ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk menganalisis dan mengembangkan suatu strategi
perencanaan pembangunan daerah yang berbasis daya saing komoditi dan sektor
unggulan di suatu daerah tertinggal dan terpencil di kawasan perbatasan dengan obyek
riset adalah Kasud Kabupaten Kepulauan Anambas. Strategi perencanaan apa yang
dikembangkan dan dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan Kabupaten terkait.
Penelitian ini adalah riset kualitatif dengan metode perencanaan stratejik yang non
hipotesis tetapi banyak mengarah pada sintesis hasi strategi kebijakan peningkatan daya
saing daerah di kawasan perbatasan yang merupakan daerah tertinggal. Peneltian ini
menggunakan pendekatan sistim berencana berbasis pada Analisis Hirarki Proses atau
AHP yang menguraikan permasalahan riset tentang:" Pengembangan Kebijakan berbasis
Daya Saing untuk Relisasi Pembangunan Daerah Tertinggal kasus Kab. Anamabas dilihat
dari identifikasi masalah sebagai berikut: (1) Struktur Ekonomi berbasis pangan,
Perikanan dan Pertanian dgn Produktivitas Rendah; (2) Sumbangan
MIGA yang tak
berdampak banyak pada perekonomian masyarakat setempat di Anambas; (3)
Rendahnya investasi sektor Non Migas mengingat sebagian besar daerah kepulauan jauh
dari daerah lainnya; (4) Kinerja pengeloaan Anggaran yang masih belum sempurna.
Berdasar pada kesimpulan dari hasil AHP tersebut, maka penulis juga mengembangkan
basis analisis dari tinjauan beberapa hal: bahwa potensi yang perlu dikembangkan untuk
mendukung kebijakan adalah potensi sumber daya laut yang berlimpah untuk
mengekspor hasil laut ke luar negeri yang berdampak bagi peningkatan kesejahteraan
dan menggerakkan roda perekonomian masyarakat, kemudian Potensi sektor pariwisata
bahari, serta Potensi sektor pertanian dan perkebunan. Komoditi seperti cengkeh, kelapa,
dan getah/karet telah menjadi sektor utama perekonomian masyarakat sehingga
merupakan modal untuk pengembangan selanjutnya pada sektor industri melalui
pendirian pabrik-pabrik seperti pengolahan kelapa menjadi coconut oil, dan lain
sebagainya.
Kata Kunci: AHP, daerah tertinggal, kebijakan pembangunan.
PENDAHULUAN
Kabupaten Kepulauan Anambas
adalah sebuah kabupaten di Provinsi
Kepulauan Riau, Indonesia, Ibukotanya
adalah
Terempa
Kabupaten
ini
dibentuk berdasarkan UU Nomor 33
Tahun
2008
yang
merupakan
pemekaran dari Kabupaten Natuna.
Adapun kasus Anambas seiring
Reformasi
otonomi
sistem
pemerintahan tersebut adalah hasil
trend
pemekaran
daerah.
Sejak
kebijakan desentralisasi digulirkan
pada Tahun 1999, telah terbentuk 173
daerah otonomi baru yang terdiri atas
TINJAUAN PUSTAKA
TEORI KEBIJAKAN PUBLIK
William Dunn. 1999 (Pengantar
Analisis Kebijakan Publik) merumuskan
bahwa analisis kebijakan adalah
aktivitas intelektual dan praktis yang
ditujukan untuk menciptakan, secara
kritis
menilai,
dan
mengkomunikasikan
pengetahuan
tentang dan dalam proses kebijakan.
Analisis Kebijakan versi Dunn
adalah disiplin ilmu sosial terapan
yang menggunakan berbagai metode
pengkajian
multipel
dalam
argumentasi dan debat politik untuk
menciptakan, secara kritis menilai,
dan mengkomunikasikan pengetahuan
yang relevan dengan kebijakan.
Analisis kebijakan diletakan pada
konteks sistim kebijakan dengan
mengutip Thomas R. Dye yang mana
analisis
kebijakan
digambarkan
sebagai hubungan antara Pelaku
kebijakan-Lingkungan
Kebijakan
Kebijakan Publik.
Dunn menggambarkan bahwa
analisis kebijakan identik dengan
proses pembuatan kebijakan dimana
fase pembuatan kebijakan adalah sbb.
1.
Fase Penyusunan Agenda ; disini
para pejabat yang dipilih dan
diangkat menempatkan masalah
kebijakan pada agenda publik.
