Panduan Lengkap Pengisian Surat Pernyataan Untuk Pengampunan Pajak Opt
Panduan Lengkap Pengisian Surat Pernyataan Untuk Pengampunan Pajak Opt
PETUNJUK PENGISIAN
SURAT PERNYATAAN
UNTUK PENGAMPUNAN
PAJAK
(FORMULIR SURAT PERNYATAAN
BESERTA LAMPIRAN-LAMPIRANNYA)
FORMULIR
A. IDENTITAS
PERHATIAN :
PERTAMA
KEDUA
KETIGA
NPWP
N I K / S I U P / AKTA PENDIRIAN
NOMOR PASPOR
NO. TELEPON/FAKSIMILI
NO. HP
U MK M
PEMBUKUAN
YA
TIDAK
TIDAK
YA,
DIAUDIT
YA
BERI TANDA
TIDAK DIAUDIT
TIDAK
URAIAN
NILAI HARTA BERSIH DI LUAR NEGERI YANG DIALIHKAN KE DALAM NEGERI (REPATRIASI)
[ Diis i dari Daftar Rincian Harta dan Utang Huruf C : Total C ]
NILAI HARTA BERSIH DI LUAR NEGERI YANG TIDAK DIALIHKAN KE DALAM NEGERI (TIDAK REPATRIASI)
[ Diis i dari Daftar Rincian Harta dan Utang Huruf D : Total D ]
8.
E. UANG TEBUSAN
NILAI (Rp)
KLU
PERIODE
a.
DPUT UNTUK HARTA BERSIH DI DALAM NEGERI DAN HARTA BERSIH DI LUAR NEGERI YANG DIALIHKAN
KE DALAM NEGERI (2 + 3)
5a
b.
DPUT UNTUK HARTA BERSIH DI LUAR NEGERI YANG TIDAK DIALIHKAN KE DALAM NEGERI (4)
5b
DPUT UNTUK HARTA BERSIH DI DALAM NEGERI DAN HARTA BERSIH DI LUAR NEGERI YANG DIALIHKAN
KE DALAM NEGERI
6a
b.
DPUT UNTUK HARTA BERSIH DI LUAR NEGERI YANG TIDAK DIALIHKAN KE DALAM NEGERI
6b
DPUT UNTUK HARTA BERSIH DI DALAM NEGERI DAN HARTA BERSIH DI LUAR NEGERI YANG DIALIHKAN
KE DALAM NEGERI (5a - 6a)
7a
b.
DPUT UNTUK HARTA BERSIH DI LUAR NEGERI YANG TIDAK DIALIHKAN KE DALAM NEGERI (5b - 6b)
7b
UANG TEBUSAN UNTUK HARTA BERSIH DI DALAM NEGERI DAN HARTA BERSIH DI LUAR NEGERI YANG
DIALIHKAN KE DALAM NEGERI (Tarif* x 7a)
8a
b.
UANG TEBUSAN UNTUK HARTA BERSIH DI LUAR NEGERI YANG TIDAK DIALIHKAN KE DALAM NEGERI
(Tarif* x 7b)
8b
c.
8c
UANG
TEBUSAN
TANGGAL PEMBAYARAN
9
DIKEMBALIKAN
F. LAMPIRAN
PEMIMPIN TERTINGGI
NAMA LENGKAP
KUASA
TANGGAL :
meterai Rp6.000
WAJIB PAJAK/PEMIMPIN
TERTINGGI/KUASA
NPWP
PETUNJUK PENGISIAN
FORMULIR SURAT PERNYATAAN HARTA UNTUK
PENGAMPUNAN PAJAK
(FORMULIR SURAT PERNYATAAN)
PETUNJUK UMUM
Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan
Pajak, hal-hal yang perlu diperhatikan oleh Wajib Pajak adalah sebagai berikut:
1. Pengampunan Pajak adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak
dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan,
dengan cara mengungkap Harta dan membayar Uang Tebusan, sebagaimana
ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan
Pajak;
2. Pengampunan Pajak diberikan kepada Wajib Pajak melalui pengungkapan Harta
yang dimilikinya baik yang berada di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia maupun di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam
Pernyataan Harta untuk Pengampunan Pajak (selanjutnya disebut Surat
Pernyataan);
3. Surat Pernyataan disampaikan secara langsung ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
tempat Wajib Pajak terdaftar atau tempat lain yang ditentukan oleh Menteri
Keuangan;
dengan lampiran berupa Daftar Rincian Harta dan Utang yang disampaikan dalam
bentuk salinan digital (softcopy) dan formulir kertas (hardcopy) dengan format yang
disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak;
5. Surat Pernyataan ditandatangani sendiri oleh Wajib Pajak Orang Pribadi atau dalam
hal Wajib Pajak Badan diwakili oleh Pemimpin Tertinggi atau Kuasa sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak;
Pelayanan Pajak (KPP) atau dengan cara mengunduh (download) melalui website
www.pajak.go.id;
8. Wajib Pajak harus melunasi seluruh Tunggakan Pajak, membayar Uang Tebusan
sebelum menyampaikan Surat Pernyataan, dan pajak yang tidak atau kurang
dibayar atau melunasi pajak yang seharusnya tidak dikembalikan bagi Wajib Pajak
yang sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan dan/atau penyidikan.
administrasi lain yang disamakan dengan surat setoran pajak yang berfungsi
sebagai bukti pembayaran Uang Tebusan dengan menggunakan Kode Akun Pajak
411129 dan Kode Jenis Setoran 512;
10. Wajib Pajak wajib membayar atau menyetor seluruh Tunggakan Pajak dan Uang
Tebusan melalui bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima
pembayaran pajak (Bank Persepsi);
11. Wajib Pajak dapat menyampaikan Surat Pernyataan paling banyak 3 (tiga) kali
dalam periode Pengampunan Pajak. Surat Pernyataan kedua atau Surat Pernyataan
ketiga dapat disampaikan oleh Wajib Pajak sebelum atau setelah Surat Pernyataan
pertama atau Surat Pernyataan kedua memperoleh Surat Keterangan.
PETUNJUK PENGISIAN
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengisian Surat Pernyataan adalah
sebagai berikut:
1. Ukuran kertas yang digunakan F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70
gram;
2. Kertas tidak boleh dilipat atau kusut;
3. Kolom Identitas:
Wajib Pajak dapat mengisi dengan menggunakan komputer/tulis tangan/mesin
ketik. Untuk isian yang tidak terstruktur (seperti: Nama Wajib Pajak, Alamat Tempat
Tinggal/Kedudukan di Luar Negeri, Alamat Tempat Tinggal/Kedudukan di
Indonesia, Jenis Usaha/Pekerjaan Bebas, dan email) maupun untuk isian yang
terstruktur (seperti: NPWP, NIK/SIUP/Akta Pendirian, Nomor Telepon/Faksimili,
Nomor HP, dan KLU) kotak-kotak dapat diabaikan sepanjang tidak melewati batas
samping kanan.
Contoh Pengisian untuk Orang Pribadi :
Catatan:
- Kolom Alamat Tempat Tinggal/Kedudukan di Luar Negeri diisi dengan alamat
korespondensi Wajib Pajak di Luar Negeri dalam hal Wajib Pajak bertempat
tinggal di Luar Negeri, jika Wajib Pajak tidak memiliki tempat tinggal di Luar
Negeri kolom ini dapat dikosongkan.
- Kolom Alamat Tempat Tinggal/Kedudukan di Indonesia diisi dengan alamat
korespondensi Wajib Pajak di Indonesia yang akan digunakan sebagai alamat
surat menyurat untuk keperluan proses Pengampunan Pajak.
- Kolom Nomor Telepon, Nomor HP, dan email wajib diisi dengan Nomor Telepon,
Nomor HP, dan email Wajib Pajak yang digunakan secara aktif.
5. Dalam mengisi kolom-kolom yang berisi nilai Rupiah, harus tanpa nilai desimal.
Contoh:
a. dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: 10.000.000 (BUKAN
10.000.000,00);
b. dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125
(BUKAN 125,50).
