Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebelumnya kita harus mengetahui arti dari proyek .Dimana proyek adalah
bentuk usaha dalam mencapai tujuan yang ditentukan dan dibatasi oleh waktu dan
juga sumber daya yang terbatas. Sehingga garis besar dari proyek konstruksi,
yaitu suatu upaya untuk mendapatkan hasil yang dirubah menjadi bangunan atau
infrastruktur. Infrastruktur atau bangunan ini mencakup beberapa pekerjaan utama
yang

termasuk

di

dalamnya

bidang

teknik

sipil/eangineer

dan

arsitektur/designer(perencana), juga dapat melibatkan disiplin ilmu pengetahuan


lainnya seperti akutansi/keuangan, teknik mesin, teknik industri dan elektro.
Lebih dalam dari Manajemen Proyek Konstruksi(CPM), suatu proses
penerapan fungsi/kegunaan manajemen seperti perencanaan, pelaksanaan dan
penerapan.Dimana berjalan secara sistimatis pada setiap bagian bagian tersebut
yang terdapat pada proyek, dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada secara
efisien dan efektif agar tercapai tujuan proyek tersebut dengan benar.
Manajemen Konstruksi membawahi mutu fisik dari konstruksi, biaya dan
waktu. Dimana manajemen tenaga kerja/sumber daya manusia dan manjemen
material lebih ditekankan dan digunakan. Karena pada Manajemen Konstruksi,
dua puluh persen dari manajemen perencanaan berperan dan sisanya, yaitu
manajemen pelaksanaan termasuk didalamnya pengendalian biaya dan waktu
proyek mendapatkan bagian yang lebih besar.
Konsultan Manajemen Konstruksi memegang peranan yang sangat penting
di dalam keberhasilan sebuah proyek. Tugas sebuah perusahaan konsultan adalah
mengawal klien pada tahap awal proyek (tahap perencanaan dan perancangan)
untuk mempersiapkan tahap selanjutnya, serta pada masa konstruksi (pelaksanaan

pembangunan

fisik).

Job

description

konsultan

secara

umum

adalah

menerjemahkan keinginan dan kebutuhan klien dengan mendampingi konsultan


perencana dalam proses desain yang dituangkan ke dalam dokumen gambar,
perhitungan, dan dokumen pendukung lainnya.Kemudian melakukan pengawasan
dan pendampingan kontraktor pada fase pelaksanaannya. Perencanaan di awal
proyek yang matang akan menghasilkan sebuah produk pedoman pelaksanaan
yang akurat, yang nantinya akan sangat turut menentukan kesuksesan sebuah
proyek.
Konsultan Manajemen Konstruksi sebagai pendamping konsultasi bagi
user, maka harus mampu memahami dan menampung semua masukan dari user,
kemudian

mengawasi

dan

mendampingi

konsultan

perencana

dalam

menuangkannya ke desain. Prosesnya bisa terjadi berulang-ulang, dimana pada


umumnya pihak user memiliki banyak kebutuhan dan keinginan yang harus 2
diakomodasi (apalagi jika klien/user terdiri dari lebih dari satu orang/pihak terkait,
seperti banyak terjadi pada proyek-proyek instansi pemerintahan). Proses diskusi,
mendesain, presentasi, revisi desain/mendesain ulang, diskusi lagi, presentasi lagi,
mendesain lagi, dan begitu seterusnya, hampir pasti selalu terjadi pada setiap
proyek. Untuk itu, konsultan dituntut harus cerdas menyikapi hal tersebut, agar
tidak akan mengganggu pada proses konstruksinya.
Berdasarkan pada Keppres Th 80 No.2003 pasal 35, berisi tentang
Penghentian dan Pemutusan Kontrak, yaitu:
1. Penghentian kontrak dilakukan bilamana terjadi hal-hal di luar
kekuasaan para pihak untuk melaksanakan kewajiban yang ditentukan dalam
kontrak, yang disebabkan oleh timbulnya perang, pemberontakan, perang saudara,
sepanjang kejadian-kejadian tersebut berkaitan dengan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, kekacauan dan huru hara serta bencana alam yang dinyatakan resmi
oleh pemerintah, atau keadaan yang ditetapkan dalam kontrak.
2. Pemutusan kontrak dapat dilakukan bilamana para pihak cidera janji
dan/atau tidak memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya sebagaimana diatur
di dalam kontrak.