2.
Fase Formulasi Kebijakan; para
pejabat merumuskan alternatif
kebijakan
untuk
mengatasi
masalah.
3.
Adopsi
Kebijakan;
alternatif
kebijakan dipilih dan diadopsi
dengan dukungan dari mayoritas
dan konsekuensi kelembagaan.
4.
Implementasi Kebijakan; disini
kebijakan yang telah diambil
dilaksanakan
oleh
unit-unit
administrasi dengan memobilisir
sumber daya yang dimilikinya
terutama aspel finansial dan
manusia.
5.
Penilaian Kebijakan
TEORI PEMBANGUNAN
DAERAH
EKONOMI
Pembangunan
merupakan
bentuk perubahan sosial yang terarah
dan terncana melalui berbagai macam
kebijakan
yang
bertujuan
untuk
meningkatkan
taraf
kehidupan
masyarakat. Bangsa Indonesia seperti
termaktub dalam pembukaan UndangUndang
Dasar
1945
telah
mencantumkan tujuan pembangunan
nasionalnya.
Kesejahteraan
masyarakat adalah suatu keadaan
yang selalu menjadi cita-cita seluruh
bangsa di dunia ini. Berbagai teori
tentang pembangunan telah banyak
dikeluarkan oleh ahli-ahli sosial barat,
salah satunya yang juga dianut oleh
Bangsa Indonesia dalam program
pembangunannya
adalah
teori
modernisasi.
Modernisasi
merupakan
tanggapan
ilmuan
sosial
barat
terhadap tantangan yang dihadapi
oleh negara dunia kedua setelah
berakhirnya Perang Dunia II.
Modernisasi
menjadi
sebuah
model
pembangunan
yang
berkembang dengan pesat seiring
keberhasilan negara dunia kedua.
Negara dunia ketiga juga tidak luput
oleh sentuhan modernisasi ala barat
tersebut. berbagai program bantuan
dari negara maju untuk negara dunia
berkembang
dengan
mengatasnamakan
sosial
dan
kemanusiaan
semakin
meningkat
jumlahnya.
Namun
demikian
kegagalan
pembangunan
ala
modernisasi di negara dunia ketiga
menjadi sebuah pertanyaan serius
untuk dijawab. Beberapa ilmuan sosial
dengan
gencar
menyerahg
modernisasi atas kegagalannya ini.
Modernisasi dianggap tidak ubahnya
sebagai bentuk kolonialisme gaya
baru,
bahkan
Dube
(1988)
menyebutnya seolah musang berbulu
domba.
Pemikiran
Herbert
Spencer
(1820-1903), sangat dipengaruhi oleh
ahli biologi pencetus ide evolusi
sebagai proses seleksi alam, Charles
Darwin, dengan menunjukkan bahwa
perubahan sosial juga adalah proses
seleksi.
Masyarakat
berkembang
memperhatikan
kriteria-kriteria
sebagai berikut:
a. Lengkap
Kriteria harus lengkap sehingga
mencakup semua aspek yang
penting, yang digunakan dalam
mengambil
keputusan
untuk
pencapaian tujuan.
b. Operasional
Operasional dalam artian bahwa
setiap
kriteria
ini
harus
mempunyai arti bagi pengambil
keputusan, sehingga benar-benar
dapat
menghayati
terhadap
alternatif yang ada, disamping
terhadap sarana untuk membantu
penjelasan
alat
untuk
berkomunikasi.
c. Tidak berlebihan
Menghindari adanya kriteria yang
pada
dasarnya
mengandung
pengertian yang sama.
d. Minimum
Diusahakan agar jumlah kriteria
seminimal
mungktn
untuk
mempermudah
pemahaman
terhadap
persoalan,
serta
menyederhanakan
persoalan
dalam analisis.
Decomposition
Setelah persoalan didefinisikan
maka perlu dilakukan decomposition,
yaitu memecah persoalan yang utuh
menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin
mendapatkan hasil yang akurat,
pemecahan juga dilakukan terhadap
unsur-unsurnya sehingga didapatkan
beberapa tingkatan dari persoalan
tadi. Karena alasan ini maka proses
analisis ini dinamai hirarki (Hierarchy).