6. Surat Pernyataan dibagi dalam 8 bagian yaitu:
a. BAGIAN AWAL
b. IDENTITAS
c. SPT TAHUNAN
d. TAMBAHAN HARTA BERSIH YANG BELUM PERNAH DILAPORKAN DALAM SPT
e. DASAR PENGENAAN UANG TEBUSAN
f. UANG TEBUSAN
g. LAMPIRAN
h. PERNYATAAN
7. BAGIAN AWAL
Pada Bagian Awal Surat Pernyataan terdapat hal yang perlu dilakukan isian oleh
Wajib Pajak yaitu pernyataan.
PERNYATAAN
Pada bagian pernyataan, Wajib Pajak diharuskan memberikan tanda centang () pada
salah satu kotak pilihan, PERTAMA, KEDUA, atau KETIGA sesuai dengan keadaan
sebenarnya.
8. IDENTITAS
Pada bagian identitas Surat Pernyataan, hal-hal yang harus diisikan oleh Wajib Pajak
adalah sebagai berikut:
a. NPWP
Diisi dengan NPWP dari Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pernyataan
b. NAMA WAJIB PAJAK
Diisi dengan nama dari Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pernyataan
c. NIK/SIUP/AKTA PENDIRIAN
Untuk Wajib Pajak orang pribadi tidak berstatus sebagai pengusaha:
Diisi dengan NIK (Nomor Induk Kependudukan) dari Wajib Pajak yang
menyampaikan Surat Pernyataan, dengan contoh pengisian sebagai berikut:
1234567890123456
Untuk Wajib Pajak orang pribadi berstatus sebagai pengusaha:
Diisi dengan NIK dan SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) dari Wajib Pajak
yang menyampaikan Surat Pernyataan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi,
dengan contoh pengisian sebagai berikut:
1234567890123456 / 500/SIUP/2016
Untuk Wajib Pajak badan:
Diisi dengan SIUP atau Akta Pendirian dari Wajib Pajak yang menyampaikan
Surat Pernyataan, dengan contoh pengisian sebagai berikut:
500/SIUP/2016 / AHU-12345.AH.01.04.Tahun 2013
d. NOMOR PASPOR
Diisi dengan nomor paspor dari Wajib Pajak yang menyampaikan Surat
Pernyataan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi. (wajib diisi oleh Wajib Pajak
memiliki alamat tempat tinggal/kedudukan di luar negeri dan oleh Wajib Pajak
yang telah memiliki paspor. Jika Wajib Pajak tidak memiliki paspor, isian ini dapat
dikosongkan), dengan contoh pengisian sebagai berikut:
A 1234567
e. ALAMAT TEMPAT TINGGAL/KEDUDUKAN DI INDONESIA
Diisi dengan alamat tempat tinggal/kedudukan sebenarnya di Indonesia dari
Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pernyataan yang akan digunakan sebagai
alamat korespondensi surat menyurat dalam proses penyelesaian Pengampunan
Pajak
f. ALAMAT TEMPAT TINGGAL/KEDUDUKAN DI LUAR NEGERI
Diisi dengan alamat tempat tinggal/kedudukan sebenarnya di luar negeri dari
Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pernyataan (diisi hanya jika Wajib Pajak
memiliki alamat tempat tinggal/kedudukan di luar negeri)
g. JENIS USAHA/PEKERJAAN BEBAS
Diisi dengan jenis usaha/pekerjaan bebas yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang
menyampaikan Surat Pernyataan, contoh: Pegawai Swasta, Pegawai Negeri Sipil,
pedagang emas, dan lain-lain.
h. NOMOR TELEPON/FAKSIMILI
Diisi dengan nomor telepon/faksimili yang dimiliki, secara aktif digunakan, dan
secara nyata dapat dihubungi dari Wajib Pajak yang menyampaikan Surat
Pernyataan
i.
NOMOR HP
Diisi dengan nomor telepon selular (handphone) yang dimiliki, secara aktif
digunakan, dan secara nyata dapat dihubungi dari Wajib Pajak yang
menyampaikan Surat Pernyataan. Nomor telepon selular (handphone) ini akan
menjadi nomor yang akan dihubungi dalam proses penyelesaian Pengampunan
Pajak.
j.
EMAIL
Diisi dengan alamat surat elektronik (e-mail) yang dimiliki dan secara aktif
digunakan oleh Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pernyataan. Alamat email ini akan menjadi alamat e-mail yang akan dihubungi dalam proses
penyelesaian Pengampunan Pajak.
k. UMKM
Pada bagian UMKM, Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pernyataan
diharuskan untuk memberikan tanda centang () pada:
bagian YA jika Wajib Pajak menyampaikan surat pernyataan mengenai
besaran peredaran usaha atau SPT Tahunan PPh Terakhir, yang menyatakan
bahwa besaran peredaran usahanya sampai dengan Rp4.800.000.000; atau
bagian TIDAK jika Wajib Pajak TIDAK menyampaikan surat pernyataan
mengenai besaran peredaran usaha sampai dengan Rp4.800.000.000 atau
menyampaikan SPT Tahunan PPh Terakhir yang menyatakan bahwa besaran
peredaran usahanya lebih dari Rp4.800.000.000.
l.
PEMBUKUAN
Pada bagian pembukuan, Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pernyataan
diharuskan untuk memberikan tanda centang () pada:
bagian YA jika Wajib Pajak melaksanakan pembukuan; atau
Wajib Pajak diharuskan menuliskan periode tahun pajak awal dimana Wajib
Pajak mulai melaksanakan pembukuan. Untuk Wajib Pajak yang
melaksanakan pembukuan, Wajib Pajak memberikan tanda centang () pada
bagian DIAUDIT dalam hal pembukuan Wajib Pajak diaudit oleh Kantor
Akuntan Publik atau memberikan tanda centang () pada bagian TIDAK
DIAUDIT dalam hal pembukuan Wajib Pajak tidak diaudit oleh Kantor
Akuntan Publik.
bagian TIDAK jika Wajib Pajak tidak melaksanakan pembukuan.
9. SPT TAHUNAN
ANGKA 1 - HARTA BERSIH DALAM SPT PPh TERAKHIR
Harta adalah akumulasi tambahan kemampuan ekonomis berupa seluruh kekayaan,
baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, baik
yang digunakan untuk usaha maupun bukan untuk usaha, yang berada di dalam
dan/atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Utang adalah jumlah
pokok utang yang belum dibayar yang berkaitan langsung dengan perolehan Harta.
Harta bersih merupakan selisih antara nilai Harta dikurangi nilai Utang.
Bagian ini diisi dengan jumlah seluruh harta bersih yang telah dilaporkan Wajib
Pajak dalam SPT PPh Terakhir.
Angka 1 diisi dengan nilai total Bagian A dari Daftar Rincian Harta dan Utang.
10. HARTA BERSIH YANG BELUM PERNAH DILAPORKAN DALAM SPT
a. ANGKA 2 HARTA BERSIH DI DALAM NEGERI
Bagian ini diisi dengan jumlah seluruh harta bersih yang telah dimiliki oleh Wajib
Pajak yang berada di dalam negeri namun belum pernah atau belum sepenuhnya
dilaporkan oleh Wajib Pajak dalam SPT PPh Terakhir.
Angka 2 diisi dengan nilai total Bagian B dari Daftar Rincian Harta dan Utang.
b. ANGKA 3 HARTA BERSIH DI LUAR NEGERI YANG DIALIHKAN KE DALAM
NEGERI (REPATRIASI)
Bagian ini diisi dengan jumlah seluruh harta bersih yang telah dimiliki oleh Wajib
Pajak yang berada di luar negeri namun belum pernah atau belum sepenuhnya
dilaporkan oleh Wajib Pajak dalam SPT PPh Terakhir dan harta bersih tersebut
dialihkan oleh Wajib Pajak ke dalam negeri (repatriasi).
