Anda di halaman 1dari 27

AKAD MUAMALAT

Dr. Erwandi Tarmizi, M.A


Dosen Fikih Muamalat, Ushul Fikih Dan
Maqashid Syariah, Program Pasca Sarjana
STEI Tazkia, Bogor





...

.
Al Qarafi berkata, Al Ghazali menukil jjma dan juga Imam Syafii
bahwa Seorang mukallaf tidak boleh berkeinginan melakukan sesuatu
sebelum ia mengetahui hukum Allah tentang hal tersebut, orang yang
hendak berjual-beli wajib mempelajari syariat Allah tentang jual-beli
yang akan dilakukannya, orang yang akan melakukan transaksi ijarah
dia wajib mempelajari hukum Allah tentang ijarah, orang yang ingin
melakukan transaksi mudharabah wajib mempelajari syariat Allah
tentang mudharabah . (Al Furuq 2/148).

DEFINISI JUAL BELI

(: )480 / 3
.

RUKUN & SYARAT AKAD MUAMALAT


MALIYYAH
]275 :[

}

{

"Padahal Allah telah menghalalkan jual beli."


(Q.S. Al Baqarah: 275).

1.

2.
3.

Rukun jual-beli ada 3:


Aqid (orang yang melakukan transaksi, penjual
dan pembeli)
Aqad (transaksi)
Mauqud alaihi (objek transaksi mencakup
barang dan uang).

SYARAT AQID
1. Berakal
2. Baligh
3. Tidak terpaksa
Dalil
Q.S. An Nisaa: 6
Q.S. Annisaa: 29

SYARAT AQAD (IJAB-QABUL)


Ijab=penjual : Saya jual barang ini dengan harga
sekian
Qabul=pembeli : Saya terima atau saya beli.
Imam Baijuri ulama dalam mazhab SyafiiMengikuti pendapat yang mengatakan lafaz ijabqabul tidak wajib sangat baik, agar tidak berdosa
orang yang tidak mengucapkannya malah
orang yang mengucapkan lafaz ijab-qabul saat
berjual beli akan ditertawakan (lihat.
Hasyiyah Ibnu Qasim 1/507).

SYARAT AL MAQUD ALAIHI


1. Barang yang dijual bukan najis
) (
Sesungguhnya Allah telah mengharamkan menjual
arak, bangkai, babi dan berhala. HR. Bukhari.
2. Barang yang dijual memiliki manfaat yang
dibenarkan syariat
) ... (
"Akan ada diantara umatku sekelompok orang yang
menghalalkan musik". HR. Bukhari.

Nabi bersabda, Malaikat tidak akan masuk ke


rumah yang di dalamnya terdapat gambar makhluk
hidup

SYARAT AL MAQUD ALAIHI


3. Barang yang dijual telah dimilikinya terlebih dahulu
Diriwayatkan Hakim bin Hizam,



:



:
"Wahai rasulullah, seseorang datang kepadaku untuk
membeli suatu barang, kebetulan barang tersebut
sedang tidak kumiliki, apakah boleh aku menjualnya
kemudian aku membeli barang yang diinginkannya
dari pasar? Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
menjawab, Jangan engkau jual barang yang belum
engkau miliki! (HR. Abu Daud)

SYARAT AL MAQUD ALAIHI


4. Kepemilikan sebuah barang dari hasil
pembelian sebuah barang menjadi sempurna
dengan terjadinya transaksi dan serah-terima
(qabdh)

Tidak sah jual-beli di bursa atau pasar modal


yang tidak berakhir dengan serah terima barang.
Tidak sah akad jual beli yang dilakukan oleh
lembaga keuangan dengan cara membeli barang
yang dipesan oleh nasabah, lalu meminta
nasabah untuk mengambil langsung barangnya
dari pemilik barang pertama.

SYARAT AL MAQUD ALAIHI


5. Barang yang dijual bisa diserahkan kepada si
pembeli.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam melarang jual
beli yang mengandung unsur gharar (ketidak
jelasan). HR. Muslim

SYARAT AL MAQUD ALAIHI


6. Barang yang dibeli serta harga harus diketahui
oleh si pembeli dan si penjual
Barang bisa diketahui dengan cara melihat
fisiknya atau mendengar penjelasan dari si
penjual, kecuali untuk barang yang bila dibuka
bungkusnya akan menjadi rusak

MAWANI
I. RIBA
Definisi,
Bahasa : Bertambah
Istilah : Menambahkan beban kepada pihak yang
berhutang , atau menambahkan takaran saat
melakukan tukar menukar 6 komoditi (emas,
perak, gandum, sya'ir, kurma dan garam) dengan
jenis yang sama, atau tukar-menukar emas
dengan perak dan makanan dengan makanan
dengan cara tidak tunai

PEMBAGIAN RIBA
1.

