Anda di halaman 1dari 49

Media Transportasi

1.GRAVITASI
Kasus paling sederhana mengenai transportasi sedimen yang tidak signifikan melibatkan media
di sekitarnya adalah jatuhan partikel dari tebing atau lereng akibat gravitasi. Jatuhan batuan (rock
falls) menghasilkan gundukan sedimen di dasar lereng, biasanya secara umum terdiri
dari debris kasar yang kemudian tidak mengalami proses sedimentasi kembali (rework).
Akumulasi ini terlihat sebagai scree (akumulasi debris batuan di dasar tebing, bukit, atau lereng
gunung, sering membentuk timbunan) di sepanjang sisi-sisi lembah di daerah pegunungan.
Akumulasi ini membentuk kerucut talus (talus cone) dengan suatu permukaan pada sudut diam
(angle of rest) kerikil, sudut maksimum dimana material akan tetap stabil dan klastik tidak akan
jatuh menuruni lereng. Sudut ini bervariasi dengan bentuk dan distribusi ukuran butir, tetapi
biasanya antara 30 dan 35 derajat dari bidang horizontal. Endapan scree berada di daerah
pegunungan dan terkadang di sepanjang pantai: endapan ini jarang terawetkan di dalam rekaman
stratigrafi.
Gravitasi merupakan agen utama yang mengakibatkan transportasi pada landslides dan
massflow. Pada pergerakan masa subaeria (falls, slides, slumps, avalanches, mudflows, dan
subaerial debris flows) dan submarine debris flow transportasi terjadi ketika gaya yang menahan
(resisting force) terlampaui. Pada falls, slides, slumps dan avalanches, retakan dihasilkan ketika
batuan kehilangan gaya kohesi antara partikelnya yang kemudian bergerak dan berhenti ketika
energinya habis. Sedimen yang dihasilkan berupa breksi yang terpilah buruk, tidak berlapis.
Pada transportasi ini partikel sediment tertransport langsung oleh pengaruh gravitasi, disini
material akan bergerak lebih dulu baru kemudian medianya. Jadi disini partikel bergerak tanpa
batuan fluida, partikel sedimen akan bergerak karena terjadi perubahan energi potensial gravitasi
menjadi energi kinetik. Yang termasuk dalam sediment gravity flow antara lain adalah debris
flow, grain flow dan arus turbid. Deposisi sediment oleh gravity flow akan menghasilkan produk
yang berbeda dengan deposisi sediment oleh fluida flow karena pada gravity flow transportasi
dan deposisi terjadi dengan cepat sekali akibat pengaruh gravitasi. Batuan sedimen yang
dihasilkan oleh proses ini umumnya akan mempunyai sortasi yang buruk dan memperlihatkan
struktur deformasi.
Pada debris flows, mudflows dan olisostrom seluruh masa diendapkan sekali. Pergerakannya
biasanya berlangsung ketika terdapat air yang mengakibatkan gaya gesek antar partikel mengecil
dan mengakibatkan massa meluncur dan terendapkan dengan tidak beraturan. Produk yang
dihasilkan terpilah buruk, banyak material lumpur dan lapisan biasanya tebal serta massive.
Sedimen yang bergerak karena pengaruh gaya gravitasi ini, ada 4 macam sedimen :

Debris flows (umumnya mud flows)

Grain flows

Fluidized flows
1

Turbidity Current

Debris flow / Mud flows (interparticle interaction)

Debris flow dan mudflow merupakan aliran sedimen gravitasi pada tipe aliran fluida Bingham
Plastic, dimana aliran ini terdiri atas campuran partikel yang berukuran pasir halus dan lempung
yang membentuk lumpur dengan kekentalan yang memungkinkan untuk mengangkut material
yang berukuran sangat kasar seperti boulder. Aliran ini sering terjadi pada daerah yang beriklim
kering (arid) atau agak kering (semi arid) setelah terjadinya hujan yang lebat. Contoh yang sering
terjadi pada daerah gunungapi adalah aliran lahar yang disusun oleh material hasil erupsi
gunungapi.
Ciri sedimen hasil mud flows:

Dominan terdiri atas sedimen berukuran matrik (matrix-dominated sediment)

sortasi jelek

pejal (tak berlapis)

Grain flows (grain interaction)

Grain flow adalah aliran dari butiran sediment yang inkohesif yang terdapat pada lereng yang
curam. Aliran ini terjadi ketika akumulasi sedimen melebihi gaya gesek antar partikel dan ketika
gempa bumi terjadi. Endapan yang dihasilkan berupa pasir yang terpilah baik, tak berstruktur
sampai berlaminasi berlangsung secara lokal.
Ciri sedimen hasil grain flows:

Dominan terdiri atas fragmen sedimen (fragment dominated-sediment)

terpilah baik dan bebas lempung

Fluidized flows

Aliran cairan kental terjadi apabila material sedimen lepas mengalir bersama dengan cairan
sebagai suspensi dan membentuk cairan dengan kekentalan tinggi. Cairan ini dapat mengalir
dengan kecepatan tinggi pada kemiringan sekitar 3 derajat.
Ciri sedimennya:

tebal, non-graded clean sand

bersortasi jelek

batas atas dan bawahnya kabur


2

umumnya terdapat struktur sedimen dish structures, pipes, dan sand volcano.

Turbidity Current

Turbidity current merupakan arus gravitasi yang meluncur dari suatu lereng di dalam tubuh air
(laut atau danau). Mekanisme terbentuknya ada dua yaitu :
Arus turbid terbentuk pada tepian kontinen akibat adanya gempa bumi atau badai yang
terjadi pada paparan benua (continental shelves).
Arus turbid terjadi akibat aliran tetap uniform (steady uniform flow) dari fluida yang
densitasnya besar dan mengalir di bawah fluida yang densitasnya lebih kecil.

2.AIR
Transportasi partikel di dalam air sejauh ini merupakan mekanisme transportasi yang paling
signifikan. Air mengalir di permukaan lahan di dalam channel dan sebagai aliran permukaan
(overland flow). Arus-arus di laut digerakkan oleh angin, tidal dan sirkulasi samudra. Aliranaliran ini mungkin cukup kuat untuk membawa material kasar di sepanjang dasarnya dan
material yang lebih halus dalam suspensi. Material dapat terbawa di dalam air sejauh ratusan
atau ribuan kilometer sebelum terendapkan sebagai sedimen. Mekanisme air yang menggerakkan
material ini akan dibahas di bawah.

3.UDARA
Setelah air, udara adalah media transportasi terpenting. Angin berhembus di atas lahan
mengangkat debu dan pasir kemudian membawanya sampai jarak yang jauh. Kapasitas angin
untuk mentransportasikan material dibatasi oleh densitas rendah dari udara. Perbedaan densitas
antara media dan klastik berpengaruh terhadap keefektifan media dalam menggerakkan sedimen.

4.ES
Air dan udara adalah media fluida yang jelas, tapi kita juga dapat mempertimbangkan es sebagai
media fluida karena selama periode yang panjang es bergerak melintasi permukaan lahan,
meskipun sangat lambat. Es adalah fluida berviskositas tinggi yang mampu mentransportasikan
sejumlah besar debris klastik. Pergerakan detritus oleh es penting pada daerah di dalam dan di
sekitar tudung es kutub dan daerah pegunungan dengan gletser semipermanen atau permanen.
Volume material yang digerakkan es sangat besar ketika meluasnya es (glaciation).

SEDIMEN PADAT (DENSE SEDIMENT) DAN CAMPURAN AIR (WATER MIXTURES)


Ketika ada sedimen berkonsentrasi tinggi di dalam air, campurannya akan membentuk
aliran debris, yang dapat kita pikirkan seperti campuran larutan air dengan material yang tidak
dapat terlarut (slurry) yang kekentalannya serupa dengan beton basah. Campuran padat ini
digerakkan oleh gravitasi di permukaan lahan maupun di bawah air, perilakunya berbeda bila
dibandingkan dengan sedimen yang tersebar di dalam tubuh air. Campuran yang lebih encer juga
mungkin digerakkan oleh gravitasi di dalam air sebagai arus turbidit. Mekanisme aliran yang
digerakkan gravitasi ini adalah mekanisme penting dalam mentransportasikan material kasar
hingga ke samudra dalam.

1.1 Perilaku Fluida dan Partikel di dalam Fluida


Perkenalan singkat mengenai dinamika fluida, perilaku gerakan fluida, dibahas di bab ini untuk
memberikan dasar-dasar pemahaman fisika untuk membahas transportasi sedimen dan
pembentukan struktur sedimen di bagian selanjutnya. Untuk penjelasan yang lebih menyeluruh
mengenai dinamika fluida tersedia di dalam Leeder (1982), J.R.L. Allen (1985, 1994) dan P.A.
Allen (1997).

1.1.1 Aliran Laminar dan Turbulen


Gerakan fluida dapat terbagi ke dalam dua cara yang berbeda. Dalam aliran laminar, semua
molekul-molekul di dalam fluida bergerak saling sejajar terhadap yang lain dalam arah
transportasi. Dalam fluida yang heterogen hampir tidak ada terjadinya pencampuran selama
aliran laminar. Dalam aliran turbulen, molekul-molekul di dalam fluida bergerak pada semua
arah tapi dengan jaring pergerakan dalam arah transportasi. Fluida heterogen sepenuhnya
tercampur dalam aliran turbulen.
Perbedaan antara gerakan laminar dan turbulen pertama kali didokumentasikan oleh O. Reynold
diakhir abadke-19. Dia melaksanakan percobaan pada aliran yang melalui tabung, dan tercatat
bahwa plot tingkat aliran terhadap tekanan menurun antara saluran masuk dan saluran keluar,
tidak menghasilkan grafik garis lurus. Besarnya tekanan yang hilang pada tingkat aliran tinggi
dapat dihubungkan dengan naiknya gesekan antara partikel dalam aliran turbulen. Percobaan
dengan benang (thread) yang dicelupkan di dalam tabung menunjukkan bahwa garis aliran
sejajar pada tingkat aliran rendah, tapi pada kecepatan yang lebih tinggi benang berantakan
karena fluida tercampur akibat gerakan turbulen (Gambar 1.1).
Parameter aliran ini disebut angka Reynold (Re). Nilai (tanpa dimensi atau satuan) yang
menunjukkan aliran laminar atau turbulen. Angka Reynold diperoleh dari hubungan faktor-faktor
sebagai berikut: kecepatan aliran (u), rasio densitas fluida dan viskositas fluida (v, viskositas
4

kinematik fluida) dan karakter panjang atau jarak (l, diameter pipa atau kedalaman aliran di
dalam channel terbuka). Persamaan angka Reynold tersebut didefinisikan sebagai berikut :
Re = ul / v

Aliran fluida di dalam pipa dan channel ditemukan laminar ketika angka Reynoldnya rendah
(kurang dari 500) dan turbulen pada nilai yang lebih tinggi (lebih besar dari 2000). Dengan
meningkatnya kecepatan, aliran akan menjadi turbulen dan di dalam fluida terdapat peralihan
dari laminar menuju turbulen. Fluida dengan viskositas kinematik yang rendah, seperti udara,
mengalir turbulen pada kecepatan rendah, jadi semua aliran angin alamiah yang dapat membawa
partikel dalam suspensi adalah aliran turbulen. Air hanya mengalir laminar pada kecepatan yang
rendah atau kedalaman air yang sangat dangkal, jadi aliran turbulen sangat umum pada proses
transportasi dan pengendapan sedimen di air (aqueous). Aliran laminasi terjadi pada beberapa
aliran debris, pergerakan es dan aliran lava, dan semua yang memiliki viskositas kinematik yang
lebih besar dari air.

Gambar 1.1 Aliran fluida turbulen dan laminar

Hampir semua aliran di dalam air dan udara yang membawa volume sedimen dalam jumlah yang
signifikan adalah aliran turbulen. Perilaku partikel di dalam aliran ini akan dibahas sekarang.

1.1.2 Transportasi Partikel di dalam Fluida


Partikel semua ukuran digerakkan di dalam fluida oleh salah satu dari tiga mekanisme (Gambar
1.2). Pertama, partikel dapat bergerak menggelinding (rolling) di dasar aliran udara atau air tanpa
kehilangan kontak dengan permukaan dasar. Kedua, partikel dapat bergerak dalam serangkaian
lompatan, secara periode meninggalkan permukaan dasar dan terbawa dengan jarak yang pendek
di dalam tubuh fluida sebelum kembali ke dasar lagi; ini dikenal sebagai saltasi (saltation).
Terakhir, turbulensi di dalam aliran dapat menghasilkan gerakan yang cukup untuk menjaga
partikel bergerak terus di dalam fluida; dikenal sebagai suspensi (suspension).
Ada sejumlah faktor yang mengontrol gerakan partikel tersebut. Pertama, karena kecepatan
aliran meningkat, energi kinetik di dalam fluida menjadi lebih besar sehingga mengangkat
partikel dari permukaan dasar dan menggerakkan secara saltasi. Kedua, turbulensi yang
meningkat juga menyediakan gaya yang cukup kuat untuk menjaga partikel tetap tersuspensi.
Ketiga, partikel dengan massa yang lebih besar memerlukan energi lebih untuk terangkat dan
tersaltasi dan menjaga partikel agar tetap tersuspensi. Terakhir, partikel dengan luas permukaan
relatif lebih besar dari massanya (contoh, mineral berbentuk lempengan / platy seperti mika)
memiliki kecepatan pengendapan yang lebih rendah (perlu waktu lebih lama untuk tenggelam)
dan dapat tetap (permanen atau sementara) tersuspensi dengan lebih mudah.