Angka 3 diisi dengan nilai total Bagian C dari Daftar Rincian Harta dan Utang.
c. ANGKA 4 HARTA BERSIH DI LUAR NEGERI YANG TIDAK DIALIHKAN KE
DALAM NEGERI (TIDAK REPATRIASI)
Bagian ini diisi dengan jumlah seluruh harta bersih yang telah dimiliki oleh Wajib
Pajak yang berada di luar negeri namun belum pernah atau belum sepenuhnya
dilaporkan Wajib Pajak dalam SPT PPh Terakhir dan harta bersih tersebut tidak
dialihkan ke dalam negeri (tidak direpatriasi).
Angka 4 diisi dengan nilai total Bagian D dari Daftar Rincian Harta dan Utang.
11. DASAR PENGENAAN UANG TEBUSAN
Pada bagian ini diuraikan mengenai penghitungan dasar pengenaan uang tebusan
(DPUT).
a. ANGKA 5 - DASAR PENGENAAN UANG TEBUSAN
Bagian ini diisi dengan jumlah seluruh harta bersih yang telah dimiliki oleh Wajib
Pajak yang berada di dalam negeri dan/atau di luar negeri namun belum pernah
atau belum sepenuhnya dilaporkan oleh Wajib Pajak dalam SPT PPh Terakhir.
1) ANGKA 5.a - DPUT UNTUK HARTA BERSIH DI DALAM NEGERI DAN
HARTA BERSIH DI LUAR NEGERI YANG DIALIHKAN KE DALAM NEGERI
Angka 5.a diisi dengan DPUT harta bersih yang berada di dalam negeri dan
harta bersih yang berada di luar negeri serta dialihkan (direpatriasi) ke dalam
negeri (angka 2 Surat Pernyataan ditambah angka 3 Surat Pernyataan).
2) ANGKA 5.b - DPUT HARTA BERSIH DI LUAR NEGERI YANG TIDAK
DIALIHKAN KE DALAM NEGERI
Angka 5.a diisi dengan DPUT harta bersih yang berada di luar negeri dan
tidak dialihkan (tidak direpatriasi) ke dalam negeri (angka 4 Surat
Pernyataan).
b. ANGKA 6 - DASAR PENGENAAN UANG TEBUSAN PADA PERMOHONAN
SEBELUMNYA
Kolom ini hanya diisi untuk penyampaian Surat Pernyataan kedua atau Surat
Pernyataan ketiga.
Periode
Penyampaian
Pertama
(1 Juli 2016
s.d.
30 September
2016)
Kedua
(1 Oktober
2016 s.d.
31 Desember
2016)
Ketiga
(1 Januari
2017 s.d. 31
Maret 2017)
2%
0,5%
2%
3%
0,5%
2%
5%
0,5%
2%
Periode
Penyampaian
Pertama
(1 Juli 2016
s.d.
30 September
2016)
Kedua
(1 Oktober
2016 s.d.
31 Desember
2016)
Ketiga
(1 Januari
2017 s.d. 31
Maret 2017)
4%
0,5%
2%
6%
0,5%
2%
10%
0,5%
2%
13. LAMPIRAN
Pada bagian lampiran, Wajib Pajak diharuskan memberikan isian tanda centang ()
pada kotak pilihan dokumen-dokumen yang dilampirkan pada Surat Pernyataan
Pengampunan Pajak, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Wajib membubuhkan tanda centang () pada kotak pilihan sebagai berikut:
i.
DAFTAR RINCIAN HARTA DAN UTANG beserta dokumen pendukung untuk
Utang
ii.
BUKTI PEMBAYARAN UANG TEBUSAN
iii.
FOTOKOPI SPT PPH TERAKHIR
b. Membubuhkan tanda centang () jika memiliki dokumen pendukung pada kotak
pilihan sebagai berikut:
i.
BUKTI PELUNASAN TUNGGAKAN PAJAK, dalam hal Wajib Pajak memiliki
tunggakan pajak yang masih harus dilunasi
ii.
BUKTI PEMBAYARAN PAJAK YANG BELUM/TIDAK DIBAYARKAN DALAM
HAL WAJIB PAJAK DILAKUKAN PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN ATAU
PENYIDIKAN, dalam hal Wajib Pajak sedang dalam proses pemeriksaan bukti
permulaan atau penyidikan
iii.
SURAT PERNYATAAN MENGENAI BESARAN PEREDARAN USAHA (UMKM),
dalam hal Wajib Pajak mempunyai Peredaran Usaha sampai dengan
Rp4.800.000.000 dan tidak menerima penghasilan dari pekerjaan dalam
hubungan kerja dan/atau pekerjaan bebas serta tidak belum memiliki
kewajiban untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan
iv.
SURAT PERNYATAAN TIDAK MENGALIHKAN HARTA YANG BERADA
DAN/ATAU DITEMPATKAN DI DALAM NEGERI KE LUAR WILAYAH NEGARA
KESATUAN REPUBLIK INDONESIA, dalam hal Wajib Pajak mengungkapkan
tambahan harta bersih yang belum pernah atau belum sepenuhnya
dilaporkan dalam SPT PPh Terakhir yang berada dan/atau ditempatkan di
dalam negeri
v.
SURAT PERNYATAAN MENGALIHKAN DAN MENGINVESTASIKAN HARTA
LUAR NEGERI YANG DIALIHKAN KE DALAM NEGERI, dalam hal Wajib Pajak
melakukan repatriasi terhadap tambahan Harta Bersih yang berada di luar
negeri
vi.
SURAT PERNYATAAN PENCABUTAN PERMOHONAN (SESUAI PASAL 8 AYAT
(3) HURUF F UNDANG-UNDANG TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK), dalam
hal Wajib Pajak menyampaikan permohonan atau pengajuan sesuai Pasal 8
ayat (3) huruf f Undang-Undang tentang Pengampunan Pajak
vii.
SURAT KUASA KHUSUS berupa surat kuasa sebagaimana Kitab UndangUndang Hukum Perdata, dalam hal Wajib Pajak memberikan kuasa dalam
rangka pembuatan dan penandatanganan Surat Pernyataan
viii.
SURAT PENGAKUAN KEPEMILIKAN HARTA, dalam hal Wajib Pajak memiliki
harta atas nama orang lain
ix.
SURAT PENGAKUAN NOMINEE merupakan surat pengakuan dari pihak yang
diatasnamakan dalam harta berupa saham, tanah, dan/atau bangunan yang
tercantum dalam SURAT PENGAKUAN KEPEMILIKAN HARTA
14.
PERNYATAAN
a. Bagian tanggal diisi dengan tanggal penyampaian Surat Pernyataan.
b.
Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi, tanda centang () dibubuhkan pada
bagian WAJIB PAJAK dan pada bagian NAMA WAJIB PAJAK/PEMIMPIN
TERTINGGI/KUASA dan NPWP diisi dengan Nama dan NPWP Wajib Pajak
sendiri;
- Untuk Wajib Pajak Badan:
tanda centang () dibubuhkan pada bagian PEMIMPIN TERTINGGI dan
.....................................................................
NPWP
....................................................................
Alamat
....................................................................
Bertindak untuk dan atas nama diri sendiri/wakil dari (hanya diisi dalam hal
Wajib Pajak Badan):
Nama Wajib Pajak :
.....................................................................
NPWP
....................................................................
Alamat
....................................................................
2.
Sebagai tindak lanjut untuk memenuhi ketentuan yang ada pada UndangUndang tersebut, saya menyatakan kesanggupan untuk mengalihkan harta
yang berada di luar negeri ke dalam negeri dan untuk menempatkan dana
tersebut dalam bentuk investasi sebesar Rp dengan rincian harta
sebagai berikut:
Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan akan
saya laksanakan dengan seksama.
.................., ...................
Ttd.
Wajib Pajak/Wakil
Stempel
Meterai
Rp. 6000
...................................
