasional

1. Lakukan tindakan untuk


mencegah
pada

pemajanan

sumber

yang

diketahui atau potensial

1. Kewaspadaan

meminimalkan

pemajanan klien terhadap bakteri,


virus, dan patogen jamur baik
endogen maupun eksogen

terhadap infeksi :
Pertahankan
isolasi
protektif sesuai kebijakan

institusional
Pertahankan

teknik

mencuci tangan dengan

12

cermat
Beri hygiene yang baik
Batasi pengunjung yang
sedang demam, flu atau

infeksi
Berikan hygiene perianal
2 x sehari dan setiap

BAB
f.
Batasi bunga segar

dan sayur segar


g.
Gunakan protokol

rawat mulut
Rawat klien

dengan

neutropenik

terlebih

dahulu
2. Laporkan

bila

ada

perubahan tanda vital


2. Perubahan

tanda-tanda

vital

merupakan tanda din terjadinya


3. Dapatkan kultur sputum,
urine, diare, darah dan
sekresi tubuh abnormal
sesuai anjuran

utamanya

bila

terjadi

peningkatan suhu tubuh


3. Kultur dapat mengkonfirmasikan
infeksi

dan

mengidentifikasi

organisme penyebab

4. Jelaskan

alasan

kewaspadaan

dan

pantangan
5. Yakinkan

4. Pengertian
memperbaiki

klien

dan

keluarganya

bahwa

peningkatan

kerentanan

pada

sepsis,

infeksi

hanya

klien
kepatuhan

dapat
dan

mengurangi faktor resiko


5. Granulositopeniaa dapat menetap
6-12 minggu. Pengetian tentang
13

sementara

sifat sementara granulositopenia

6. Minimalkan

prosedur

dapat

membantu

mencegah

kecemasan klien dan keluarganya

invasif

6. Prosedur

tertentu

dapat

menyebabkan trauma jaringan,


menngkatkan kerentanan infeksi

Resiko terhadap penurunan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran


berlebihan seperti muntah, perdarahan, diare, penurunan intake cairan
Intervensi
1. Monitor

Rasional
dan
1. Penurunan

intake

sirkulasi

sekunder

output . Catat penurunan

dapat menyebabkan berkurangnya

urin, dan besarnya PH

sirkulasi

ke

ginjal

atau

berkembang menjadi batu ginjal


sehingga
2. Hitung berat badan setiap
hari

menyebabkan

retensi

cairan atau gagal ginjal


2. Sebagai ukuran keadekuatan
volume cairan. Intake yang lebih
besar

dari

diindikasikan
3. Motivasi

klien

untuk

minum 3 4 l/hari jika


tanpa kontra indikasi

kulit

dan

membran

mukosa, perdarahan gusi

dapat

menjadi

renal

aliran

urin,

obstruksi.
3. Meningkatkan
mencegah

asam

membersihkan
4. Kaji adanya petechie pada

output

urat,

dan

sisa-sisa

obat

marrow

dan

neoplastik
4. Supresi bone

prosuduksi platelet menyebabkan


klien

beresiko

mengalami
14

5. Gunakan

alat-alat

yang

perdarahan
5. Jaringan yang mudah robek dan

tidak menyebakan resiko

mekanisme

perdara

menyebabkan

6. Berikan

diet

makanan

pembekuan

dapat

perdarahan

meskipun karena trauma ringa


6. Mencegah iritasi gusi

lunak
7. Kolaborasi

:Pemberian

cairan sesuai indikasi

7. Mempertahankan
elektrolit

8. Monitor

pemeriksaan

diagnostik

Platelet,

Hb/Hct, bekuan darah

yang

cairan

dan

tidak

bisa

dilakukan per oral, menurunkan


komplikasi renal
8. Bila platelet <20.000/mm( akibat
pengaruh

sekunder

obat

neoplastik ) , klien cenderung


mengalami
Penurunan

perdarahan.
Hb/Hct

berindikasi

terhadap perdarahan.

Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran


kelenjar limfe, efek sekunder pemberian anti leukemic agents
1. Kaji tingkat nyeri, gunakan
skala 1 10

intervensi

2. Monitor vital signs, catat

3. Ciptakan lingkungan yang


dan

kurangi

mengkaji
,

bisa

kebutuhan
berindikasi

perkembangan komplikasi
2. Berguna dalam validasi verbal
dan

reaksi non verbal

tenang

1. Berguna

mengevaluasi

intervensi
3. Meningkatkan
istrahat

dan

keefektifan
kemampuan
memperkuat

15

4.

stimulus
Berikan

nyaman
5. Evaluasi

posisi

yang

mekanisme

koping klien

kemampuan koping
4. Menurunkan gangguan
tulang dan sendi
5. Penggunaan persepsi
untuk

mengatasi

pada
pribadi

nyeri

dapat

membantu klien memiliki koping


yang lebih efektif
6. Diberikan untuk nyeri ringan
Cat : jangan menggunakan

6. Kolaborasi :
1.

Analgetik

aspirin karena bisa menyebabkan


perdarahan
Diberikan untuk nyeri sedang-berat

2.

Narkotik
7. Memperkkuat
7. Tranguilizer

kerja

analgetik/narkotik

Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sumber


energi, peningkatan laju metabolik akibat produksi lekosit yang berlebihan,
ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan
Intervensi
1. Evaluasi
rewel,

keluhan

Rasional
lemah,
1. Efek

ketidakberdayaan

dalam ADL

tenang dan istrahat yang


setiap

anemia

dan

kemoterapi dapat menjadi satu


sehingga

2. Ciptakan lingkungan yang


tidak terganggu
3. Bantu
dalam

leukemia,

memerlukan

bantuan

dalam pemenuhan aktifitas ADL


2. Mengumpulkan energi untuk
beraktifitas dan untuk regenerasi
sel
3. Memaksimalkan

kemampuan

16

pemenuhan rawat diri/ADL


4. Jadwalkan
pemberian

untuk rawat diri


4. Meningkatkan intake

sebelum

makan sebelum kemoterapi.

terjadi mual akibat efek samping

Beri oral hidrasi sebelum

kemoterapi

makan

dan

sesuai indikasi
5. Kolaborasi

anti

emetik
5. Memaksimalkan

:Pemberian

kemampuan

oksigenasi untuk uptake seluler

suplemen O2 sesuai anjuran

4. Evaluasi
1) Terjadi Penurunan jumlah lekosit
2) Memperlihatkan keadaaan volume cairan yang adekuat
3) Memperlihatkan tanda-tanda vital dalam bataas normal
4) Memperlihatkan urine output, PH dalam batas norma
5) Melaporkan nyeri berkurang atau hilang
6) Memperlihatkan perilaku positif dalam mengatasi nyeri
7) Klien akan menunjukkan partisipasi dalam ADL sesuai kemampuan

Contoh kasus
A. Pengkajian

17

I. Identitas
a. Identitas anak
Nama anak : An. R
Umur

: 3 tahun

Tanggal lahir :

Sipispis, 15 Oktober 2004

Tanggal masuk RS :

13 November 2007

Tanggal pengkajian :

04 Februari 2008

No RM

: 31 20 10

Ruangan

: Rindu B4 Anak, Kamar III 9

Diagnosa medik

ALL

b. Penanggung jawab
Nama

: Tn. R

Umur

: 36 tahun

Pekerjaan

: Wiraswasta

Suku / bangsa :
Agama

Jawa / Indonesia

: Islam

Pendidikan : SMA
Alamat

: Sipispis, Simalungun

c. Kedudukan anak dalam keluarga dan keadaan saudara


N

Kehamilan AB Lahir

o
1
2
3

Mati
-

Anak G
Anak R
Anak K

Lahir

Jenis

Umur

Sehat

Sakit

Hidup
Hidup
Hidup
Hidup

Kelamin
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki

(Thn)
5
3
2

Sehat
Sehat

Sakit
-

II. Alasan Masuk Rumah Sakit


a. Keluhan utama
Demam naik turun, os tidak bisa berjalan-jalan dan makin lama os
tidak bisa mengangkat badan.
b. Riwayat kesehatan sekarang
18