Gambar 1.2 Mekanisme transportasi partikel di dalam aliran: rolling dan saltasi (bedload); dan
suspensi (suspended).

Pada kecepatan arus rendah hanya partikel halus (lempung) dan partikel berdensitas rendah yang
tetap tersuspensi, dengan partikel berukuran pasir bergerak rolling dan beberapa tersaltasi. Pada
tingkat aliran yang lebih tinggi semua lanau dan beberapa pasir dapat tetap tersuspensi, dengan
butiran (granules) dan kerakal halus (fine pebble) tersaltasi dan material lebih kasar
bergerak rolling.
Proses-proses ini secara esensial serupa baik di udara maupun di air, tapi di udara diperlukan
kecepatan yang lebih tinggi untuk menggerakkan partikel tertentu karena densitas dan viskositas
yang lebih rendah jika dibandingkan dengan air (Tabel 1.1). Konsekuensi dari viskositas udara
yang rendah adalah butiran yang tersaltasi mendaratkan efek bantalan (cushioning effect)
medium fluida yang relatif sedikit, dan butir-butir mempunyai momentum yang cukup untuk
menumbuk butir-butir ke dalam aliran yang mengalir bebas. Efek ini tidak begitu nyata di dalam
air karena gesekan antara butir yang bergerak dan fluida energinya telah habis sebelum
mendarat. Zat particulate (substansi yang terdiri dari partikel-partikel yang terpisah) yang
terbawa oleh aliran biasanya diistilahkan bedload (partikel yang rolling dan tersaltasi)
7

dan suspended load (material dalam suspensi), juga terkadang disebut


sebagai washload (Gambar 1.2).

Tabel 1.1 Densitas dan viskositas media transportasi fluida

1.1.3 Partikel yang Masuk ke dalam Aliran


Tidak dengan seketika terlihat jelas mengapa partikel yang berada di dasar aliran (contoh, di
dasar sungai) lakukan selain dari bergerak terseret (frictional drag). Gerakan terseret antara air
yang mengalir dan objek di dalam aliran adalah mekanisme utama bagi material kasar
tertransportasikan sebagai komponen rolling bedload. Beberapa partikel bergerak ke atas dari
dasar aliran dan sementara waktu memasuki aliran sebelum terendapkan kembali ketika aliran
menurun. Ini adalah partikel saltasi. Aliran tidak mampu mempertahankan butir-butir ini dalam
suspensi karena butir ini jatuh ke bawah lagi, jadi apa yang pertama kali membuat butir-butir ini
bergerak naik? Jawabannya terdapat pada efek Bernoulli, fenomena yang memperkenankan
burung-burung dan pesawat terbang dapat terbang dan kapal pesiar dapat berlayar dekat dengan
angin.
Efek Bernoulli sangat baik dijelaskan dengan membahas aliran fluida (udara, air atau semua
media fluida) di dalam tabung yang salah satu sisinya menyempit (Gambar 1.3). Luas
penampang melintang tabung di satu sisi lebih besar dari sisi lain, tapi untuk mempertahankan
transportasi fluida agar tetap konstan di sepanjang tabung, jumlah yang sama harus mengalir di
satu sisi dan keluar di sisi lain dengan periode waktu tertentu. Untuk memperoleh jumlah yang
sama dari fluida, harus bergerak pada kecepatan yang lebih tinggi ketika melewati sisi yang
sempit. Efek ini lazim dikenal orang yang memencet ujung selang air taman: air yang
menyembur akan semakin cepat ketika ujung selang air sebagian ditutup.

Gambar 1.3 Efek Bernoulli diilustrasikan oleh fluida yang melintasi tabung menyempit.

Hal selanjutnya yang dipertimbangkan adalah menjaga massa dan energi di sepanjang tabung.
Variabel-variabel yang dilibatkan dapat dilihat dalam persamaan Bernoulli:
Energi total = gh + (u2 / 2) + P

dimana adalah densitas fluida, u adalah kecepatan, g adalah percepatan gravitasi, h perbedaan
ketinggian dan P adalah tekanan. Tiga istilah dalam persamaan ini adalah energi potensial (gh),
energi kinetik (u2 / 2) dan energi tekanan (P). Persamaan ini dianggap tidak kehilangan energi
karena efek gesekan, jadi dalam kenyataan hubungannya adalah sebagai berikut:
gh + (u2 / 2) + P + Eloss = konstanta

Energi potensial adalah konstanta karena tidak ada perbedaan ketinggian di antara tempat dimana
fluida bergerak masuk dan keluar. Energi kinetik berubah-ubah sebagaimana kecepatan aliran
meningkat atau menurun. Jika energi total dalam sistem terjaga, pasti ada beberapa perubahan
dalam hal terakhir, energi tekanan. Energi tekanan dapat diartikan sebagai energi yang tersimpan
ketika fluida terkompresi: fluida yang terkompresi (seperti dalam tromol gas terkompresi)
memiliki energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak terkompresi.
9

Kembali ke aliran di dalam sisi tabung yang runcing, untuk keseimbangan persamaan Bernoulli,
energi tekanan harus direduksi untuk mengkompensasikan kenaikan energi kinetik akibat
penyempitan aliran di ujung akhir tabung. Artinya bahwa ada reduksi tekanan pada sisi akhir
tabung yang menyempit.
Pindahkan ide ini ke aliran di dalam channel, klastik di dasar channel akan mereduksi
penampang melintang aliran di atasnya. Kecepatan di atas klastik akan lebih besar daripada ke
hulu dan ke hilirnya dan untuk menyeimbangkan persamaan Bernoulli harus ada reduksi tekanan
di atas klastik. Reduksi tekanan ini menyediakan gaya angkat (lift force) temporer yang
menggerakkan klastik di dasar aliran (Middleton & Southard 1978). Selanjutnya klastik
sementara waktu naik ke dalam fluida yang bergerak sebelum jatuh ke dasar channel akibat
gravitasi dalam sebuah peristiwa saltasi (Gambar 1.4).

1.1.4 Ukuran Butir dan Kecepatan Aliran


Kecepatan fluida dimana partikel akan naik ke dalam aliran dapat disebut sebagai kecepatan
kritis. Jika gaya yang bekerja pada partikel di dalam aliran telah dibahas maka hubungan
sederhana antara kecepatan kritis dan massa partikel dapat diperkirakan. Gaya seret (drag force)
yang diperlukan untuk menggerakkan partikel di sepanjang aliran akan meningkat seiring massa,
karena akan memerlukan gaya angkat untuk membawa partikel naik ke dalam aliran. Pada
kecepatan sedang (moderate) butir pasir dapat tersaltasi, butiran bergerakrolling dan kerakal
tetap tidak bergerak, tapi jika kecepatan meningkat gaya yang bekerja pada partikel-partikel ini
bertambah dan pasir lebih halus mungkin tersuspensi, butiran tersaltasi, dan kerakal
bergerak rolling. Hubungan linear sederhana seperti ini juga bekerja untuk material lebih kasar,
tapi ketika ukuran butir halus terlibat maka akan semakin komplek.

Gambar 1.4 Gaya yang bekerja pada suatu butir di dalam aliran. (menurut Middleton & Southrd
1978; Collinson & Thompson 1982).
10

Diagram Hjulstrm (Gambar 1.5) menunjukkan hubungan antara kecepatan aliran air dan ukuran
butir (Hjulstrm 1939). Ada dua garis utama pada grafik. Garis yang lebih rendah menunjukkan
hubungan antara kecepatan aliran dan partikel yang siap akan bergerak. Ini menunjukkan bahwa
kerakal akan berhenti di sekitar 20-30 cm/s, butir pasir sedang pada 2-3 cm/s, dan partikel
lempung ketika kecepatan aliran adalah secara efektif nol. Oleh karena itu ukuran butir partikel
di dalam aliran dapat digunakan sebagai petunjuk kecepatan pada waktu pengendapan sedimen
jika terendapkan sebagai partikel-partikel terisolasi. Garis kurva bagian atas menunjukkan
kecepatan aliran yang diperlukan untuk mengerakkan partikel dari kondisi diam. Pada setengah
bagian kanan grafik, garis ini sejajar dengan garis yang pertama tapi untuk ukuran butir tertentu
diperlukan kecepatan yang lebih besar untuk memulai pergerakan daripada untuk menjaga
partikel tetap bergerak. Pada sisi kiri diagram terdapat garis divergen yang tajam: secara intuisi,
partikel lanau yang lebih kecil dan lempung memerlukan kecepatan yang lebih besar untuk
menggerakkannya daripada pasir. Hal ini dapat dijelaskan melalui sifat mineral lempung yang
akan mendominasi fraksi halus dalam sedimen. Mineral lempung bersifat kohesif dan sekali
terendapkan akan cenderung merekat bersama, membuatnya lebih sulit untuk naik ke dalam
aliran daripada butir-butir pasir. Catat bahwa ada dua macam untuk material kohesif. Lumpur
tak terkonsolidasi (unconsolidated mud) telah terendapkan tapi tetap merekat, material plastis.
Lumpur terkonsolidasi (consolidated mud) telah lebih banyak mengeluarkan air darinya dan
bersifat kaku atau keras (rigid). Dalam prakteknya, banyak endapan material lumpuran berada
antara dua macam ini.

11

Gambar 1.5 Diagram Hjulstrm, menunjukkan hubungan antara kecepatan aliran dan
transportasi butir-butir lepas. Ketika butir telah terendapkan, diperlukan energi yang lebih tinggi
untuk mulai menggerakkannya daripada menjaganya tetap bergerak ketika telah bergerak. Sifat
kohesif partikel lempung mengartikan bahwa sedimen berbutir halus memerlukan kecepatan
yang lebih tinggi untuk mengerosi kembali sedimen ini ketika sedimen ini terendapkan,
khususnya ketika terkompaksi. (dari Earth, edisi kedua oleh Frank Press dan Raymond Siever.
1974, 1978, dan 1986 oleh W.H. Freeman and Company).
Perilaku partikel halus dalam aliran, sebagaimana yang ditunjukkan oleh diagram Hjulstrm,
memiliki konsekuensi penting untuk pengendapan dalam lingkungan pengendapan alami.
Lempung dapat tererosi dalam semua kondisi kecuali air yang menggenang, tapi lumpur dapat
terakumulasi dalam semua setting dimana aliran berhenti mengalir dengan waktu yang cukup
untuk partikel lempung terendapkan: aliran yang kembali mengalir tidak akan menaikkan
kembali endapan lempung kecuali kecepatannya relatif tinggi. Perselingan pengendapan lumpur
dan pasir terlihat dalam lingkungan dimana alirannya sebentar-sebentar (intermittent), seperti
setting tidal.

12

1.1.5 Variasi Ukuran Klastik : Graded Bedding


Jika kecepatan berubah selama suatu periode aliran, ukuran klastik yang terendapkan akan
mencerminkan perubahan dalam kekuatan aliran. Aliran yang menurun dari 20 cm/s ke 1 cm/s
akan diawali pengendapan pasir kasar tapi akan secara progresif mengendapkan pasir sedang dan
halus akibat turunnya kecepatan. Lapisan pasir yang terbentuk dari penurunan aliran ini akan
menunjukkan reduksi dalam ukuran butir dari kasar di dasarnya hingga halus di bagian atasnya.
Pola perubahan ukuran klastik dalam suatu lapisan tunggal ini disebut sebagai gradasi normal
(normal grading). Sebaliknya, peningkatan dalam kecepatan aliran seiring waktu mungkin
menghasilkan peningkatan ukuran butir ke arah atas pada suatu lapisan, dikenal sebagai gradasi
terbalik (reverse grading). Normal grading lebih umum karena banyak aliran alami yang dimulai
dengan sentakan yang kuat diikuti oleh penurunan secara gradual kecepatan alirannya. Aliran
yang secara gradual bertambah kecepatannya seiring waktu yang menghasilkan reverse
grading jumlah frekuensinya sedikit. Material yang diendapkan dari air statis juga menampakkan
gradasi, perhitungan hubungan antara ukuran butir dan kecepatan pengendapan dijelaskan
dengan hukum Stoke. Partikel yang lebih besar memiliki kecepatan terminal yang besar dan
terendapkan lebih cepat dari butir-butir yang lebih kecil.
Gradasi dapat terjadi di variasi setting lingkungan yang bermacam-macam: normal
grading adalah karakteristik penting dari banyak endapan arus turbidit tapi mungkin juga hasil
dari badai di paparan kontinen, limpah banjir di lingkungan fluvial dan setting delta top.
Sangat berguna menggambarkan perbedaan antara gradasi yang ada di dalam suatu lapisan
tunggal dan gradasi yang terdapat pada sejumlah lapisan. Suatu pola beberapa lapisan yang
dimulai dengan ukuran klastik kasar di lapisan terendah dan material lebih halus di lapisan yang
tertinggi disebut sebagai menghalus ke atas (fining-upward). Pola yang sebaliknya dengan
lapisan terkasar di atas adalah rangkaian mengasar ke atas (corsening-upward) (Gambar 1.6).
Catat bahwa mungkin ada keadaan dimana lapisan individual yang bergradasi normal tapi di
dalam lapisan rangkaian coarsening-upward. Pengenalan dan interpretasi pola coarseningupwarddan fining-upward adalah penting dalam menganalisis lingkungan sedimen.