Pembuatan hirarki tersebut tidak
memerlukan pedoman yang pasti
berapa banyak hirarki tersebut dibuat,
tergantung dari pengambil keputusanlah
yang
menentukan
dengan
memperhatikan
keuntungan
dan
kerugian yang diperoleh jika keadaan
tersebut diperinci lebih lanjut. Ada dua
jenis hirarki, yaitu hirarki lengkap dan
hirarki tidak lengkap. Dalam hirarki
lengkap, semua elemen pada semua
tingkat memiliki semua elemen yang
ada pada tingkat berikutnya. Jika tidak
setiaptingkat,
maka
untuk
mendapatkan global priority harus
dilakukan sintesis antara local priority.
Pengurutan elemen-elemen menurut
kepentingan relatif melalui prosedur
sintesis dinamakan priority setting.
Logical Consistency
Konsistensi memiliki dua makna,
pertama adalah objek-objek yang
serupa dapat dikelompokkan sesuai
dengan keseragaman dan relevansi.
Arti kedua adalah menyangkut tingkat
hubungan antara objek-objek yang
didasarkan pada kriteria tertentu.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hirarki
Pengembangan
Kebijakan
Daya
Saing
dan
Realisasi
Pembangunan
Daerah
Tertinggal
kasus
Kab. Anamabas.
Sesuai
pengolahan
criterium
decisions software dengan penilaian
para expert yang mewakili 3 kelompok
stakeholder
Expert dari Pihak pemerintah
pusat yang
terkait langsung
dengan perumusan dan aksi, serta
mengetahui hasil dan mengamati
dampak kebijakan serta kinerja
Anggaran di wilayah studi kasus
Anambas missal KPDT, BPK dan
Bappenas;
Expert dari Pihak pemerintah
daerah atau fungsional tenaga ahli
Bappenas yang terkait dengan
kewenangan perencanaan dan
implementasi kebijakan tertentu di
wilayah studi;
Expert Para akademisi atau tenaga
ahli dari kalangan universitas yang
menguasai
permasalahan
kebijakan dalam konteks global,
nasional,
serta
mengikuti
perkembangan di tingkat lokal
serta mendalami metode riset dan
teori pengembangan wilayah studi
berbasiskan
potensi
unggulan
lokal.
Hasil Akhir per Faktor
Penyusunan Solusi
dalam
Sub
Maasalah
D2.
Yaitu
Hirarki, maka secara terperinci, hasil
masalah Aparatur Pemda masih
bobot per factor sub masalah adalah
belum mampu dim pengeloaan
dicermikan dalam Tabel sbb :
dan
Pereancanaan
Anggaran
secara optimal.
Bobod
Rating Set
Sedangkan
dalam
Goal Level
Masalah
Bobot
Rating
Set
dalam Tabel 5.3,
Prioriti
Priorities
Sub Masalah
menjelaskan
es
A.Struktur
0.667
A.1 SDM
bobot masalah
0.472
A.Struktur
Ekonomi
Iemah
yang
menjadi
Ekonomi
prioritas.
0.333
A.
2
Pangan
Penguasaan
Perikanan
Laut oieh
dan
Pengemban
Asing
gan
0.256 B.Sumbang
Bobot
B.Sumbangan
0.333
B.1. Bagi Hasil Tabel
Kebijakan
an Migas
Prioritas
MigasC.Rendahn
pendapatan
berbasis
0.164
Masalah
bagi
dari Pusat
Kinerja dan
ya
Solusi
0.667
B.2. CSR
Real!
Investasi
Kebijakan
Non Migas
C. Rendahnya
0.667
C.1
0.108
Investasi
D.Kinerja
Non
Infrastruktur
MigasPengelolaa
blm memadai
Berdasarkan
n
0.333
C2. Promosi
tabel di atas,
Anggaran
Daerah belum
Bobot
Faktor
Diolah dari Crrterium Cessions
optimal
Kriteria
Masalah
untuk AHP
D.Kinerja
0.667
D.1 Tim Kerja
Struktur Ekonomi
Tabel
Pengelolaan
blm dibentuk
berbasis pangan,
Bobot
Anggaran
Perikanan
dan
Masalah
0.333
D.2 Aparatur
Pertanian
dgn
atas sub
belum mampu
Produktivitas
Masalah
Diolah dari Crrterium Cessions untuk AHP
Rendah sebesar
47,2% merupakan bobot tertinggi
terkait Sub Masalah SDM di Kabupaten
Bila ditinjau bobot sub masalah
Anambas
serta
sub
masalah
mengacu per faktor masalah, maka
Penguasaan
usaha
perikanan
tangkap
yang menjadi acuan yang harus
masih
dikuasai
oleh
pihak
asing .
