tersebut misalnya usaha travel, kuliner, penginapan/hotel, dan lain-lain. Sehingga dengan
perkembangan hal tersebut dapat juga menyebabkan peluang kerja terbuka.
Kegiatan pariwisata dapat menjadi sangat berpengaruh terhadap pembangunan suatu
daerah terlebih jika pengelolaan sektor pariwisata tersebut baik. Banyak negara-negara yang
bertumpu pada sektor pariwisata untuk membangun perekonomian negara mereka. Indonesia
pun juga merupakan negara yang memiliki pemasukan atau pendapatan tinggi dari sektor
pariwisata. Indonesia memiliki kondisi alam yang unik sehingga keadaan tersebut sangat
berpotensi dikembangkan pada bidang pariwisata. Tidak hanya kondisi alamnya yang indah
namun Indonesia juga memiliki keanekaragam budaya dari masing-masing daerah, sehingga
apabila fenomena alam dan budaya yang ada di Indonesia ini dikembangkan dengan baik
maka dapat menjadi salah satu kekuatan dalam pembangunan nasional.
Setiap daerah di Indonesia menyimpan keindahan alam masing-masing. Begitu pula di
Kabupaten Blitar. Kabupaten Blitar mer upakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi
Jawa Timur. Secara astronomis kabupaten Blitar terletak pada 111o 40112o 10 BT dan 7o 588o 9 51 LS atau berada pada barat daya Ibu Kota Provinsi Jawa Timur (Surabaya) dengan
jarak 160 km. Kabupaten Blitar sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kediri dan
Kabupaten Malang, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Malang, sebelah barat
berbatasan dengan Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Kediri, sedangkan di sebelah
selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia. Posisi Kabupaten Blitar yang berbatasan
langsung dengan Samudera Indonesia menjadikan Kabupaten Blitar memiliki potensi
pengembangan wilayah pantai di sepanjang wilayah Kabupaten Blitar bagian selatan.
Sedangkan di bagian utara ada beberapa air terjun dan daerah-daerah lereng pegunungan yaitu
lereng Gunung Kelud dan Gunung Kawi.
Di bagian tenggara tepatnya di lereng gunung Kawi terdapat sebuah perkebunan teh
yaitu perkebunan teh Sirah Kencong. Perkebunan teh ini merupakan satu-satunya perkebunan
teh yang ada di kabupaten Blitar. Dengan keberadaannya tersebut kebun teh Sirah Kencong
merupakan suatu potensi yang dapat dikembangkan dalam sektor pariwisata. Meskipun sudah
banyak dikunjungi wisatawan namun kebun teh Sirah Kencong ini belum memenuhi syaratsyarat untuk pengembangan wisata, sehingga perlu pengembangan lebih lanjut agar kebun teh
Sirah Kencong dapat mendatangkan lebih banyak lagi pengunjung serta berkembang menjadi
sektor wisata yang unggul di kabupaten Blitar.
Analisis SWOT digunakan dalam upaya pengembangan ini untuk mengetahui atau
mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi objek wisata. Dengan
analisis SWOT kelemahan dan kelebihan dari objek wisata yang akan dikembangkan dapat
diketahui sehingga juga akan terlihat peluang, kekuatan, serta ancamannya dari objek wisata
tersebut. Setelah diketahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari objek wisata
maka dapat ditentukan strategi pengembangan yang cocok untuk objek wisata yang akan
dikembangkan tersebut. Penerapan strategi yang tepat akan mempengaruhi terhadap
perkembangan suatu objek wisata.
KAJIAN TEORI
1. Konsep Pariwisata
Badrudin (2001) dalam Bakung (2014) mendefinisikan pariwisata sebagai perjalanan
dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun
kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian atau kebahagiaan dengan
lingkungan hidup dalam dimensi sosial,budaya, alam dan ilmu. Selanjutnya Ismayanti (2010)
mengemukakan bahwa tourism is a temporary movement of people from one place to
another. Sedangkan menurut Kodhyat (1983) dalam Primadany (2013) definisi yang lebih
luas dari pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain bersifat sementara,
dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan dan kebahagiaan
dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu.
Menurut Yoeti (2008) pariwisata harus memenuhi empat kriteria di bawah ini, yaitu:
a. Perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain, perjalanan dilakukan di luar tempat
kediaman di mana orang itu biasanya tinggal;
b. Tujuan perjalanan dilakukan semata-mata untuk bersenang-senang, tanpa mencari nafkah
di negara, kota atau dtw yang dikunjungi.
c. Uang yang dibelanjakan wisatawan tersebut dibawa dari negara asalnya, di mana dia bisa
tinggal atau berdiam, dan bukan diperoleh karena hasil usaha selama dalam perjalanan
wisata yang dilakukan; dan perjalanan dilakukan minimal 24 jam atau lebih.
d. Dalam pengertian kepariwisataan terdapat empat faktor yang harus ada dalam batasan
suatu definisi pariwisata. Faktor-faktor tersebut adalah perjalanan itu dilakukan dari satu
tempat ke tempat lain, perjalanan itu harus dikaitkan dengan orang-orang yang melakukan
perjalanan wisata semata-mata sebagai pengunjung tempat wisata tersebut.