3. Pemutusan kontrak yang disebabkan oleh kelalaian penyedia


barang/jasa dikenakan sanksi sesuai yang ditetapkan dalam kontrak berupa : a.
jaminan pelaksanaan menjadi milik negara; 3 b. sisa uang muka harus dilunasi
oleh penyedia barang/jasa; c. membayar denda dan ganti rugi kepada negara; d.
pengenaan daftar hitam untuk jangka waktu tertentu.
4. Pengguna barang/jasa dapat memutuskan kontrak secara sepihak apabila
denda

keterlambatan

pelaksanaan

pekerjaan

akibat

kesalahan

penyedia

barang/jasa sudah melampaui besarnya jaminan pelaksanaan.


5. Pemutusan kontrak yang disebabkan oleh kesalahan pengguna
barang/jasa, dikenakan sanksi berupa kewajiban mengganti kerugian yang
menimpa penyedia barang/jasa sesuai yang ditetapkan dalam kontrak dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6. Kontrak batal demi hukum apabila isi kontrak melanggar ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
7. Kontrak dibatalkan apabila para pihak terbukti melakukan KKN,
kecurangan, dan pemalsuan dalam proses pengadaan maupun pelaksanaan
kontrak.
Sedangkan berdasarkan pada Keppres Th 80 No.2003 pasal 37, disebutkan
mengenai sanksi bagi penyedia barang/jasa apabila melakukan kesalahan dalam
melakukan tugasnya. Yaitu:
1. Pada ayat 1 tertulis, Bila terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan
akibat dari kelalaian penyedia barang/jasa, maka penyedia barang/jasa yang
bersangkutan dikenakan denda keterlambatan sekurang-kurangnya 4 1/1000 (satu
perseribu) per hari dari nilai kontrak. Maka dengan denda sekurang-kurangya
1/1000 (satu perseribu) per hari dari nilai kontrak, akan mengakibatkan kerugian.
Karena denda akan mengurangi persentase keuntungan perusahaan, sehingga hal
ini sebisa mungkin dihindari.
2. Pada ayat 2 tertulis, Bila terjadi keterlambatan pekerjaan/pembayaran
karena semata-mata kesalahan atau kelalaian pengguna barang/jasa, maka
pengguna barang/jasa membayar kerugian yang ditanggung penyedia barang/jasa

akibat keterlambatan dimaksud, yang besarannya ditetapkan dalam kontrak sesuai


ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Pada ayat 3 tertulis, Konsultan perencana yang tidak cermat dan
mengakibatkan kerugian pengguna barang/jasa dikenakan sanksi berupa
keharusan menyusun kembali perencanaan dengan beban biaya dari konsultan
yang bersangkutan, dan/atau tuntutan ganti rugi.
Dari Keppres Th 80 No.2003 pasal 35 ayat 4, serta pasal 37 khususnya
ayat 1 dan ayat 3, terlihat bahwa pekerjaan konsultan juga mempunyai resiko
yang cukup besar dari berbagai segi, baik dari segi materiil maupun segi non
materiil yang berhubungan dengan ketepatan waktu, kebutuhan tenaga, menjaga
kepercayaan, serta kredibilitas perusahaan itu sendiri. Dalam hal keterlambatan
pekerjaan, nama baik dari perusahaan konsultan sangat penting dan menjadi
pertaruhan, karena akan mempengaruhi kepercayaan dari pengguna barang/jasa.
Apabila kepercayaan dari pengguna barang/jasa sudah pudar, maka kesempatan
konsultan untuk berkembang lebih baik kedepannya menjadi semakin sempit. Hal
ini juga akan sangat bepengaruh dengan masa depan perusahaan penyedia
barang/jasa apabila terjadi pemutusan kontrak, karena akan masuk ke dalam daftar
hitam dari penyedia barang/jasa.
Maka sebuah strategi khusus diperlukan guna menyiasati hal-hal tersebut
di atas. Sumber permasalahan dapat muncul dari sisi dalam/internal maupun dari
dapat muncul dari sisi luar/eksternal. Permasalahan yang bersumber dari
dalam/internal dapat disebabkan karena lemahnya manajemen dan sumber daya
dari perusahaan konsultan atau penyedia barang/jasa itu sendiri. Sedangkan
permasalahan yang bersumber dari luar/eksternal berhubungan dengan hal-hal
yang di luar kendali perusahaan, seperti terlalu bertele-telenya klien/user, sering
terjadi perubahan-perubahan pada proses perencanaan, maupun pelaksanaan,
lambatnya proses perizinan, birokrasi yang berbelit-belit, sehingga akan
mengganggu kelancaran waktu perencanaan maupun konstruksi

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka,
rumusan masalah adalah sebagai berikut :
1.2.1 Sejauh mana tingkat keterlibatan konsultan manajemen Konstruksi pada
proyek konstruksi profesional?
1.2.2 Sejauh mana tingkat kepentingan konsultan manajemen konstruksi pada
proyek konstruksi profesional?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang dapat diambil
adalah sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui Sejauh mana tingkat keterlibatan konsultan manajemen
Konstruksi pada proyek konstruksi profesional
1.3.2 Untuk mengetahui Sejauh mana tingkat kepentingan konsultan manajemen
konstruksi pada proyek konstruksi profesional

1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan penelitian yang diuraikan di atas maka, manfaat yang
ingin dicapai sebagai berikut:
1.4.1

1.4.2

Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai peranan
konsultan manajemen konstruksi dalam suatu proyek,
Bagi Lembaga
Untuk mendapatkan teori mengenai konsultan manajemen konstruksi
dalam suatu proyek.

