Anda di halaman 1dari 13

Yudhistira Adi Nugraha

1151003046
Review of Communication Theory
Chapter 7
Chapt. 7

Expectancy Violations Theory


of Judee Burgoon
Griffin pernah mengajak empat muridnya untuk menemuinya di luar kelas.
Keempat muridnya telah membuat permintaan. Tetapi, Griffin menolak dua
permintaan diantaranya. Andre memintanya untuk memberikan dukungan untuk
mendapatkan beasiswa, dan Dawn mengundangnya untuk makan siang
keesokan harinya. Griffin mengiyakan permintaan dua muridnya ini. Belinda
memintanya untuk memberikan bantuan dalam mengerjakan makalah, dan
Charlie mengajaknya untuk bermain polo air di malam harinya. Namun, Griffin
menolak ajakan dua muridnya ini.
Ternyata, respon Griffin terhadap muridnya ini dipengaruhi oleh jarak
saat mereka berbicara. Setiap muridnya itu mengambil jarak yang dianggap
Griffin tidak pantas. Andre berada di jarak satu kaki dihadapannya, Belinda
telah melanggar ruang pribadi Griffin dengan berjarak sekitar dua kaki dari
dirinya. Charlie berdiri sekitar tujuh kaki dari dirinya, dan Dawn berbicara
dengannya dari ruangan lain. Griffin menyadari bahwa keempat anak ini telah
melanggar harapannya tentang jarak antar pribadi yang pantas.
Judee Burgoon, seorang ilmuwan komunikasi di University of Arizona
menuliskan jurnal tentang nonverbal expectancy violations model. Griffin
akhirnya mempelajari nonverbal expectancy violations untuk melihat apakah
berkaitan dengan responnya yang berbeda terhadap jarak percakapan yang
terjadi saat ia berbicara dengan empat muridnya.
PERSONAL SPACE EXPECTATIONS: CONFORM OR DEVIATE?

Burgoon mendefinisikan personal space sebagai volume jarak yang


bervariasi dan kasat mata di sekeliling individu yang mendefinisikan
pilihan jarak individu dengan orang lain.
Burgoon mengklaim bahwa ukuran dan bentuk personal space tiap orang
bergantung pada norma dan budaya individu, tetapi jarak kita selalu
mencerminkan kompromi antara kebutuhan-kebutuhan akan pendekatan
penghindaran konflik yang kita miliki untuk afiliasi dan privasi.
Ahli antropologi Edward Hall memiliki istilah proxemics yang merujuk
pada studi tentang penggunaan jarak pada manusia sebagai penguraian
khusus mengenai budaya; dalam bukunya The Hidden Dimension.

Hall mengklaim bahwa orang Amerika memiliki empat zona proksemik, yaitu:
1.

Intimate distance : 1 sampai 8 inch (Andre)

2.

Personal Distance: 18 inch sampai 4 kaki (Belinda)

3.

Social distance: 4 sampai 10 kaki (Charlie)

4.

Public distance: 10 kaki sampai tak terhingga (Dawn)


Hall merekomendasikan untuk menjadi efektif, kita harus belajar untuk
mengubah perilaku nonverbal kita untuk menyesuaikan diri terhadap
aturan komunikasi nonverbal lawan bicara kita. Kita tidak boleh
melanggar jarak antara kita dan teman bicara kita.
Namun, Burgoon tidak menyetujui hal itu. Ia berpendapat bahwa orang
memiliki harapan tentang seberapa dekat lawan bicara kita dengan kita
seharusnya. Ia berpendapat bahwa ada saatnya kita melanggar aturan ini
sebagai strategi super untuk menyelaraskan diri dengan orang lain.