1.1.6 Densitas Fluida dan Ukuran Partikel


Gaya yang bekerja pada partikel adalah fungsi dari viskositas dan densitas media fluida seperti
halnya massa partikel. Fluida berviskositas lebih tinggi menggunakan gaya seret dan angkat yang
lebih besar untuk kecepatan aliran tertentu. Dua fluida yang terpenting di permukaan bumi
adalah air dan udara. Aliran air dapat mentransportasikan klastik sebesar bongkah pada
kecepatan yang terekam dalam sungai, tapi bahkan pada badai dengan kekuatan angin yang
sangat tinggi, partikel mineral dan batuan terbesar yang terbawa kemungkinan besar berukuran
sekitar satu milimeter. Pembatasan ukuran partikel yang terbawa angin adalah satu kriteria yang
mungkin digunakan untuk membedakan material yang diendapkan oleh air dari yang
ditransportasikan dan diendapkan oleh angin. Fluida berviskositas lebih tinggi seperti es dan
aliran debris dapat mentransportasikan bongkah berukuran beberapa meter hingga puluhan
meter panjangnya. Klastik besar mungkin terbawa di bagian teratas dari aliran laminar.
13

Gambar 1.6 Gradasi normal dan terbalik dalam lapisan tunggal; pola menghalus ke atas dan
mengasar ke atas dalam rangkaian lapisan.

1.1.7 Hubungan arus searah dengan silang siur


Ada hubungan yang sangat signifikan antara mekanisme aliran cairan dan struktur sedimen yang
dibentuknya, terutama silang siur (ripple). Dalam beberapa percobaan di dalam tabung aliran
searah (unidirectional flow) silang siur sudah mulai terbentuk pada sedimen pasir setelah
kecepatan kritis dilewatinya. Pasir yang berukuran butir 0,25 0,7 mm dalam Gambar III.1
mulai terbentuknya silang siur kemudian apabila kecepatan terus bertambah akan berubah
menjadi dune. Kalau kecepatan aliran terus bertambah dune akan tererosi kembali dan berubah
menjadi mendatar dan selanjutnya berubah menjadi antidune.
Dalam Gambar III.1 jelas bahwa pengaruh hidrodinamika dapat membentuk dua jenis silang siur
dan dune yang berbeda. Pada kondisi hidrodinamika dimana mulai terbentuk silang siur,
kemudian dune sampai dengan sebagian dari dune dirusak tererosi kembali (lihat Gambar III.1)
disebut rejim alir bawah (lower flow regim). Sedangkan mulai dari sini bila kecepatan aliran
terus bertambah disebut rejim alir atas (upper flow regim).

14

Flow regim
Lower flow regim (F<1):
Menghasilkan struktur sedimen

cross-lamination

cross-bed

Upper flow regim (F>1):


Akan menghasilkan

silang siur
planar-antidune

15

Mekanisme Transportasi
Transportasi sedimen tergantung pada sifat fisik dari media transportasi, sifat material, sifat fisik
dari campuran media transportasi dan material, dan gaya yang menyebabkan transportasi. Dua
sifat yang mempengaruhi media untuk mengangkut partikel sedimen adalah berat jenis dan
kekentalan media. Berat jenis media akan mempengaruhi gerakan media, terutama
cairan.Sedangkan kekentalan akan berpengaruh pada kemampuan media untuk mengalir.
Transport sedimen secara mekanik terbagi menjadi beberapa cara diataranya:
1. Suspended load transport
Mekanisme transport dimana partikel-partikel hasil pemecahan batuan terbawa bersama air
secara keseluruhan.Ukuran partikel yang dibawa bergantung pada kecepatan arus itu
sendiri.Semakin besar arus maka ukuran butir partikel lebih besar. Akan tetapi di alam,
kenyataannya hanya material partikel halus saja yang dapat diangkut suspensi.
Sifat dan struktur sedimen yang dihasilkan pengendapan suspensi ini adalah mengandung
prosentase masa dasar yang tinggi sehingga butiran tampak mengambang dalam masa dasar dan
umumnya disertai pemilahan butir yang buruk. Ciri lain dari jenis ini adalah butir sedimen yang
diangkut tidak pernah menyentuh dasar aliran.

2. Bed load transport


16

Merupakan mekanisme transport dimana partikel yang lebih kasar dan padat bergerak sepanjang
dasar perairan baik secara menggelinding, bergeser maupun meloncat-loncat akibat pengaruh
tumbukan diantara partikel dan turbulensi tetapi partikel tersebut selalu kembali ke dasar.
Mekanisme transpor dapat berubah dari suspended load menjadi bed load dan sebaliknya karena
adanya perubahan kecepatan aliran.
Pada mekanisme transport ini dibedakan berdasarkan tipe gerakan media pembawanya, dibagi
menjadi:
a.

Endapan arus pekat

Sistem arus pekat tidak banyak terjadi dikenyataannya. Contohnya saja,gletser, longsoran dan
aliran lahar. Sistem arus pekat dihasilkan dari kombinasi antara arus traksi dan suspensi. Sistem
arus ini biasanya menghasilkan suatu endapan campuran antara pasir, lanau, dan lempung dengan
jarang-jarang berstruktur silang-siur dan perlapisan bersusun. Arus pekat disebabkan karena
perbedaan kepekatan (density) media. Ini bisa disebabkan karena perlapisan panas, turbiditi dan
perbedaan kadar garam. Karena gravitasi, media yang lebih pekat akan bergerak mengalir di
bawah media yang lebih encer. Dalam geologi, aliran arus pekat di dalam cairan dikenal dengan
nama turbiditi. Sedangkan arus yang sama di dalam udara dikenal dengan nuees ardentes atau
wedus gembel, suatu endapan gas yang keluar dari gunung api. Struktur sedimen yang terbentuk
yaitu:

Terbentuk struktur atau tekstur yang terpilah buruk


Struktur yang sering didapat adalah floating frame work kerangka mengambang. Sering
didapatkan suatu macam graded bedding atau alignmen bongkah-bongkah dalam satu
garis mungkin karena aliran laminer.

Selley (1988) membuat hubungan antara proses sedimentasi dan jenis endapan yang dihasilkan,
sebagai berikut (Tabel IV.1).

17

Kenyataan di alam, transport dan pengendapan sedimen tidak hanya dikuasai oleh mekanisme
tertentu saja, misalnya arus traksi saja atau arus pekat saja, tetapi lebih sering merupakan
gabungan berbagai mekanisme. Malahan dalam berbagai hal, merupakan gabungan antara
mekanik dan kimiawi. Beberapa sistem seperti itu adalah:

sistem arus traksi dan suspensi

sistem arus turbit dan pekat

sistem suspensi dan kimiawi.

b.

Endapan arus traksi

Arus traksi adalah arus suatu media yang membawa sedimen dasarnya. Pada umumnya arus
traksi gravitasi lebih berpengaruh dari pada yang lainnya seperti angin atau pasang-surut air laut.
Sedimen yang dihasilkan oleh arus traksi ini umumnya berupa pasir yang berstruktur silang siur,
dengan sifat-sifat:

Pemilahan baik
Tidak mengandung masa dasar
Ada perubahan besar butir mengecil ke atas (fining upward) atau ke bawah (coarsening
upward) tetapi bukan perlapisan bersusun (graded bedding).

Dalam arus traksi dikenal dengan Rezim aliran rendah (Lower Flow Regime) dan Rezim aliran
tinggi (Upper Flow Regime) keduanya memiliki hubungan terhadap arus searah terhadap silang
siur. Pengaruh hidrodinamika sendiri dapat membentuk dua jenis silang siur dan dune yang
berbeda. Pada kondisi hidrodinamika dimana mulai terbentuk silang siur, kemudian dune sampai
dengan sebagian dari dune dirusak tererosi kembali disebut rejim alir bawah (lower flow regim).
Sedangkan mulai dari sini bila kecepatan aliran terus bertambah disebut rejim alir atas (upper
flow regim).
Lower Flow Regime
Dalam rezim ini gaya dari garvitasi bumi lebih berpengaruh sehingga terbentuk onggokanonggokan dan erosi, cara transport diseret dan jatuh bebas kedalam erosi dan sudut kemiringan
dari crosslamiae adalah searah dengan arah arus.dan menghasilkan struktur sedimen:

Cross-lamination
Cross-Bed

Upper Flow Regime


Pada rezim ini gaya momentum yang ada lebih berpengaruh dari pada gaya gravitasi bumi,
sehingga akan membentuk onggokan yang lebih disebabkan karena penumpukan pada endapan
yang lebih muka/muda, cara transport terus menerus akibat momentum air.
Dan dari itu akan menghasilkan struktur sedimen yang:

18

silang siur
planar-antidune

c.Endapan arus suspensi

I. Konsep Tentang Lingkungan Pengendapan


Lingkungan pengendapan adalah tempat mengendapnya material sedimen
beserta kondisi fisik, kimia, dan biologi yang mencirikan terjadinya mekanisme
pengendapan tertentu (Gould, 1972). Interpretasi lingkungan pengendapan dapat
ditentukan dari struktur sedimen yang terbentuk. Struktur sedimen tersebut digunakan
secara meluas dalam memecahkan beberapa macam masalah geologi, karena struktur
ini terbentuk pada tempat dan waktu pengendapan, sehingga struktur ini merupakan
kriteria yang sangat berguna untuk interpretasi lingkungan pengendapan. Terjadinya
struktur-struktur sedimen tersebut disebabkan oleh mekanisme pengendapan dan
kondisi serta lingkungan pengendapan tertentu.
Beberapa aspek lingkungan sedimentasi purba yang dapat dievaluasi dari data
struktur sedimen di antaranya adalah mekanisme transportasi sedimen, arah aliran arus

19

purba, kedalaman air relatif, dan kecepatan arus relatif. Selain itu beberapa struktur
sedimen dapat juga digunakan untuk menentukan atas dan bawah suatu lapisan.
Didalam sedimen umumnya turut terendapkan sisa-sisa organisme atau
tumbuhan, yang karena tertimbun,terawetkan. Dan selama proses Diagenesis tidak
rusak dan turut menjadi bagian dari batuan sedimen atau membentuk lapisan batuan
sedimen. Sisa-sia organisme atau tumbuhan yang terawetkan ini dinamakan fossil. Jadi
fosill adalah bukti atau sisa-sisa kehidupan zaman lampau. Dapat berupa sisa
organisme atau tumbuhan, seperti cangkang kerang, tulang atau gigi maupun jejak
ataupun
cetakan.
Dari studi lingkungan pengendapan dapat digambarkan atau direkontruksi geografi
purba dimana pengendapan terjadi.
Lingkungan pengendapan merupakan keseluruhan dari kondisi fisik, kimia dan
biologi pada tempat dimana material sedimen terakumulasi. (Krumbein dan Sloss,
1963) Jadi, lingkungan pengendapan merupakan suatu lingkungan tempat
terkumpulnya material sedimen yang dipengaruhi oleh aspek fisik, kimia dan biologi
yang dapat mempengaruhi karakteristik sedimen yang dihasilkannya.
Secara umum dikenal 3 lingkungan pengendapan, lingkungan darat transisi, dan
laut. Beberapa contoh lingkungan darat misalnya endapan sungai dan endapan danau,
ditransport oleh air, juga dikenal dengan endapan gurun dan glestsyer yang diendapkan
oleh angin yang dinamakan eolian. Endapan transisi merupakan endapan yang
terdapat di daerah antara darat dan laut seperti delta,lagoon, dan litorial. Sedangkan
yang termasuk endapan laut adalah endapan-endapan neritik, batial, dan abisal.
Contoh Lingkungan Pengendapan Pantai : Proses Fisik : ombak dan akifitas gelombang
laut, Proses Kimia : pelarutan dan pengendapan dan Proses Biologi : Burrowing. Ketiga
proses tersebut berasosiasi dan membentuk karakteristik pasir pantai, sebagai material
sedimen yang meliputi geometri, tekstur sedimen, struktur dan mineralogy.