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Tinjauan Secara Umum Manajemen Konstruksi
Dalam kegiatan mengelola kegiatan proyek menggunakan suatu sistem konsep
managemen merupakan langkah yang relative baru, dimana konsep ini ditandai
dengan menerapkan suatu pendekatan, metode dan teknik tertentu pada pemikiran
pemikiran manajemen dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna
dalam rangka menghadapi kegiatan yang dinamis dan non rutin yaitu kegiatan
konstruksi. (Soeharto 1999)
Adapun pengertian manajemen konstuksi adalah proses merencanakan,
mengorganisir, memimpin dan mengendalikan kegiatan anggota serta sumber
daya lain untuk mencapai sasaran organisasi (perusahaan) yang telah ditentukan.
Yang dimaksud dengan proyek adalah mengerjakan sesuatu dengan pendekatan
tenaga, keahlian, dana dan informasi. (Soeharto 1999)
Yang dimaksud dengan proyek adalah suatu usaha untuk mencapai suatu
tujuan tertentu yang dibatasi oleh waktu dan sumber daya yang terbatas. Sehingga
pengertian proyek konstruksi adalah suatu upaya untuk mencapai suatu hasil
dalam bentunk bangunan atau infrastruktur. Bangunan ini pada umumnya
mencakup pekerjaan pokok yang termasuk di dalamnya bidang teknik sipil dan
arsitektur, juga tidak jarang melibatkan disiplin lain seperti teknik industri, teknik
mesin, elektro dan sebagainya. 22 Manajemen proyek konstruksi adalah proses
penerapan fungsi fungsi manajemen (perencanaan, pelaksanaan dan penerapan)
secara sistimatis pada suatu proyek dengan menggunkan sumber daya yang ada
secara efektif dan efisien agar tercapai tujuan proyek secara optimal. Manajemen
Konstruksi meliputi mutu fisik konstruksi, biaya dan waktu. manajemen material
dan manjemen tenaga kerja yang akan lebih ditekankan. Hal itu dikarenakan
manajemen perencanaan berperan hanya 20% dan sisanya manajemen
pelaksanaan termasuk didalamnya pengendalian biaya dan waktu proyek.
Manajemen konstruksi memiliki beberapa fungsi antara lain :

1. Sebagai Quality Control untuk menjaga kesesuaian antara perencanaan dan


pelaksanaan
2. Mengantisipasi terjadinya perubahan kondisi lapangan yang tidak pasti dan
mengatasi kendala terbatasnya waktupelaksanaan
3. Memantau prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicapai, hal itu dilakukan
dengan opname (laporan) harian, mingguan dan bulanan
4. Hasil evaluasi dapat dijadikan tindakan pengambilan keputusan terhadap
masalah-masalah yang terjadi di lapangan
5. Fungsi manajerial dari manajemen merupakan sistem informasi yang baikuntuk
menganalisis performa dilapangan

2.2 Tujuan Manajemen Konstruksi


Tujuan Manajemen Konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen atau
mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil
optimal sesuai dengan persyaratan (spesification) untuk keperluan pencapaian 23
tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu bangunan, biaya yang
digunakan dan waktu pelaksanaan Dalam rangka pencapaian hasil ini selalu
diusahakan pelaksanaan pengawasan mutu (Quality Control) , pengawasan biaya
(Cost Control) dan pengawasan waktu pelaksanaan (Time Control).
Penerapan konsep manajemen konstruksi yang baik adalah mulai tahap
perencanaan, namun dapat juga pada tahap - tahap lain sesuai dengan tujuan dan
kondisi proyek tersebut sehingga konsep MK dapat diterapkan pada tahap - tahap
proyek sebagai berikut
1. Manajemen Konstruksi dilaksanakan pada seluruh tahapan proyek. Pengelolaan
proyek dengan sistem MK, disini mencakup pengelolaan teknis operasional
proyek, dalam bentuk masukan - masukan dan atau keputusan yang berkaitan
dengan teknis operasional proyek konstruksi, yang mencakup seluruh tahapan
proyek, mulai dari persiapan, perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan
penyerahan proyek.
2. Tim MK sudah berperan sejak awal disain, pelelangan dan pelaksanaan proyek
selesai, setelah suatu proyek dinyatakan layak mulai dari tahap disain.