AN APPLIED TEST OF THE ORIGINAL MODEL

Griffin merangkum respon apa yang diprediksikan keempat muridnya dan


dibandingkan dengan apa yang sebenarnya ia lakukan:
1. Andre. Andre membuat kesalahan ketika ia melanggar threat threshold
(hipotesis tentang batas terluar intimate space) dan berbicara dengan Griffin
dengan menatap mata lekat-lekat. Ketidaknyamanan fisik dan psikis yang ia
rasakan akan melukai perasaan Andre.
2. Belinda. Dalam artikel Burgoon, Griffin menangkap bahwa penyimpangan
yang jelas dari apa yang kita harapkan menyebabkan kita mengalami
peningkatan perasaan terangsang. Meskipun Belinda tidak menunjukkan reaksi
jantung yang berdebar-debar atau telapak tangan yang berkeringat, tetapi
Belinda menggambarkan penyimpangan menstimulasi mereka untuk mengingat
kembali sifat alami hubungan kita dengan orang yang bertindak dengan cara
yang mencurigakan. Merupakan hal yang baik untuk Belinda jika Griffin
menganggapnya istimewa, tetapi setiap komentarnya di kelas dianggap Griffin
sebagai sesuatu yang menantang dan sarkastik. Seperti yang diprediksikan
Burgoon, jarak dua kaki yang dipilih Belinda membuat Griffin memusatkan
perhatian pada hubungan mereka yang berbatu, dan Griffin menolak
permintaannya.
3. Charlie. Charlie adalah anak baik yang lebih suka bermain ketimbang
belajar. Ia mengetahui Griffin bermain polo air, tetapi ia tidak menyadari bahwa
perilaku sehari-harinya di kelas menjadi pengingat bahwa Griffin bukanlah guru

yang baik sebaik yang ia inginkan. Burgoon menulis artikel tentang seseorang
yang memiliki punishing power yang akan mengamati kebiasaan proksemik,
atau, berdiri di jarak yang jauh dari apa yang Griffin harapkan dengan baik.
Karena ia telah melanggar apa yang Griffin harapkan, Griffin pun menolak
permintaannya.
4. Dawn. Dawn adalah komunikator yang baik dan pribadi yang hangat.
Namun pilihannya untuk menawarkan ajakan makan siang dari jarak yang jauh
tentunya akan menimbulkan respon yang tidak baik. Namun, masalahnya,
semuanya bertentangan dengan apa yang Burgoon tulisGriffin menerima
ajakan Dawn untuk makan siang bersama.
Meskipun banyak ketidakcocokan antara fakta Griffin dengan apa yang ditulis
Burgoon, namun Burgoon menitikberatkan pada expectancy violations sebagai
konsep utama pada interaksi manusia.

A CONVOLUTED MODEL BECOMES AN ELEGANT THEORY

Ketika diaplikasikan pada teori, elegant berarti ringkas, sederhana, dan lugas.
Pada akhirnya expectancy violations theory menjadi elegan seperti
ini.Pembetulan istilah arousal sebagai mekanisme penjelas menjadi lebih
bertingkat. Pada awalnya Burgoon menyatakan bahwa orang akan merasa
terangsang secara psikis ketika proxemics expectation mereka dilanggar.
Kemudian ia memperhalus konsep ini menjadi suatu respon yang berorientasi
atau suatu kewaspadaan mental yang memfokuskan perhatian pada pihak
yang melakukan pelanggaran. Dan melihat arousal sebagai efek samping dari
pelanggaran yang dilakukan lawan bicara, tidak terkait dengan penyimpangan
harapan dan hasil komunikasi.
Model nonverbal expectancy violation Burgoon tadinya hanya fokus pada
pelanggaran jarak, tetapi pada pertengahan 1980-an, Burgoon menyadari
bahwa perilaku proksemik merupakan bagian dari sistem yang slaing
terkait dalam petunjuk non-bahasa.

Tanpa menghilangkan perhatian pada komunikasi nonverbal,


Burgoon kini mengaplikasikan teori tersebut pada apa yang
dikatakan dalam komunikasi emosional, perkawinan, dan antar
budaya.