II. Parameter Lingkungan Pengendapan


Parameter fisik meliputi elemen static dan dinamik dari lingkungan pengendapan.
1. Elemen fisik
- Elemen fisik statis meliputi geometri cekungan(Basin); material yang diendapkan
seperti kerakal silisiklastik, pasir, dan lumpur; kedalaman air; suhu; dan kelembapan.
- Elemen fisik dinamik adalah faktor seperti energy dan arah aliran dari angin, air dan es;
air hujan; dan hujan salju.
2. Parameter kimia termasuk salinitas, pH, Eh, dan karbondioksida dan oksigen yang
merupakan bagian dari air yang terdapat pada lingkungan pengendapan.
3. Parameter biologi dari lingkungan pengendapan dapat dipertimbangkan untuk
meliputi kedua-duanya dari aktifitas organism, seperti pertumbuhan tanaman,
20

penggalian, pengeboran, sedimen hasil pencernaan, dan pengambilan dari silica dan
kalsium karbonat yang berbentuk material rangka. Dan kehadiran dari sisa organism
disebut
sebagai
material
pengendapan.
III. Proses Sedimentasi dan Produknya
Tiap lingkungan sedimen memiliki karakteristik akibat parameter fisika, kimia,
dan biologi dalam fungsinya untuk menghasilkan suatu badan karakteristik sedimen
oleh tekstur khusus, struktur, dan sifat komposisi. Hal tersebut biasa disebut sebagai
fasies. Istilah fasies sendiri akan mengarah kepada perbedaan unit stratigrafi akibat
pengaruh litologi, struktur, dan karakteristik organik yang terdeteksi di lapangan. Fasies
sedimen merupakan suatu unit batuan yang memperlihatkan suatu pengendapan pada
lingkungan.
Proses Pengendapan Di Air Dan Darat
Proses pengendapan di air, terbentuknya berupa timbunan di laut dan akan
berakhir di air hangat. Namun pada kenyataan yang sering dijumpai, beberapa
dikarenakan oleh aliran sungai. Ini juga termasuk timbunan di danau dan delta.
Keseluruhan proses pengendapan hingga saat ini dapat diamati dalam berbagai bentuk
walaupun ada beberapa aspek pengendapan yang tidak sempurna. Kemungkinan ini
digunakan untuk mengklasifikasikan cara utama dimana material mengendap karena
perpindahan
air.
Proses pengendapan di daratan, sebagai tempat awal, tertransportasikan oleh arus
sungai yang deras. Batuan yang terpisah / tanah yang tererosi akan dibawa oleh aliran
sungai, mulai dari dasar hingga menuju puncaknya. Selama arus bergerak membelok
dan memasuki area, kecepatannya akan menurun dan semakin banyaknya muatan
yang dibawa akan terendap pada kerucut aluvial atau kipas aluvial. Endapan akan
dapat dibedakan disekitar pegunungan dan sering dijumpai pada derah yang luas dan
dalam. Banyak material sedimen ditemukan di daratan pesisir di Amerika dan
kemungkinan terbentuk di daerah tersebut. Timbunan menunjukkan stratigrafi yang
berasal dari formasi alaminya, dan karena perubahan volume aliran sungai yang deras,
lapisan yang ada di dekatnya akan menjadi sangat berubah. Timbunan kerucut aluvial
selalu menunjukkan perbedaan utama dari endapan kasar [termasuk bongkahan] di
puncak dengan lempung di luarnya. Jika proses erosi terus berlanjut tanpa adanya
pergerakan bumi, material yang ada di kerucut alivisl akan tererosi sendirinya.
Tingkat akhir dalam proses pertumbuhan sungai juga menjadi faktor proses
pengendapan. Setelah sungai mencapai tingkat dewasa, akan bertambah volume
pengangkatan material sedimennya. Natural leeves akan terbentuk pada saluran sungai
dan pada saat itu juga air meluap, mengisi area lain disetiap sampingnya dimana
proses pengendapannya lambat. Area ini lebih dikenal sebagai alluvial / plain.
21

Timbunan
material
di
area
tersebut
juga
akan
terstratigrafikan.
Didaerah padang pasir, sungai mengalir menuju ke cekungan dalam yang kering / terisi
air yang dangkal. Pengendapannya terjadi di bebrapa daerah dimana ketika air meluap
membawa banyak material. Jika pergerakan bumi mendukung proses pengendapan,
dalamnya timbunan akan menjadi seimbang dan kejadian ini ternyata sudah
berlangsung dari waktu yang cukup lama. Material akan terstratigrafikan, namun
banyak juga yang hilang. Material tersebut bervariasi, biasanya mencakup lapisan
garam dan gypsum. Sungai mengalir menuju danau dan membawa timbunan kemudian
menuju delta dan laut.
Pengendapan di laut biasanya terbentuk dalam 3 daerah, yaitu :
1. Zona pantai
2. Zona dangkalan
3. Zona laut dalam
Material pada zona pantai memiliki keadaan alami secara sementara, sejak timbul di
garis pantai dan akan berubah secara tetap. Material ini didominasi oleh materioal
kasar [pasir dan kerikil].
Transportasi
Proses transprtasi adalah proses perpindahan / pengangkutan material yang
diakibatkan oleh tenaga kinetis yang ada pada sungai sebagai efek dari gaya gravitasi.
Sungai mengangkut material hasil erosinya dengan berbagai cara, yaitu
a. Traksi, yaitu material yang diangkut akan terseret pada dasar sungai.
b. Rolling, yaitu material akan terangkut dengan cara menggelinding pada dasar sungai.
c. Saltasi, yaitu material akan terangkut dengan cara meloncat pada dasar sungai.
d. Suspensi, yaitu proses pengangkutan material secara mengambang dan bercampur
dengan air sehingga menyebabkan air sungai menjadi keruh.
e. Solution, yaitu pengangkutan material larut dalam air dan membentuk larutan kimia.
Sedimentasi
Proses sedimentasi adalah proses pengendapan material karena aliran sungai
tidak mampu lagi mengangkut material yang dibawanya. Apabila tenaga angkut
semakin berkurang, maka material yang berukuran besar dan lebih berat akan
terendapkan terlebih dahulu, baru kemudian material yang lebih halus dan ringan.
Bagian sungai yang paling efektif untuk proses pengendapan ini adalah bagian hilir atau
pada bagian slip of slope pada kelokan sungai, karena biasanya pada bagian kelokan
ini terjadi pengurangan energi yang cukup besar. Ukuran material yang diendapkan
berbanding lurus dengan besarnya energi pengangkut, sehingga semakin ke arah hilir,
energi
semakin
kecil,
material
yang
diendapkanpun
semakin
halus.
Sedimentasi adalah terbawanya material hasil dari pengikisan dan pelapukan oleh air,
angin atau gletser ke suatu wilayah yang kemudian diendapkan. Semua batuan hasil

22

pelapukan dan pengikisan yang diendapkan lama kelamaan akan menjadi batuan
sedimen. Hasil proses sedimentasi di suatu tempat dengan tempat lain akan berbeda.
Pengendapan oleh air laut
Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine. Pengendapan
oleh air laut dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam hasil pengendapan oleh air
laut, antara lain pesisir, spit, tombolo, dan penghalang pantai. Pesisir merupakan
wilayah pengendapan di sepanjang pantai. Biasanya terdiri dari material pasir. Ukuran
dan komposisi material di pantai sangat bervariasi tergantung pada perubahan kondisi
cuaca, arah angin, dan arus laut. Arus pantai mengangkut material yang ada di
sepanjang pantai. Jika terjadi perubahan arah, maka arus pantai akan tetap
mengangkut material material ke laut yang dalam. Ketika material masuk ke laut yang
dalam, terjadi pengendapan material. Setelah sekian lama, terdapat akumulasi material
yang ada di atas permukaan laut. Akumulasi material itu disebut spit. Jika arus pantai
terus berlanjut, spit akan semakin panjang. Kadang kadang spit terbentuk melewati
teluk dan membetuk penghalang pantai (barrier beach).
Pengendapan oleh angin
Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang alam hasil
pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dune). Gumuk pantai dapat
terjadi di daerah pantai maupun gurun. Gumuk pasir terjadi bila terjadi akumulasi pasir
yang cukup banyak dan tiupan angin yang kuat. Angin mengangkut dan mengedapkan
pasir di suatu tempat secara bertahap sehingga terbentuk timbunan pasir yang disebut
gumuk
pasir.
Pengendapan oleh gletser
Sedimen hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen glacial. Bentang alam hasil
pengendapan oleh gletser adalah bentuk lembah yang semula berbentuk V menjadi U.
Pada saat musim semi tiba, terjadi pengikisan oleh gletser yang meluncur menuruni
lembah. Batuan atau tanah hasil pengikisan juga menuruni lereng dan mengendap di
lembah. Akibatnya, lembah yang semula berbentuk V menjadi berbentuk U.
1. Deposisi
Pengendapan Terjadi saat pengangkutan partikel yang membutuhkan energi dan
terjadi pada waktu yang relatif singkat. Endapan tersusun atas butiran butiran mineral.
Dapat juga menghasilkan endapan kimia pada kondisi yang berbeda.
2. Litifikasi
Terjadi dalam beberapa tahap, All taken together are termed Diagenesis.
a. Kompaksi - Squeezing out of water.
b. Sementasi - Precipitation of chemical cement from trapped water and circulating water.
c. Rekristalisasi-Growth of grains in response to new equilibrium conditions
IV.

Hubungan

Lingkungan

Sedimentasi

dan

Fasies

Sedimentasi
23

Walaupun para ahli geologi setuju pada hasil pengertian dari lingkungan pengendapan,
mereka ternyata menemukan kesulitan dalam penyusunan pengertian yang tepat dari
lingkungan pengendapan ini. Sebagai ilustrasinya, lingkungan sedimen telah
digambarkan dalam beberapa variasi yaitu :
1.Tempat pengendapan dan kondisi fisika, kimia, dan biologi yang menunjukkan sifat khas
dari setting pengendapan [Gould, 1972].
2. Kompleks dari kondisi fisika, kimia, dan biologi yang tertimbun [Krumbein dan Sloss,
1963].
3. Bagian dari permukaan bumi dimana menerangkan kondisi fisika, kimia, dan biologi dari
daerah yang berdekatan [Selley, 1978].
4. Unit spasial pada kondisi fisika, kimia, dan biologi scara eksternal dan mempengaruhi
pertumbuhan sedimen secara konstan untuk membentuk pengendapan yang khas
[Shepard dan Moore, 1955].
Definisi tersebut memang berbeda, tetapi pada umumnya memberikan tekanan pada
kondisi fisika, kimia, dan biologi. Pada konteks ini, lingkungan pengendapan mengarah
pada unit geomorfik dimana terjadi pengendapan. Lingkungan ini dibentuk dari
parameter khusus fisika, kimia, dan biologi yang sesuai terhadap unit geomorfik dari
geometri dan ukuran partikular. Proses ini akan mengoperasikan tingkat dan ntensitas
yang menghasilkan tekstur khas, struktur, dan sifat lainnya, sehingga pengendapan
yang khusus akhirnya terbentuk. Sebagai contohnya, pantai akan mempertimbangkan
unit geomorfik dari ukuran dan bentuk tertentu, proses fisika tertentu [gelombang dan
aktivitas arus], proses kimia [solusi dan presipitasi], dan proses biologi [penggalian,
sedimen ingestion, dan aktivitas serupa] yang terjadi untuk menghasilkan badan pasir
pantai yang khas oleh partikular geometri, tekstur dan struktur sedimen, dan mineralogi.
Fasies menunjukkan unit stratigrafi yang mengacu pada aspek litologi, struktural, dan
karakter
organisme
yang
dapat
dikenali
di
lapangan.
Tiap lingkungan sedimen memiliki karakteristik akibat parameter fisika, kimia, dan
biologi dalam fungsinya untuk menghasilkan suatu badan karakteristik sedimen oleh
tekstur khusus, struktur, dan sifat komposisi. Hal tersebut biasa disebut sebagai fasies.
Istilah fasies sendiri akan mengarah kepada perbedaan unit stratigrafi akibat pengaruh
litologi, struktur, dan karakteristik organik yang terdeteksi di lapangan. Fasies sedimen
merupakan suatu unit batuan yang memperlihatkan suatu pengendapan pada
lingkungan
Interpretasi lingkungan umumnya menghambat karena adanya suatu kenyataan
mengenai kecenderungan fasies yang sama yang dihasilkan pada setting lingkungan
yang berbeda. Hal tersebut sering terjadi sehingga akan membuat suatu penyajian
lingkungan yang khas pada suatu dasar fasies pengendapan tunggal. Sebagai
contohnya, perlapisan silang siur dari batupasir dapat dibentuk karena transportasi
angin dan air. Jika terendap pada air, mereka akan terbentuk pada suatu pantai, sungai,
24

pada saluran pasang surut, pada dangkalan samudera, atau pada lingkungan yang lain
dimana proses traksi dapat berlangsung. Interpretasi lingkungan akan dapat kita kuasai
jika kita mampu mempelajari hubungan fasies dengan urutan yang benar dibandingkan
dengan fasies tunggal. Hubungan suatu fasies dapat digagaskan dalam pembagian
grup fasies yang terjadi secara bersama sama yang selanjutnya akan berkaitan
dengan lingkungan. Sebagai contohnya, jika pada perlapisan silang siur batupasir
asosiasi terdekatnya adalah dengan terkandungnya tanah, batubara, atau serpih
lanauan yang mengandung akar, daun, dan batang, kita bisa membuat interpretasi
pengendapannya pada sistem sungai. Dalam mempelajari hubungan fasies dan
urutannya, kita harus benar benar memperhatikan keadaan alami dari kontak
hubungan antara fasies dan derajat urutan baik acak maupun tidak. Dengan adanya
aplikasi dari prinsip stratigrafi, kita dapat menduga hubungan dari dua fasies karena
kontak derajat atau penggambaran batas dari pendekatan lateral. Sementara itu,
hubungan fasies karena kenaikan atau akibat erosi perbatasan yang mungkin dapat
menggambarkan lingkungannya ataupun tidak, pada pendekatan lateral. Pada
kenyataannya, fasies karena kontak erosi umumnya menandakan perubahan dari
kondisi pengendapan dan menjadi permulaan siklus sedimentasi yang baru. Fasies di
dalam hubungan partikular akan tersebar vertikal pada suatu cara pengacakan yang
nyata atau mungkin menunjukkan pola tertentu dari perubahan vertikal. Dua tipe umum
dari perubahan fasies vertikal yaitu Coarsening Upward Sequence dan Fining Upward
Sequence.
Coarsening-upward sequences menunjukkan adanya penambahan kenaikan ukuran
butir dari dasar erosi atau kenaikannya. Hal ini menunjukkan peningkatan energi arus
pengendapan.
fining-upward sequences sendiri merupakan kebalikannya, yaitu ukuran butir akan
semakin halus dari puncak erosinya. Menunjukkan penurunan energi arus
pengendapan
V. Dasar-dasar Analisis Lingkungan
Pengenalan lingkungan sedimen didasarkan pada dua kriteria pokok:
1. Kriteria berdasarkan komponen pengendapan primer
a. Kriteria fisik
- Geometri unit fasies, menunjukkan bentuk 3 dimensi dari tubuh sedimen, antara lain:
bentuk equidimensional, seperti lembaran atau selimut, prisma
bentuk elongate, seperti pods, rebbon atau shoestring, dendroids (Potter, 1962).
- litologi, unit sedimen gross litologi merupakan indicator lingkungan pengendapan yang
sangat umum. Contohnya, tend batugamping menjadi deposit karena suhu hangat.
shelves laut dangkal.