3. Tim MK akan memberikan masukan dan atau keputusan dalam penyempurnaan


disain sampai proyek selesai, apabila manajemen konstruksi dilaksanakan setelah
tahap disain
4. MK berfungsi sebagai koordinator pengelolaan pelaksanaan dan melaksanakan
fungsi

pengendalian

atau

pengawasan,

apabila

manajemen

konstruksi

dilaksanakan mulai tahap pelaksanaan dengan menekankan pemisahan kontrak


kontrak pelaksanaan untuk kontraktor. 24 Pengertian proyek konstruksi adalah
suatu upaya untuk mencapai suatu hasil dalam bentuk bangunan atau infrastruktur.
Jadi, defenisi Manajemen Proyek Konstruksi adalah suatu cara (metode)
untuk mencapai suatu hasil dalam bentuk bangunan (infrastruktur) yang dibatasi
oleh waktu dengan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif melalui
tindakan tindakan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling).
Proyek manajemen sendiri terbagi beberapa ilmu, yaitu project scope
management, project time management, project cost management, project quality
management, project human resources management, project communications
management, project risk management, project prosurement management, dan
project intergration management. Setiap kegiatan proyek pembangunan memiliki
beberapa aspek yang mencakup biaya dan jadwal, karena dari kedua hal itu akan
menciptakan mutu yang kita capai.

2.3 MANAJEMEN PROYEK


Manajemen proyek/project management atau dapat dikatakan sebagai
Program Manajement , merupakan konsep yang digunakan pada proyek
berskala besar dalam nilai biaya dan mempunyai nilai kompleksitas yang tinggi
dalam skala desain, teknologi yang digunakan, penjadwalan, serta melibatkan
banyak pihak (Konsultan dan Kontraktor) pada pelaksanaan proyek. Terdapat dua
sistem dalam konsep manajemen proyek atau program manajemen ini, bila diihat
dari kegiatan dan kepentingan pemilik proyek, yaitu:
1. Sistem tim manajemen terpadu / Integrated Management Team.

2.. Sistem Konsultan manajemen proyek / Program Management Project


2.3.1

Tim Manajemen Terpadu


Dengan sistem ini,owner proyek terlibat penuh dalam mengelola program

proyek dan owner termasuk di dalam tim Manajemen Terpadu.Tim ini


beranggotakan pihak-pihak yang terlibat dalam proyek,seperti owner,tenaga
ahli/spesialis dalam berbagai bidang yang diambil dari perusahaan jasa
manajemen konstruksi (MK),serta konsultan.Sistem manajemen proyek ini
menggunakan keahlian manajemen dari seluruh anggota tim dalam mengelola
para konsultan/perencana dan kemudian secara bersama-sama membuat kontrak
konstruksi untuk para kontraktor,penyalur/supplier material & peralatan dan
perusahaan-perusahaan lain yang terlibat di dalam program proyek. secara umum
dapat disimpulkan bahwa di dalam sistem Manajemen Terpadu ini,seluruh
anggota tim termasuk owner proyek ikut bertanggung jawab terhadap semua
keputusan ataupun pelaksanaan dalam penanganan proyek tersebut.
2.3.2

Konsultan manajemen proyek


Sistem ini paling sering digunakan dalam proyek skala besar, dengan sub

proyek yang memperkejakan banyak perusahaan konsultan manajemen konstruksi


didalamnya. Dalam sistem ini owner project menggunakan jasa konsultan
manajemen proyek, untuk membantu mengendalikan/mengatur pelaksanaan
program pemilik proyek. Dan bertindak sebagai manajer proyek. Tugas konsultan
manajemen proyek/ proyek manajer adalah memberikan saran dan rekomendasi
kepada owner proyek dalam menganalisa laporan dan rencana kerja dari asingmasing perusahaan konstruksi manajemen, yang menangani bagian-bagian dari
kegiatan proyek.
Mengingat skala proyek sangat besar, dimana proyek manajemen hanya
terbatas bagaiamana menangani seluruh manajemen dari bagian-bagian proyek
yang ada pada proyek tersebut. Dan tidak termasuk perencanaan desain atau
masalah pelaksanaan pekerjaan konstruksi dalam proyek.
Peranan manajer proyek tergantung kemampuannya membuat keputusan dan
mengimplemntasikannya di lapangan serta memujudkannya. Tugas dan tanggung

jawab project manager harus mewakili banyak pihak, pemberian wewenang harus
jelas dan mudah di mengerti oleh semua pihak terlibat, agar dalam penerapannya
bisa berjalan dengan baik.
Ada beberapa faktor sebagai acuan lingkup wewenang manajemen proyek.
Dimana faktor faktor teersebut :
1. Waktu pelaksanaan proyek
2. Pengalaman organisasi
3. Keuangan dan finansial perusahaan
4. Tenaga ahli yang di miliki
5. Kepentingan proyek
6. Kuantitas proyek
7. Tingkat kontrol