PETUNJUK PENGISIAN
CONTOH FORMAT SURAT PERNYATAAN MENGALIHKAN DAN
MENGINVESTASIKAN HARTA
1. IDENTITAS
Pada bagian identitas, hal-hal yang harus diisikan oleh Wajib Pajak adalah sebagai
berikut:
a. Nama Wajib Pajak
Diisi dengan nama dari Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pernyataan
Mengalihkan dan Menginvestasikan Harta.
Dalam hal Wajib Pajak badan, nama dari Wajib Pajak pada kolom identitas
berikutnya diisi dengan nama wakil Wajib Pajak yang merupakan pemimpin
tertinggi/penerima kuasa.
b. NPWP
Diisi dengan NPWP dari Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pernyataan
Mengalihkan dan Menginvestasikan Harta.
Dalam hal Wajib Pajak badan, NPWP dari Wajib Pajak pada kolom identitas
berikutnya diisi dengan NPWP wakil Wajib Pajak yang merupakan pemimpin
tertinggi/penerima kuasa.
c. Alamat
Diisi dengan alamat Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pernyataan
Mengalihkan dan Menginvestasikan Harta.
Dalam hal Wajib Pajak badan, alamat dari Wajib Pajak pada kolom identitas
berikutnya diisi dengan alamat wakil Wajib Pajak yang merupakan pemimpin
tertinggi/penerima kuasa.
2. TABEL RINCIAN HARTA
a. Kode Harta
Diisi dengan kode Harta yang dimiliki atau dikuasai oleh Wajib Pajak sebagai
berikut:
Kas dan Setara Kas:
011 : uang tunai
012 : tabungan
013 : giro
014 : deposito
019 : setara kas lainnya
Piutang dan Persediaan:
021 : piutang
022 : piutang afiliasi
023 : Persediaan Usaha
029 : piutang lainnya
Investasi:
031 : saham yang dibeli untuk dijual kembali
032 : saham
033 : obligasi perusahaan
034 : obligasi pemerintah Indonesia (Obligasi Ritel Indonesia atau ORI, surat
berharga syariah negara, dll)
035 : surat utang lainnya
036 : reksadana
037 : Instrumen derivatif (right, warran, kontrak berjangka, opsi, dll)
038 : penyertaan modal dalam perusahaan lain yang tidak atas saham meliputi
penyertaan modal pada CV, Firma, dan sejenisnya
039 : Investasi lainnya
Alat Transportasi:
041 : sepeda
042 : sepeda motor
043 : mobil
049 : alat transportasi lainnya
Harta Bergerak Lainnya:
051 : logam mulia (emas batangan, emas perhiasan, platina batangan, platina
perhiasan, logam mulia lainnya)
052 : batu mulia (intan, berlian, batu mulia lainnya)
053 : barang-barang seni dan antik (barang-barang seni, barang-barang antik,
lukisan, guci, dan lain-lain)
054 : kapal pesiar, pesawat terbang, helikopter, jetski, peralatan olahraga khusus
055 : peralatan elektronik, furnitur
059 : Harta bergerak lainnya seperti kuda, hewan ternak, dan lain-lain
Harta Tidak Bergerak:
061 : tanah dan/atau bangunan untuk tempat tinggal.
062 : tanah dan/atau bangunan untuk usaha (toko, pabrik, gudang, dan
sejenisnya)
063 : tanah atau lahan untuk usaha (lahan pertanian, perkebunan, perikanan
darat, dan sejenisnya)
069 : Harta tidak bergerak lainnya
Harta Tidak Berwujud:
071 : Paten
072 : Royalti
073 : Merek Dagang
079 : Harta tidak berwujud lainnya
b. Nama Harta
Diisi dengan nama Harta yang dimiliki atau dikuasai Wajib Pajak sesuai dengan
kode Harta di atas.
c. Nilai (dalam Mata Uang Asing)
Diisi dengan nilai Harta yang akan dialihkan dan diinvestasikan dalam satuan
mata uang asing.
d. Nilai (Rp)
Diisi dengan nilai Harta yang akan dialihkan dan diinvestasikan dalam satuan
mata uang Rupiah. Dalam hal Harta tersebut dinilai dalam mata uang asing, nilai
Harta tersebut dikonversikan dalam mata uang Rupiah dengan menggunakan
Kurs Menteri Keuangan per tanggal 31 Desember 2015.
e. TOTAL
Diisi dengan total nilai Harta tambahan yang akan dialihkan dan diinvestasikan
dalam satuan mata uang Rupiah.
3. BENTUK INVESTASI
Bentuk investasi yang dapat ditempatkan dari Harta yang direpatriasi adalah
sebagai berikut:
a. surat berharga Negara Republik Indonesia;
b. obligasi Badan Usaha Milik Negara;
c. obligasi lembaga pembiayaan yang dimiliki oleh Pemerintah;
d. investasi keuangan pada Bank Persepsi;
e. obligasi perusahaan swasta yang perdagangannya diawasi oleh Otoritas Jasa
Keuangan;
f. investasi infrastruktur melalui kerja sama Pemerintah dengan badan usaha;
g. investasi sektor riil berdasarkan prioritas yang ditentukan oleh Pemerintah;
dan/atau
.....................................................................
NPWP
....................................................................
Alamat
....................................................................
Bertindak untuk dan atas nama diri sendiri/wakil dari (hanya diisi dalam hal
Wajib Pajak Badan):
Nama Wajib Pajak :
.....................................................................
NPWP
....................................................................
Alamat
....................................................................
2.
Sebagai tindak lanjut untuk memenuhi ketentuan yang ada pada UndangUndang tersebut, saya menyatakan kesanggupan untuk tidak mengalihkan
harta yang telah berada di dalam negeri ke luar negeri sebesar Rp
dengan rincian sebagai berikut:
Nilai (Dalam
No.
Kode Harta
Nama Harta
Mata Uang
Asing)
TOTAL
3 (tiga) tahun sejak menerima Surat Keterangan.
Nilai (Rp)
Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan akan
saya laksanakan dengan seksama.
.................., tgl...................
Wajib Pajak/ Wakil
Stempel
Meterai
Rp. 6000
(Nama Jelas)
PETUNJUK PENGISIAN
CONTOH FORMAT SURAT PERNYATAAN TIDAK MENGALIHKAN
HARTA TAMBAHAN YANG TELAH BERADA DI DALAM WILAYAH
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA KE LUAR WILAYAH
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
1. IDENTITAS
Pada bagian identitas, hal-hal yang harus diisikan oleh Wajib Pajak adalah sebagai
berikut:
d. Nama Wajib Pajak
Diisi dengan nama dari Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pernyataan Tidak
Mengalihkan Harta Tambahan yang Telah Berada di Dalam Wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia ke Luar Wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Dalam hal Wajib Pajak badan, nama dari Wajib Pajak pada kolom identitas
berikutnya diisi dengan nama wakil Wajib Pajak yang merupakan pemimpin
tertinggi/penerima kuasa.
e. NPWP
Diisi dengan NPWP dari Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pernyataan Tidak
Mengalihkan Harta Tambahan yang Telah Berada di Dalam Wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia ke Luar Wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Dalam hal Wajib Pajak badan, NPWP dari Wajib Pajak pada kolom identitas
berikutnya diisi dengan NPWP wakil Wajib Pajak yang merupakan pemimpin
tertinggi/penerima kuasa.
f. Alamat
Diisi dengan alamat Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pernyataan Tidak
Mengalihkan Harta Tambahan yang Telah Berada di Dalam Wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia ke Luar Wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Dalam hal Wajib Pajak badan, alamat dari Wajib Pajak pada kolom identitas
berikutnya diisi dengan alamat wakil Wajib Pajak yang merupakan pemimpin
tertinggi/penerima kuasa.