25

- asosiasi fasies menyamping dan vertikal, hubungannya dengan pengamatan outcrop


atau penentuan data bagian permukaan, sangat penting untuk membedakan
lingkungan
- struktur sedimen, penting untuk indikator lingkungan karena dibentuk oleh proses
pengendapan, terutama yang terbentuk di lingkungan pengendapan.

b. Kriteria geokimia
Komposisi unsur utama batuan sedimen silisiklastik berfungsi sebagai komposisi kimia
partikel
silisiklastik
yang
membentuk
batuan.
c. Kriteria biologi
Digunakan untuk rekonstruksi paleoenvironmental, fosil adalah salah satu yang sangat
berguna.
2. Kriteria berdasarkan kenampakan sedimen
a. Kenampakan ukuran dari log sumur mekanik, meliputi resistivity, sonic velocity, dan
radioaktivity.
b. Kenampakan interpretasi dari pengukuran sumur log meliputi density/porosity,
ukuran butir, litologi, dip perlapisan.
3. Karakteristik dari interpretasi darai reakaman refleksi seismic, antara lain hubungan
kontak utama (uniformity, comformity), strata kontinuitas, dip strata, identifikasi unit
fasies seismik.
VI. Klasifikasi Lingkungan Pengendapan
Klasifikasi
lingkungan
pengendapan
dapat
dibedakan
menjadi:
a. kontinetal, antara lain gurun atau eolian, fluvial termasuk braided river dan point bar
river, dan limnic
b. peralihan, termasuk delta. lobate, esturine, litoral (pantai, laguna, dan barrier islands,
offshore bar, tidal flat.
c. marine, meliputi neritis atau laut dangkal, deep neiritis, batial, abisal.
VII. Fasies Model
Model fasies adalah miniatur umum dari sedimen yang spesifik. Model fasies dapat
diiterpretasikan sebagai urutan ideal dari fasies dengan diagram blok atau grafik dan
kesamaan. Ringkasan model ini menunjukkan sebagaio ukuran yang bertujuan untuk
membandingkan framework dan sebagai penunjuk observasi masa depan. model fasies
memberikan prediksi dari situasi geologi yang baru dan bentuk dasar dari interpretasi
lingkungan. pada kondisi akhir hidrodinamik. Model fasies merupakan suatu cara untuk
menyederhanakan, menyajikan, mengelompokkan, dan menginterpretasikan data yang
diperoleh secara acak.
26

Ada bermacam-macam tipe fasies model, diantaranya adalah :


a) Model Geometrik berupa peta topografi, cross section, diagram blok tiga dimensi, dan
bentuk
lain
ilustrasi
grafik
dasar
pengendapan
framework
Model Geometrik empat dimensi adalah perubahan portray dalam erosi dan deposisi
oleh waktu .
b) Model statistik digunakan oleh pekerja teknik, seperti regresi linear multiple, analisis
trend permukaaan dan analisis faktor. Statistika model berfungsi untuk mengetahui
beberapa parameter lingkungan pengendapan atau memprediksi respon dari suatu
elemen dengan elemen lain dalam sebuah proses-respon model.

Provenance, Proses, dan Diagenesis Sedimen

27

Batuan sedimen berasal dari pelapukan dan erosi batuan yang telah ada
sebelumnya. Sedimen tertransportasi oleh bermacam-macam agen termasuk gravitasi,
air yang mengalir, angin dan es yang bergerak (gletser). Sediment tersebut akan
berpindah dari asalnya ke tempat-tempat pengendapan yang beragam. Di tempat
tersebut sedimen diendapkan dalam berbagai macam litofasies yang karakternya
tergantung pada lingkungan pengendapannya. Setelah pengendapan dan terjadinya
timbunan sedimen, akumulasi sedimen itu mengalami diagenesis. Proses-peroses
fisika, kimia dan biologi mengakibatkan: (1) perubahan dari sediment menjadi batuan
sediment, (2) terjadinya modifikasi pada tekstur dan mineralogi pada batuan.
Diagenesis berlawanan dengan pelapukan karena proses pelapukan merupakan
perubahan dari batuan menjadi tanah. Arah reaksi keduanya berlawanan. Pada
pelapukan terjadi degradasi dan proses yang mengakibatkan batuan menjadi lepas,
terdiri dari mineral yang stabil pada permukaan bumi, sedangkan pada diagenesis
material sedimen berubah menjadi lebih padu.

Pelapukan dan Provenance


Sifat endapan sediment pada berbagai lingkungan tergantung pada beberapa faktor yaitu :
1. Sumber atau tempat sediment itu berasal, yang mengontrol jenis material yang terdapat sebagai
sedimen
2. Pelapukan dan transportasi, yang mengontrol perubahan-perubahan yang terjadi pada material
sedimen
3. Keadaan lingkungan pengendapan sedimen.

Pelapukan
Pelapukan secara umum terbagi menjadi proses yaitu:
1. Proses fisika yang disebut sebagai disintegrasi
2. Proses kimia yang disebut dekomposisi.
Prinsip disintegrasi pada pembentukan tanah atau sedimen yaitu berkurangnya ukuran butir tanpa
perubahan pada komposisi kimianya. Hal ini terjadi akibat penghancuran secara fisika melalui:
Abrasi, yaitu proses penggerusan batuan oleh agen transport seperti air dan es.
Frost Action, yaitu proses pembekuan air dalam batuan. Hal ini mengakibatkan batuan terpecah akibat
bertambahnya volume air ketika membeku.
Aktivitas biologi, di antaranya rekahan pada batuan karena pertumbuhan akar.

28

Berkurangnya ukuran butir mengakibatkan bertambahnya luas permukaan partikel, hal ini tentunya akan
meningkatkan laju reaksi kimia yang terjadi selama proses dekomposisi.
Proses dekomposisi diantaranya oksidasi, reduksi, solusi (larut), hidrasi, dan hidrolisis. Oksidasi adalah
proses dimana bilangan oksidasi (valensi) suatu ion meningkat sedangkan reduksi adalah kebalikannya.
Salah satu proses oksidasi yang umum pada pelapukan yaitu oksidasi pada besi. Contohnya adalah
magnetit, suatu mineral yang umum ditemukan pada batuan beku, sedimen dan metamorf yang berubah
menjadi mineral hasil pelapukan yang umum yaitu hematite.
4Fe2O3.FeO + O2 ---> 6 Fe2O3
Magnetit + Oksigen hematite
(Contoh proses reduksi yaitu pembentukan pirit pada kondisi anaerobik.)
Air berperan sangat penting dalam proses dekomposisi sebagai pelarut atau reaktan. Contohnya air dan
asam pada larutan merupakan dua agen pelarut utama. Pelarutan adalah proses yang mana material
yang dapat larut terlarut, atau pecah menjadi ion. Contohnya yaitu dekomposisi pada piroksen:
(Mg, Fe, Ca)SiO3 + 2 H+ + H2O ---> Mg2+ + Fe2+ + Ca2+ + H4SiO4
Piroksen + Ion Hidrogen + air Ion Mg, Fe, Ca + molekul silicic acid
Reaksi yang sama terjadi pada mineral ferromagnesian silicates yang lain. Ion Ca, Mg dan silicic acid
yang dihasilkan pada reaksi ini tertransportasikan jauh melalui larutan, sedangkan ion Fe mungkin
mengalami oksidasi atau hidrasi atau keduanya dan terpresipitasi sebagai hematite atau geotit. Hal yang
sama, mineral karbonat terlarutkan menghasilkan ion Ca, Mg dan molekul bikarbonat, yang semuanya
tertransportasi sebagai larutan.
Air juga penting dalam hidrasi dan hidroslisis. Hidrasi adalah reaksi air dan komponen yang lain yang
menghasilkan fase lain. Contohnya, goetit yang dihasilkan dari hematite melalui reaksi hidrasi:

Fe2O3 + H2O ---> 2 FeOOH


Hidrolisis adalah reaksi kelebihan H+ atau OH- yang dihasilkan reaksi yang bersangkutan. Reaksi
hidrolisis terlihat sebagai reaksi penggantian kation suatu struktur mineral oleh hydrogen. Contohnya,
pelapukan olivine menjadi silicic acid, ion Fe dan Mg, dimana hydrogen menggantikan Mg dan Fe.
(Mg, Fe)2SiO4 + 4 H2O ---> xMg2+ + 2-xFe2+ + H4SiO4 + 4 (OH)Hal yang sama terjadi pada hidrolisis feldspar dan segera setelah itu membentuk mineral lempung
kaolinit:
KAlSi3O8 +H2O ---> HAlSi3O8 + K+ + OH2 HAlSi3O8 + 9 H2O ---> Al2Si2O5(OH)4 + 4 H4SiO4

29

Setiap proses dekomposisi adalah perubahan mineral yang tidak stabil pada permukaan bumi berubah
menjadi mineral, molekul, atau ion yang lebih stabil dibawah kondisi permukaan. Produk utama pada
proses ini yaitu kuarsa, mineral lempung, oksida besi, dan ion seperti Ca2+ dan Mg2+. Tiga produk hasil
pelapukan karbonat berupa ion Ca dan Mg-, Mineral lempung, dan kuarsa serta opal dihasilkan dari
proses yang kira-kira sama dengan umur bumi yaitu 4,5 miliar tahun.
Kestabilan relatif dari mineral selama proses pelapukan dikemukakan oleh Goldich (1938) yang
merupakan kebalikan dari Deret Bowen. Dia menemukan bahwa Olivine, Augite (klinopiroksen), dan Caplagioklas lebih mudah terlapukan dibandingkan dengan kuarsa dan muskovit. Walaupun secara umum
hal ini benar, proses pelapukan lebih rumit dari perkiraan. Hal lain yang mempengaruhi adalah iklim,
mikroba dan tanaman dan asam yang dihasilkannya. Olivine, augite, dan plagioklas mengandung unsur
Mg, Na, K, Ca, yang mudah telepas melalui pemecahan ikatan ion dengan oksigen. Si, Al, dan Ti
membentuk ikatan kovalen dengan oksigen yang lebih sulit untuk pecah, yang mencegah pemecahan
mineral seperti kuarsa.

Provenance

Provenance adalah sumber material sedimen, yang merupakan faktor utama yang menentukan komposisi
sedimen. Faktor provenance mengontrol proses pelapukan dan sifat sedimen yang dapat disuplai oleh
berbagai macam agen. Faktor ini diantaranya relief dan elevasi yang merupakan fungsi dari setting
tektonik, iklim dan vegetasi yang bersangkutan, serta komposisi dari batuan asal. Pada komposisi batuan
asal kita bisa mengambil contoh yang sederhana, bila batuan asalnya banyak mengandung kuarsa maka
sedimen yang dihasilkan akan banyak mengandung kuarsa juga. Bila batuan sumbernya kaya akan
feldsfar maka sedimen yang dihasilkan akan banyak mengandung feldsfar dan mineral lempung
tergantung dari tingkat pelapukan batuannya.

30

Relief dan elevasi dari provenance akan berpengaruh pada dekomposisi dan disintegrasi, dan
transportasinya. Relief adalah perbedaan ketinggian didalam cekungan erosional, yang mengontrol laju
erosi. Secara umum, daerah yang memiliki relief yang tinggi, yang merupakan daerah uplift yang aktif,
akan mengalami laju erosi yang tinggi. Sebaliknya pada daerah yang berelief rendah yang umumnya
datar memiliki laju erosi yang rendah. Daerah yang datar merupakan daerah metastabil dimana energi
potensial minimum. Konsekuensinya material tidak bisa turun dan mengakibatkan laju disintegrasi
rendah, hal ini akan mengakibatkan proses dekomposisi berlangsung cukuip lama.

Elevasi provenance juga penting, karena elevasi akan mempengaruhi iklim, dimana pada gilirannya akan
mempengaruhi proses disintegrasi dan dekomposisi. Pada elevasi yang tinggi air akan membeku, hal ini
tentunya akan menyebabkan proses disintegrasi terutama frost action berperan cukup dominan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pada elevasi yang tinggi proses disintegrasi cukup dominan
sedangkan pada elevasi yang rendah terutama daerah tropis proses dekomposisi cukup dominan.

