Disusun oleh :
Intan Dwi Isparulita
(11020004)
(11020009)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Ilahi Rabbi Allah SWT , atas Rahmat dan
Karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam selalu tercurah
kepada Nabi akhir zaman Muhammad SAW.
Kedua kami ucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampu Studi Islam IV Bapak Talqis
Nurdianto , Lc yang telah memberikan ilmu,bimbingan dan arahan kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Sejarah Perkembangan Sains dan
Teknologi dalam Islam .
Dengan selesainya makalah ini semoga dapat memberikan ilmu yang bermanfaat bagi
yang membaca pada umumnya dan bagi penulis khususnya. Serta dapat mengambil nilai-nilai
positif di dalamnya .
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna karena kami masih dalam
tahap pembelajaran , oleh karena itu penulis membutuhkan kritik dan saran dari rekan
pembaca maupun dari dosen mata kuliah ini agar dapat menjadi pembelajaran kami di lain
hari.
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Sains dan teknologi, dalam peradabannya sampai saat ini telah melewati beberapa
tahap dan berbagai kemajuan. Tak sedikit pula orang-orang yang memiliki peran penting
dalam sejarahnya. Dalam makalah ini akan dijelaskan beberapa hal tentang perkembangan
sains dan teknologi dalam islam.
Dalam masing-masing masanya, sains dan teknologi
B. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah tersebut adalah
1.
2.
3.
4.
5.
C. MANFAAT
Bagi Mahasiswa
1. Untuk menambah pengetahuan tentang sejarah perkembangan sains dan teknologi
dalam islam.
2. Untuk memperbanyak pengalaman dalam membuat makalah.
Bagi Umum
1. Sebagai refrensi dalam mengetahui perkembangan islam dalam sains dan teknologi.
2. Sebagai bahan penganalisa.
II. PEMBAHASAN
A.Landasan Teori
Sejarah perkembangan sains dan teknologi dalam islam menjelaskan secara harfiah perkata
meliputi:
-syajarah = Pertumbuhan/pergerakan/perkembangan
-yaum = Peredaran
- siirah = Perjalanan
Sedangkan istilah "Ilmu",baik asal kata maupun makna,diambil dari:
- - - `alima - ya`lamu - `ilman = Mengetahui/Mengilmui
Jadi Ilmu menurut asal kata berarti = Pengetahuan.
Sejarah perkembangan sains dan teknologi dalam islam antara lain :
1.Periode Kekuasaan Bani Ummayah Damaskus (711-755)
Pada periode ini Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh
Khalifah Bani Umayah yang berpusat di Damaskus
Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna,
gangguan-gangguan masih terjadi, baik datang dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari
dalam antara lain berupa perselisihan di antara elite penguasa, terutama akibat perbedaan
etnis dan golongan. Disamping itu, terdapat perbedaan pandangan antara khalifah di
Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing mengaku
bahwa merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol ini. Oleh karena itu, terjadi
dua puluh kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat.
Gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang bertempat
tinggal di daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah tunduk kepada
pemerintahan Islam. Gerakan ini terus memperkuat diri. Setelah berjuang lebih dari 500
tahun, akhirnya mereka mampu mengusir Islam dari bumi Spanyol. Karena seringnya terjadi
konflik internal dan berperang menghadapi musuh dari luar, maka dalam periode ini Islam
Spanyol belum memasuki kegiatan pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan.
Perbedaan pandangan politik juga menyebabkan seringnya terjadi perang saudara. Hal
ini ada hubungannya dengan perbedaan etnis, terutama, antara Barbar asal Afrika Utara dan
Arab. Konflik perang saudara diantara berbagai kelompok Muslim di Iberia itu berakibat
hilangnya kendali kekhalifahan di wilayah itu, hingga Yusuf Al-Fihri memenangkan
perseteruan itu dan menjadi pemimpin independen di wilayah Andalusia.
2 . Periode Kerajaan Cordoba (756-1013)
Di tahun 750, kekuasaan khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus
digantikan dengan kekuasaan Bani Abbasiyah yang berpusat di Baghdad. Abdurrahman AdDakhil, keturunan Bani Umayyah yang selamat, berhasil menurunkan Yusuf Al-Fihri dan
memproklamirkan dirinya sebagai Amir kerajaan Andalusia yang berpusat di Cordoba dan
melepaskan diri dari Kekhalifahan Abbasiyah pada tahun 756.