2. TABEL RINCIAN HARTA
f. Kode Harta
Diisi dengan kode Harta yang dimiliki atau dikuasai oleh Wajib Pajak sebagai
berikut:
Kas dan Setara Kas:
011 : uang tunai
012 : tabungan
013 : giro
014 : deposito
019 : setara kas lainnya
Piutang dan Persediaan:
021 : piutang
022 : piutang afiliasi
023 : Persediaan Usaha
029 : piutang lainnya
Investasi:
031 : saham yang dibeli untuk dijual kembali
032 : saham
033 : obligasi perusahaan
034 : obligasi pemerintah Indonesia (Obligasi Ritel Indonesia atau ORI, surat
:
:
:
:
Alat Transportasi:
041 : sepeda
042 : sepeda motor
043 : mobil
049 : alat transportasi lainnya
Harta Bergerak Lainnya:
051 : logam mulia (emas batangan, emas perhiasan, platina batangan, platina
perhiasan, logam mulia lainnya)
052 : batu mulia (intan, berlian, batu mulia lainnya)
053 : barang-barang seni dan antik (barang-barang seni, barang-barang antik,
lukisan, guci, dan lain-lain)
054 : kapal pesiar, pesawat terbang, helikopter, jetski, peralatan olahraga khusus
055 : peralatan elektronik, furnitur
059 : Harta bergerak lainnya seperti kuda, hewan ternak, dan lain-lain
Harta Tidak Bergerak:
061 : tanah dan/atau bangunan untuk tempat tinggal.
062 : tanah dan/atau bangunan untuk usaha (toko, pabrik, gudang, dan
sejenisnya)
063 : tanah atau lahan untuk usaha (lahan pertanian, perkebunan, perikanan
darat, dan sejenisnya)
069 : Harta tidak bergerak lainnya
Harta Tidak Berwujud:
071 : Paten
072 : Royalti
073 : Merek Dagang
079 : Harta tidak berwujud lainnya
g. Nama Harta
Diisi dengan nama Harta yang dimiliki atau dikuasai Wajib Pajak sesuai dengan
kode Harta di atas.
h. Nilai (dalam Mata Uang Asing)
Diisi dengan nilai Harta yang tidak dialihkan ke luar negeri dalam satuan mata
uang asing.
i. Nilai (Rp)
Diisi dengan nilai Harta yang tidak dialihkan ke luar negeri dalam satuan mata
uang Rupiah. Dalam hal Harta tersebut dinilai dalam mata uang asing, nilai
Harta tersebut dikonversikan dalam mata uang Rupiah dengan menggunakan
Kurs Menteri Keuangan per tanggal 31 Desember 2015.
j. TOTAL
Diisi dengan total nilai Harta tambahan yang tidak dialihkan ke luar negeri dalam
satuan mata uang Rupiah.
3. TANDA TANGAN
Pada bagian di atas kolom tanda tangan, diisi dengan nama Kota dan tanggal Surat
Pernyataan Tidak Mengalihkan Harta Tambahan yang Telah Berada di Dalam
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia ke Luar Wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia ditandatangani.
Pada kolom tanda tangan, diisi dengan tanda tangan Wajib Pajak/wakil Wajib Pajak
yang merupakan pemimpin tertinggi/penerima kuasa.
Pada bagian di bawah kolom tanda tangan, diisi dengan nama Wajib Pajak/wakil
Wajib Pajak yang merupakan pemimpin tertinggi/penerima kuasa yang bertanda
tangan
NPWP
KODE
HARTA
(2)
NAMA
HARTA
(3)
SUBTOTAL (A.1)
TAHUN
PEROLEHAN
(4)
NILAI YANG
DILAPORKAN
DALAM SPT
PPh TERAKHIR
(5.A)
(26)
ALAMAT
(7)
ATAS
NAMA
(8)
NPWP
(9)
JENIS
DOKUMEN
(10)
NOMOR
DOKUMEN
(11)
JUMLAH/
KUANTITAS
(12)
SATUAN
(13)
KETERANGAN
(14)
NO
(1)
KODE
UTANG
(15)
JENIS
UTANG
(16)
TAHUN
PEMINJAMAN
(17)
SUBTOTAL (A.2)
TOTAL A=SUBTOTAL (A.1A.2)
NILAI YANG
DILAPORKAN
DALAM SPT
PPh
TERAKHIR
(5.A)
(27)
(28)
INFORMASI UTANG
LOKASI PEMBERI
UTANG
NEGARA*)
(18)
ALAMAT
(19)
NAMA
PEMBERI
UTANG
(20)
NPWP
(21)
DOKUMEN
PENDUKUNG
(22)
TERKAIT
PEROLEHAN
HARTA
(23)
BENTUK
AGUNAN
YANG
DIBERIKAN
(24)
KETERANGAN
(25)
B. HARTA BERSIH YANG BERADA DI DALAM NEGERI YANG BELUM DILAPORKAN DALAM SPT PPh TERAKHIR
B.1. NILAI HARTA TAMBAHAN YANG BELUM DILAPORKAN DALAM SPT PPh TERAKHIR
NO
(1)
KODE
HARTA
(2)
NAMA
HARTA
(3)
SUBTOTAL (B.1)
TAHUN
PEROLEHAN
(4)
NILAI
NOMINAL/NILAI
WAJAR
(5.B)
(29)
LOKASI HARTA
NEGARA
ALAMAT
(6)
(7)
ATAS
NAMA
(8)
SATUAN
(13)
KETERANGAN
(14)
B.2. NILAI UTANG TERKAIT HARTA YANG BELUM PERNAH DILAPORKAN DALAM SPT PPh TERAKHIR
NO
(1)
KODE
UTANG
(15)
JENIS
UTANG
(16)
TAHUN
PEMINJAMAN
(17)
SUBTOTAL (B.2)
TOTAL A=SUBTOTAL (B.1B.2)
NILAI YANG
DAPAT
DIPERHITUNGKAN
SEBAGAI
PENGURANG
(Max 75% dari
nilai nominal/nilai
wajar masingmasing perolehan
Harta untuk WP
Badan atau Max
50% dari nilai
nominal/nilai
wajar masingmasing perolehan
Harta untuk WP
Orang Pribadi)
(5.C)
(30)
(31)
INFORMASI UTANG
LOKASI PEMBERI
UTANG
NEGARA*)
(18)
ALAMAT
(19)
NAMA
PEMBERI
UTANG
(20)
NPWP
(21)
DOKUMEN
PENDUKUNG
(22)
TERKAIT
PEROLEHAN
HARTA
(23)
BENTUK
AGUNAN
YANG
DIBERIKAN
(24)
KETERANGAN
(25)
C. HARTA BERSIH YANG BERADA DI LUAR NEGERI YANG DIALIHKAN KE DALAM NEGERI (REPATRIASI) YANG BELUM
DILAPORKAN DALAM SPT PPh TERAKHIR
C.1. NILAI HARTA TAMBAHAN YANG BELUM DILAPORKAN DALAM SPT PPh TERAKHIR
NO
(1)
KODE
HARTA
(2)
NAMA
HARTA
(3)
SUBTOTAL (C.1)
TAHUN
PEROLEHAN
(4)
NILAI
NOMINAL/NILAI
WAJAR
(5.B)
(32)
LOKASI HARTA
NEGARA*) ALAMAT
(6)
(7)
ATAS
NAMA
(8)
SATUAN
(13)
KETERANGAN
(14)
C.2. NILAI UTANG TERKAIT HARTA YANG BELUM PERNAH DILAPORKAN DALAM SPT PPh TERAKHIR
NO
(1)
KODE
UTANG
(15)
JENIS
UTANG
(16)
TAHUN
PEMINJAMAN
(17)
SUBTOTAL (C.2)
TOTAL A=SUBTOTAL (C.1C.2)
NILAI YANG
DAPAT
DIPERHITUNGKAN
SEBAGAI
PENGURANG
(Max 75% dari
nilai nominal/nilai
wajar masingmasing perolehan
Harta untuk WP
Badan atau Max
50% dari nilai
nominal/nilai
wajar masingmasing perolehan