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Data Umum


Obyek dari penelitian yang hendak dilakukan ini adalah para
pelaku bisnis konstruksi yang memegang peranan penting pada
sebuah proyek. Obyek yang hendak diteliti adalah pemilik proyek
(owner), konsultan perencana, dan kosultan manajemen konstruksi
pada proyek konstruksi pada bangunan gedung. Responden yang
mewakili adalah personil pemegang kendali penting serta memahami
seluk

beluk

responden

pekerjaan

mencakup

dalam

sepuluh

lingkup
proyek

proyek

konstruksi.Jumlah

konstruksi,

masing-masing

diwakili oleh tiga orang yang menangani proyek, serta jabatan setiap
responden tidak selalu sama. Berdasarkan data responden, ada 3
kategori jabatan yang berbeda dari setiap responden dalam proyek
konstruksi. Ada 30 reponden partisipasi dalam studi ini, yakni: 18
menejer proyek, 9 manajer lapangan, dan 3 manajer. Dari aspek
pemilikan: 28 pemerintah, dan 2 swasta. Lama pelaksanaan: 21
anggaran tahun ganda (multiyear) dan 9 satu tahun anggaran. Sumber
dana 25 APBD, 3 APBN, dan 2 Swasta. 18 proyek di Jawa dan 12 di luar
Jawa.

3.2

Peranan Konsultan Manajemen Konstruksi

Pada

Proyek

Konstruksi Profesional
1. Mengkoordinir dan memberi pengarah-an pada pihak-pihak yang terlibat.
2. Melaksanakan pengawasan pekerjaan dilapangan.
3. Memproses sertifikat dan berita acarayang diperlukan selama pelaksanaan.
4. Mengendalikan jadwal pelaksanaan berdasarkan jadwal induk.
5. Mengkoordinir ketersediaan fasilitas pendukung.
6. Memimpin rapat koordinasi lapangan.
7. Memberikan rekomendasi untuk me-nunjuk kontraktor dan sub-kontraktorspesialis.
8. Memproses pengadaan gambar kerjadan contoh material dari kontraktor.
9. Mengawasi pengadaan dan kualitastenaga kerja, material dan peralatan dari para
kontraktor.
10. Menyiapkan prosedur untuk perubahandan pekerjaan tambahan.

11. Menyusun program untuk keselamatankerja dan keamanan proyek.


12. Menyusun laporan berkala dan merekamdata-data lapangan.
13. Memproses pembayaran para kontrak-tor.
14. Memproses tuntutan.
15. Memproses pengadaan gambar lengkap.

3.3 Keterlibatan Konsultan Manajemen Proyek Konstruksi Profesional


Berdasarkan data responden, dapat diketahui tingkat kepentingan suatu kegiatan
pada proyek konstruksi professional serta keterlibatan konsultan manajemen
konstruksi pada pekerjaan tersebut.Metodenya adalah dengan mencari nilai ratarata (mean) dari skor masing-masing item pekerjaan.Semakin kecil nilai angka
meannya, maka tingkat kepentingan dan keterlibatan semakin tinggi. Skala mean
yang digunakan seperti Tabel 1. Analisis Data responden dapat dilakukan seperti
berikut ini. (lihat Tabel 2 sampai dengan 10)

Pada Tabel 2 dapat dilihat keterlibatan yang tinggi konsultan manajemen


Konstruksi

pada

fase

pelelangan

konsultan

perencana,

yaitu

kegiatan

prakualifikasi konsultan perencana mempunyai ranking 1, dan persiapan dokumen


lelang mempunyai ranking 2.Pada kegiatan prakualifikasi konsultan perencana ini
keterlibatan konsultan manajemen konstruksi sangat penting yaitu membantu
melakukan

penilaian dokumen prakualifikasi,

menyiapkan format-format

penilaian, sebab persiapan pelelangan sangat penting karena menjadi acuan pokok
dalam pelaksanaan pekerjaan bagi konsultan perencana. Sedangkan pada
persiapan dokumen lelang, konsultan manajemen konstruksi membantu
menyiapkan Kerangka Acuan Kerja (KAK) serta menyiapkan format penilaian
pemilihan konsultan perencana.Dokumen lelang harus mempunyai validitas agar
tidak terjadi gagal lelang serta gagal dalam implementasinya pada pelaksanaan
pekerjaan.Hal ini untuk mencari konsultan perencana yang mempunyai nilai
kompetensi dan validitas yang terbaik.Selain kegiatan-kegiatan tersebut, konsultan

manajemen konstruksi juga cukup terlibat pada semua kegiatan pada fase
pelelangan konsultan perencana.