CORE CONCEPTS OF EVT

Berikut adalah tiga konsep inti dari expectancy violations theory (EVT):
1. Expectancy. Expectancy disini berarti sesuatu yang diprediksikan akan
terjadi, bukan sesuatu yang diinginkan untuk terjadi. Suatu ekspektasi muncul
karena:
Context. Konteks dimulai dari norma-norma budaya. Jarak tiga kaki
dianggap terlalu dekat di Inggris dan Jerman, namun terlalu jauh bagi
orang Arab Saudi yang menganggap kita tidak bisa mempercayai orang
yang bau napasnya tidak bisa kita cium. Konteks juga meliputi
pengaturan saat percakapan. Lingkungan kelas menentukan jarak
percakapan yang lebih besar daripada apa yang sesuai untuk obrolan
pribadi dalam kantor.
Relationship. Faktor ini meliputi kesamaan, familiarity, liking, dan
relative status. Pada satu studi, Burgoon menemukan bahwa orang di
segala usia dan kedudukan mengantisipasi bahwa orang lain yang
memiliki status lebih rendah akan menjaga jarak mereka.
Communicator characteristics. Meliputi semua orang dari segala usia
yang mengisi formulir lamaran, tetapi mereka juga memasukkan fiturfitur personal yang akan mempengaruhi ekspektasi lebih banyak, seperti
tampilan fisik, kepribadian, dan gaya komunikasi.
2. Violation Valence. Istilah violation valence merujuk pada nilai-nilai positif
atau negative yang diterima yang diberikan pada pelanggaran pengharapan,
terlepas dari siapa yang melanggar. Ketika kita melihat lawan bicara kita
berperilaku melebihi apa yang kita harapkan, kita mulai mengevaluasinya
apakah kita menyukainya atau tidak. Jika nilai valensinya positif, biasanya kita
akan melanjutkan percakapan dan memberikan makna yang positif. Jika nilai
valensinya negative, maka kita cendering memberikan makna yang negative
pula.
3. Communicator Reward Valence. EVT mendeskripsikan kecenderungan
manusia untuk mengukur orang lain berkaitan dengan penghargaan yang akan
mereka berikan pada kita. Burgoon menganggap bahwa isu mengenai potensi
penghargaan muncul di benak kita saat orang lain melanggar harapan kita dan
tidak ada consensus sosial mengenai makna tindakannya. Valensi penghargaan
dari seorang komunikator adalah jumlah dari atribusi positif dan negative yang
dibawa orang untuk menghadapi dan juga potensi mereka memiliki
penghargaan atau hukuman untuk diberikan di masa yang akan datang.

INTERACTION ADAPTATIONADJUSTING EXPECTATION

Burgoon membuat interaction adaptation theory (IAT) sebagai perluasan dari


EVT. Interaction adaptation theory adalah analisis sistematis mengenai
bagaimana orang menyelaraskan pendekatan mereka dengan perilaku orang lain
tidak berkaitan dengan apa yang diinginkan atau disukai. Burgoon melihat
bahwa manusia tercipta untuk saling menyesuaikan diri dengan orang lain. Hal
ini penting karena tindakan orang lain seringkali tidak sama dengan pikiran dan
perasaan yang kita bawa dalam interaksi. Hal ini terbentuk dari tiga hal, yaitu:
1.
Requirements. Merupakan hasil yang memenuhi kebutuhan dasar kita
untuk bertahan hidup, untuk merasa aman, memiliki, dan harga diri.
2. Expectations. Berkebalikan dengan requirements yang mewakili apa yang
kita inginkan untuk terjadi, ekspektasi adalah apa yang kita pikirkan akan
terjadi.
3.

Desires. Merupakan apa yang secara pribadi kita inginkan untuk terjadi.

CRITIQUE: A WELL-REGARDED WORK IN PROGRESS

Menurut Griffin, EVT milik Burgoon memenuhi enam criteria untuk teori
ilmiah yang baik. Teori ini menyuguhkan explanation yang masuk akal untuk
dampak dari pelanggaran harapan dalam komunikasi. Penjelasan yang
diutarakan Burgoon relatively simpledan semakin tidak rumit seiring dengan
berjalannya waktu. Teori ini memiliki testable hypothesis dimana sang teoris
inginkan untuk disesuaikan ketika quantitative research-nya tidak mendukung
suatu prediksi. Dan, model EVT menawarkan practical advice dalam
bagaimana untuk meraih tujuan penting komunikasi yang lebih baik dari
peningkatan kredibilitas, pengaruh, dan attraction.
ETHICAL REFLECTION: KANTS CATEGORICAL IMPERATIVE

EVT memfokuskan pada apa yang efektif. Tetapi, menurut filsuf Jerman
Immanuel Kant, sebelum kita melanggar harapan orang lain, kita harus
mempertimbangkan apa yang etis. Kant percaya bahwa ketika kita
berbicara atau bertindak, kita memiliki kewajiban moral untuk bisa
dipercaya. Bagi Kant, kebohongan tetaplah hal yang salah, demikian pula
melanggar janji. Ia juga menganggap muslihat nonverbal juga hal yang
salah.
Kant membawa istilah categorical imperative, yaitu tugas tanpa

pengecualian. Categorical imperative adalah metode untuk menentukan


yang benar atas yang salah dengan berpikir melalui valensi etika dari suatu
tindakan, terlepas dari apa motifnya.
This is the end of chapter 7