diperhatikan oleh penentu kebijakan
Sedangkan
faktor
Kriteria
Masalah
sebagai basis sasaran kebijakan
Sumbangan
MIGAS
yang
tak
adalah yang berbobot 67,7% yaitu :
berdampak
banyak
pada
Sub
Masalah
B.2
yaitu
kebijakan bagi hasil pendapatan Migas
pengelolaan CSR oleh perusahaan
serta "Perusahaan KKS Migas" dari
Migas yang belum optimal unyuk
pihak Asing di Anambas belum
peningkatan kegiatan ekonomi
sepenuhnya menerapkan CSR.
rakyat.
Bobot faktor Kriteria Masalah
Sub
Masalah
C1.
Terkait
Rendahnya investasi sektor Non Migas
Infrastruktur yang belum memadai
sebesar 16,4% , hal ini mengingat
dalam tercapainya Investasi Non
sebagian besar daerah kepulauan jauh
Migas
untuk
mencapai
dari daerah lainnya yang terkait dari
sasaran;dan
sub masalah Infrastruktur Belum
memadai serta Promosi daerah yang
Pengembangan
komoditas
unggulan
daerah
(agribisnis,
perikanan laut, wisata alam bahari
Keterangan
Dimensi penguatan ekonomi
Dimensi peran kapasitas
pendukung
kebijakan
Daya saing
Penyediaan
factor
produksi dan
input
bagi
perikanan
Penyediaan
Permodalan
bagi
UKM
bidang
agribisnis
dan
perikanan
Sarana
pendukung
usaha
dan
teknologi
produksi
perikanan
sertawisata
bahari
Promosi
produk serta
pemasaran
perikanan
dan
wisata
bahari
Peningkatan
kualitas
produk
perikanan
budidaya
Penanaman
modal
dan
kemitraan
usaha
lokal
Pemerintah
harus
membangun dunia bisnis
dan masyarakat yang telah
aktif dan mempunyai akses
dalam
mancari
serta
mengupayakan
factor
produksi secara mandiri
bidang perikanan
Bagaimana masyarakat dan
dunia bisnis serta
pemerintah harus kerjasama
dalam koordinasi
penyediaan modal serta
saling memberikan
kemudahan melalui forum
forum yang terbangun lintas
sektora dan pemangku
kepentingan
Bagaimana peran semua
pemangku kepentingan
saling koordinasi dalam
mengupayakan optimalitas
sarana pendukung usaha di
daerah secara kontinu
dengan teknologi tepat dan
murah
Peran aktif para pemangku
kepentinganuntuk
kerjasama dalam upaya
sosialisasi daerah dan
keunggulannya dalam pasar
nasional dan global
Kebijakan tingkat daerah
dalam meningkatkan
kualitas komoditas unggulan
serta produktivitas usaha
perikanan budidaya
Keterbukaan masyarakat
untuk menerima pola
kemitraan usaha dan
investasi luar dalam
mendukung skala usaha
daerah dan akses pasar
yang mendunia di wilayah
Laut China Selatan
Kelembagaan Pengaturan perekonomian
dan
secara lembaga guna
kepastian
mendukung upaya basis
pemeriksaan daerah
otomatis
Keberpihakan
dan
dukungan
pemda
atas
penyediaan input dalam
proses
produksi
dan
pengembangan
sumber
dayak hususnya BBM bagi
Nelayan UKM
Peran pemda dan
dukungan pusat dalam
menyediakan dana bagi
usaha mikro dan UKM yang
berpotensi dalam
menguatkan ekonomi
daerah
Bagaimana infrastruktur
terkait jalan, pelabuhan
ikan, listruk, telekomunikasi
telah terus diupayakan
maskimal bagi
pengembangan ekonomi
daerah oleh/pemda
Sejauh mana peran pemda
dalam menukung upaya
promosi komoditas
unggulannya sehingga
membantu UKM daerah
berkembang
Bagaimana masyarakat
terberdaya dan sadar untuk
terus mengembangkan
produktivitas yang
mendukung kualitas
komoditas yang semakin
berdaya saing ikan
budidaya
Dukungan pemda serta
akses yang diberikan untuk
memudahkan investasi
masuk ke daerah tapi
sekaligus mendukung
peningkatan usaha
berbasis kandungan local
Anambas
Pemda perlu membangun
Penguatan organisasi
masyarakat yang berbasis
hukum
memberikan
manfaat
bagi
peningkatan kesejahteraan.