2. Syarat Daerah Tujuan Wisata
Menurut Yoeti (1996) dalam Sinarta (2009) syarat daerah tujuan wisata
adalah aebagai berikut:
a. Objek dan Atraksi Budaya
Di Indonesia objek dan atraksi wisata mempunyai perbedaan. Semua daya tarik
wisatawan yang bersumber pada alam seperti pemandangan alam dan lain-lain sering.
disebut sebagai objek wisata. Sedangkan atraksi wisata adalah daya tarik wisata yang
apabila ingin dilihat harus dipersiapkan terlebih dahulu oleh orang. Biasanya berwujud
peristiwa kejadian, baik yang terjadi secara periodik ataupun sekali saja, baik yang besifat
tradisional ataupun yang tetap telah dilembagakan dalam kehidupan masyarakat modern
yang mempunyai daya positif pada para wisatawan. seperti pertunjukan kesenian,
kebudayaan dan lain-lain. Lain halnya di luar negeri dimana antara objek wisata dan atraksi
wisata tidak dibedakan mereka semuanya menyebutnya dengan tourist attraction. Mengenai
pengertian objek wisata dapat kita lihat beberapa sumber acuan salah satunya SK
Menparpostel No. KM 98/PW-102/MPT-87 yang mengungkapkan bahwa objek wisata
adalah tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan
dikembangkan sehinggah menjadi daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi
oleh wisatawan.
b. Sarana dan Prasarana Pariwisata
Sarana pariwisata adalah segala kelengakapan daerah tujuan wisata yang diperlukan
untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya yaitu terdiri
dari perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara
langsung maupun tidak langsung dan hidup dan kehidupannyabanyak bergantung pada
kedatangan wisatawan. Seperti kita ketahui bahwa sarana kepariwisataan dibagi menjadi tiga
bagian yang saling melengkapi, yaitu sarana pokok kepariwisataan (Main Tourism
Superstructur), sarana pelengkap kepariwisataan
Keamanan, yaitu suatu kondisi dimana wisatawan dapat merasa aman, bebas dari
ancaman, gangguan serta tindak kekerasan dan kejahatan pada saat berwisata tersebut
Ketertiban, yaitu kondisi yang mencerminkan suasana tertib dan teratur serta disiplin
dalam semua segi, baik dalam hal lalu lintas, penggunaan fasilitas maupun dalam
pelayanan
Kesejukan, yaitu terciptanya suasana yang segar, sejuk dan nyaman dengan adanya
pamrih
Kenangan, yaitu kesan yang menyenangkan dan akan selalu diingat oleh wisatawan
baik berupa barang dan jasa atau kesan sendiri yang didapat selama berkunjung.
5. Analisis SWOT
OPPORTUNITY
TREATHS
INTERNAL
STRENGTH
Comparative Advantage
Mobilization
WEAKNESS
Diverstment/Investment
Damage Control
Sel C: Divestment/Investment
Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang dari luar. Situasi
seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang kabur. Peluang yang tersedia
sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan karena kekuatan yang ada tidak
cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang diambil adalah (melepas peluang
yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain) atau memaksakan menggarap peluang itu
(investasi).
Sel D: Damage Control
Sel ini merupaka kondisi yang paling lemahdari semua sel karena merupakan pertemuan
antara kelemahan organisasi dengan ancaman dari luar, dan karenanya keputusan yang
salah akan membawa bencana yang besar bagi organisasi. Strategi yang harus diambil
adalah Damage Control (mengendalikan kerugian) sehingga tidak menjadi lebih parah
dari yang diperkirakan.
lain yaitu air terjun Wana Tirta Kencana, candi, serta goa peninggalan zaman Jepang
memungkinkan pengembangan wisata dengan sistem paket. Berdasarkan data yang diperoleh
jarak antara satu objek dengan objek lain dapat ditempuh dengan menggunakan jalan kaki
karena jaraknya tidak jauh. Dengan keadaan tersebut maka peluang untuk membuat wisata
sistem paket di kawasan kebun teh Sirah Kencong sangat memungkinkan. Sesuai dengan
teori daerah tujuan wisata menurut Yoeti (1996) bahwa suatu daerah tujuan wisata yang
pertama harus memiliki objek dan atraksi yang menarik. Dalam hal ini kebun teh Sirah
Kencong, air terjun Wana Tirta Kencana, candi, serta goa peninggalan zaman Jepang
merupakan objek yang menarik sehingga memungkinkan untuk dikembangkan menjadi paket
wisata yang berada dalam satu kawasan yaitu kawasan wisata alam kebun teh Sirah Kencong.
