Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.T DENGAN VERTIGO


DI IRD RUMAH SAKIT ISLAM KALIANGET

Oleh :
Ginaa Fitriyanti
Gita Rahmadani Safitri
Hairul Anwar
Hendro Heri Susanto
Fitril Akbar Wardana

SI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP
2014

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan dokumentasi keperawatan pada Tn.T dengan


diagnosa medis Vertigo di ruang IRD Rumah Sakit Islam Kalianget

Mengetahui,

Pembimbing Lahan

Pembimbing Ruangan

(Nur Aini,S.keP.,Ns)

(Lini Dianawati)

Pembimbing Institusi

(Syaifurrahman Hidayat,S.kep.,Ns)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami untuk menyusun Laporan Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Dengan Vertigo yang merupakan salah satu evaluasi dalam mata kuliah
sistem neurobehavior.
Di dalam menyusun laporan ini kami berusaha mencari dan mengkaji
literatur lain yang sekiranya menunjang kesempuranaan laporan yang disusun.
Laporan ini kami susun berdasarkan kasus yang ada di lapangan dengan
pendekatan asuhan keperawatan. Kami menyadari bahwa laporan ini jauh dari
sempurna dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan kami dalam
menyusun laporan ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk penyempurnaan laporan ini.
Kami sebagai penyusun laporan ini mengucapkan terima kasih kepada
dosen pembimbing, rekan-rekan serta pihak-pihak lain yang membantu
penyusunan laporan ini. Kami berharap semoga laporan ini dapat memberikan
gambaran yang bermanfaat bagi kita.

Sumenep, 28 Januari 2014

Penyusun

VERTIGO

I. Definisi
Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek yang
sering digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness,
unsteadiness) atau rasa pusing (dizziness), deskripsi keluhan tersebut penting
diketahui agar tidak dikacaukan dengan nyeri kepala atau sefalgi, terutama
karena di kalangan awam kedua istilah tersebut (pusing dan nyeri kepala) sering
digunakan secara bergantian. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau
bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih
baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita
tidak bergerak sama sekali.
Vertigo berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar merujuk
pada sensasi berputar sehingga meng-ganggu rasa keseimbangan seseorang,
umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan.
II. Jenis Vertigo
Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran
vestibular yang mengalami kerusakan, yaitu vertigo periferal dan vertigo sentral.
Saluran vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa
mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga
keseimbangan.
Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut
kanalis semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol
keseimbangan.
Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal antara
lain penyakit penyakit seperti benign parozysmal positional vertigo (gangguan
akibat kesalahan pengiriman pesan), penyakit meniere (gangguan keseimbangan
yang sering kali menyebabkan hilang pendengaran), vestibular neuritis

(peradangan pada sel-sel saraf keseimbangan), dan labyrinthitis (radang di


bagian dalam pendengaran).
Sedangkan vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di
dalam otak, khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan
otak dan serebelum (otak kecil).
III.Etiologi
1. Keadaan lingkungan : motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
2. Obat-obatan : alkohol dan gentamisin
3. Kelainan sirkulasi : transient ischemic attack (gangguan fungsi otak
sementara karena berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada
arteri vertebral dan arteri basiler
4. Kelainan di telinga : endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis
di dalam telinga bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional
vertigo), infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, herpes zoster,
labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga), peradangan saraf vestibuler,
penyakit Meniere
5. Kelainan neurologis : sklerosis multipel, patah tulang tengkorak yang
disertai cedera pada labirin, persarafannya atau keduanya, tumor otak, tumor
yang menekan saraf vestibularis.
IV. Faktor pencetus
Situasi ramai, suasana yang padat, gerakan kepala atau objek yang dilihat,
penggunaan obat (streptomisin pada pasien TBC), penyakit kronis (DM dan
Hipertensi).
V. Gejala
Penderita merasa seolah-olah dirinya bergerak atau berputar atau penderita
merasakan seolah-olah benda di sekitarnya bergerak atau berputar.