Iklim dan vegetasi juga memiliki peran yang penting. Pada iklim dingin laju proses dekomposisi akan
rendah sedangkan laju proses disintegrasi akan tinggi. Sebaliknya pada iklim hangat proses dekomposisi
akan lebih dominan daripada proses disintegrasi dan pada iklim panas proses yang dominan adalah
disintegrasi sama seperti pada iklim dingin. Vegetasi akan banyak pada iklim hangat, basah dari pada
iklim dingin dan panas. Vegetasi dapat menghasilkan asam organik dan senyawa lain yang dapat
menyebabkan proses dekomposisi. Contohnya lava muda di Hawaii yang ditutupi oleh tumbuhan (lichens,
yang banyak mengandung besi, terlapukan lebih tinggi daripada batuan yang sama dan seumur. Hal ini
dapat menjawab pertanyaan mengenai proses disintegrasi dan dekomposisi pada pre-Devonian yang
vegetasinya kurang, dimana pada pre-Devonian proses disintegrasi lebih penting dari pada
dekomposisinya sehingga sedimennya sedikit mengandung lempung.

Produk hasil pelapukan

Fenomena yang terpampang pada gambar ini adalah bagian dari proses hancurnya/lapuknya batuan
beku pada sebuah tebing yang berkemiringan hampir 90 derajat di kaki gunung Semeru, di perbatasan
Kabupaten Lumajang dengan Kabupaten Malang, Jawa Timur.

31

Produk yang dihasilkan dari pelapukan yaitu kuarsa, mineral lempung dan oksida besi dan hidrat yang
merupakan material residu yang tertinggal di tanah yang dihasilkan dari batuan yang terdekomposisi
tinggi. Silicic acid dan kation berbagai logam (termasuk Ca, Mg, Fe, Mn, Na, dan K) dan P akan
tertransportasikan jauh dari sumbernya.

Transportasi sediment
Transportasi sedimen dimulai ketika material terlapukan dan ion terlarut. Transportasi material yang
terlarut disebut transportasi larutan, sedangkan material padat tertransportasi melalui transportasi
mekanik. Transportasi mekanik di antaranya falling, sliding, rolling, bouncing(saltation), flowing dan
transportasi supensi.

Transportasi sedimen tergantung pada sifat fisik dari agen transportasi, sifat material, sifat fisik dari
campuran agen transportasi dan material, dan gaya yang menyebabkan transportasi.

Agen transportasi diantaranya gravitasi, air mengalir, angin dan es yang bergerak. Gravitasi tidak hanya
menyebabkan pergerakan material tetapi juga menggerakan arus air dan es untuk bergerak turun.

Transportasi mekanik, di antaranya:


Transportasi gravitasi
Gravitasi merupakan agen utama yang mengakibatkan transportasi pada landslides dan massflow. Pada
pergerakan masa subaeria (falls, slides, slumps, avalanches, mudflowa, dan subaerial debris flows) dan
submarine debris flow transportasi terjadi ketika gaya yang menahan (resisting force) terlampaui.
Pada falls, slides, slumps dan avalanches, retakan dihasilkan ketika batuan kehilangan gaya kohesi
antara partikelnya yang kemudian bergerak dan berhenti ketika energinya habis. Sedimen yang dihasilkan
berupa breksi atau diamicite yang terpilah buruk, tidak berlapis.

32

Pada debris flows, mudflows dan olisostrom seluruh masa diendapkan sekali. Pergerakannya biasanya
berlangsung ketika terdapat air yang mengakibatkan gaya gesek antar partikel mengecil dan
mengakibatkan masa meluncur dan terendapkan dengan kacau. Produk yang dihasilkan terpilah buruk,
banyak material Lumpur dan lapisan biasanya tebal dan massive.
Grain flow adalah aliran dari butiran sediment yang inkohesif yang terdapat pada lereng yang curam.
Aliran terjadi ketika akumulasi sedimen melebih gaya gesek antar partikel dan ketika gempa bumi.
Endapan yang dihasilkan berupa pasir yang terpilah baik, tak berstruktur sampai berlaminasi secara
lokal.

Transportasi glacial
Transportasi ini dihasilkan oleh gaya gravitasi terhadap aliran fluida, tetapi laju alirannya sangat lambat.
Glacier membawa partikel melalui penggusuran sepanjang dasar dan sisinya. Partikel yang besar
biasanya tertinggal dan yang lebih kecil akan terbawa lebih jauh. Sedimen yang terpilah baik, berukuran
halus diendapkan sebagai outwash dan yang terpilah buruk dan kasar diendapkan sebagai till.
Transportasi air dan udara

33

Ketika air dan udara bergerak terjadi gesekan antara fluida dengan sekitarnya. Turbulensi dimulai dekat
batas dengan sekitarnya, seperti dekat dasar sungai sebagai hasil dari interaksi gaya di tempat tersebut.
Faktor yang menentukan bergeraknya partikel adalah ukuran, densitas dan bentuk partikel, kecepatan
aliran, viskositas fluida dan batas gaya gesek.
Sedimentasi akan terjadi ketika fluida melambat. Masing-masing ukuran partikel jatuh keluar dari
suspensi dan menjadi bagian dari pergerakan bed load. Pada unit pengendapan dari suspensi biasanya
berupa laminasi tabular, ketebalan bervariasi tetapi biasanya tipis saja. Lapisan dari bed load yang
terendapkan melalui traksi mungkin tipis tetapi cenderung sedang sampai tebal dan membentuk cross
bedding, imbrikasi butir dan ripple marks.

Transportasi kimia
Ion dan molekul yang dihasilkan dari dekomposisi akan menjadi bagian dari larutan dalam air tanah dan
air permukaan. Selama perpindahan larutan mungkin mengalami pengenceran, pengkonsentrasian dan
perubahan dalam kimianya karena reaksi dengan batuan yang dilaluinya. Jika bereaksi dengan batuan
atau sediment, batuan dan sediment mengalami perubahan diagenesis. Presipitasi kimia yang terjadi
selama diagenesis merupakan salah satu bentuk pengendapan kimia.
Diagenesis

34

Setelah sedimen terendapkan, diagenesis adalah proses yang bekerja pada sedimen tersebut.
Diagenesis merupakan proses fisika, kimia dan biologi yang secara umum mengubah sedimen menjadi
batuan sedimen. Diagenesis kemungkinan berlanjut bekerja setelah sedimen menjadi batuan, mengubah
tekstur dan mineraloginya.

Tujuh proses diagenesis yang terjadi yaitu :


1. Kompaksi
2. Rekristalisasi
3. Pelarutan
4. Sementasi
5. Autigenisasi
6. Replacement
7. Bioturbasi
Kompaksi adalah proses yang menyebabkan volume sedimen berkurang. Ini dihasilkan oleh tekanan
penutup (overburden), yang diakibatkan oleh berat dari sedimen dan batuan di atasnya. Tekanan ini
mengakibatkan penyusunan kembali butiran dan pengeluaran fluida, hal ini menghasilkan pengurangan
porositas batuan sedimen. Kemungkinan tingkat kompaksi merupakan fungsi dari ukuran butir, bentuk
butir, pemilahan, porositas awal dan jumlah fluida yang terdapat dalam sedimen. Sedimen dengan
pemilahan yang baik, membundar akan kurang kompak bila dibandingkan dengan sedimen yang terpilah
buruk dan menyudut. Pada sedimen yang terpilah buruk ukuran butir yang kecil akan mengisi rongga
antar butiran yang besar dan pada sedimen yang menyudut, ikatan antar butirnya akan sangat kuat
karena bersifat saling mengunci. Pada pasir porositas awalnya sekitar 25% - 50%, pada sedimen
karbonat kemungkinan cukup tinggi yaitu sekitar 50% - 75% dan pada lumpur lempung lebih dari 85%.
Pada batuan sedimen porositas kecil yaitu 0% - 2% hal ini dikarenakan kompaksi dan proses diagnesis
lain terutama sementasi.
Rekristalisasi adalah proses di mana kondisi fisika dan kima menyebabkan pengorientasian kembali
kristal lattice pada butir mineral. Rekristalisasi bekerja melalui pelarutan dan presipitasi dari fase mineral
yang terdapat pada batuan. Ketika fluida melewati batuan atau sedimen, komponen pada sedimen yang
tidak stabil karena tekanan, pH, temperature akan mengalami pelarutan. Kemudian material yang terlarut
itu akan mengalami transportasi dan akan terpresipitasi pada pori-pori sediment yang memiliki kondisi
yang berbeda. Hal yang penting yaitu tekanan pelarutan, yaitu suatu proses di mana tekanan
terkonsentrasi pada satu titik antara dua butir yang menyebabkan pelarutan dan migrasi ion atau molekul
yang menjauhi titik itu. Lewat proses ini massa tertransportasi dari titik kontak menuju tempat dengan
tekanan yang lebih rendah yang memungkinkan presipitasi dari larutan itu. Tentunya rekristalisasi ini akan
menyebabkan pengurangan porositas sedimen dan memfasilitasi rekristalisasi tekstur.
Sementasi adalah proses di mana terjadi presipitasi kimia pada pembentukan kristal baru, terbentuk
didalam pori-pori sedimen atau batuan yang mengikat satu butir dengan butir lainnya. Semen yang umum
yaitu kuarsa, kalsit dan hematite, tetapi jenis semen secara luas di antaranya aragonite, Mg kalsit,
dolomite, gypsum celesite, goethite, dan todorit. Tekanan pelarutan secara local dapat menghasilkan
semen, tetapi banyak semen merupakan material baru (allochemical material) yang masuk melalui

35

larutan. Jelas bahwa proses sementasi akan mengakibatkan berkurangnya porositas dan menghasilkan
tekstur baru seperti spherulitic, comb texture, dan poikilotopic texture.
Autigenesis (neocrystalitation) adalah proses yang mana fase mineral baru mengalami kristalisasi
didalam sediment atau batuan selama proses diagenesis ataupun setelahnya. Mineral baru mungkin
terbentuk melalui reaksi di dalam fase yang terdapat dalam sedimen atau batuan, mungkin juga muncul
karena presipitasi dari material yang masuk melalui fase fluida, atau dihasilkan dari kombinasi sedimen
primer dan material yang masuk. Autigenesis operlap dengan pelapukan, sementasi dan biasanya
rekristalisasi, dan kemungkinan menghasilkan replacement. Jenis dari fasa autigenesis jauh lebih
beragam dibandingkan dengan mineral semen. Fase autigenesis termasuk silikat seperti kuarsa, Kfeldspar, lempung,dan zeolite; carbonat seperti kalsit, dolomite dan carbonat besi; evaporate mineral
seperti halit, sylvite, gypsum dan anhidrit;oksida seperti hematite, goetit, todorokit; dan mineral samping
lainnyatermasuk sulfat, sulfide dan fosfat.
Replacement yaitu proses yang mana mieral baru menggantikan (secara kimia dan fisika) in situ pada
endapan mineral. Replacement mungkin bersifat neomorphic, yang mana butiran yang baru memiliki fase
yang sama dengan asalnya atau polimorpisme dari fase asalnya. Pseudomorfic yang mana fase baru
merupakan tiruan dari bentuk eksternal dari fase yang digantikan tetapi fasenya berbeda, allomorphic
yaitu replacement dalam bentuk fase baru yang biasanya berbeda bentuk kristalnya dan menggantikan
sepenuhnya fase sediment asal. Fase replacement sama beragamnya dengan fase autigenesis, tetapi
fase replacement yang penting yaitu dolomite, opal, kuarsa dan ilite.
Bioturbasi adalah aktifitas biologis yang terjadi dekat permukaan, termasuk burrowing, boring dan
pencampuran sedimen oleh organisme. Pada beberapa kasus proses ini dapat meningkatkan kompaksi,
menghancurkan laminasi dan perlapisan. Selama proses bioturbasi beberapa organisme
mempresipitasikan material yang berfungsi sebagai semen.
Daigenesis biasanya dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
1. Eogenesis, proses awal diagenesis yang terdapat di antara endapan dan timbunan, atau dekat
permukaan,
2. Mesogenesis, tahap tengah dari proses diagenesis yang terjadi setelah penimbunan,
3. Telogenesis, tahap akhir dari proses diagenesis.