Harta untuk WP
Orang Pribadi)
(5.C)
(33)
(34)
INFORMASI UTANG
LOKASI PEMBERI
UTANG
NEGARA*)
(18)
ALAMAT
(19)
NAMA
PEMBERI
UTANG
(20)
NPWP
(21)
DOKUMEN
PENDUKUNG
(22)
TERKAIT
PEROLEHAN
HARTA
(23)
BENTUK
AGUNAN
YANG
DIBERIKAN
(24)
KETERANGAN
(25)
D. HARTA BERSIH YANG BERADA DI LUAR NEGERI YANG TIDAK DIALIHKAN KE DALAM NEGERI (NON REPATRIASI) YANG
BELUM DILAPORKAN DALAM SPT PPh TERAKHIR
D.1. NILAI HARTA TAMBAHAN YANG BELUM DILAPORKAN DALAM SPT PPh TERAKHIR
NO
(1)
KODE
HARTA
(2)
NAMA
HARTA
(3)
SUBTOTAL (D.1)
TAHUN
PEROLEHAN
(4)
NILAI
NOMINAL/NILAI
WAJAR
(5.B)
(35)
LOKASI HARTA
NEGARA*) ALAMAT
(6)
(7)
ATAS
NAMA
(8)
SATUAN
(13)
KETERANGAN
(14)
D.2. NILAI UTANG TERKAIT HARTA YANG BELUM PERNAH DILAPORKAN DALAM SPT PPh TERAKHIR
NO
(1)
KODE
UTANG
(15)
JENIS
UTANG
(16)
TAHUN
PEMINJAMAN
(17)
SUBTOTAL (D.2)
TOTAL A=SUBTOTAL (D.1D.2)
NILAI YANG
DAPAT
DIPERHITUNGKAN
SEBAGAI
PENGURANG
(Max 75% dari
nilai nominal/nilai
wajar masingmasing perolehan
Harta untuk WP
Badan atau Max
50% dari nilai
nominal/nilai
wajar masingmasing perolehan
Harta untuk WP
Orang Pribadi)
(5.C)
(36)
(37)
INFORMASI UTANG
LOKASI PEMBERI
UTANG
NEGARA*)
(18)
ALAMAT
(19)
NAMA
PEMBERI
UTANG
(20)
NPWP
(21)
DOKUMEN
PENDUKUNG
(22)
TERKAIT
PEROLEHAN
HARTA
(23)
BENTUK
AGUNAN
YANG
DIBERIKAN
(24)
KETERANGAN
(25)
E.1. TOTAL HARTA = SUBTOTAL (A.1) + SUBTOTAL (B.1) + SUBTOTAL (C.1) + SUBTOTAL (D.1)
(38)
(39)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
Nama Negara
Afghanistan
land Islands
Albania
Algeria
American Samoa
Andorra
Angola
Anguilla
Antarctica
Antigua and Barbuda
Argentina
Armenia
Aruba
Australia
Austria
Azerbaijan
Bahamas (the)
Bahrain
Bangladesh
Barbados
Belarus
Belgium
Belize
Benin
Bermuda
Bhutan
Bolivia (Plurinational State of)
Bonaire, Sint Eustatius and Saba
Bosnia and Herzegovina
Botswana
Bouvet Island
Brazil
British Indian Ocean Territory (the)
Brunei Darussalam
Bulgaria
Burkina Faso
Burundi
Cabo Verde
Cambodia
Cameroon
Canada
Cayman Islands (the)
Central African Republic (the)
Chad
Chile
China
Christmas Island
Cocos (Keeling) Islands (the)
Colombia
Comoros (the)
Congo (the Democratic Republic of the)
Congo (the)
Kode
AFG
ALA
ALB
DZA
ASM
AND
AGO
AIA
ATA
ATG
ARG
ARM
ABW
AUS
AUT
AZE
BHS
BHR
BGD
BRB
BLR
BEL
BLZ
BEN
BMU
BTN
BOL
BES
BIH
BWA
BVT
BRA
IOT
BRN
BGR
BFA
BDI
CPV
KHM
CMR
CAN
CYM
CAF
TCD
CHL
CHN
CXR
CCK
COL
COM
COD
COG
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
COK
KOR
PRK
CRI
CIV
HRV
CUB
CUW
DNK
DJI
DOM
DMA
EGY
SLV
ARE
ECU
ERI
ESP
EST
USA
ETH
FLK
FRO
FRA
GUF
PYF
ATF
GAB
GMB
GEO
DEU
GHA
GIB
GRC
GRL
GRD
GLP
GUM
GTM
GGY
GIN
GNB
GUY
HTI
HMD
VAT
HND
HKG
HUN
ISL
IND
IDN
IRN
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
Iraq
Ireland
Israel
Italy
Cte d'Ivoire
Jamaica
Japan
Kazakhstan
Jordan
Kenya
Korea (the Democratic People's Republic of)
Korea (the Republic of)
Kuwait
Kyrgyzstan
Lao People's Democratic Republic (the)
Lebanon
Lesotho
Latvia
Liberia
Libya
Liechtenstein
Lithuania
Luxembourg
Macao
Madagascar
Malawi
Malaysia
Maldives
Mali
Malta
Martinique
Mauritania
Mauritius
Mexico
Monaco
Mongolia
Moldova (the Republic of)
Montenegro
Montserrat
Morocco
Mozambique
Oman
Namibia
Nauru
Nepal
Netherlands (the)
Curaao
Aruba
Sint Maarten (Dutch part)
Bonaire, Sint Eustatius and Saba
New Caledonia
Vanuatu
New Zealand
IRQ
IRL
ISR
ITA
CIV
JAM
JPN
KAZ
JOR
KEN
PRK
KOR
KWT
KGZ
LAO
LBN
LSO
LVA
LBR
LBY
LIE
LTU
LUX
MAC
MDG
MWI
MYS
MDV
MLI
MLT
MTQ
MRT
MUS
MEX
MCO
MNG
MDA
MNE
MSR
MAR
MOZ
OMN
NAM
NRU
NPL
NLD
CUW
ABW
SXM
BES
NCL
VUT
NZL
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
Nicaragua
Niger (the)
Nigeria
Niue
Norfolk Island
Norway
Northern Mariana Islands (the)
United States Minor Outlying Islands (the)
Micronesia (Federated States of)
Marshall Islands (the)
Palau
Pakistan
Panama
Papua New Guinea
Paraguay
Peru
Philippines (the)
Pitcairn
Poland
Portugal
Guinea-Bissau
Timor-Leste
Puerto Rico
Qatar
Runion
Romania
Russian Federation (the)
Rwanda
Saint Barthlemy
Saint Helena, Ascension and Tristan da Cunha
Saint Kitts and Nevis
Anguilla
Saint Lucia
Saint Martin (French part)
Saint Pierre and Miquelon
Saint Vincent and the Grenadines
San Marino
Sao Tome and Principe
Saudi Arabia
Senegal
Serbia
Seychelles
Sierra Leone
Singapore
Slovakia
Viet Nam
Slovenia
Somalia
South Africa
Zimbabwe
Spain
South Sudan
Sudan (the)
NIC
NER
NGA
NIU
NFK
NOR
MNP
UMI
FSM
MHL
PLW
PAK
PAN
PNG
PRY
PER
PHL
PCN
POL
PRT
GNB
TLS
PRI
QAT
REU
ROU
RUS
RWA
BLM
SHN
KNA
AIA
LCA
MAF
SPM
VCT
SMR
STP
SAU
SEN
SRB
SYC
SLE
SGP
SVK
VNM
SVN
SOM
ZAF
ZWE
ESP
SSD
SDN
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
248
249
Western Sahara*
Suriname
Svalbard and Jan Mayen
Swaziland
Sweden
Switzerland
Syrian Arab Republic
Tajikistan
Thailand
Togo
Tokelau
Tonga
Trinidad and Tobago
United Arab Emirates (the)
Trinidad and Tobago
Tunisia
Turkey
Turkmenistan
Turks and Caicos Islands (the)
Tuvalu
Uganda
Ukraine
United Arab Emirates (the)
United Kingdom of Great Britain and Northern
Ireland (the)
United States Minor Outlying Islands (the)
United States of America (the)
Uruguay
Uzbekistan
Vanuatu
Venezuela (Bolivarian Republic of)
Viet Nam
Virgin Islands (British)
Virgin Islands (U.S.)