VI. Patofisiologi

Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan


tubuh yang mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya
dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat.
Ada beberapa teori yang berusaha menerangkan kejadian tersebut :
1. Teori rangsang berlebihan (overstimulation)
Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan
menyebabkan hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya terganggu
akibatnya akan timbul vertigo, nistagmus, mual dan muntah.
2. Teori konflik sensorik
Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang
berasal dari berbagai reseptor sensorik perifer yaitu antara mata/visus,
vestibulum dan proprioseptik, atau ketidakseimbangan/asimetri masukan
sensorik dari sisi kiri dan kanan.
Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan sensorik di
sentral sehingga timbul respons yang dapat berupa nistagmus (usaha koreksi
bola mata), ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler, serebelum) atau
rasa melayang, berputar (yang berasal dari sensasi kortikal).
Berbeda dengan teori rangsang berlebihan, teori ini lebih
menekankan gangguan proses pengolahan sentral sebagai penyebab.
3. Teori neural mismatch
Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik, menurut
teori ini otak mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu
sehingga jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai
dengan pola gerakan yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf
otonom.
Jika pola gerakan yang baru tersebut dilakukan berulangulang akan
terjadi mekanisme adaptasi sehingga berangsurangsur tidak lagi timbul
gejala.
4. Teori otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebaga
usaha adaptasi gerakan/perubahan posisi; gejala klinis timbul jika sistim
simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis mulai
berperan.

5. Teori neurohumoral
Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan
terori serotonin (Lucat) yang masing-masing menekankan peranan
neurotransmiter tertentu dalam mempengaruhi sistim saraf otonom yang
menyebabkan timbulnya gejala vertigo.
6. Teori sinap
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan
neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada
proses adaptasi, belajar dan daya ingat.
Rangsang gerakan menimbulkan stres yang akan memicu sekresi
CRF (corticotropin releasing factor); peningkatan kadar CRF selanjutnya
akan mengaktifkan susunan saraf simpatik yang selanjutnya mencetuskan
mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas sistim saraf
parasimpatik.
Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang sering timbul
berupa pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis,
yang berkembang menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah
beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan saraf parasimpatis.
VII. Epidemiologi
Dari keempat subtipe dizziness, vertigo terjadi pada sekitar 32% kasus dan
sampai dengan 56,4% pada populasi orang tua. Sementara itu, angka kejadian
vertigo pada anak-anak tidak diketahui, tetapi dari studi yang lebih baru pada
populasi anak sekolah di Skotlandia, dilaporkan sekitar 15% anak paling tidak
pernah merasakan sekali serangan pusing dalam periode satu tahun. Sebagian
besar (hampir 50%) diketahui sebagai paroxysmal vertigo yang disertai
dengan gejala-gejala migren (pucat, mual, fonofobia, dan fotofobia).
VIII. Diagnosa
Sebelum memulai pengobatan, harus ditentukan sifat dan penyebab dari
vertigo. Gerakan mata yang abnormal menunjukkan adanya kelainan fungsi
telingan bagian dalam atau saraf yang menghubungkannya dengan otak.
Nistagmus adalah gerakan mata yang cepat dari kiri ke kanan atau dari atas ke

bawah. Arah dari gerakan tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosa.
Nistagmus bisa dirangsang dengan menggerakkan kepala penderita secara tibatiba atau meneteskan air dingin ke dalam telinga.
Untuk menguji keseimbangan, penderita diminta berdiri dan kemudian
berjalan dalam satu garis lurus, awalnya dengan mata terbuka, kemudian dengan
mata tertutup.
Tes pendengaran seringkali bisa menentukan adanya kelainan telinga yang
mempengaruhi keseimbangan dan pendengaran.
Pemeriksaan lainnya adalah CT scan atau MRI kepala, yang bisa
menunjukkan kelainan tulang atau tumor yang menekan saraf. Jika di duga suatu
infeksi, bisa diambil contoh cairan dari telinga atau sinus atau dari tulang
belakang. Jika di duga terdapat penurunan aliran darah ke otak, maka dilakukan
pemeriksaan angiogram, untuk melihat adanya sumbatan pada pembuluh darah
yang menuju ke otak.
IX. Penatalaksanaan
Terapi yang dapat diberikan, yaitu:
1. Terapi kausal
2. Terapi simtomatik
3. Terapi rehabilitatif
Terapi lain, yaitu medikamentosa yang mempunyai tujuan utama: (1)
mengeliminasi keluhan vertigo, (2) memperbaiki proses-proses kompensasi
vestibuler, dan (3) mengurangi gejala-gejala neurovegetatif ataupun psikoafektif.
Beberapa golongan obat yang dapat digunakan untuk penanganan vertigo di
antaranya adalah:
a. Antikolinergik
Antikolinergik merupakan obat pertama yang digunakan untuk
penanganan vertigo, yang paling banyak dipakai adalah skopolamin dan
homatropin. Kedua preparat tersebut dapat juga dikombinasikan dalam
satu sediaan antivertigo. Antikolinergik berperan sebagai supresan
vestibuler melalui reseptor muskarinik. Pemberian antikolinergik per oral
memberikan efek rata-rata 4 jam, sedangkan gejala efek samping yang