Candi yang ada di sekitar kebun the Sirah Kencong memang tidak besar namun
adanya candi tersebut dapat menjadi nilai tambah untuk pengembangan wisata di kawasan
kebun teh Sirah Kencong Tersebut. Menurut beberapa pengunjung candi yang ada tersebut
tidak menarik sehingga sering diabaikan oleh pengunjung tanpa menghiraukan nilai historis
yang ada pada candi tersebut. Dalam upaya pengembangan ini candi yang ada tersebut
sebaiknya dirawat kembali kebersihannya. Selain itu agar lebih menarik, pada sekitar candi
tersebut di tata kembali dan diberi tanaman-tanaman hias yang pendek sehingga candi
tersebut akan terlihat terawat. Sehingga candi tersebut juga dapat dipakai sebagi wisata
edukasi khusunya tentang sejarah.
Sedangkan untuk air terjun Wana Tirta Kencana dapat ditata aksesbilitas serta
keamanannya agar pengunjung lebih aman dan nyaman ketika berkunjung di air terjun
tersebut.
Syarat daerah tujuan wisata selanjutnya adalah aksesbilitas atau keterjangkauan.
Dalam hal ini kebun teh Sirah Kencong memiliki keterjangkauan yang sulit karena letaknya
yang jauh dari pusat kabupaten Blitar. Selain itu sulitnya keterjangkauan tersebut juga
disebabkan karena dukungan sarana dan prasarana yang kurang memadai. Akses jalan
menuju perkebunan teh Sirah Kencong ini sulit karena harus melewati jalan yang masih
berupa makadam (belum di aspal) sehingga perjalanan juga akan terasa sangat lama. Terlebih
ketika musim pengjuhan maka jalan menuju perkebunan teh ini akan terasa semakin sulit.
Strategi pengembangan wisata menurut Suryono (2004) dalam Primadany (2013)
pada prinsipnya berkaitan dengan persoalan: kebijakan pelaksanaan, penentuan tujuan yang
hendak dicapai, dan penentuan cara-cara atau metode penggunaan sarana-prasarana. Strategi
selalu berkaitan dengan 3 hal yaitu tujuan, sarana, dan cara. Dalam hal ini strategi yang tepat
diperlukan dalam pengembangan tempat wisata guna menarik pengunjung sehingga kawasan
wisata tersebut benar-benar berfungsi sebagaimana mestinya. Jika strategi yang diterapkan
tepat dimungkinkan kawasan wisata tersebut akan mengalami perkembangan yang cepat
sehigga daerah di sekitar kawasan wisata tersebut juga akan turut mengalami perkembangan.
Namun jika strategi yang diterapkan tidak tepat dimungkinkan kondisi tempat wisata tersebut
akan semakin mengalami kemunduran karena pengelolaan yang tidak tepat.
Dalam pengembangan wisata terdapat prinsip Sapta Pesona Warna. Setiap
pengembangan kawasan wisata konsep ini selalu diterapkan. Untuk pengembangan kawasan
wisata kebun teh Sirah Kencong ini prinsip-prinsip tersebut juga harus diterapkan. Prinsip
yang pertama adalah keamanan, yaitu suatu kondisi dimana wisatawan dapat merasa aman,
bebas dari ancaman, gangguan serta tindak kekerasan dan kejahatan pada saat berwisata
tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh di kawasan kebun teh Sirah Kencong
keamanannya belum terjamin karena disana tidak ada petugas khusus yang mendampingi
wisatawan. Selanjutnya adalah ketertiban, yaitu kondisi yang mencerminkan suasana tertib
dan teratur serta disiplin dalam semua segi, baik dalam hal lalu lintas, penggunaan fasilitas
maupun dalam berbagai perilaku masyarakat lainnya. Kebersihan, yaitu kondisi yang
memperlihatkan bersih dan sehat baik keadaan lingkunagan, fasilitas sarana dan prasarana,
maupun manusia yang memberikan pelayanan. Dalam hal fasilitas kebersihan dapat
dikatakan di kawasan kebun teh Sirah Kencong ini perlu ditambah lagi agar kebersihan
lingkungan semakin terjaga. Kesejukan, yaitu terciptanya suasana yang segar, sejuk dan
nyaman dengan adanya penghijauan secara teratur dan indah. Dalam hal ini kondisi kawasan
kebun teh Sirah Kencong sudah mendukung karena letaknya yang berada di lereng gunung
Kawi. Begitu pula dengan hal keindahan. Selanjutnya adalah keramahan, yaitu sikap dan
perilaku masyarakat yang sopan dan ramah tamah dalam berkomunikasi memberikan
pelayanan serta ringan tangan untuk membantu tanpa pamrih. Dalam hal ini masyarakat
daerah sekitar kebun teh Sirah Kencong memiliki perilaku yang ramah. Terakhir adalah
kenangan, yaitu kesan yang menyenangkan dan akan selalu diingat oleh wisatawan baik
berupa barang dan jasa atau kesan sendiri yang didapat selama berkunjung. Dalam hal ini
kenangan yang terwujud dala bentuk suatu kerajinan belum ada. Karena mayoritas
masyarakat disana bekerja sebagai buruh pabrik teh. Oleh-oleh yang mungkin bisa
didapatkan dari daerah kebun teh Sirah Kencong ini hanyalah the kemasan produk dari kebun
the itu sendiri dengan brand Ken Tea. Sehingga dalam hal ini perlu dikembangkan agar
pengunjung dapat menyimpan kenangan dalam bentuk lain misalnya kerajinan gantungan
kunci dengan bentuk daun teh. Jika usaha dalam pembuatan kerajinan tangan sebagai oleholeh dikembangkan maka hal ini dapat membuka peluang kerja baru bagi masyarakat sekitar
serta menambah pendapatan masyarakat.