Amir Kerajaan Cordoba berturut-turut: Abdurrahman I (756-788), Hisyam I (788796), Al-Hakam I (796-822), Abdurrahman II (822-852), Muhammad I (852-886), AlMundhir (886-888), Abdullah ibn Muhammad (888-912)
Kemudian semenjak kekuasaan Abdurrahman III di tahun 929, sebutan penguasa
Amir kemudian digantikan dengan titel Khalifah: Abdurrahman III (912-961), Al-Hakam II
(961-976), Hisyam I (976-1008), Muhammad II (1008-1009), Sulaiman II (1009-1010),
Hisyam II (1010-1012), Sulaiman II (1012-1016), Abdurrahman IV (1017), Abdurrahman V
(1023-1024), Muhammad III (1024-1025), Hisyam III (1026-1031).
Awal dari kehancuran khilafah Bani Umayyah di Spanyol adalah ketika Hisyam naik
tahta dalam usia sebelas tahun. Oleh karena itu kekuasaan aktual berada di tangan para
pejabat. Pada tahun 981 M, Khalifah menunjuk Ibn Abi Amir sebagai pemegang kekuasaan
secara mutlak. Dia seorang yang ambisius yang berhasil menancapkan kekuasaannya dan
melebarkan wilayah kekuasaan Islam dengan menyingkirkan rekan-rekan dan saingansaingannya. Atas keberhasilan-keberhasilannya, ia mendapat gelar al-Manshur Billah. Ia
wafat pada tahun 1002 M dan digantikan oleh anaknya al-Muzaffar yang masih dapat
mempertahankan keunggulan kerajaan. Akan tetapi, setelah wafat pada tahun 1008 M, ia
digantikan oleh adiknya yang tidak memiliki kualitas bagi jabatan itu. Dalam beberapa tahun
saja, negara yang tadinya makmur dilanda kekacauan dan akhirnya kehancuran total. Pada
tahun 1009 M khalifah mengundurkan diri. Beberapa orang yang dicoba untuk menduduki
jabatan itu tidak ada yang sanggup memperbaiki keadaan. Akhirnya pada tahun 1013 M,
Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu,
Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.
3.Kekhalifaan Abbasiyah (Bagdad)
Pada awalnya Muhammad bin Ali cicit dari Abbas menjalankan kampanye untuk
mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keluarga Bani Hasyim di Parsi pada masa
pemerintahan Khalifah Umar Bin Abdul Aziz. Selanjutnya pada masa pemerintahan Khalifah
MarwanII, pertentangan ini semakin memuncak dan akhirnya pada tahun 750, Abu Al-Abbas
Al-Saffah berhasil meruntuhkan Daulah Umayyah dan kemudian dilantik sebagai khalifah.
Bani Abbasiyah berhasil memegang kekuasaan kekhalifahan selama tiga abad,
mengkonsolidasikan kembali kepemimpinan gaya Islam dan menyuburkan ilmu pengetahuan
dan pengembangan budaya Timur Tengah. Tetapi pada tahun 940 kekuatan kekhalifahan
menyusut ketika orang-orang non- Arab, khususnya orang Turki (dan kemudian diikuti oleh
Mamluk di Mesir pada pertengahan abad ke-13), mulai mendapatkan pengaruh dan mulai
memisahkan diri dari kekhalifahan.
Meskipun begitu, kekhalifahan tetap bertahan sebagai simbol yang menyatukan umat
islam. Pada masa pemerintahannya, Bani Abbasiyah mengklaim bahwa dinasti mereka tak
dapat disaingi. Namun kemudian, Said bin Husain, seorang muslim
sebelum akhirnya Bani Abbasyiah berhasil merebut kembali daerah yang sebelumnya telah
mereka kuasai, dan hanya menyisakan Mesir sebagai daerah kekuasaan Bani Fatimiyyah.
Dinasti Fatimiyyah kemudian runtuh pada tahun 1171. Sedangkan Bani Umayyah bisa
bertahan dan terus memimpin komunitas muslim di Spanyol, kemudian mereka mengklaim
kembali gelar Khalifah pada tahun 929, sampai akhirnya dijatuhkan kembali pada tahun
1031.