Yudhistira Adi Nugraha

1151003046
Review of Communication Theory
Chapter 8
Chapt. 8

Constructivism
Of jesse Delia
Constructivism adalah teori komunikasi yang menjelaskan perbedaan individu
dalam kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara terampil dalam
situasi sosial. Jesse Delia percaya bahwa ada hal krusial dibalik perbedaan pada
orang yang mampu berkomunikasi secara efektif. Teorinya mengenai
konstruktivisme menawarkan penjelasan kognitif untuk kompetensi
komunikasi.
INTERPERSONAL
COMPLEXITY

CONSTRUCTS

AS

EVIDENCE

OF

COGNITIVE

Asumsi inti dari konstruktivisme adalah bahwa orang memahami dunia melalui
sistem dari konstruksi pribadi. Constructs atau konstruksi adalah model
kognitif yang kita tempatkan pada kenyataan untuk mengurutkan persepsi kita.

The Role Category Questionnaire (RCQ) adalah suatu survey respon bebas
untuk mengukur kompleksitas kognitif dari persepsi antar pribadi seseorang.
RQC dirancang untuk menguji konstruksi interpersonal dalam mental kita yang
kita bawa pada fungsi pemroses pusat pada jiwa kita. Konstruksi adalah fiturfitur kontras yang kita miliki untuk mengklasifikasikan orang lain.

An Index of Social Perception Skills

Peneliti yang bergantung pada RCQ mencoba untuk


membandingkan kecendurungan kita pada cognitive complexity
seiring dengan kita membentuk kesan orang lain dan menganalisis
situasi sosial. Mereka yakin orang-orang yang memiliki konstruksi
interpersonal yang besar lebih memiliki social perception skills
dibandingkan mereka yang memilii konstruksi interpersonal yang
kecil.

SCORING THE RCQ FOR CONSTRUCT DIFFERENTIATION

Meskipun RCQ dapat dinilai dengan berbagai cara, kebanyakan peneliti


konstruktivis memilah deskripsi antara orang-orang yang suka dan tidak
suka untuk penjumlahan dari construct differentiation. Differentiation adalah
angka dari konstruksi kepribadian yang terpisah, yang digunakan untuk
menggambarkan orang yang ditanyai.
Riset menunjukkan bahwa nilai pada Uji RCQ adalah terlepas dari IQ,
empati, keterampilan menulis, dan keterbukaan.
PERSON-CENTERED MESSAGESTHE INTERPERSONAL EDGE

Delia dan rekan-rekannya mengklaim bahwa orang yang memiliki kompleksitas


kognitif dalam persepsi mereka akan orang lain memiliki manfaat komunikasi
yang lebih dibandingkan mereka yang struktur mentalnya tidak begitu
berkembang. Mereka yang beruntung ini memiliki kemampuan untuk
membentuk person-centered messages (pesan untuk individu atau konteks yang
spesifik, yang mencerminkan kemampuan komunikator untuk mengantisipasi
pesan dan cepat menyesuaikan diri) yang memberi mereka kesempatan yang
lebih baik untuk meraih tujuan komunikasinya. Ahli konstruktivisme
mengatakan bahwa orang dengan kompleksitas kognitif yang tinggi dapat
melakukan sophisticated communication, dimana mereka bisa meraih berbagai
tujuan komunikasi.
MESSAGE
ACTION

PRODUCTION:

CRAFTING

GOAL-BASED

PLANS

FOR

Pada tahun 1980-an, teoris kognitif lain mulai mengembangkan model


messages production yang dapat dipakai konstruktivis untuk menjelaskan
proses berpikir yang berkaitan dengan struktur kognitif untuk tindakan
berbicara. Contohnya, ada seorang wanita bernama Laura, dimana bosnya yang
sudah menikah menginginkan untuk bertemu untuk membicarakan kariernya.
Ketika makan siang, si bos datang pada Laura dan mendekatinya,
menyugestikan pada sexual affair. Laura berada dalam situasi komunikasi yang
sulit. Untuk memahai proses berpikir Laura, kita akan amati dari proses berikut

ini:
1. Goals

Apa yang diinginkan Laura? Jika tujuannya adalah untuk


berhenti bekerja, maka ia bisa saja berbicara pada bosnya
bahwa ia adalah lelaki yang tidak sopan dan hanya ingin
berhubungan dengan Laura. Tetapi jika Laura ingin kariernya
tetap berjalan, ia memiliki konflik pada primary goal-nya
tersebut. Ia harus tetap mempertahankan hubungan kerja
dengan bosnya untuk mempertahankan identitas dan reputasi
profesionalnya. Jika pada faktanya Laura secara terus menerus
mengejar tujuan antarpribadi yang beragam, itu merupakan
tanda dari kompleksitas kognitifnya.
2. Plans