timbul terutama berupa gejala-gejala penghambatan reseptor muskarinik


sentral, seperti gangguan memori dan kebingungan (terutama pada
populasi lanjut usia), ataupun gejala-gejala penghambatan muskarinik
perifer, seperti gangguan visual, mulut kering, konstipasi, dan gangguan
berkemih.
b. Antihistamin
Penghambat reseptor histamin-1 (H-1 blocker) saat ini merupakan
antivertigo yang paling banyak diresepkan untuk kasus vertigo, dan
termasuk di antaranya adalah difenhidramin, siklizin, dimenhidrinat,
meklozin, dan prometazin. Mekanisme antihistamin sebagai supresan
vestibuler tidak banyak diketahui, tetapi diperkirakan juga mempunyai
efek terhadap reseptor histamin sentral. Antihistamin mungkin juga
mempunyai potensi dalam mencegah dan memperbaiki motion sickness.
Efek sedasi merupakan efek samping utama dari pemberian penghambat
histamin-1. Obat ini biasanya diberikan per oral, dengan lama kerja
bervariasi mulai dari 4 jam (misalnya, siklizin) sampai 12 jam (misalnya,
meklozin).
c. Histaminergik
Obat kelas ini diwakili oleh betahistin yang digunakan sebagai antivertigo
di beberapa
negara Eropa, tetapi tidak di Amerika. Betahistin sendiri merupakan
prekrusor histamin. Efek antivertigo betahistin diperkirakan berasal dari
efek vasodilatasi, perbaikan aliran darah pada mikrosirkulasi di daerah
telinga tengah
dan sistem vestibuler. Pada pemberian per oral, betahistin diserap dengan
baik, dengan kadar puncak tercapai dalam waktu sekitar 4 jam. efek
samping relatif jarang, termasuk di antaranya keluhan nyeri kepala dan
mual.
d. Antidopaminergik
Antidopaminergik biasanya digunakan untuk mengontrol keluhan mual
pada pasien dengan gejala mirip-vertigo. Sebagian besar antidopaminergik
merupakan neuroleptik. Efek antidopaminergik pada vestibuler tidak
diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan bahwa antikolinergik dan
antihistaminik (H1) berpengaruh pada sistem vestibuler perifer. Lama

kerja neuroleptik ini bervariasi mulai dari 4 sampai 12 jam. Beberapa


antagonis dopamin digunakan sebagai antiemetik, seperti domperidon dan
metoklopramid. Efek samping dari antagonis dopamin ini terutama adalah
hipotensi ortostatik, somnolen, serta beberapa keluhan yang berhubungan
dengan gejala ekstrapiramidal, seperti diskinesia tardif, parkinsonisme,
distonia akut, dan sebagainya.
e. Benzodiazepin
Benzodiazepin merupakan modulator GABA, yang akan berikatan di
tempat khusus pada reseptor GABA. Efek sebagai supresan vestibuler
diperkirakan terjadi melalui mekanisme sentral. Namun, seperti halnya
obat-obat sedatif, akan memengaruhi kompensasi vestibuler. Efek
farmakologis utama dari benzodiazepin adalah sedasi, hipnosis, penurunan
kecemasan, relaksasi otot, amnesia anterograd, serta antikonvulsan.
Beberapa obat golongan ini yang sering digunakan adalah lorazepam,
diazepam, dan klonazepam.
f. Antagonis kalsium
Obat-obat golongan ini bekerja dengan menghambat kanal kalsium di
dalam sistem vestibuler, sehingga akan mengurangi jumlah ion kalsium
intrasel. Penghambat kanal kalsium ini berfungsi sebagai supresan
vestibuler. Flunarizin dan sinarizin merupakan penghambat kanal kalsium
yang diindikasikan untuk penatalaksanaan vertigo; kedua obat ini juga
digunakan sebagai obat migren. Selain sebagai penghambat kanal kalsium,
ternyata fl unarizin dan sinarizin mempunyai efek sedatif,
antidopaminergik, serta antihistamin-1. Flunarizin dan sinarizin
dikonsumsi per oral. Flunarizin mempunyai waktu paruh yang panjang,
dengan kadar mantap tercapai setelah 2 bulan, tetapi kadar obat dalam
darah masih dapat terdeteksi dalam waktu 2-4 bulan setelah pengobatan
dihentikan. Efek samping jangka pendek dari penggunaan obat ini
terutama adalah efek sedasi dan peningkatan berat badan. Efek jangka
panjang yang pernah dilaporkan ialah depresi dan gejala parkinsonisme,
tetapi efek samping ini lebih banyak terjadi pada populasi lanjut usia.
g. Simpatomimetik