Pada Tabel 3 keterlibatan konsultan manajemen Konstruksi yang tinggi


pada seluruh kegiatan fase perencanaan sub bidang persiapan. Keterlibatan yang
paling utama adalah penyusunan jadwal pekerjaan, karena konsultan manajemen
konstruksi mempunyai kewajiban dalam mengendalikan jadwal kerja konsultan
perencana, seperti fasefase presentasi dan konsultasi.Jadwal pekerjaan ini juga
menjadi kunci pelaksanaan konsultan perencana serta acuan dalam menentukan
kualitas produk yang dihasilkan.Pengidentifikasian proyek mempunyai ranking ke
2, pada tahap ini konsultan manajemen konstruksi mempunyai kewajiban dalam
meneliti spesifikasi dan kebutuhan yang tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja
(KAK).Hal ini berhubungan dengan jadwal pekerjaan, karena untuk menyusun
jadwal

pekerjaan

harus

mengidentifikasi

objek

pekerjaan

terlebih

dahulu.Sedangkan keterlibatan yang prioritas terakhir adalah penyusunan rencana


pemakaian sumber daya

Pada Tabel 4 dapat dilihat keterlibatan konsultan manajemen Konstruksi


pada seluruh kegiatan fase perencanaan sub bidang persiapan, Keterlibatan
konsultan manajemen konstruksi pada pengkajian standar teknis (beton, baja,dll)
menempati ranking 1. Spesifikasi serta standarisasi teknis harus memenuhi syarat-

syarat yang sudah ditentukan, oleh karena itu standar teknis menjadi dasar dari
penerapan suatu konsep agar pemilihan bahan dapat sesuai dengan pekerjaan.
Keterlibatan konsultan manajemen konstruksi pada pengkajian spesifikasi desain
yang dibutuhkan, mempunyai ranking 2.Konsultan manajemen konstruksi harus
melakukan kontrol terhadap spesifikasi desain agar sesuai dengan yang
disyaratkan dalam kerangka acuan kerja (KAK), spesifikasi desain juga
terpengaruh oleh standar teknis karena factor lingkungannya.Selain dari kegiatan
tersebut, konsultan manajemen konstruksi mempunyai keterlibatan yang tinggi
pada fase ini.
Pada Table 5 keterlibatan konsultan manajemen Konstruksi pada seluruh
kegiatan fase perencanaan sub bidang pra rancangan yang tinggi pada
pengkonsepan alokasi biaya&waktu proyek mempunyai rangking 1, karena
alokasi biaya dan waktu proyek sangat mempengaruhi desain serta bentuk
rancangan. Konsultan manajemen konstruksi mempunyai keterlibatan untuk
membatasi lingkup pekerjaan agar dalam proses desain tidak melebihi atau kurang
dari standar kebutuhan yang ditetapkan. Pengkonsepan bahan dan teknologi yang
dipakai mempunyai ranking 2, karena bahan dan teknologi yang dipakai harus
menyesuaikan dengan alokasi biayanya.Konsultan manajemen konstruksi terlibat
untuk mengendalikan bahan dan teknologi yang digunakan yang sesuai standar
bangunan, hal ini berkaitan dengan fungsi pengendalian biaya. Sedangkan
keterlibatan yang cukup pada pembuatan diagram aspek kualitatif-kuantitatif
(dimensi+kapasitas+organisasi ruang,sirkulasi,estetika), pencarian konsep desain,
penyusunan pola dan bentuk arsitektur, serta penyusunan diagram fungsi ruang
dan bangunan.

Pada Tabel 6 dapat dilihat keterlibatan yang tinggi dari konsultan


manajemen Konstruksi pada seluruh kegiatan fase perencanaan sub bidang
rancangan, pada seluruh kegiatan pada fase ini. Yang mempunyai ranking 1 adalah
pada fase pematangan aspek estetika.Estetika menjadi bentuk yang mempunyai

fungsi pertama kali dilihat dan paling menonjol.Konsultan manajemen konstruksi


terlibat untuk mengendalikan bentuk yang terkait dengan sosial dan budaya lokal.
Kegiatan pematangan aspek ekonomi mempunyai rangking 2, karena dapat
dipastikan bahwa semua proyek akan berdasarkan factor ekonomi atau
pembiayaannya. Keterlibatan konsultan manajemen konstruksi pada hal ini untuk
mengendalikan

hasil

rancangan

agar

tetap

sesuai

dengan

segi

pembiayaannya.Keterlibatan konsultan manajemen konstruksi pada kegiatan


pematangan aspek fungsional dan pematangan hasil studi kelayakan mempunyai
ranking ke 3 dan 4.