Mekanisme Transportasi Sedimen


Batuan sedimen memiliki banyak hal menarik untuk dibahas. Selain bentuknya
yang unik dan beragam serta jumlahnya yang melimpah di muka bumi (hampir 75%
kulit bumi terdiri atas batuan sedimen), proses-proses yang terjadi juga sangatlah
menarik untuk dibahas. Salah satu proses yang menarik adalah bagaimana
sedimen sebagai penyusun batuan sedimen dapat terangkut dan
diendapkan menjadi batuan sedimen.
Sebelum mengetahui bagaimana sedimen terangkut dan terendapkan dalam suatu
cekungan mungkin ada baiknya kita dapat memahami prinsip apa saja yang bisa
kita temukan dalam batuan sedimen. Prinsip-prinsip tersebut sangatlah beragam
36

diantaranya prinsip uniformitarianism. Prinsip penting dari uniformitarianism


adalah proses-proses geologi yang terjadi sekarang juga terjadi di masa lampau.
Prinsip ini diajukan oleh Charles Lyell di tahun 1830. Dengan menggunakan prinsip
tersebut dalam mempelajari proses-proses geologi yang terjadi sekarang, kita bisa
memperkirakan beberapa hal seperti kecepatan sedimentasi, kecepatan kompaksi
dari sediment, dan juga bisa memperkirakan bagaimana bentuk geologi yang
terjadi dengan proses-proses geologi tertentu.
Lapisan horizontal yang ada di batuan sedimen disebut bedding. Bedding terbentuk
akibat pengendapan dari partikel-partikel yang terangkut oleh air atau angin. Kata
sedimen sebenanrya berasal dari bahas latin sedimentum yang artinya endapan.
Batas-batas lapisan yang ada di batuan sedimen adalah bidang lemah yang ada
pada batuan dimana batu bisa pecah dan fluida bisa mengalir. Selama susunan
lapisan belum berubah ataupun terbalik maka lapisan termuda berada di atas dan
lapisan tertua berada di bawah. Prinsip tersebut dikenal sebagai prinsip
superposition. Susunan lapisan tersebut adalah dasar dari skala waktu stratigrafi
atau skala waktu pengendapan. Pengamatan pertama atas fenomena ini dilakukan
oleh Nicolaus Steno di tahun 1669. Beliau mengajukan beberapa prinsip berkaitan
dengan fenomena tersebut. Prinsip-prinsip itu adalah prinsip horizontality,
superposition, dan original continuity. Prinsip horizontality menjelaskan bahwa
semula batuan sedimen diendapkan dalam posisi horizontal. Pembentuk batuan
sedimen adalah partikel-partikel atau sering disebut sedimen yang terbentuk akibat
hancuran batuan yang telah ada sebelumnya seperti batuan beku, batuan
metamorf, dan juga batuan sedimen sendiri. Berdasarkan ukuran partikel dari
sedimen klastik, sedimen-sedimen dapat dibedakan sebagai berikut:
Klasifikasi- Berdasarkan ukuran partikel dari sedimen klastik
Nama Partikel
Ukuran
Sedimen Nama batu
Boulder/Bongka >256 mm
Gravel
h
Konglomerat dan Breksi (tergantung
Cobble/Kerakal 64 256 mm Gravel
kebundaran partikel)
Pebble/Kerikil
2 64 mm
Gravel
Sand/Pasir
1/16 2mm
Sand
Sandstone
Silt/Lanau
1/256 1/16
Silt
Batu lanau
mm
Clay/Lempung <1 mm="mm" Clay
Batu lempung
nbsp="nbsp"
span="span">

Faktor-faktor yang mengontrol terbentuknya sedimen adalah iklim, topografi,


vegetasi dan juga susunan yang ada dari batuan. Sedangkan faktor yang
mengontrol pengangkutan sedimen adalah air, angin, dan juga gaya grafitasi.
Sedimen dapat terangkut baik oleh air, angin, dan bahkan salju. Mekanisme
pengangkutan sedimen oleh air dan angin sangatlah berbeda. Pertama, karena
berat jenis angin relatif lebih kecil dari air maka angin sangat susah mengangkut
sedimen yang ukurannya sangat besar. Besar maksimum dari ukuran sedimen yang
mampu terangkut oleh angin umumnya sebesar ukuran pasir. Kedua, karena sistem
yang ada pada angin bukanlah sistem yang terbatasi (confined) seperti layaknya
37

channel atau sungai maka sedimen cenderung tersebar di daerah yang sangat luas
bahkan sampai menuju atmosfer.
Sedimen-sedimen yang ada terangkut sampai di suatu tempat yang disebut
cekungan. Di tempat tersebut sedimen sangat besar kemungkinan terendapkan
karena daerah tersebut relatif lebih rendah dari daerah sekitarnya dan karena
bentuknya yang cekung ditambah akibat gaya grafitasi dari sedimen tersebut maka
susah sekali sedimen tersebut akan bergerak melewati cekungan tersebut. Dengan
semakin banyaknya sedimen yang diendapkan, maka cekungan akan mengalami
penurunan dan membuat cekungan tersebut semakin dalam sehingga semakin
banyak sedimen yang terendapkan. Penurunan cekungan sendiri banyak
disebabkan oleh penambahan berat dari sedimen yang ada dan kadang dipengaruhi
juga struktur yang terjadi di sekitar cekungan seperti adanya patahan.
Sedimen dapat diangkut dengan tiga cara:

a. Suspensi
Dalam teori segala ukuran butir sedimen dapat dibawa dalam suspensi, jika
arus cukup kuat. Akan tetapi di alam, kenyataannya hanya material halus
saja yang dapat diangkut suspensi. Sifat sedimen hasil pengendapan
suspensi ini adalah mengandung prosentase masa dasar yang tinggi
sehingga butiran tampak mengambang dalam masa dasar dan umumnya
disertai memilahan butir yang buruk. Cirilain dari jenis ini adalah butir
sedimen yang diangkut tidak pernah menyentuh dasar aliran.
b. Bedload transport
Berdasarkan tipe gerakan media pembawanya, sedimen dapat dibagi
menjadi:

endapan arus traksi

endapan arus pekat (density current) dan

endapan suspensi.

38

Arus traksi adalah arus suatu media yang membawa sedimen didasarnya.
Pada umumnya gravitasi lebih berpengaruh dari pada yang lainya seperti
angin atau pasang-surut air laut. Sedimen yang dihasilkan oleh arus traksi ini
umumnya berupa pasir yang berstruktur silang siur, dengan sifat-sifat:

pemilahan baik

tidak mengandung masa dasar

ada perubahan besar butir mengecil ke atas (fining upward) atau ke


bawah (coarsening upward) tetapi bukan perlapisan bersusun (graded
bedding).

Di lain pihak, sistem arus pekat dihasilkan dari kombinasi antara arus traksi
dan suspensi. Sistem arus ini biasanya menghasilkan suatu endapan
campuran antara pasir, lanau, dan lempung dengan jarang-jarang
berstruktur silang-siur dan perlapisan bersusun. Arus pekat (density)
disebabkan karena perbedaan kepekatan (density) media. Ini bisa
disebabkan karena perlapisan panas, turbiditi dan perbedaan kadar garam.
Karena gravitasi, media yang lebih pekat akan bergerak mengalir di bawah
media yang lebih encer. Dalam geologi, aliran arus pekat di dalam cairan
dikenal dengan nama turbiditi. Sedangkan arus yang sama di dalam udara
dikenal dengan nuees ardentes atau wedus gembel, suatu endapan gas yang
keluar dari gunungapi. Endapan dari suspensi pada umumnya berbutir halus
seperti lanau dan lempung yang dihembuskan angin atau endapan lempung
pelagik pada laut dalam.
c. Saltation
Dalam bahasa latin artinya meloncat umumnya terjadi pada sedimen berukuran
pasir dimana aliran fluida yang ada mampu menghisap dan mengangkut sedimen
pasir sampai akhirnya karena gaya grafitasi yang ada mampu mengembalikan
sedimen pasir tersebut ke dasar.
Pada saat kekuatan untuk mengangkut sedimen tidak cukup besar dalam membawa
sedimen-sedimen yang ada maka sedimen tersebut akan jatuh atau mungkin
tertahan akibat gaya grafitasi yang ada. Setelah itu proses sedimentasi dapat
berlangsung sehingga mampu mengubah sedimen-sedimen tersebut menjadi suatu
batuan sedimen.

Asal

Sedimen

di

Dasar

Laut

Sedimen yang di jumpai di dasar lautan dapat berasal dari beberapa


sumber yang
menurut Reinick (Dalam Kennet, 1992) dibedakan
menjadi
empat
yaitu
:
1.
Lithougenus sedimen yaitu sedimen yang berasal dari erosi
39

pantai dan material hasil erosi daerah up land. Material ini dapat
sampai ke dasar laut melalui proses mekanik, yaitu tertransport oleh
arus sungai dan atau arus laut dan akan terendapkan jika energi
tertrransforkan
telah
melemah.
2. Biogeneuos sedimen yaitu sedimen yang bersumber dari sisasisa organisme yang hidup seperti cangkang dan rangka biota laut
serta bahan-bahan organik yang mengalami dekomposisi.
3.
Hidreogenous sedimen yaitu sedimen yang terbentuk karena
adanya reaksi kimia di dalam air laut dan membentuk partikel yang
tidak larut dalam air laut sehingga akan tenggelam ke dasar laut,
sebagai contoh dan sedimen jenis ini adalah magnetit, phosphorit
dan
glaukonit.
4. Cosmogerous sedimen yaitu sedimen yang bersal dari berbagai
sumber dan masuk ke laut melalui jalur media udara/angin. Sedimen
jenis ini dapat bersumber dari luar angkasa, aktifitas gunung api
atau berbagai partikel darat yang terbawa angin. Material yang
bersal dari luar angkasa merupakan sisa-sisa meteorik yang
meledak di atmosfir dan jatuh di laut. Sedimen yang bersal dari
letusan gunung berapi dapat berukuran halus berupa debu volkanin,
atau berupa fragmen-fragmen aglomerat. Sedangkan sedimen yang
bersal dari partikel di darat dan terbawa angin banyak terjadi pada
daerah kering dimana proses eolian dominan namun demikian dapat
juga terjadi pada daerah sub tropis saat musim kering dan angin
bertiup kuat. Dalam hal ini umumnya sedimen tidak dalam jumlah
yang
dominan
dibandingkan
sumber-sumber
yang
lain.
Dalam suatu proses sedimentasi, zat-zat yang masuk ke laut
berakhir menjadi sedimen. Dalam hal ini zat yang ada terlibat
proses biologi dan kimia yang terjadi sepanjang kedalaman laut.
Sebelum mencapai dasar laut dan menjadi sedimen, zat tersebut
melayang-layang di dalam laut. Setelah mencapai dasar lautpun ,
sedimen tidak diam tetapi sedimen akan terganggu ketika hewan
laut dalam mencari makan. Sebagian sedimen mengalami erosi dan
tersusfensi kembali oleh arus bawah sebelum kemudian jatuh
kembali dan tertimbun. Terjadi reaksi kimia antara butir-butir
mineral dan air laut sepanjang perjalannya ke dasar laut dan reaksi
tetap berlangsung penimbunan, yaitu ketika air laut terperangkap di
antara butiran mineral. (Agus Supangat dan Umi muawanah)

Macam-macam

Sedimen

Laut
40

Era oseanografi secara sistematis telah dimulai ketika HMS


Challenger kembali ke Inggris pada tanggal 24 Mei 1876 membawa
sampel, laporan, dan hasil pengukuran selama ekspedisi laut yang
memakan waktu tiga tahun sembilan bulan. Anggota ilmuan yang
selalu menyakinkan dunia tentang kemajuan ilmiah Challenger
adalah John Murray, warga Kanada kelahiran Skotlandia. Sampelsampel yang dikumpulkan oleh Murray merupakan penyelidikan
awal tentang sedimen laut dalam. Sedimen laut dalam dapat di bagi
menjadi 2 yaitu Sedimen Terigen Pelagis dan Sedimen Biogenik
Pelagis.
1.
Sedimen
Biogenik
Pelagis
Dengan menggunakan mikroskop terlihat bahwa sedimen biogenik
terdiri atas berbagai struktur halus dan kompleks. Kebanyakan
sedimen itu berupa sisa-sisa fitoplankton dan zooplankton laut.
Karena umur organisme plankton hannya satu atau dua minggu,
terjadi suatu bentuk hujan sisa-sisa organisme plankton yang
perlahan, tetapi kontinue di dalam kolam air untuk membentuk
lapisan sedimen. Pembentukan sedimen ini tergantung pada
beberapa faktor lokal seperti kimia air dan kedalaman serta jumlah
produksi primer di permukaan air laut. Jadi, keberadan mikrofil
dalam sedimen laut dapat digunakan untuk menentukan kedalaman
air dan produktifitas permukaan laut pada zaman dulu.
2.
Sedimen
Terigen
Pelagis
Hampir semua sedimen Terigen di lingkungan pelagis terdiri atas
materi-materi yang berukuran sangat kecil. Ada dua cara materi
tersebut sampai ke lingkungan pelagis. Pertama dengan bantuan
arus turbiditas dan aliran grafitasi. Kedua melalui gerakan es yaitu
materi glasial yang dibawa oleh bongkahan es ke laut lepas dan
mencair. Bongkahan es besar yang mengapung, bongkahan es kecil
dan pasir dapat ditemukan pada sedimen pelagis yang berjarak
beberapa ratus kilometer dari daerah gletser atau tempat asalnya.
Selain pengertian sedimen di atas ada pengertian lain tentang
sedimen yaitu batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk oleh
proses sedimentasi. Sedangkan sedimentasi adalah proses
pengendapan sediemen oleh media air, angin, atau es pada suatu
cekungan pengendapan pada kondisi P dan T tertentu.

STRUKTUR

SEDIMEN

Struktur merupakan suatu kenampakan yang diakibatkan oleh


41

proses pengendapan dan keadaan energi pembentuknya.