Dari gambaran di atas Bani Abbasiyah pada periode pertama lebih menekankan
pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. Inilah perbedaan
pokok antara Bani Abbas dan Bani Ummayah .Disamping itu, ada pula ciri-ciri menonjol
dinasti Bani Abbas yang tak terdapat di zaman Bani Umayyah.
1. Dengan berpindahnya ibu kota ke Bagdad, pemerintahan Bani Abbas menjadi jauh
dari pengaruh Arab Islam. Sedangkan dinasti Bani Umayyah sangat berorientasi
kepada Arab Islam. Dalam periode pertama dan ketiga pemerintahan Abbasiyah,
pengaruh kebudayaan Persia sangat kuat, dan pada periode kedua dan keempat bangsa
Turki sangat dominan dalam politik dan pemerintahan dinasti ini.
2. Dalam penyelenggaraan negara, pada masa Bani Abbas ada jabatan wazir, yang
membawahi kepala-kepala departemen. Jabatan ini tidak ada di dalam pemerintahan
Bani Umayyah.
3. Ketentaraan profesional baru terbentuk pada masa pemerintahan Bani Abbas.
Sebelumnya, belum ada tentara khusus yang profesional.
Sebagaimana diuraikan di atas, puncak perkembangan kebudayaan dan pemikiran Islam
terjadi pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya berawal
dari kreativitas penguasa Bani Abbas sendiri. Sebagian di antaranya sudah dimulai sejak awal
kebangkitan Islam. Dalam bidang pendidikan, misalnya, di awal Islam, lembaga pendidikan
sudah mulai berkembang. Ketika itu, lembaga pendidikan terdiri dari dua tingkat:
1. Maktab/Kuttab dan masjid , yaitu lembaga pendidikan terendah, tempat anak-anak
mengenal dasar-dasar bacaan, hitungan dan tulisan; dan tempat para remaja belajar
dasar-dasar ilmu agama, seperti tafsir, hadits, fiqh dan bahasa.
2. Tingkat pendalaman, dimana para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya, pergi
keluar daerah menuntut ilmu kepada seorang atau beberapa orang ahli dalam
bidangnya masing-masing. Pada umumnya, ilmu yang dituntut adalah ilmu-ilmu
agama. Pengajarannya berlangsung di masjid-masjid atau di rumah-rumah ulama
bersangkutan. Bagi anak penguasa pendidikan bisa berlangsung di istana atau di
rumah penguasa tersebut dengan memanggil ulama ahli ke sana.
Lembaga-lembaga ini kemudian berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas, dengan
berdirinya perpustakaan dan akademi. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah
universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca,
menulis dan berdiskusi. Perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini sangat ditentukan oleh
perkembangan bahasa Arab , baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak
zaman Bani Ummayah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Disamping itu, kemajuan
itu paling tidak, juga ditentukan oleh dua hal, yaitu:
1. Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu
mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan
Bani Abbas, bangsa-bangsa non-Arab banyak yang masuk Islam. Asimilasi
berlangsung secara efektif dan bernilai guna. Bangsa-bangsa itu memberi saham
tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. Pengaruh Persia,
sebagaimana sudah disebutkan, sangat kuat di bidang pemerintahan. Disamping itu,
bangsa Persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat dan sastra. Pengaruh
India terlihat dalam bidang kedokteran, ilmu matematika dan astronomi. Sedangkan
pengaruh Yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan dalam banyak bidang ilmu,
terutama filsafat.
2. Gerakan terjemahan yang berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa
khalifah al-Manshur hingga Harun Ar-Rasyid. Pada fase ini yang banyak
diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan manthiq. Fase kedua
berlangsung mulai masa khalifah al-Mamun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang
banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga
berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Bidangbidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas.
Pasukan Mamluk pertama dikerahkan pada zaman Abbasiyyah pada abad ke-9. Bani
Abbasiyyah merekrut tentara-tentara ini dari kawasan Kaukasus dan Laut Hitam, mereka ini
pada mulanya bukanlah orang Islam. Dari Laut Hitam direkrut bangsa Turki dan kebanyakan
dari suku Kipchak.