Simpatomimetik, termasuk efedrin dan amfetamin, harus digunakan secara


hati-hati karena adanya efek adiksi.
h. Asetilleusin
Obat ini banyak digunakan di Prancis. Mekanisme kerja obat ini sebagai
antivertigo tidak diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan bekerja
sebagai prekrusor neuromediator yang memengaruhi aktivasi vestibuler
aferen, serta diperkirakan mempunyai efek sebagai antikalsium pada
neurotransmisi. Beberapa efek samping penggunaan asetilleusin ini di
antaranya adalah gastritis (terutama pada dosis tinggi) dan nyeri di tempat
injeksi.
i. Lain-lain
Beberapa preparat ataupun bahan yang diperkirakan mempunyai efek
antivertigo di antaranya adalah ginkgo biloba, piribedil (agonis
dopaminergik), dan ondansetron.

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN


(TEORI)

1. Pengkajian
a. Pengumpulan data (amnesa)
- Identitas Klien
Identitas biasanya berisi tentang nama, umur, alamat, pendidikan, agama,
-

pekerjaan, dll
Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian. Biasanya
pada pasien vertigo keluhan utama yang dirasakan yaitu nyeri kepala hebat

serta pusing.
Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada
pasien vertigo tanyakan adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap
-

terhadap munculnya vertigo, posisi mana yang dapat memicu vertigo.


Riwayat Penyakit Dahulu
Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamasi dan
penyakit tumor otak. Riwayat penggunaan obat vestibulotoksik missal

antibiotik, aminoglikosid, antikonvulsan dan salisilat


Riwayat Penyakit keluarga
Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga lain

atau riwayat penyakit lain baik bersifat genetic maupun tidak.


Riwayat Psikososial
Di kaji emosi klien, body image klien, harga diri, interaksi klien terhadap

keluarga dan data spiritual klien.


b. Pola-Pola fungsi Kesehatan
- Pola Fungsi dan tata laksana kesehatan
Adakah kecemasan yang dia lihatkan oleh kurangnya pemahaman pasien
-

dan keluarga mengenai penyakit, pengobatan dan prognosa.


Pola nutrisi dan metabolism
Adakah nausea dan muntah
Pola eliminasi
Bagaimana BAK dan BABnya, lancar atau tidak
Pola tidur dan istirahat
Dikaji bagaimana tidur klien nyenyak atau tidak, berapa lama tidur klien,
pada pasien vertigo biasanya pasien mengalami gangguan tidur.
Aktivitas
Biasanya pada pasien vertigo aktivitasnya kurang, klien sering mengalami
Letih, lemah, Keterbatasan gerak, Ketegangan mata, kesulitan membaca,
Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala, Sakit kepala
yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena

perubahan cuaca.
Pola hubungan peran
Meliputi hubungan pasien dengan keluarga dan masyarakat sekitar
Pola presepsi dan konsep diri
Bagaimana klien menggambarkan dirinya terkait dengan penyakitnya.
Pola sensori dan kognitif
Bagaimana klien menghadapi rasa sakit? apakah mengalami penurunan
panca indra?
Pola reproduksi seksual

Dikaji bagaimana hubungan seksual klien dengan pasangannya, apakah


c.
-

ada gangguan atau tidak


Pola penanggulangan stress
Meliputi penyebab stress, koping terhadap stress.
Pola tata nilai dan keyainan
Di kaji tentang agama yang di anut klien
Pemeriksaan Fisik
Gambaran Umum
Kesadaran (compos mentis, apatis, somnolen, stupor atau koma)
Penampilan (tidak tampak sakit, sakit ringan, sakit sedang atau sakit berat)
TPRS (meliputi BB, TB, Tekanan darah, suhu, nadi RR)
Secara sistemik dari kepala sampai kelamin
Sistem integument
. Inspeksi : dilihat warna kulit
. Palpasi : kelembaban kulit, turgor kulit (normalnya kembali dalam
2detik)
Kepala
.
.