Pasien nampak pucat, keadaan fisik lemah, kulit tampak pucat,


konjungtiva pucat, vital sign, pols: 90 x/I, RR: 26 x/I, suhu: 370C.
III. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pada masa dalam kandungan pemeriksaan kehamilan dilakukan oleh
bidan. Ibu mendapat obat penambah darah dan ibu tidak pernah
mengalami sakit pada waktu hamil, hanya mual-mual, muntah. Pada
waktu trimester I, ibu mendapat suntikan imunisasi TT 2 kali.
Ibu melahirkan di Rumah Bersalin, ditolong oleh bidan, dengan partus
spontan setelah bayi lahir, tangisannya kuat dan lancar seperti biasa bayi
cukup bulan ( 9 bulan) BB lahir: 2,8 kg, PB: 50 cm dan bayi tidak ada
kelainan bawaan.
Semenjak lahir, pasien tidak mengalami sakit, hanya demam setelah
mendapat Imunisasi seperti Campak..
IV.
No
1
2

4
5

Riwayat Imunisasi
Imunisasi
BCG
DPT 1

Umur
1,5 bulan
3 bulan

Tanggal pemberian
-

Reaksi
Eritema
-

DPT 2

5 bulan

Demam

DPT 3
Polio 1

7 bulan
4 bulan

Polio 2

6 bulan

Polio 3

8 bulan

Polio 4
Hepatitis B
Campak

12 bulan
Bayi baru lahir
6 bulan

Demam

V. Riwayat Tumbuh Kembang


a. Motorik
1. Kasar
Dapat naik turun tangga tanpa bantuan, memakai baju dengan
bantuan, mulai bisa bersepeda roda dua.

19

2. Halus
Menggambar lingkaran, mencuci tangan sendiri.
3. Kognitif
Anak mulai memahami waktu dan berorientasi dengan waktu
mis: tahu waktu bermain, tidur dan lain-lain.
VI.

Aspek Psikososial
Menurut keluarga hubungan klien dengan saudara-saudaranya bagus,
tidak ada pertengkaran, tingkah laku klien di rumah mudah diatur, bila
ada waktu senggang, klien bermain mobil-mobilan dengan adiknya.

VII.

Kebutuhan Spiritual
Anak masih diajari orang tuanya berdoa menurut kepercayaannya,
waktu mau makan dan mau tidur. Anak menganut agama Islam.

VIII.

Pengetahuan Orang Tua Tentang Kondisi Anak


Pengetahuan orang tua tentang penyakit yang diderita anak sebelum
masuk Rumah Sakit orang tua tidak mengetahui tentang penyakit yang
diderita anaknya. Tetapi sesudah masuk ke RS dan mendapatkan
pelayanan dari tim medis orang tua anak sudah mengetahui penyakit
yang diderita anaknya karena sudah mendapatkan penjelasan dari tim
dokter dan perawat ruangan.

IX.

Kebutuhan Sehari-hari
No Kebutuhan
1

Sebelum masuk Rumah Sesudah

sehari-hari
Nutrisi

Sakit
Frekuensi:

Rumah Sakit
Frekuensi:

a. Makan

3x sehari

3x sehari

masuk

Diet: nasi putih + lauk Diet: makanan lunak


pauk
2

b. Minum
Aktivitas

6 gelas sehari

5 gelas sehari

dan istirahat

20

a.Tidur

7-8 jam sehari

8-9 jam sehari

1 jam sehari

1 jam sehari

2x sehari

1x sehari

b.Gosok gigi 1x sehari

1x sehari

c. Pakaian

2x

malam
b.Tidur
3

siang
Personal
hygiene dan
eliminasi
a. Mandi

3x sehari ganti pakaian

sehari

ganti

pakaian

X.