Pada Tabel 7 keterlibatan dari konsultan manajemen konstruksi pada


seluruh kegiatan fase perencanaan sub bidang dokumen. Kegiatan perubahan
desain (aanvuling) menjadi rangking pertama dari keterlibatan konsultan
manajemen konstruksi pada fase ini. Proses desain tidak mungkin langsung
sempurna, pasti ada beberapa hal yang perlu dibenahi, karena sifat desain yang
dinamis. Hal ini perlu batasan- batasan agar tetap dalam lingkup konsep awal,
pada hal ini lah keterlibatan konsultan manajemen konstruksi menjadi penting,
karena aanvuling menjadi dokumen penting untuk tahap selanjutnya yaitu sebagai
masa pelelangan kontraktor.Verifikasi (pemeriksaan user) dan validasi desain
(eksaminasi

pihak

yang

berwenang)

mempunyai

rangking

2.Konsultan

manajemen konstruksi mempunyai keterlibatan lebih untuk menjaga validitas dari


kepastian sebuah dokumen bertujuan agar desain tidak berubah, serta diketahui
oleh pihak-pihak yang terkait.Pemeriksaan dokumen yang lebih intensif sebagai
persiapan pelelangan kontraktor dan fase pelaksanaan pembangunan fisik.

Pada Tabel 8 dapat dilihat keterlibatan dari konsultan manajemen


konstruksi pada seluruh kegiatan fase pelelangan kontraktor.Kegiatan menyiapkan
dokumen lelang dan prakualifikasi kontraktor mempunyai ranking 1 dan 2.
Konsultan manajemen konstruksi terlibat lebih pada kegiatan menyiapkan
dokumen lelang, karena dokumen lelang sangat menentukan bobot penawaran
kontraktor, dan juga mempunyai nilai penting sebagai dasar dari pekerjaan
pelaksanaan proyek. maka hal ini perlu keterlibatan yang lebih dari konsultan
manajemen konstruksi tentang kelengkapan semua data yang digunakan.
Keterlibatan konsultan manajemen konstruksi pada egiatan prakualifikasi
kontraktor adalah untuk menentukan nilai kompetensi kontraktor yang mengikut
penawaran. Konsultan manajemen konstruksi pada kegiatan lainnya pada fase ini
juga mempunyai keterlibatan yang cukup.

Pada Tabel 9 keterlibatan yang sangat tinggi dari konsultan manajemen


Konstruksi pada seluruh kegiatan fase pelaksanaan sub bidang pembangunan
fisik. Dengan nilai yang hampir sama, keempat kegiatan tersebut mempunyai
prioritas yang hampir sama juga, karena adanya hubungan keterkaitan antar
kegiatan yang saling terkait antara struktur, arsitektur, mekanikal maupun
elektrikalnya. Konsultan manajemen konstruksi terlibat lebih karena memang
semua komponen ini harus dikendalikan agar tepat mutu, tepat waktu, dan tepat
biaya.

Pada tabel 10 dapat dilihat keterlibatan konsultan manajemen Konstruksi


pada seluruh kegiatan fase pelaksanaan sub bidang dokumen administrasi.
Kegiatan Progress pekerjaan menjadi rangking 1 (satu) yang menjadi factor

keterlibatan yang utama pada fase ini.Progress merupakan alat monitoring dari
pelaksanaan pekerjaan.Sehingga pengendalian waktu dan penyusunan progress
penyerapan keuangan mengacu pada laporan progress pekerjaan ini.Peran
konsultan manajemen konstruksi menjadi sangat penting agar semua rencana
pelaksanaan dapat sesuai dengan yang ditentukan. Yang mempunyai weweang
untuk mengeluarkan surat teguran/peringatan adalah konsultan manajemen
konstruksi, maka keterlibatannya mempunyai rangking 2. Hal ini bertujuan untuk
mengantisipasi ketepatan mutu, waktu, biaya, maupun laporan admnistrasi dari
pelaksanaan proyek tersebut.Surat teguran/peringatan adalah muara dari laporanlaporan pendukungnya, seperti Laporan harian, mingguan, bulanan, risalah rapat,
maupun bahan rapat.