Wallis and Futuna
Western Sahara*
Yemen
Zambia
Zimbabwe
ESH
SUR
SJM
SWZ
SWE
CHE
SYR
TJK
THA
TGO
TKL
TON
TTO
ARE
TTO
TUN
TUR
TKM
TCA
TUV
UGA
UKR
ARE
GBR
UMI
USA
URY
UZB
VUT
VEN
VNM
VGB
VIR
WLF
ESH
YEM
ZMB
ZWE
PETUNJUK PENGISIAN
DAFTAR RINCIAN HARTA DAN UTANG
1. Daftar Rincian Harta dan Utang dibagi menjadi 4 (empat) bagian yaitu:
- Bagian A - HARTA YANG DILAPORKAN DALAM SPT PPh TERAKHIR, yang
terdiri dari:
1) Bagian A.1 - NILAI HARTA YANG DILAPORKAN DALAM SPT PPh
TERAKHIR
Bagian ini diisi dengan Harta yang telah dilaporkan dalam SPT PPh Terakhir.
Dalam hal Wajib Pajak:
a. telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak sebelum tahun 2016 dan belum
melaporkan SPT PPh Terakhir setelah berlakunya Undang-Undang
Pengampunan Pajak, berlaku ketentuan bahwa Harta yang diisikan dalam
bagian ini adalah Harta yang telah dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan sebelum SPT PPh Terakhir yang disampaikan
sebelum Undang-Undang Pengampunan Pajak berlaku ditambah Harta
yang bersumber dari penghasilan pada Tahun Pajak Terakhir yang
tercantum pada SPT PPh Terakhir.
b. merupakan Wajib Pajak yang terdaftar setelah 31 Desember 2015 atau
Wajib Pajak yang belum memiliki kewajiban untuk menyampaikan SPT
PPh Terakhir, bagian ini dikosongkan (tidak diisi).
c. melakukan pembetulan SPT PPh Terakhir berlaku ketentuan sebagai
berikut:
Apabila pembetulan SPT PPh Terakhir dilakukan sebelum UndangUndang Pengampunan Pajak berlaku, Harta yang diisikan dalam
bagian ini adalah Harta yang telah dilaporkan dalam pembetulan SPT
PPh Terakhir.
Apabila pembetulan SPT PPh Terakhir dilakukan setelah UndangUndang Pengampunan Pajak berlaku, Harta yang diisikan dalam
bagian ini adalah Harta yang telah dilaporkan dalam SPT PPh Terakhir
sebelum pembetulan SPT PPh Terakhir dilakukan.
2) Bagian A.2 NILAI UTANG YANG DILAPORKAN DALAM SPT PPh
TERAKHIR
Bagian ini diisi dengan Utang yang telah dilaporkan dalam SPT PPh Terakhir.
Dalam hal Wajib Pajak merupakan Wajib Pajak yang baru terdaftar setelah
31 Desember 2015 atau Wajib Pajak yang belum memiliki kewajiban untuk
menyampaikan SPT PPh Terakhir, bagian ini dikosongkan (tidak diisi).
Dalam hal Wajib Pajak melakukan pembetulan SPT PPh Terakhir berlaku
ketentuan sebagai berikut:
Apabila pembetulan SPT PPh Terakhir dilakukan sebelum UndangUndang Pengampunan Pajak berlaku, Utang yang diisikan dalam
bagian ini adalah Utang yang telah dilaporkan dalam pembetulan SPT
PPh Terakhir.
Apabila pembetulan SPT PPh Terakhir dilakukan setelah UndangUndang Pengampunan Pajak berlaku, Utang yang diisikan dalam
bagian ini adalah Utang yang telah dilaporkan dalam SPT PPh Terakhir
sebelum pembetulan SPT PPh Terakhir dilakukan.
- Bagian B - HARTA BERSIH YANG BERADA DI DALAM NEGERI YANG BELUM
DILAPORKAN DALAM SPT PPh TERAKHIR, yang terdiri dari:
1) Bagian B.1 - NILAI HARTA TAMBAHAN YANG BELUM DILAPORKAN
DALAM SPT PPh TERAKHIR
Bagian ini diisi dengan seluruh Harta tambahan yang berada di dalam negeri
namun belum pernah atau belum sepenuhnya dilaporkan dalam SPT PPh
Terakhir.
Termasuk Harta yang dilaporkan dalam bagian ini adalah Harta tambahan
yang dimiliki oleh Wajib Pajak yang berupa Special Purpose Vehicle (SPV) dan
Harta yang dimiliki SPV tersebut.
2) Bagian B.2 NILAI UTANG TERKAIT HARTA YANG BELUM PERNAH
043 : mobil
049 : alat transportasi lainnya
Harta Bergerak Lainnya:
051 : logam mulia (emas batangan, emas perhiasan, platina batangan,
platina perhiasan, logam mulia lainnya)
052 : batu mulia (intan, berlian, batu mulia lainnya)
053 : barang-barang seni dan antik (barang-barang seni, barangbarang antik, lukisan, guci, dan lain-lain)
054 : kapal pesiar, pesawat terbang, helikopter, jetski, peralatan
olahraga khusus
055 : peralatan elektronik, furnitur
059 : Harta bergerak lainnya seperti kuda, hewan ternak, dan lain-lain
Harta Tidak Bergerak
061 : tanah dan/atau bangunan untuk tempat tinggal.
062 : tanah dan/atau bangunan untuk usaha (toko, pabrik, gudang, dan
sejenisnya)
063 : tanah atau lahan untuk usaha (lahan pertanian, perkebunan, perikanan
darat, dan sejenisnya)
069 : Harta tidak bergerak lainnya
Harta Tidak Berwujud
071 : Paten
072 : Royalti
073 : Merek Dagang
079 : Harta tidak berwujud lainnya
6. NAMA HARTA Kolom (3)
Kolom ini diisi dengan nama Harta yang dimiliki atau dikuasai Wajib Pajak
sesuai dengan kode Harta di atas.
7. TAHUN PEROLEHAN Kolom (4)
Kolom ini diisi tahun perolehan dari masing-masing Harta yang dimiliki.
8. NILAI YANG DILAPORKAN DALAM SPT TAHUNAN TAHUN PAJAK TERAKHIR
(RUPIAH) Kolom (5.A)
Kolom ini diisi dengan harga perolehan untuk Harta yang telah dilaporkan dalam
SPT PPh Terakhir atau dengan dengan sisa pokok Utang yang telah dilaporkan
dalam SPT PPh Tahun Terakhir.
Dalam hal Wajib Pajak melakukan pembetulan SPT Tahunan PPh sebelum
menyampaikan Surat Pernyataan, maka nilai Harta/Utang yang diisikan dalam
bagian ini adalah nilai Harta/Utang yang telah dilaporkan dalam pembetulan SPT
Tahunan PPh, sedangkan apabila Wajib Pajak melakukan pembetulan SPT Tahunan
PPh setelah menyampaikan Surat Pernyataan, maka nilai Harta/Utang yang diisikan
dalam bagian ini adalah nilai Harta/Utang yang telah dilaporkan dalam SPT
Tahunan PPh sebelum pembetulan SPT Tahunan PPh dilakukan.
9. NILAI NOMINAL/WAJAR (RUPIAH) Kolom (5.B)
Kolom ini diisi dengan nilai Harta tambahan yang belum pernah/belum sepenuhnya
dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh atas nilai Harta yang berada di dalam negeri
dan/atau berada di luar negeri berdasarkan nilai nominal untuk Harta berupa kas
dan menggunakan nilai wajar untuk Harta selain kas dalam mata uang rupiah
sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Pengampunan Pajak.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
Dalam hal Wajib Pajak merupakan Wajib Pajak yang baru terdaftar pada tahun 2016
atau Wajib Pajak yang belum memiliki kewajiban untuk menyampaikan SPT
Tahunan PPh Tahun Pajak 2015, angka ini diisi dengan 0 (nol).