d. BAB

1-2 x sehari

1x sehari

e. BAK

4x sehari

3x sehari

Pemeriksaan fisik
Tanggal 4 Februari 2008
a. Keadaan umum
Keadaan anak lemah
HR: 96 x/i
RR: 26 x/i
Temp: 37,30C
b. Keadaan gizi
Anak makan dengan diit dari Rumah Sakit NGT terpasang.
c. TB: 95 cm
BB: 12 kg
d. Kulit
Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik, tonus baik dan tidak ada
oedem.
e. Kepala

21

Bentuk kepala bulat, rambut kurag bersih, warna rambut hitam dan
lurus, keadaan rambut lemas, bentuk ubun-ubun datang.
f. Mata
Bentuk simetris, gerakan bola mata sering dengan kelopak mata,
konjungtiva pucat, kornea jernih, sklera putih.
g. Hidung
Bentuk simetris, tidak ada kelainan, tidak dijumpai polip dan tidak
dijumpai peradangan dan pendarahan.
h. Telinga
Bentuk simetris, serumen dalam batas normal, fungsi pendengaran
baik.
i. Mulut
Bentuk simetris, bibir pucat, sudut bibir pecah-pecah.
j. Gigi
Jenis gigi susu, banyaknya 23 buah, kebersihan kurang.
k. Tenggorokan
Keadaan tonsil normal.
l. Leher
Tidak ada pembersaran kelenjar getah bening.
m. Thorax dan paru-paru
Bentuk dada simetris, irama pernafasan reguler, frekuensi 26 x/I,
bunyi nafas vesikuler.
n. Jantung
Irama jantung reguler, denyut jantung 96 x/i.
o. Abdomen
Bentuk simetris, bising usus normal dengan bayi peristaltik,
umbilikus normal.
p. Genetalia
Bentuk normal.
22

q. Ekstremitas superior
Bentuk Simetris, jari-jari 10, warna kuku pucat.
r. Ekstremitas inferior
Bentuk simetris, jari-jari 10, gaya berjalan lambat.
XI.

Pemeriksaan Diagnostik
Tanggal 02 Februari 2008
HB

8,5 gr%

N: 12 14 gr%

LED

55 mm/jam

N: < 20 mm / jam

Leukosit

5,3. 103 / mm3

N: 5.103 9.103 / mm3

Trombosit

40.103 / mm3

N: 15.103 45.103 / mm3

Hematokrit

26%

N: 37 45%

Eosingtil

1%

N: 2 4 %

Rasifil

0,1%

N: 0,5 1%

Hitung jenis :

Neutrofil staf 2%

N: 2 6%

Neutrofil segmen

75% N: 50 70%

Lymfosit

20%

N: 20 40%

Monosit

2%

N: 3 8%

Retikulosit

0,3%

N: 0,8 1%

EKG : Interpretation : Sinus tachycardia with short PR


NonSpecific ST and T wave abnormality
Abnormal EKG
Kesan : Intracardiac Normal, EF 69 %
Ekokardiograf :
Katub Mitral : Sinus Solitus AV VA Confidance
Katub Aorta : Normal
Katub Trikuspidalis : Balanced Ventricles
Katup Pulmonal : VSD (-) ASD (-) PDA (-)
Kesan : Intracardiac Normal
23

BMP :

Hb

: 8,7 gr%

Leukosit

: 3,20 /Ul

Trombosit

: 435000/Ul

Metamielesit

:8%

Batang Netrofil

: 21 %

Segmen Netrofil

: 16%

Eritrosit Basofil

:3%

Eritrosit Polilkromatofil : 36%


Limfosit

: 72%

Sel Atipik

: 4%

Sediaan sumsum tulang : Normoseluler, pengecetan


cukup
Granulopoiesis

: Hipoplasia

Eritropoiesis

: Relatif Hiperaktif

Perbandingan M/E

: 1 : 1,5

Limfopoiesis

:Aktif, ditemukan, kelompokan


jaringan

ikat,

retikulum,

lemak

Kesimpulan

Sistem retikoloendotel

: Aktif

Megakariosit

: Aktif, banyak bentuk muda

: Sumsum tulag menunjukkan Hipoplasia, semua sistem


dengan sistem Eritropoltik Relatif Hiperaktif ( Serum
ALL Remisi ).