Inspeksi : bentuk kepala, warna rambut


Palpasi : kekuatan rambut (rontok/tidak), ada nyeri tekan

Leher
.

Palpasi : ada pembesaran kelenjar getah beting dan kelenjar tyroid


atau tidak

Muka
.

Inspeksi : bentuk muka, ekspresi muka

Mata
.

Inspeksi : biasanya pada pasien vertigo Konjungtiva tidak anemis,

sklera tidak ikterik


Palpasi : ada nyeri tekan atau tidak

Telinga
.
.

Inspeksi : bentuk telinga simetris atau tidak, ada kotoran atau tidak
Palpasi : ada nyeri tekan atau tidak

Hidung
.
.

Inspeksi: bentuk hidung, adanya secret atau tidak


Palpasi : ada nyeri tekan atau tidak

Mulut dan Faring


.
.

Inspeksi : mulut simetris atau tidak, kebersihannya


Palpasi : ada nyeri tekan tidak, ada benjolan tidak

Thorax
.
.
.
.

Inspeksi : ada retraksi dinding dada atau tidak


Palpasi : pergerakan dinding dada simetris atau tidak
Perkusi : bagaimana suara ketukannya

Paru
. Inspeksi : simetris atau tidak
. Palpasi : ada benjolan atau tidak
. Auskultasi : biasanya pada pasien vertigo Tidak ada weezing, rhonki
Jantung
.

Auskultasi : pada pasien vertigo S1 dan S2 tunggal


Abdomen

. Inspeksi : dilihat bentuk abdomen,


. Palpasi : pembesaran hati dan limpanya di kaji
. Auskultasi : bising usus
2. Data Penunjang
a. Pemeriksaan Diagnostik
b. Pemeriksaan Radiologi
X-foto kepala posisi Stenver dan Towne, foto mastoid, foto vertebra
servikal, CT scan, MRI dsb (atas indikasi).
c. Pemeriksaan Laboratorium dan EKG
d. Pemeriksaan lain-lain
Pemeriksaan audiologi : tes garpu tala, audiometrik nada murni, audiometrik
nada tutur, SISI tes, Tone Deccay tes, timpanometri, reflek stapedius, dan
apabila ada fasilitas dapat dilakukan BERA (atas indikasi).
Tes kalori, elektronistagmografi, posturografi (atas indikasi).
3. Diagnosa yang mungkin muncul
- Risiko infeksi dengan factor resiko : prosedur invasif
- Mual b/d stimulasi mekanisme neurofarmakologis
- Nyeri akut b/d agen injuri biologi
- Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d hilangnya nafsu makan, mual dan
muntah

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

(KASUS)

A. Format Laporan Pendahuluan (LP)


1. Diagnosa Medis dan pohon masalah
2. Penatalaksanaan Kasus
3. Fokus pengkajian (riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik dan tes
diagnose) dan analisa data
4. Diagnose keperawatan
5. Intervensi keperawatan dan rasional
6. Daftar pustaka
B. Pengkajian Data Dasar Dan Fokus

Kesehatan
ROS

Rat Sakit
Identitas
dan

Pengkajian Tanggal
Tanggal MRS
Ruang/Kelas

: 28 Januari 2014
:: IRD

: 09.30 WIB
: 20215
: Vertigo

Nama

: Tn. Tabrani

Jenis Kelamin

:L

Umur

: 47 tahun

Status Perkawinan

: Menikah

Pendidikan

:-

Penanggung Biaya

Keluhan Utama

: Pasien mengatakan pusing

Pasien mengatakan pusing sehari


Observasi dan Pemeriksaan Fisik (ROS Review of System)
sebelum masuk RSI

Keadaan Umum :
Tanda Vital

Kardiov Pernafas
askuler
an

Jam Masuk
No.RM
Dx. Masuk

Sedang

Lemah

Kesadaran : CM

: TD: 130/90 Nadi :79/menit Suhu Badan : 37C RR:23/menit

Pola Nafas :

