Anda di halaman 1dari 8

Laporan Pratikum Inspeksi

Rachmad Hilmy (4110100076)

BAB VII
ULTRASONIC TEST
7.1 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mendeteksi, menentukan lokasi, dan
mengevaluasi diskontinuitas didalam sambungan las tumpul dan fillet dan daerah
pengaruh panasnya untuk fabrikasi struktur dari baja baja karbon dan paduan
antara ketebalan 8 mm 60 mm.
7.2 Dasar Teori
ULTRASONIC TESTING
Ultrasonic Testing merupakan salah satu metode NDT yang banyak digunakan
untuk mendeteksi adanya diskontinuitas seperti cacat dalam, cacat permukaan
dan cacat dekat permukaan (Subsurface) dari peralatan yang terbentuk dari
logam ataupun paduan (Alloy). Diskontinuitas atauppun cacat tersebut bisa
berupa crack, incomplete penetration, slag inclusion dll.
Prinsip kerjanya adalah dengan memanfaatkan rambatan gelombang
ultrasonic yang dikeluarkan oleh transducer pada benda kerja dan kemudian
gelombang baliknya ditangkap oleh receiver. Gelombang yang diterima ini dapat
diukur intensitasnya, waktu perambatan atau resonansi yang ditimbulkan
sehingga pada umumnya pemeriksaan ultrasonic ini didasarkan pada perbedaan
intensitas gelombang yang diterima serta waktu perambatannya.

Gambar 4.1 Energi suara yang dipantulkan

Sifat sifat gelombang ultrasonic adalah :


Ultrasonic Test

Page 53

Laporan Pratikum Inspeksi


Rachmad Hilmy (4110100076)

1.
2.
3.
4.

Perambatan yang lurus


Kemungkinan rambatan suara pada arah tertentu
Dapat membias sebagaimana sinar
Memungkinkan penyesuaian gelombang suara pada material.

SISTEM PEMERIKSAAN DAN INFORMASI YANG DIPERLUKAN SEBELUM


PENGUJIAN
Sistem yang digunakan untuk pemeriksaan adalah Contact Testing, contact
testing adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan menempelkan langsung
transducer ke permukaan benda kerja.
Informasi yang diperlukan sebelum melakukan pengujian adalah:
1.
2.
3.
4.

Jenis Logam Induk


Geometri sambungan las
Proses pengelasan
Lokasi dan panjang las yang diuji

CAKUPAN PENGUJIAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL


Bentuk dan ukuran obyek yang diuji, dan cakupan pengujiannya harus
didasarkan pada gambar kerja atau dokumen kontrak yang ada.
Personil yang melakukan pengujian harus dikualifikasi dan disertifikasi
berdasarkan pada Written Practice NDECenter nomor NDT-WP-02, Rev 0
Personil yang melakukan pengujian dan menentukan keberterimaan terhadap
persyaratan dari prosedur tertulis ini harus dikualifikasi dan disertifikasi sebagai
UT level II.

JENIS PERALATAN DAN BAHAN HABIS


1. Unit Flaw Detector

Ultrasonic Test

Page 54

Laporan Pratikum Inspeksi


Rachmad Hilmy (4110100076)

Peralatan yang adalah Ultrasonic flaw detector dengan Merk Tiede US 004.
SIUI CTS 9005 dengan sertifikat kalibarasi yang valid

2. Peralatan harus dari jenis


Gambar
pulse-echo
4.2 Unit Flaw
yang
Detector
mampu dipakai dengan probe
berfrekuensii 1 -

6 MHz. Tampilan layarnya harus scan A yang

disearahkan
3. Transducer / Probe
a. Probe Normal ( gelombang longitudinal ) berbentuk bundar harus
memiliki kristal berdiameter tidak kurang dari 20mm dan tidak lebih
dari 28mm. Probe tersebut bisa berjenis kristal tunggal atau kristal
double (twin).
b. Probe normal harus memiliki frekuensi antara 2 sampai dengan 5
MHz.

Gambar 4.3 Probe Normal

c. Probe sudut harus memiliki kristal berbentuk kotak, yang berjenis


tunggal atau double (twin). Lebar kristal antara 15 hingga 25mm,
dan tingginya antara 15 sampai 20mm.

Ultrasonic Test

Page 55

Laporan Pratikum Inspeksi


Rachmad Hilmy (4110100076)

Gambar 4.4 Probe Sudut

d. Probe sudut harus memiliki frekuensi antara 2 hingga 2,5 MHz.


e. Probe sudut harus menghasilkan sudut gelombang bias sebesar
45o, 60o, atau 70o didalam material yang diuji dengan toleransi plus
minus 2o.
4. Blok - Blok Referensi
a. Blok Blok IIVV V1 dan V2 harus digunakan untuk kalibrasi jarak
dan sensitivitas.

Gambar 4.5 Blok Kalibrasi V1 dan


V2

b. Blok RC harus digunakan untuk pemeriksaan resolusi pada probe


probe sudut.
5. Kuplan
Kuplan untuk pengujian memakai minyak pelumas.