5.
Potensi
pemanfaatan
lahan
untuk
pertanian,
perkebunan,
peternakan dan industri serta
pengolahan, karena ketersediaan
lahan yang cukup luas serta
didukung
oleh
potensi
sumberdaya tenaga kerja yang
besar.
6.
Pengemban
gan
sarana
dan
prasarana
Infrastruktur wilayah sampai ke
tingkat desa dan terpencil untuk
optimalisasi
percepatan
dan
pengembagan
kawasan
perekonomian di perbatasan serta
penurunan
terjadinya
ilegal
fishing diperairan laut kabupaten
Anambas.
Selain itu berdasarkan masalah
pengelolaan
anggran
berbasis
kinerja bagi peningkatan realisasi
pembangunan
daerah,
maka
disimpulkan :
1. Program-program
RKP
2009
khususnya pembangunan wilayah
tertinggal dan pengembangan
daerah
perbatasan
kegiatankegiatan
pokoknya secara
umum telah diimplementasikan
oleh
kementerian/
lembaga
terkait.
2. Dampak belum adanya acuan
yang menyeluruh mengakibatkan
beberapa
kementerian
teknis
melaksanakan pembangunan di
daerah tertinggal dan perbatasan
masih berjalan sendiri-sendiri.
3. Hasil pemantauan di beberapa
daerah tertinggal dan perbatasan
seperti Anambas , sebenarnya
memiliki potensi sumber daya
alam yang dapat menjadi pemicu
kemandirian
daerah.
Namun
karena keterbatasan sarana dan
prasarana mengakibatkan potensi
tersebut belum dapat dikelola
dengan baik. Database potensi
lokal
daerah
tertinggal
dan
perbatasan
yang
dituangkan
dalam Strada, Stranas, dan RAN
seharusnya mampu menjawab
strategi
untuk
mengatasi
permasalahan
pengembangan
potensi lokal tersebut.
Hasil pembobotan AHP bagi
tercapainya sasaran Pengembangan
Kebijakan berbasis Daya Saing dan
Realisasi
Pembangunan
Daerah
Tertinggal kasus Kab. Anamabas
maka prioritas pada solusi kebijakan
Penyusunan
Kebijakan
Anggaran
berbasis Kinerja alokasi anggaran dim
peningkatan Daya Saing Sektor Non
Migas yang menggerakan sector rill
terutama
usaha
kerakyatan
dibandingkan Kebijakan Perbaikan
Kinerja
SDM
yang
mengelola
Anggaran
guna
meningkatkan
pengelolaan
alokasi
anggaran
pembangunan yang optimal. Adapun
masalah utama yang ditinjau adalah:
Struktur Ekonomi berbasis pangan,
Perikanan
dan
Pertanian
dgn
Produktivitas
Rendah
sebagai
masalah terbesar di Anambas yang
ditentukan belum siapnya SDM yang
ada.
SARAN
Berdasar
pada
hasil
perencanaan
dan
pelaksanaan
program-program yang dilaksanakan
oleh Pusat dan daerah terkait seperti
tersebut diatas, maka yang perlu
ditindaklanjuti
agar
tujuan
dan
sasaran dapat dicapai adalah:
1. Pemerintah Pusat meningkatkan
pelaksanaan
pemantauan
implementasi
program
pembangunan wilayah tertinggal
dan
pengembangan
daerah
perbatasan
baik
terhadap
kegiatan-kegiatan pokok yang
sedang
dijalankan
khususnya
untuk mengetahui kesesuaian
target
dan
tujuan,
maupun
kegiatan-kegiatan pokok yang
belum diimplementasikan.
2. Pusat akan mendorong agar
Kementerian
Pembangunan
Daerah Tertinggal, Ditjem PUM,
Depdagri,
dan
Kementerian
Hankam mengoptimalkan peran
koordinasi lintas sektor berbasis
masalah dan potensi lokal.
Marimin.
2004. Teknik dan
Aplikasi
Pengambilan
Keputusan Kriteria Majemuk,
Grassindo, Jakarta.
[9]
Marimin.
2005. Teknik dan
Aplikasi Sistem Pakar dalam
Teknologi Manajerial, IPB Press,
Bogor.
[16]
Turban,
E. 2001. Decision
Support System and Intelligent
System, Prentice Hall, New
Jersey.