Pembentukannya dapat pada waktu atau sesaat setelah
pengendapan. Struktur berhubungan dengan kenampakan batuan
yang lebih besar, paling bagus diamati di lapangan misal pada
perlap[isan
batuan.(Sugeng
Widada
:
2002)
Struktur sedimen umumnya dibedakan menjadi 3 golongan yaitu :
1. Struktur anorganik terutama pelapisan, contoh : graded beds,
cross
beds,
mudcraks.
2.
Struktur biogenik terdiri dari struktur jejak dan boring
3.
Struktur deformasi terdiri dari convolute bedding, ball and
pillow
dan
diapiric.
Berbagai sifat fisik sedimen ditelaah sesuai dengan tujuan dan
kegunaannya. Diantaranya adalah tekstur sedimen yang meliputi
ukuran butir (grain size), bentuk butir ( partikel shape), dan
hubungan antar butir (fabrik), struktur sedimen, komposisi mineral,
serta kandungan biota. Dari berbagai sifat fisik tersebut ukuran
butur menjadi sangat penting karena umumnya menjadi dasar
dalam penamaan sedimen yang bersangkutan serta membantu
analisa proses pengendapan karena ukuran butir berhubungan erat
dengan dinamika transfortasi dan deposisi (Krumbein dan Sloss
(1983)). Berkaitan dengan sedimentasi mekanik ukuran butir akan
mencerminkan resistensi butiran sedimen terhadap proses
pelapukan erosi/abrasi serta mencerminkan kemampuan dalam
menentukan
transfortasi
dan
deposisi.
Transfor
Sedimen
Dengan melihat cara transfor sedimen dapat dilihat melalui :
1.
Transfor
Sedimen
pada
Pantai
Pettijohn (1975), Selley (1988) dan Richard (1992) menyatakan
bahwa cara transfortasi sedimen dalam aliran air dibedakan menjadi
tiga jenis, yaitu :

Sedimen merayap (bed load) yaitu material yang terangkut


secara menggeser atau menggelinding di dasar aliran.

Sedimen loncat (saltation load) yaitu material yang meloncatloncat bertumpu pada dasar aliran.

Sedimen layang (suspended load) yaitu material yang terbawa


arus dengan cara melayang-layang dalam air.
42

2.
Transfor
Sedimen
Sepanjang
Pantai
Transfor sedimen sepanjang pantai merupakan gerakan sedimen di
daerah pantai yang disebabkan oleh gelombang dan arus yang
dibangkitkannya (Komar : 1983). Transfor sedimen ini terjadi di
daerah antara gelombang pecah dan garis pantai akibat sedimen
yang dibawanya (Carter, 1993). Menurut Triatmojo (1999) transfor
sedimen sepanjang pantai terdiri dari dua komponen utama yaitu
transfor sedimen dalam bentuk mata gergaji di garis pantai
Transfor sedimen pantai banyak menimbulkan fenomena perubahan
dasar perairan seperti pendangkalan muara sungai erosi pantai
perubahan garis pantai dan sebagainya (Yuwono, 1994). Fenomena
ini biasanya merupakan permasalahan terutama pada daerah
pelabuhan sehingga prediksinya sangat diperlukan dalam
perencanaan ataupun penentuan metode penanggulangan. Menurut
Triatmojo (1999) beberapa cara yang biasanya digunakan antara
lain
adalah
:
a.
Melakukan pengukuran debit sedimen pada setiap titik yang
ditinjau, sehingga secra berantai akan dapat diketahui transfor
sedimen
yang
terjadi.
b.
Menggunakan peta/ foto udara atau pengukuran yang
menunjukan perubahan elevasi dasar perairan dalam suatu periode
tertentu. Cara ini akan memberikan hasil yang baik jika di daerah
pengukuran terdapat bangunan yang mampu menangkap sedimen
seperti
training
jetty,
groin,
dan
sebagainya.
c. Rumus empiris yang didasarkan pada kondisi gelombang dan
sedimen
pada
daerah
yang
di
tinjau.
Transpor sedimen di perairan umumnya terdiri dari 3 mekanisme,
yaitu
suspended
load,
bed
loaddan
dissolved
load.
Suspended
load
mekanisme transpor dimana partikel tersebut dibawa bersamasama dengan air secara keseluruhan, ukuran partikel bergantung
dari kepadatan mereka dan kecepatan arus, dimana kecepatan arus
yang lebih tinggi dapat membawa lebih besar dan partikel yang
lebih
padat.
Bed
load
merupakan mekanisme transpor dimana partikel yang lebih kasar
dan padat bergerak sepanjang dasar perairan baik secara
menggelinding, bergeser maupun meloncat-loncat karena pengaruh
tumbukan diantara partikel dan turbulensi tetapi selalu kembali ke
43

dasar. Mekanisme transpor dapat berubah dari suspended


loadmenjadi bed loaddan sebaliknya karena adanya perubahan
kecepatan
aliran.
Dissolve
load
dimana berbagai ion masuk ke perairan melalui proses weathering,
mekanisme transpor ini tidak terlihat (invisible) dimana ion-ion
tersebut larut di dalam air. Dissolve loadsebagian besar terdiri dari
HCO-3(ion bikarbonat), Ca+2, SO4-2, Cl-, Na+, Mg+2, dan K+. Ion
ini akhirnya terbawa ke lautan dan umumnya menyusun kadungan
garam
di
lautan.

The Boulders Moeraki adalah batu besar berbentuk bola yang


tersebar di pantai-pantai berpasir, tetapi mereka tidak seperti batu
bulat biasa yang telah dibentuk oleh sungai dan laut berdebardebar. Batu-batu tersebut diklasifikasikan sebagai concretions
septarian, dan dibentuk pada sedimen dasar laut kuno. Mereka
diciptakan oleh proses yang sama dengan pembentukan tiram
mutiara, di mana lapisan materi mencakup nukleus atau inti. Untuk
tiram, inti ini merupakan butir pasir menjengkelkan.Untuk batu-batu
besar,
itu
adalah
fosil
kerang.

44

Sebuah foto yang diambil oleh Nasa atas salah satu tambang
batubara terbesar di Asia bernama Tambang Panian di Pulau
Semirara, Filipina, yang batubaranya dipakai sebagai tenaga listrik
di Filipina dan sisanya diekspor ke India dan China. Letaknya kirakira 280 Km selatan Manila. Foto yang diambil tanpa halangan awan
ini menunjukkan kerusakan lingkungan akibat pertambangan
terbuka oleh satu dari tiga areal pertambangan batubara di Pulau
itu. Selain permukaan tanah yang dibongkar, tampak pula aliran
sedimen di laut Sulu yang berasal darioverburden tambang. Padahal
perusahaan
tambang
batubara
itu
selalu
menyangkal
pertambangannya
merusak
lepas
pantai
Pulau
Semirara.

sedimen itu diperkirakan bisa memberikan informasi rinci tentang


cuaca buruk atau kegiatan seismik utama pada masanya. Juga bisa
memberikan wawasan tentang migrasi manusia di dalam dan luar
daerah.
45

Sedimentasi Sungai di Indonesia


Sumber: Berita Iptek Topik: Lingkungan Tags: erosi, Sedimentasi Sungai, sungai Barito,sungai
Citandui

Problem erosi di Indonesia sudah mencapai tahap kritis. Bagaimana tidak?. Lihat saja kondisi
sedimentasi di sungai Citandui yang mencapai 5 juta m2 kubik. Rekor tertinggi dibanding
sungai-sungai lainnya namun juga masih dengan kisaran angka yang tinggi. Jadi, jangan
berharap untuk melihat kebeningan sungai ataupun pantai, apalagi di kawasan pulau Jawa.

46

Hal ini diungkapkan oleh Kepala Sub Direktorat Pengendalian Pencenmaran Laut,
Departemen Kelautan dan Perikanan, Subandono Diposantono, sebagaimana ditulis Media
Indonesia. Akibat sedimentasi ini merupakan salah satu penyebab terjadinya erosi di pantaipantai. Sedimentasi bahkan semakin tahun semakin meningkat. Hal ini menyebabkan beberapa
muara sungai di Sumatra, Kalimantan dan Jawa menjadi dangkal.
Sungai Citandui, Jawa Barat memecahkan rekor dengan sedimentasi pertahun yang terbawa
aliran sungai ini mencapai 5 juta m2 kubik. Sementara, sungai Cikonde mencapai 770 ribu meter
kubik yang diendapkan di Segara Anakan. Sedimentasi sungai Barito mencapai mencapai 733
ribu m2 kubik yang diendapkan di pelabuhan pelabuhan Banjarmasin, Kalimantan. Sedang
sungai Mahakam, Kalimantan sedimentasinya mencapai 2,2 juta m2 kubik.
Tinnginya sedimentasi ini mengakibatkan upaya pengerukan di pantai-pantai, terutama yang
berfungsi untuk pelabuhan jadi membutuhkan dana besar. Contohnya, pengerukan di pelabuhan
Tanjung Perak , Surabaya sampai sepanjang 25.000 meter, pelabuhan Belawan, Medan mencapai
13.500 meter, Palembang 28.000 meter, Banjarmasin 15.000 meter, Samarinda 20.000 meter,
Pontianak 11.250 meter, Jambi 17.000 meter, Sampit 27.000 meter dan pelabuhan Pulai Pisa
19.000 meter. Akibat sedimentasi yang tinggi di sungai-sungai di Indonesia ini disamping juga
adanya erosi, tak kurang dari 124 pantai di Indonesia akhirnya mengalami kerusakan.
Pantai di Aceh, contohnya tak kurang dari 34 pantainya mengalami kerusakan. Selain karena
sedimentasi, juga karena adanya pemukiman, pariwisata dan pembukaan tambak. Di Jawa Barat,
pantai yang mengalami erosi mencapai 28 pantai. Sedang DKI Jakarta, tak kurang 8 pantai yang
mengalami erosi. Memang, erosi pantai tak semata-mata karena sedimentasi. Namun,
sedimentasi sungai mempunyai pengaruh besar terhadap erosi pantai. Keadaan ini sebenarnya
amat memprihatinkan. Sayang, pemerintah kita kurang peduli terhadap peristiwa ini. Pemda DKI
saja sanggup untuk merenovasi Patung Selamat datang di bundaran HI dalam rangka
menyambut HUT DKI bulan ini dengan biaya tak kurang dari 14 miliar. Namun, sayang tak ada
dana untuk mejernihkan sungai Ciliwung yang coklat kelam ataupun kanal-kanal lainnya di
pinggiran Jakarta yang tak lagi cokelat, tapi telah hitam kelam , bahkan. Mungkin bau tak sedap
Ciliwung tak sempat terhirup para pejabat, hingga kurang dirasa perlu untuk membuatnya jernih
kembali.

Banjir di Cirebon Akibat Sedimentasi Sungai Cisanggarung

47

SUMBER, (PRLM).- Sering terjadinya banjir di wilayah Kabupaten Cirebon bagian timur
selama ini, dipastikan akibat dari endapan lumpur yang cukup tinggi di alur Sungai
Cisanggarung yang melintasi daerah tersebut. Namun, hingga saat ini pemerintah melalui dinas
terkait belum melaksanakan pengerukan di sungai yag berhulu di Kabupaten Kuningan tersebut.
Menurut Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pengelolaan Sumber Daya Air (PU-PSDA) Kab.
Cirebon, Achsanudin Adhi, salah satu penyebab bencana banjir di sejumlah kecamatan yang ada
di wilayah bagian timur Kab. Cirebon itu yang sering terjadi yaitu karena sudah tingginya
sedimentasi di Sungai Cisanggarung maupun anak-anak dari sungai tersebut. Untuk melakukan
normalisasi (pengerukan-red) secara total agar tidak terjadi banjir, tentunya diperlukan anggaran
yang sangat besar.

48

"Akibat pengendapan lumpur yang setiap tahunnya mencapai 50 cm, sungai tidak mampu
menahan debit air yang meningkat pada saat musim hujan sehingga air pun gampang meluap dan
bisa menjebol tanggul sungai," kata Adhi, Senin (22/3).
Diakui Adhi, banjir yag terjadi belum lama ini mengakibatkan tanggul sungai di yang melintasi
Desa Cilengkrang, Kecamatan Pasaleman, jebol memanjang hampir sepanjang 500 meter.
Sementara di Desa Tawangsari, Kecamatan Losari, tanggul yang jebol jauh lebih parah, yakni
mencapai hampir 3 km.
PU PSDA Kab. Cirebon sebetulnya telah melakukan koordinasi dengan Balai Besar Wilayah
Sungai Cimanuk-Cisanggarung (BBWS-CC) untuk memperbaiki infrastruktur irigasi yang rusak
tersebut, namun, karena bukan kewenangannya, dan membutuhkan anggaran yang sangat besar
hingga belum terealisasi.
Disebutkan, saat ini hampir 60 persen sarana irigasi di Kabupaten Cirebon kondisinya sudah
rusak. Dengan adanya anggaran yang hanya Rp 12 miliar, Adhi mengaku kesulitan untuk
melakukan rehabilitasi, pemeliharaan maupun melakukan penanggulangan darurat pada sekitar
60 KM saluran irigasi yang ada di Kab.
Posted by Hendrik Boby Hertanto
Reactions:
2 comments:
Terimakasih, bahasanya enak dibaca dan mudah dimengerti..
Sukmawati Rahayu
11 Januari 2015 17.54

49

Anda mungkin juga menyukai