7.3 Spesimen dan Peralatan Uji


- Perangkat Ultrasonic flaw detector

Gambar 7.2 Ultrasonic flaw detector


Probe Normal Singgle 4 MHz dan kabel
Probe sudut 4 MHz sudut 70 beserta kabelnya
Blok kalibrasi V1 dan V2
Penggaris

Ultrasonic Test

Page 56

Laporan Pratikum Inspeksi


Rachmad Hilmy (4110100076)

7.4

Minyak
Spesimen uji

Prosedur Pengujian
Sebelum malakukan pengujian yang sebenarnya, terlebih dahulu
melakukan kalibrasi

Kalibrasi probe normal pada material blok lakibrasi V1

Gambar 7.6 Kalibrasi probe normal pada V1


Prosedur :
1. Letakkan probe pada posisi A. Atur sweep length dan sweep delay
untuk menampilkan kaki atau puncak indikasi tepat di 2.5, 5.0, 7.5
dan 10.0. Jika sudah, berarti peralatan telah terkalibrasi untuk baja
dengan range 100 mm.
2. Letakkan probe pada posisi B. Indikasi akan muncul tepat di skala
10 pada layar.
3. Letakkan probe pada posisi C. Tidak ada indikasi yang muncul pada
layar.
4. Letakkan probe pada posisi B. Atur sweep length dan sweep delay
untuk menempatkan indikasi tepat pada posisi 5.0 dan 10.0.

Peralatan telah terkalibrasi untuk baja dengan range 200 mm.


5. Letakkan probe pada posisi C. Indikasi akan muncul di skala 10.0.
Menenentukan exit point dengan menggunakan probe
sudut (70)

Gambar 7.7 menentukan exit point


Probe Angle
1. Letakkan probe pada posisi B.
Ultrasonic Test

Page 57

Laporan Pratikum Inspeksi


Rachmad Hilmy (4110100076)

2. Atur sweep length untuk menampilkan satu indikasi pada layar.


3. Geser probe maju-mundur untuk memperoleh indikasi tertinggi dari
perspex.
4. Perhatikan dan catat posisi skala sudut pada blok V1 yang bertepatan
dengan exit point probe. Skala tersebut merupakan sudut probe actual
yang akan dipakai untuk perhitungan saat pengujian. Toleransi
maksimum yang diijinkan adalah sebesar 2o.
5. Kalibrasi Probe sudut (70) pada material V
6.
Kalibrasi Probe sudut (70) pada material V2

Gambar 7.8 Kalibrasi probe sudut pada V2


7. Letakkan probe pada posisi B.
8. Atur posisi probe dan dengan memakai sweep length dan sweep delay,
munculkan indikasi pertama dan tertinggi pada skala layar 2.5 dan 10.0.
Peralatan telah terkalibrasi untuk range 100 mm
Setelah alat dikalibrasi dan hasilnya Ultrasonic flaw detector masih layak
untuk digunakan dan telah mendapakan exit pointnya, maka penggunaan
Ultrasonic flaw detector pada specimen dapat dilakukan :
1.
2.

Oleskan minyak pada material uji


Arahkan probe dan gerakkan perlahan dsampai

mendapatikan kurva initial pulse dan kurva indikasi yang tertinggi


3.
Setelah mendapatkan posisi dimana kurva indikasinya
4.

memilki tinggi yang tertinggi.


Lalu perhatikan nilai dari sound path, Surface distance dan
depth.

7.5 Data Pengujian


Pemeriksaan diskontinuitas pada material

Ultrasonic Test

Page 58

Laporan Pratikum Inspeksi


Rachmad Hilmy (4110100076)

12,8
mm

Dari hasil data pengujian contoh specimen didapatkan data pada Ultrasonic flaw
detector adalah
Sound path = 18,19
Depth = 18,19
Tebal material : 21 mm
Kedalaman diskontinuitas pada Depth : 12,8
Panjang diskontinuitas : 24,2 mm
FSH 2
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%

FSH 3
50%
46%
40%
38%
28%
24%
18%
16%
8%
Pengecekan Laminasi

Tebal material : 27 mm
I.
Spath : 19,7
Depth : 19,7

II.
Spath : 23,5
Depth : 23,5

Ultrasonic Test

Page 59

Laporan Pratikum Inspeksi


Rachmad Hilmy (4110100076)

III.
Spath : 19,8
Depth : 19,8

IV.
Spath : 19,7
Depth : 19,7

V.
Spath : 16,1
Depth : 16,1

7.6 Analisa dan Kesimpulan


Sebelum melakukan pengujian ultrasonic pada suatu material seharusnya
Perangkat Ultrasonic flaw detector di kalibrasi terlebih dahulu, untuk
mengetahui apakah Perangkat Ultrasonic flaw detector masih berfungsi

dengan baik atau tidak


Pengujian ultrasonik sangat efektif untuk melihat diskontinuitas pada
material tebal ( >16mm), tapi dikarenakan harga dari alat tersebut juga
sangat mahal membuat nilai minus pada pengujian ini.

Ultrasonic Test

Page 60

Anda mungkin juga menyukai