2.

Riba dayn : riba yang objeknya adalah


penambahan hutang
Riba ba'i : riba yang objeknya adalah akad jualbeli.

RIBA JAHILIYAH
Bentuk-bentuk riba yang dilakukan orang-orang jahiliyah adalah
sebagai berikut:
Seseorang memberikan pinjaman 10 keping uang emas selama waktu
yang ditentukan dengan syarat nanti dibayar sebanyak 11 keping
uang emas.
Seseorang meminjam 10 keping uang emas, bila jatuh tempo
pelunasan dan ia belum mampu membayar, ia mengatakan, "Beri
saya masa tangguh, nanti piutang anda akan saya tambah".
Seseorang memberikan pinjaman modal usaha 100 keping uang
emas. Setiap bulannya ia mendapat bunga 2 keping uang emas. Bila
telah sampai masa yang ditentukan, si peminjam harus
mengembalikan modal utuh sebanyak 100 keping uang emas. Jika ia
telat melunasi maka ia harus membayar denda keterlambatan yang
terkadang rasionya lebih besar dari pada bunga bulanan.
Seseorang membeli barang dengan cara tidak tunai. Bila dia belum
melunasi hutang pada saat jatuh tempo maka ia harus membayar
denda keterlambatan selain melunasi hutang pokok

MEMAHAMI KAIDAH FIKIH:

"Setiap Pinjaman yang Memberikan Manfaat Adalah


Riba"

Kaidah di atas seolah-olah meliputi setiap bentuk


keuntungan yang dihasilkan dari akad pinjaman
hukumnya riba, namun sesungguhnya tidak demikian.
Suatu manfaat (keuntungan) dari akad pinjaman dianggap
riba bila terpenuhi kriteria berikut,

Keuntungan
yang
terpisah
dan
bukan
keuntungan yang mengikut dalam akad
pinjaman.
Keuntungan hanya dinikmati oleh pemberi
pinjaman.
Keuntungan yang dinikmati pemberi pinjaman
disyaratkan di awal akad.
Keuntungan yang tidak dipersyaratkan tersebut
diberikan sebelum utang dilunasi.

KAPAN RIBA DAYN DIBOLEHKAN?

Berbeda dengan gharar yang dibolehkan dengan nisbah


sedikit, riba dayn tetap diharamkan walaupun jumlahnya
hanya sedikit. Tidak ada keringanan sedikitpun dalam
jumlah riba, hukumnya haram sekalipun kecil.
Juga berbeda dengan gharar yang dibolehkan jika
berkaitan dengan hajat orang banyak akan transaksi
tersebut, riba dayn tetap diharamkan sekalipun
transaksinya dibutuhkan oleh orang banyak, kecuali
dalam keadaan darurat, riba dayn boleh dilakukan dengan
ketentuan mengangkat sebuah darurat.
Hal ini, karena riba dayn merupakan riba yang
diharamkan atas asas maqshad (tujuannya) dan bukan
diharamkan hanya karena dapat menghantarkan kepada
sesuatu yang diharamkan (tahrim wasail). Maka sebuah
kebutuhan yang tidak masuk kategori darurat tidak dapat
memberikan dampak terhadap hukum asal haramnya riba
jenis ini.

Syaikh Ibn Bayyah hafizhahullah berkata,







:
"Sesuatu yang dilarang atas asas maqshad
(tujuannya) tidak dapat dilegalkan kecuali
kondisi sangat darurat. Contoh larangan ini riba
dayn. Ibnu Taimiyah berkata, "Riba dayn lebih
berat (dosanya) daripada perjudian"

Riba ba'i : riba yang objeknya adalah akad jualbeli.


a. Riba fadhl : menukar salah satu dari 6 jenis
harta riba (emas, perak, kurma, gandum,
gandum jenis murah dan garam) dengan yang
sejenis dan ukuran berbeda
b. Riba nasi'ah: menukar salah satu harta riba
dengan harta riba lainnya yang sejenis atau
berlainan jenis akan tetapi 'illatnya sama
dengan cara tidak tunai.

3 KEMUNGKINAN RIBA BAI


1. Menukar harta riba dengan harta riba yang sejenis
Ada 2 syarat (ukuran uharus sama & serah terima
harus tunai)
2. Menukar harta riba dengan harta riba yang tidak
sejenis tapi satu illat
Ada 1syarat (serah terima harus tunai)
3. Menukar harta riba dengan harta riba yang tidak
sejenis dan tidak satu illat, seperti menukar kurma
dengan emas

Dapatkah Komoditi Lain Diqiyaskan dengan 6 Komoditi Ribawi?