Analisis SWOT digunakan untuk memperjelas kekuatan dan kelemahan yang dapat
diidentifikasi guna memberikan suatu rekomendasi pengembangan berdasarkan potensipotensi yang ada. Dalam hal ini khususnya adalah potensi dalam sektor pariwisata.
Tabel faktor-faktor internal yang mempengaruhi pengembangan wisata
Faktor Internal
Strength (Kekuatan):
Dekat dengan objek wisata lain (air terjun, candi, jalur pendakian gunung
Buthak)
Weakness (Kelemahan):
Sulit dijangkau
Faktor Eksternal
Opportunity (Peluang):
penelitian,
rekreasi,
Threats (Ancaman):
KESIMPULAN
Berdasarkan kajian yang dilakukan dengan analisis SWOT dapat disimpulkan bahwa
kawasan kebun teh Sirah Kencong memiliki potensi wisata alam yang dapat dikembangkan
lebih lanjut. Kawasan kebun teh sirah kencong merupakan objek kebun teh satu-satunya yang
dimiliki kabupaten Blitar. Lokasi kebun teh juga dekat dengan objek-objek yang dapat
dijadikan destinasi wisata. Selain itu kebun teh ini juga dikunjungi wisatawan yang memiliki
latar belakang beraneka ragam dengan berbagai tujuan baik untuk sekedar rekreasi maupun
untuk penelitian. Sehingga apabila kawasan tersebut dikembangkan lebih lanjut dapat
dimungkinkan pengunjung atau wisatawan akan meningkat. Dalam proses pengembangan
lebih lanjut hal penting yang perlu diperhatikan adalah pada faktor sarana prasarana atau
infrastruktur, serta peran masyarakat sekitar. Karena keterjangkauannya yang sulit dan
aksesbilitas yang tidak memadai maka diperlukan perbaikan atau pembangunan jalan agar
aksesbilitas lebih baik sehingga wisatawan akan lebih tertarik dan tidak malas untuk
berwisata ke kebun teh Sirah Kencong. Bila sektor periwisata ini mengalami perkembangan
maka hal ini dapat membukakan peluang kerja bagi sektor usaha lain misalnya pada sektor
usaha kerajinan tangan, kuliner, dan sarana prasarana seperti penginapan. Dengan
berkembangnya sektor pariwisata maka dapat menambah pendapatan daerah sehingga dapat
membantu dalam pembangunan daerah kabupaten Blitar.
DAFTAR RUJUKAN
Bakung, Sab. 2014. Konsep Pariwisata. (Online),
(http://eprints.ung.ac.id/932/5/2013-2-93403-331310028-bab210012014091805.pdf), diakses 6 Februari 2016.
Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Jakarta:PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Maryam, Selvia. 2011. Pendekatan Swot Dalam Pengembangan Objek Wisata Kampoeng
Djowo Sekatul Kabupaten Kendal. (Online),
(https://core.ac.uk/download/files/379/11728668.pdf), diakses 6 Februari 2016.
Primadany, Sefira Ryalita, dkk. 2013. ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN
PARIWISATA DAERAH (Studi Pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Daerah
Kabupaten Nganjuk). Malang: Universitas Brawijaya.
Rastiti. 2014. BAB II. Repository USU.
Sinatra, Riko Mirad. 2009. Upaya Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten
Simeulue Pasca Tsunami. Repository USU.
,