XII. Therapi
Cotrimovazole : 2 x 120 mg
Dexamethason : 3 x 400 mg
Diet MB 1100 Kalori engan 20 gram protein
Fisiotherapy
Inj. B12

: 2cc/ 12 jam
24

Inj Leucoverin : 8,85 mg / 6 jam


Infus Dextrose 5% dan Nacl 0,45%

: 40 gtt/i

O2

: 1 2 l/m ( K/P )

B. Analisa Data
No
1

Data
DS: -

Etiologi
Proliferasi sel kanker

Masalah
Perubahan

DO:

perfusi
jaringan

Kulit pucat

Trombositopenia

Hb 8,5 gr%

Trombosit 40.103/mm3

Conjungtiva pucat

HR: 96 x/I, RR: 26 x/i


DS:

Leukosit

imatur Resiko

Ibu px mengatakan anaknya meningkat

lemas

Leukosit

DO:

menurun

Kulit pucat

Bibir pucat

Daya

Leukosit 5,7.103/mm3

menurun

Keadaan fisik lemah

normal terjadinya
infeksi
tahan

tubuh

Resiko tinggi infeksi


Infiltasi sel neoplasma

DS:
Ibu

tinggi

mengatakan

anaknya

lemah

mobilitas

Kelemahan otot dan fisik

DO:

anggota gerak

Konjungtiva pucat

Tubuh px tampak kurus

Kelemahan umum

Kebutuhan

Gangguan

aktivitas

px

25

masih dibantu oleh keluarga

Gangguan aktivitas

C. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan b/d proliferasi sel kanker d/d kulit px pucat,
Hb 8,5 gr%, trombosit 40.103/mm, conjungtiva pucat, HR: 96 x/I, RR: 26
x/i.
2. Resiko tinggi terjadinya infeksi b/d leukosit imatur meningkat d/d kulit px
pucat, bibir pucat, leukosit 5,7.103/mm3, keadaan fisik lemah.
3. Gangguan mobilitas fisik b/d infiltasi sel neoplasma d/d ibu mengatakan
anaknya lemah, konjungtiva pucat, tubuh px tampak kurus, kebutuhan
aktivitas px masih dibantu oleh keluarga dan perawat.
CACATAN PERKEMBANGAN
Nama :Anak R

Dx Medis : ALL

Umur :3 tahun

Ruang

No
1

Dx
I

: III 9 RB4

Tgl/Jam
5/2/08

Implementasi
Memantau tanda-tanda vital

Evaluasi
S:

09.00

TD: -

Ibu mengatakan anak sudah

HR: 96 x/i

mulai lincah

RR: 28 x/i

O:

T: 36,80C

Kulit anak pucat


Konjungtiva pucat
Hb: 8,5 gr%
A:
Masalah belum teratasi
P:
R/T dilanjutkan

26

Tentukan faktor-faktor yang


berhubungan dengan keadaan
yang menyebabkan penurunan
perfusi jaringan otak
Pantau tanda-tada vital
Berikan transfusi darah
Berikan

oksigen

tambahan

sesuai indikasi
2

II

11.00

Memasang

infus

tehnik aseptik

dengan S:
Anak

mengatakan

lemah

badannya
18.00

Memberikan diet M I

O:

Memberi injeksi

Anak pucat, diet habis


porsi, Hb: 8,5 gr%, leukosit
5,7.103/mm
A:
Infeksi tidak terjadi
P:
R/T dilanjutkan
Tempatkan

px

di

kamar

khusus
Lakukan

tindakan

dengan

tehnik aseptik dan aseptik


yang tinggi
Lakukan
3

III

09.30

kebersihan

mulut

secara rutin
Mengajak px bercerita atau S:
berkomunikasi

Anak R masih kelihatan lemah

27

O:
Membantu klie makan

Anak

tampak

pucat,

konjungtiva pucat, bibir pucat


Membantu px dalam latihan A:
gerak secara perlahan-lahan

Masalah belum teratasi


P:
R/T dilanjutkan
Bantu anak R dalam aktifitas
sehari-hari
Evaluasi laporan kelamahn,
perhatikan ketidak mampuan

6/2/08

Memantau tanda vital

dalam beraktifitas
S:

08.00

TD: -

Anak mengatakan transfusi

HR: 96 x/i

darah ada gunanya

RR: 26 x/i

O:

T: 36,50C

Anak

tampak

tenang,

konjungtiva pucat, HR: 96 x/I,


10.00

Membantu anak dalam belajar

RR: 26 x/I, T: 36,50C


A:

Membantu anak dalam makan Masalah belum teratasi


11.00

buah

P:
R/T dilanjutkan
Pantau tanda vital
Beri O2 sesuai indikasi
Pantau infus

II

09.00

Perawatan infus

S:
Anak

senang

dalam

28

12.00

Memberi Diet M I

membersihkan gigi
O:

18.00

Memberi injeksi

Diet habis, gigi bersih


A:

19.00

Membersihkan gigi klien

21.00

Mengingat

anak

Infeksi tidak terjadi

dalam P:

kebersihan diri

R/T dilanjutkan

Menjelaskan kepada anak dan Pasien ditempatkan di kamar


keluarga dalam kebersihan diri isolasi
Lakukan

tindakan

dengan

tehnik septik dan aseptik


6

III

09.30

Lakukan kebersihan mulut


Mengajak px dalam bercerita S:
tentang penyakitnya

Anak

bertanya

tentang

penyakit yang dideritanya


12.30

Membantu klien dalam BAK

O:
Anak paham dalam latihan

14.30

Mendemonstrasikan

latihan mobilisasi. Diet habis sesuai

moblisasi

dengan porsi yang disediakan


A:

18.00

Memberikan diet M I

Masalah belum teratasi


P:

20.00

Membantu anak dalam BAB

R/T dilanjutkan
Bantu anak dalam

21.00

Mengajari anak dalam berdoa

7/2/08

sebelum tidur
Memantau tanda vital

S:

08.00

TD: -

Anak mengatakan sakit pada

29

HR: 94 x/i

bagian tangan kiri (bagian

RR: 26 x/i

daerah infus)

T: 36,50C

O:
Bengkak di daerah infus

10.00

12.00

Membantu

anak

dalam A:

bermain

Masalah belum teratasi

Memberi diet M I

P:
Pantau vital sign

13.00

Mengambil spesimen darah Pasang


arteri 3 cc

infus

pemenuhan

dalam

elektrolit

dan

cairan

II

14.00

Perawatan infus

18.00
09.00

Mengoff infus
Observasi
pasien

dalam S:

ruangan

Anak mengatakan akan mulai


belajar

10.30

Pemberian injeksi

membersihkan

diri

secara mandiri
O:

11.00

Bantu pasien dalam perawatan Anak berminat dalam latihan


gigi

kebersihan diri
A:

13.30

Memberikan
kepada

penjelasan Masalah tidak terjadi

anak

cara-cara P:

membersihkan diri
16.00

Membantu

pasien

R/T dilanjutkan
dalam

mandi dan menggosok gigi


30

BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah
dalam sumsum tulang dan limfa (Reeves, 2001).Sifat khas leukemia adalah
proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang,
menggantikan elemen sumsum tulang normal.Proliferasi juga terjadi di hati,
limpa, dan nodus limfatikus.Terjadi invasi organ non hematologis seperti
meninges, traktus gastrointestinal, ginjal, dan kulit.
Penyebab sampai sekarang belum jelas, namun kemungkinan besar
karena virus (virus onkogenik).
Faktor lain yang berperan antara lain:
1.Faktor eksogen seperti sinar X, sinar radioaktif, dan bahan kimia (benzol,
arsen, preparat sulfat), infeksi (virus dan bakteri).
2.Faktor endogen seperti ras