Keistimewaan tentara Mamluk ini ialah mereka tidak mempunyai hubungan dengan
golongan bangsawan atau pemerintah lain. Tentera-tentera Islam selalu setia kepada syekh,
suku dan juga bangsawan mereka. Jika terdapat penentangan tentara Islam ini, cukup sulit
bagi khalifah untuk menanganinya tanpa bantahan dari golongan bangsawan. Tentara budak
juga golongan asing dan merupakan lapisan yang terendah dalam masyarakat. Sehingga
mereka tidak akan menentang khalifah dan mudah dijatuhkan hukuman jika menimbulkan
masalah. Oleh karena itu, tentara Mamluk adalah aset terpenting dalam militer.
4.Kekhalifaan Fatimiyah(Maghreb,Mesir)
Fatimiyah berasal dari suatu tempat yang kini dikenal sebagai Tunisia (Ifriqiya)
namun setelah penaklukan Mesir sekitar 971 , ibukotanya dipindahkan ke Kairo.
Di masa Fatimiyah, Mesir menjadi pusat kekuasaan yang mencakup Afrika Utara,
Sisilia, pesisir Laut Merah Afrika, Palestina, Suriah, Yaman, dan Hijaz. Di masa Fatimiyah,
Mesir berkembang menjadi pusat perdagangan luas di Laut Tengah dan Samudera Hindia,
yang menentukan jalannya ekonomi Mesir selama Abad Pertengahan Akhir yang saat itu
dialami Eropa.
Fatimiyah didirikan pada 909 Abdullah al-Mahdi Billa, yang melegitimasi klaimnya
melalui keturunan dari Nabi Muhammad dari Fatimah az-Zahra dan suaminya Ali bin Abi
Thalib, (Imam Shia) pertama. Oleh karena itu negeri ini bernama al-Ftimiyyn "Fatimiyah".
Dengan cepat kendali Abdullh al-Mahdi meluas ke seluruh Maghreb, wilayah yang
kini adalah Maroko, Aljazair, Tunisia, dan Libya, yang diperintahnya dari Mahdia, ibukota
yang dibangun di Tunisia.
Fatimiyah memasuki Mesir pada 972, menaklukkan dinasti Ikhshidiyah dan
mendirikan ibukota baru di al-Qhirat "Sang Penunduk" (Kairo modern)- rujukan pada
munculnya planet Mars. Mereka terus menaklukkan wilayah sekitarnya hingga mereka
berkuasa dari Tunisia ke Suriah dan malahan menyeberang ke Sisilia dan Italia selatan.
Tak seperti pemerintahan di sama, kemajuan Fatimiyah dalam administrasi negara
lebih berdasarkan pada kecakapan daripada keturunan. Anggota cabang lain dalam Islm,
seperti Sunni, sepertinya diangkat ke kedudukan pemerintahan sebagaimana Syi'ah. Toleransi
dikembangkan kepada non-Muslim seperti orang-orang Kristen dan Yahudi, yang
mendapatkan kedudukan tinggi dalam pemerintahan dengan berdasarkan pada kemampuan
(pengecualian pada sikap umum toleransi ini termasuk "Mad Caliph"Al-Hakim bi-Amrillah).
Mediterania yang beragama Kristen di samping itu pula Mesir ini merupakan tempat
penghasil peroduk industri dan seni. Kemudian dalam bidang sosial masa dinasti Fatimiyah
perhatiannya terhadap kesejahteraan masyarakat sangat tinggi terbukti dengan dibangunnya
perguruan tinggi, rumah-rumah sakit, pemondokan kahlifah menghiasi kota baru di Kairo di
samping itu pula tempat pemandian umum dan pasar-pasar di bangun dan dipenuhi oleh
berbagai penduduk dari seluruh negeri, ini menunjukkan bahwa kemakmuran yang sungguh
begitu melimpah dan kemajuan bidang ekonomi begitu luar biasa pada masa Dinasti
Fatimiyah.
Runtuhnya Dinasti Fatimiyah
Dinasti Fatimiyah mencapai kemunduran Setelah Al-Hakim, Khalifah-kahlifah
Fatimiyah tidak lebih dari boneka yang menjadi permainan para wazir dan Jenderal, selama
pemerintahan al-Muntansir yng cukup lama (427-487 H./1036-1097) terjadi perselisihan yang
sangat tajam antara jendral dan wazir kemudian perselisihan ini membawa ibu kota Kairo,
kearah anarkis dan kekacauan yang hebat ditambah lagi dengan wabah penyakit dan kemarau
panjang, sehingga Dinsti Fatimiyah terpecah menjadi dua Nizari dan Mustali.