Irama:

Jenis :

Dispnoe

Masalah : Irama Jantung :


Nyeri Dada :
GCS

Baik

Reguler

Eye : 4

Masalah : -

Ya

Terature

Tidak teratur

Kusumaul

Ceyne Stokes Lain-lain

Ireguler S1/S2 Tunggal

Tidak
Verbal: 5

Motorik: 6

Ya

Tidak
Total : 15

Persarafan

Refleks Fisologis :

Patella

Triceps

Biceps

Lain-lain

Refleks patologis :

Babinsky

Budzinsky

Kernig

Lain-lain

Lain-Lain

Psiko-Sosio- Spiritual Personal Hygiene

skeletal/i
Endokrin

Muskulo Perencan Perkemb Penginde


B3 (Brain)
aan
angan
raan

Istirahat/Tidur : < 8 jam/hari. Gangguan Tidur : -

Masalah : Pegamatan (Mata) :


Pupil

Sklera/Konjungtiva :

Masalah : :Kebersihan

Isokor

Anisokor

Lain-lain

Anemis

Ikterus

Lain-lain :

Bersih

Kotor

Tidak

Urin :
Nafsu makan

Jumlah 200 cc/jam


warna kuning
Bau : Khas
Baik
Menurun
Frekuensi .. x/hari

Porsi makan

Habis

Minum

- cc/hari

Masalah : -

3Kemampuan
Masalah : - pergerakan sendi


Bebas

Ket :

Terbatas Kekuatan otot

Kulit :
Tyroid membesar :

Ya

Tidak

Hiperglikemia

Ya

Tidak

Hipoglekemia

Ya

Tidak

Luka ganggren : 2x/hari


:
Mandi

Ya gigi
sikat

Keramas

memotong
kuku :x/hari

: 2x/hari

Ganti pakaian : 2x/hari

Masalah -

: Tidak
2x/hari

Masalah psikologis yang dihadapi: Orang yang paling dekat: Saudara


Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar: Baik
Kegiatan ibadah: Tepat Waktu

Masalah -

Pemeriksaan Penunjang Laboratorium

Hemoglobin
Leukosit
L.E.D/B.D.S

Hasil Pemeriksaan
12,2

Normal
L:13-16 g % P:12-14

7800

5000-10000 sel/ oo

Def Count

L:10

P:15 mm/jam
0

Eosinofil

1.1 %

Stub

1-3 %

Segmen

12

2-6 %

Limfosit

70

50-67 %

Monosit

18

20-30 %

2-6 %

PCV

210

150-300 ribu

GOT

21

L:40-48 % W:37-45 %

GPT

46

L:<40 u/l P:<33u/l

Widal

L:< 41 u/l P:<32 u/l

Trombosit

Therapy
28 14
1

Injeksi cefoperazon 2x1 ampL


Injeksi triker 2x1 ampL
Injeksi gavistal 3x1/2 ampL
Injeksi biocombin 1x1 drip
Injeksi KNMG3 3 flas/24 jam
Oral ludios 2x1/2 tablet

C. Analisa Data
Data

Masalah

Penyebab

Data Subjektif

Nyeri (akut)

Stres dan ketegangan

Pasien mengatakan pusing


Data Objektif
RR:23 x/menit
N:79 x/menit
S:37 oC
TD:130/90 mmHg
GCS:15
E :4
V :5
M:6
Kesadaran:Compos Mentis

D. Diagnosa Perawatan Sesuai Prioritas


Nyeri akut berhubungan dengan stres dan ketegangan ditandai dengan
-

Pasien mengatakan pusing


RR:23 x/menit
N:79 x/menit
S:37 oC
TD:130/90 mmHg
GCS:15
E :4
V :5
M:6

Kesadaran:Compos Mentis

DAFTAR PUSTAKA

http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/01/vertigo_files-of-drsmed.pdf
http://tanyuri.files.wordpress.com/2008/11/mengapa-vertigo.pdf
http://www.kalbemed.com/Portals/6/06_198Vertigo.pdf

Anda mungkin juga menyukai