31

3.Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom, herediter (kadang-kadang


dijumpai kasus leukemia pada kakak-adik atau kembar satu telur).
Faktor predisposisi:
1.Faktor genetik: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur
gen (T cell leukimia-lymphoma virus/HTLV)
2.Radiasi ionisasi: lingkungan kerja, prenatal, pengobatan kanker sebelumnya
3.Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon,
dan agen anti neoplastik.
4.Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
5.Faktor herediter misalnya pada kembar satu telur
6.Kelainan kromosom

Adapun ayat yang bisa dijadikan sebagai referensi tentang penyakit ini, yaitu :


Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan
mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka dan
hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu
(Baitullah). (Q.S. Al-Maidah:3)
Tafsir Jalalayn : (Kemudian hendaklah mereka menghilangkan kotoran
yang ada pada badan mereka) maksudnya hendaklah mereka merapihkan
ketidakrapihan diri mereka seperti memotong rambut dan kuku yang panjang
(dan hendaklah mereka menunaikan) dapat dibaca Walyuufuu dan
Walyuwaffuu (nazar-nazar mereka) dengan menyembelih hewan ternak
sebagai hewan kurban (dan hendaklah mereka melakukan tawaf) tawaf ifadah
(sekeliling rumah yang tua itu) yakni rumah kuno, karena ia adalah rumah
pertama yang dibuat untuk ibadah manusia. Dan juga maksud membersihkan

32

diri dari kotoran dapat juga ditafsirkan sebagai membersihkan diri atau
menghindari virus yang dapat menyebabkan penyakit tersebut sebagaimana
kita ketahui bahwa kulit juga termasuk dari system imun, maka dari itu kita
harus membersihkan kulit agar terhindar dari penyakit tersebut.
2. Saran
Adapun saran yang penulis tujukan kepada:
a. Mahasiswa Praktek
Seorang mahasiswa praktikan haruslah mampu mengetahui pengertian dan
penyebab dari penyakit hemophilia

mengenai pengertian, penyebab,

patofisiologi dan penatalaksanaan yang akan di lakukan dan resiko yamg


akan mungkin terjadi.
b. Lahan Praktek
Sebagai bahan masukan bagi lahan praktek untuk dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan terutama pada pasien leukimia,
c. Institusi pendidikan
Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan khususnya disiplin ilmu
keperawatan anak, dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan
keperawatan.

33

DAFTAR PUSTAKA
Davey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga
Ejournal.gunadarma.ac.id
Handayani, Wiwik.,& Sulistyo H, Andi. 2012. Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika
Harrison. 2012. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC
Hockebenberry, Wilson. (2005). Wong s Clinical Manual Of Pediatric
Nursing Seventh Edition. United States Of America : Mosby Elsevier
Hoffbrand.A.V, Pettit. J. E, P. A .H. Moss. (2012). Hematologi.edisi 5. Alih
Bahasa Jakarta: EGC
Mubin, Halim A. 2013. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis dan
Terapi Edisi 2.Jakarta: EGC.
Nelson. (2009). Ilmu kesehatan anak edisi 15, Alih bahasa. Jakarta :EGC
Rizkiana, Ulfa.,& Retnaningsih. 2010. Penerimaan Diri pada Remaja
Penderita Leukemia.

34

Rudolph, Abraham. (2007). Buku Ajar Pediatric Rudolph / Rudolph s


Pediatrics: Alih Bahasa. Jakarta: EGC
Suriadi,& Rita yuliani. 2010. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta : CV
Sagung Seto.
Yuliani, Rita.,& Suriadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak.Jakarta:
Sagung Seto.

35

Anda mungkin juga menyukai