Ditahun 1990 yang membatu yang berusia sekitar 2000 tahu di sebuah kapal karam di
pulau antikythera, 50 tahun kemudian benda tersebut dilihat dengan sinar-X dan menemukan
bahwa benda tersebut merupakan sebuah alat mekanik seperti mekanik pada jam tangan,
penemuan ini membuat para ahli arkeologi kebingunan, karena pada saat itu tidak mungkin
bisa membuat benda serumit ini.
2. Anticythre Mechanics
Setelah di X-ray
Keberadaan mekanik pada jaman prasejarah juga bisa ditemui di kompleks kuil
Dendera di Mesir. Pada ruang bawah kuil tersebut terdapat pahatan dinding dua buah benda
yang menyerupai bola lampu pijar. beberapa teori mengatakan bahwa, ruang-ruang dalam
kuil tersebut menggunakan cahaya matahari yang dipantulkan dari luar berulang kali oleh
cermin-cermin didalam kuil, namun teori ini dapat terbantahkan, karena sinar yang
dipantulkan semakin lama semakin lemah sehingga tak bisa menerangi semua ruangan.
Ada juga yang mengatakan menggunakan api / obor tapi tidak ada di satu ruangpun
ditemukan bahan untuk membuat api, dan tidak akan cukup oksigen yang didapatkan untuk
membuat obor.Jadi yang memungkinkah adalah menggunakan lampu.
3. Baterai Bagdad
Misteri Angka 19
Dalam surat al-Mudatstsir, angka sembilan belas ditekankan dengan pernyataan ayat,
Di atasnya ada 19 dan ayat yang ke-31 yang menjelaskan fungsi serta tujuan bilangan 19.
Ayat 31 dalam surat al-Muddatstsir ini sedemikian istimewa bukan hanya karena panjangnya
yang di atas rata-rata ayat lain, namun dalam ayat inilah keajaiban 19 dapat dibuktikan.
Misalnya, ayat ini terdiri dari 57 kata (19x3), sementara ayat sebelumnya terdiri dari 3 kata.
Jika dikalikan 3 kata dengan angka 19 yang terdapat dalam ayat 30, maka hasilnya adalah 57,
jumlah kata yang terdapat dalam ayat 31 . hal inilah yang menjadi bukti paling kuat atas
mujizat al-Quran yang tidak dapat ditiru oleh siapapun.
C. Beberapa Hal yang Melandasi Pengembangan Ilmu Pengetahuan pada Zaman Rassululah
SAW :
a. Wahyu pertama di awali dengan perintah membaca. Membaca adalah kemampuan awal
dalam menggali ilmu pengetahuan.
b. Bangsa Arab pada umumnya mempunyai daya hafal yang tinggi.
c. Rasulullah membangun tradisi menulis dengan menunjuk Zaid ibn Tsabit sebagai penulis
wahyu.
III. PENUTUP
KESIMPULAN
Dilihat dari segi manapun, perkembangan sains dan teknologi di dalam islam ini
membawa dampak besar hingga pada zaman modern ini. Segala pemanfaatannya banyak
dilakukan dan dirasakan oleh orang-orang saat ini. Tinggal bagaimana pribadi masing-masing
mengaplikasikannya pada kehidupan yang lebih baik. Kesadaran pribadi sangat diperlukan
demi kelangsungan kedepannya dan berpengaruh juga pada SDA yang tersedia.
Seharusnya juga manusia bisa dengan pandai memanfaatkan kelebihan perkembangan
sains dan teknologi untuk mengantisipasi kekurangan perkembangan sains dengan cermat dan
penuh pertimbangan. Memahami dengan pasti SDA yang tersedia di alam, juga dengan
pengetahuan yang jelas dan cukup tentang sains dan teknologi.
Sebagai calon pendidik apalagi untuk seorang ahli sains dan teknologi, sudah
seharusnya ditanamkan dalam diri masing-masing untuk memanfaatkan perkembangan sains
dengan baik, hingga bagaimana cara kita mengajarkan ini pada generasi penerus bangsa. Agar
SDA yang tersedia tetap lestari untuk masa depan, dan sejarah ilmu perkembangannya pun
tak pudar sedikit demi sedikit.
LAMPIRAN