Zahiriyah ; tidak.
Jumhur ; ya.
Untuk 4 komoditi yang merupakan makanan
dapat diqiyaskan seluruh makanan pokok yang
dapat disimpan lama menurut pendapat yang
terkuat tentang illatnya-, seperti: beras, jagung
dan lain-lain. Dengan demikian, tidak boleh
menukar 2kg beras murah dengan 1kg beras
Raja Lele. Hal ini termasuk riba ba'i yang
diharamkan.

ILLAT RIBAWI
Pendapat pertama: Illat riba untuk emas dan
perak adalah satuan berat dan sejenis. Ini
merupakan mazhab Hanafi dan Hanbali.
Pendapat kedua: Illat riba untuk emas dan
perak adalah ghalabat tsamaniyah (dominasi
sebagai alat tukar). Pendapat ini merupakan
mazhab Syafii dan Maliki.
Pendapat ketiga: Illat riba untuk emas dan
perak adalah muthlaq tsamaniyah (mutlak
sebagai alat tukar) atau qiyamul asy yaa'
(pengukur nilai harga). Pendapat ini didukung
oleh As Syirazi (ulama mazhab syafii, wafat th.
476H) dan sebagian ulama mazhab maliki.

UANG KARTAL = DINAR DAN DIRHAM


Keputusan Muktamar ke III OKI, di Amman, 1986,
No. 21 (9/3) :
"Majlis Lembaga Fikih Islam menetapkan
bahwa uang kartal mempunyai kriteria
tsamaniyyah (harga/nilai). Hukumnya sama
dengan hukum-hukum yang telah dijelaskan
syariat tentang emas dan perak. Riba dapat
terjadi pada uang kartal. Uang kartal terkena
zakat dan dapat dijadikan modal dalam akad
salam. serta seluruh hukum-hukum yang telah
ditentukan"

APAKAH ADA RIBA BAI' YANG


DIBOLEHKAN?
Berbeda dengan riba dayn yang diharamkan karena
zatnya yang mendatangkan kezaliman, riba bai'
seperti yang telah dijelaskan tentang hikmah
pengharamannya bahwa riba jenis ini diharamkan
bukan karena zatnya, akan tetapi diharamkan
karena riba ini dapat membuka celah dilakukannya
riba dayn yang dilakukan oleh orang jahiliyyah.
Pengharaman riba ini dikenal dalam istilah ilmu
ushul fikih dengan saddan lizzari'ah. Karena
perbedaan maqshad (tujuan) pengharaman dua riba
ini maka tingkat keharamannyapun berbeda.
Ibn Utsaimin berkata,


Akan tetapi, sesuatu yang diharamkan untuk menutup
celah keharaman
Dibolehkan bila terdapat hajat, seperti bai' 'Araya

GHARAR

II. GHARAR
Definisi,
Bahasa : resiko, tipuan, dan menjatuhkan diri
atau harta ke jurang kebinasaan
Istilah : jual beli yang tidak jelas
kesudahannya. Sebagian ulama
mendefinisikannya dengan: jual-beli yang
konsekuensinya antara ada dan tidak.

JENIS GHARAR YANG DIHARAMKAN


1. Nisbah gharar dalam akad besar
Al Baji :
"Gharar dalam jumlah besar, yaitu rasionya
dalam akad terlalu besar sehingga orang
mengatakan bahwa jual-beli ini adalah jual-beli
gharar. Zaadul ma'ad, jilid V, hal 820.

JENIS GHARAR YANG DIHARAMKAN


2. Keberadaan gharar dalam akad mendasar.
Ibnu Qudamah :
"Gharar yang terdapat pada akad yang statusnya
sebagai pengikut dibolehkan seperti: menjual
kambing yang sedang menyusui (menjual susu di
dalam kantung susu hewan mengandung gharar,
akan tetapi dibolehkan karena statusnya hanyalah
sebagai pengikut dalam transaksi), hewan ternak
bunting (menjual janin di dalam perut induknya
mengandung gharar, akan tetapi dibolehkan karena
statusnya hanya sebagai pengikut dalam transaksi)
dan tidak boleh bila dijual terpisah (seperti
menjual janin hewan ternak saja yang berada dalam
perut induknya)"

3. Akad yang mengandung gharar bukan termasuk


akad yang dibutuhkan orang banyak.
An Nawawi berkata :
"Bila akad yang mengandung gharar sangat
penting, bila dilarang akan sangat menyusahkan
kehidupan manusia maka akadnya dibolehkan
4. Gharar yang terjadi pada akad jual-beli.

Jika gharar terdapat pada akad hibah/wasiat


hukumnya dibolehkan.

Anda mungkin juga menyukai