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Kesimpulan dari hasil studi ini adalah:
4.1.1 Kegiatan yang mempunyai keterlibatan konsultan manajemen konstruksi
yang paling dominan pada setiap tahapan pekerjaan proyek konstruksi adalah: 1)
fase pelelangan konsultan perencana adalah prakualifikasi konsultan perencana,
dan persiapan dokumen lelang; 2) fase perencanaan sub bidang persiapan adalah
penyusunan jadwal pekerjaan, dan pengidentifikasian proyek; 3) fase perencanaan
sub bidang konsep adalah pengkajian standar teknis (beton, baja,dll), dan
pengkajian spesifikasi desain yang dibutuhkan; 4) fase perencanaan sub bidang
pra rancangan adalah pengkonsepan alokasi biaya&waktu proyek, dan
pengkonsepan bahan&teknologi yang dipakai; 5) fase perencanaan sub bidang
rancangan adalah pematangan aspek estetika, dan pematangan aspek ekonomi; 6)
fase perencanaan sub bidang dokumen adalah perubahan desain (aanvuling), dan
verifikasi (pemeriksaan user) dan validasi desain (eksaminasi pihak yang
berwenang); 7) fase pelelangan kontraktor adalah menyiapkan dokumen lelang,
dan prakualifikasi kontraktor; 8) fase pelaksanaan sub bidang pembangunan fisik
adalah struktur, arsitektur, mekanikal, dan elektrikal; dan 9) fase pelaksanaan sub
bidang dokumen administrasi adalah progress pekerjaan, dan surat teguran/
peringatan.
4.1.2 Konsultan manajemen konstruksi mempunyai keterlibatan yang dominan
eksternal dalam pendampingan supervisi pada kegiatan pekerjaan fase Pelelangan
konsultan perencana, fase perencanaan, dan fase pelelangan kontraktor. Sistem
pendampingan yang dilakukan oleh konsultan manajemen konstruksi pada
tahapan ini,dengan terlibat tidak setiap saat atau setiap hari berhubungan langsung
dengan konsultan perencana, namun secara periodik/ berkala seperti pada saat
persiapan konsultasi bersama dengan pihak owner. Konsultan manajemen
konstruksi secara berkala juga akan melihat dan mengevaluasi hasil pekerjaan dari

konsultan perencana untuk mengetahui kelengkapan dan ketepatan dari desain


yang direncanakan.
4.1.3 Konsultan manajemen konstruksi juga mempunyai keterlibatan yang
dominan internal dalam pendampingan supervisi pada fase pelaksanaan. Peran
aktif dari konsultan manajemen konstruksi lebih banyak karena akan menyangkut
banyak pekerjaan yang lebih bermuara pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi
yang harus memperoleh pengawasan dan pendampingan yang lebih sebagai
bagian dari peranan konsultan manajemen konstruksi. Pada tahap ini, konsultan
manajemen konstruksi terlibat langsung, setiap hari, dan melakukan supervisi
terhadap pelaksanaan pekerjaan proyek fisik serta untuk mengendalikan
administrasi proyek

4.2 SARAN
Beberapa saran yang dapat diberikan adalah:
4.2.1

Keterlibatan

konsultan

manajemen

konstruksi

pada

suatu

kegiatan merupakan ketugasan dalam mengendalikan hasil dari


produksi setiap pihak yang terlibat. Sebaiknya hal ini dilihat secara
utuh tentang sebuah kesatuan produk kerja dalam proyek kontruksi
professional.
4.2.2 Konsultan manajemen konstruksi mempunyai ketugasan untuk
menerapkan

manajemen

kerja

para

pihak

pada

proyek

konstruksi.Maka, sebaiknya proyek konstruksi dilaksanakan dengan


pedoman tepat mutu, tepat waktu, dan tepat biaya.Selain hal tersebut,
sebagai faktor pendukung lainnya yang diperlukan untuk laporan
pekerjaan,

perlu

administrasi juga.

ditambahkan

pedoman

untuk

tepat(tertib)

DAFTAR PUSTAKA

http://ft.uajy.ac.id/wp-content/uploads/2015/12/079K.pdf
file:///C:/Users/robby/Documents/079K.pdf
http://www.academia.edu/5002315/PERANAN_KONSULTAN_MANAJEMEN_
KONSTRUKSI_PADA_TAHAP_PELAKSANAAN_STUDI_KASUS_PEMBAN
GUNAN_STAR_SQUARE_
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/123223-R210820-Identifikasi%20faktorLiteratur.pdf
http://yooungengineer.blogspot.co.id/
http://e-journal.uajy.ac.id/405/2/1MTS01429.pdf

Anda mungkin juga menyukai