Ketika Laura mengetahui apa yang ia inginkan untuk dipenuhi


responnya, ia akan merancang perencanaan pesan
menggunakan procedural records, yaitu pengumpulan kembali
suatu tindakan yang diambil dari situasi tertentu dipasangkan
dengan konsekuensinya; suatu memori mengenai jika-kapankemudian tentang sesuatu.
3. Actions

Person-centered messages adalah suatu bentuk komunikasi


yang diinginkan Delia untuk dijelaskan, diprediksikan, dan
digalakkan. Orang-orang dengan kompleksitas kognitif yang
tinggi akan mudah mengembangkan bentuk komunikasi ini.
Namun, konteks komunikasi adalah faktor yang membatasi
pilihan pembicara. Tetapi konteks bisa membantu pembicara
untuk merancang tindakan apa yang akan ia ambil pada situasi
komunikasi tertentu.

BENEFICIAL EFFECTS OF PERSON-CENTERED MESSAGES

Kompleksitas kognitif yang tinggi akan memfasilitasi perencanaan


sophisticated messages, dimana selanjutnya akan membentuk person-centered

messages. Berikut merupakan efek positif pada person-centered messages :


1.

Social Support Messages. Pesan ini mencoba untuk

memudahkan tekanan emosional yang dialami oleh orang lain.


Burleson mengembangkan Sembilan tahapan untuk merancang
pesan yang akan memberikan kenyamanan. Di tahap terbawah,
pesan menghilangkan pikiran dan perasaan yang melukai
seseorang. Di pertengahan, pesan mengekspresikan simpati,
tetapi mencoba untuk mengalihkan perhatian dari apa yang
hilang dari seseorang. Pesan person-centered yang tinggi
memvalidasi perasaan orang lain dan akan menawarkan
perspektif tambahan pada situasi.
2.

Relationship maintenance. Merupakan suatu proses yang

berbeda dari pengembangan hubungan. Hubungan yang


dilakukan secara sukarela biasanya berawal dari kesamaan
yang sama, pengungkapan diri, dan pengurangan
ketidakpastian. Ketika hubungan telah terbentuk, itu
merupakan sesuatu yang berkelanjutan yang membutuhkan
afirmasi secara periodic, penyelesaian konflik, dan tipe dari
komunikasi yang memberikan kenyamanan. Orang yang
memiliki keterampilan sophisticated communication biasanya
lebih pandai dalam menjaga dan mempertahankan hubungan.
3.

Keefektifan dalam
organisasi tidak ditentukan oleh satu sophisticated messages.
Menurut teori konstruktivis, penampilan dan promosi yang
tinggi merefleksikan penggunaan person-centered messages
yang terus menerus, dimana hal itu digunakan untuk meraih
tujuan beragam dengan rekan kerja.
Organizational

effectiveness.

SOCIALIZING A NEW GENERATION OF SOPHISTICATED SPEAKERS

Burleson, Delia, dan James Applegate menyatakan bahwa pikiran yang


kompleks diturunkan secara budaya ke generasi berikutnya. Orang tua yang
memiliki kompleksitas kognitif akan membudayakan cara berpikir tersebut
kepada anak-anaknya.
Semakin kompleks suatu lingkungan sosial, maka semakin kompleks pula

cara berpikir dan berkomunikasi orang-orang di dalamnya.

CRITIQUE: SECOND THOUGHS ABOUT COGNITIVE COMPLEXITY

Delia menyatakan bahwa teorinya tentang perbedaan kompleksitas sebagai


teori interpretif.
Ketergantungan konstruktivis pada RCQ menggambarkan betapa sulitnya
menerima pernyataan bahwa angka mutlak merefleksikan struktur berpikir
dalam kepala individu.

This is the end of chapter 8

Anda mungkin juga menyukai