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
Harta bersih yang dimiliki Wajib Pajak yang berada di luar negeri yang tidak
dialihkan ke dalam negeri (non repatriasi) namun belum pernah/belum sepenuhnya
dilaporkan Wajib Pajak dalam SPT Tahunan PPh. Angka ini digunakan untuk
mengisi Angka 4 dalam Surat Pernyataan.
BAGIAN E - NILAI HARTA BERSIH
43. TOTAL HARTA Angka (38)
Angka ini diisi dengan nilai penjumlahan dari SUBTOTAL (A.1) (angka 26) dengan
SUBTOTAL (B.1) (angka 29), SUBTOTAL (C.1) (angka 32) dan SUBTOTAL (D.1)
(angka 35) yang merupakan jumlah nilai seluruh Harta yang dimiliki Wajib Pajak.
44.
(11)
keberatan atas:
SKP nomor . dengan nomor BPS ; (12)
Bukti Potong nomor . dengan nomor BPS; (13)
pembetulan atas surat ketetapan pajak dan surat keputusan atas:
........ nomor . dengan nomor BPS ; (14)
banding atas:
SK Keberatan nomor . (15) dan/atau
gugatan atas:
.; (16) dan/atau
yang telah saya ajukan dan belum diterbitkan Keputusan dan/atau Putusan
atas permohonan tersebut.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Apabila di
kemudian hari ditemukan bahwa pernyataan ini tidak benar, saya siap
menerima segala konsekuensinya sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
.................., tgl................... (18)
Meterai
Rp. 6000
................................. (19)
Nomor
(1)
Nomor
(2)
Nomor
(3)
Nomor
(4)
Nomor
(5)
Nomor
(6)
Nomor
(7)
Nomor
(8)
Nomor
(9)
Nomor
(10)
Nomor
(11)
Nomor
(12)
Nomor
(13)
Nomor
(14)
Nomor
(15)
Nomor
(16)
Nomor
(17)
Nomor
(18)
Nomor
(19)
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
TOTAL
(20)
Nomor
(21)
Nomor
(22)
Nomor
(23)
Nomor
(24)
Nomor
(25)
Nomor
(26)
Nomor
(27)
Nomor
(28)
Nomor
(29)
:
:
........................................................... (2)
Permintaan Informasi Tertulis
Mengenai Jumlah Pajak yang
Tidak Atau Kurang Dibayar Atau
Tidak Seharusnya Dikembalikan
...........................................(1)
:
:
:
:
..........................................................................
..........................................................................
..........................................................................
.........................................................................
(5)
(5)
(5)
(5)
:
:
:
.........................................................................
.........................................................................
.........................................................................
(6)
(6)
(6)
dengan ini mengajukan permintaan informasi secara tertulis mengenai jumlah pajak yang tidak
atau kurang dibayar atau tidak seharusnya dikembalikan atas ....................................................... (7)
berdasarkan ......................................................................... (8)
Demikian surat permohonan ini dibuat dengan kesadaran sendiri tanpa paksaan dari
pihak manapun.
Atas bantuan dan kerja sama yang diberikan, kami ucapkan terima kasih.
.......................................(9)
.......................................(10)
PETUNJUK PENGISIAN
SURAT PERMINTAAN INFORMASI TERTULIS MENGENAI JUMLAH PAJAK YANG
TIDAK ATAU KURANG DIBAYAR ATAU TIDAK SEHARUSNYA DIKEMBALIKAN
(UNTUK WAJIB PAJAK BADAN)
Nomor 1
Nomor 2
Nomor 3
:
:
:
Nomor 4
Nomor 5
Nomor 6
Nomor 7
Nomor 8
Nomor 9
Nomor 10
:
:
Hal:
......................................(1)
Dengan hormat,
Sehubungan dengan syarat penyampaian Surat Pernyataan Harta untuk Pengampunan
Pajak, yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
NPWP
Alamat
Pekerjaan/Jabatan
:
:
:
:
.........................................................................
.........................................................................
.........................................................................
.........................................................................
(4)
(4)
(4)
(4)
dengan ini mengajukan permintaan informasi secara tertulis mengenai jumlah pajak yang tidak
atau
kurang
dibayar
atau
yang
tidak
seharusnya
dikembalikan
atas
.......................................................(5) berdasarkan ..........................................................................(6).
Demikian surat permohonan ini dibuat dengan kesadaran sendiri tanpa paksaan dari
pihak manapun.
Atas bantuan dan kerja sama yang diberikan, kami ucapkan terima kasih.
.........................................(7)
PETUNJUK PENGISIAN
SURAT PERMINTAAN INFORMASI TERTULIS MENGENAI JUMLAH PAJAK YANG
TIDAK ATAU KURANG DIBAYAR ATAU TIDAK SEHARUSNYA DIKEMBALIKAN
(UNTUK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI)
Nomor 1
Nomor 2
:
:
Nomor 3
Nomor 4
Nomor 5
Nomor 6
Nomor 7
Nomor
: . (1)
. (2)
Lampiran : . (3)
Hal
: Permohonan Pencabutan atas Permohonan dan/atau Pengajuan Upaya
Hukum
Yth. Direktur Jenderal Pajak
u.b. Kepala KPP
... (4)
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama
: .......................................................................................
NPWP
: .......................................................................................
Jabatan
: .......................................................................................
Alamat
: .......................................................................................
Nomor Telepon
: .......................................................................................
Bertindak selaku
:
Wajib Pajak
Wakil
dari Wajib
Nama
:
NPWP
:
Alamat :
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Kuasa
Pajak
................................................................ (10)
................................................................ (11)
................................................................ (12)
:
:
:
:
............................................................(13)
............................................................(14)
............................................................(13)
............................................................(14)
Alasan pencabutan atas permohonan dan/atau pengajuan upaya hukum adalah untuk
memenuhi syarat penyampaian Surat Pernyataan Harta untuk Pengampunan Pajak
sesuai dengan ketentuan yang ada pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016
tentang Pengampunan Pajak.
Demikian surat permohonan pencabutan atas permohonan dan/atau pengajuan upaya
hukum kami sampaikan untuk dapat disetujui.
Wajib Pajak/Wakil/Kuasa**)
Tembusan:
1. Direktur Jenderal Pajak;
2. Kepala Kanwil DJP . (16)
Keterangan:
1. Beri tanda X pada
yang sesuai.
.. (15)
Nomor (6)
Nomor (7)
Nomor (8)
Nomor (9)
Nomor (10)
Nomor (11)
Nomor (12)
Nomor (13)
Nomor (14)
keberatan; dan/atau
LOKASI HARTA
NO
(5)
KODE
HARTA
(6)
NAMA
HARTA
(7)
TAHUN
PEROLEHAN
(8)
SUBTOTAL
., (17)
TANDA TANGAN/
CAP PERUSAHAAN
. (18)
NEGARA
(9)
ALAMAT
(10)
NILAI HARTA
YANG DIALIHKAN
KE DALAM
NEGERI (RUPIAH)
(11)
(16)
JENIS INVESTASI
(12)
NILAI
(13)
TANGGAL MULAI
INVESTASI
(14)
KETERANGAN
(15)
10
11
PETUNJUK PENGISIAN
LAPORAN PENGALIHAN DAN REALISASI INVESTASI HARTA TAMBAHAN
1. NAMA WAJIB PAJAK (1)
Diisi dengan Nama Wajib Pajak
2. NPWP (2)
Diisi dengan NPWP
3. Lampiran - (3)
Diisi dengan keterangan jumlah lampiran dokumen pendukung
4. PERIODE TAHUN KE - .. (4)
Diisi dengan periode tahun laporan, contoh: Semester I Tahun 2017
5. NOMOR (5) Kolom 1
Cukup jelas.
6. KODE HARTA (6) Kolom 2
Kolom ini diisi dengan kode harta yang dimiliki atau dikuasai oleh Wajib Pajak.
Daftar kode harta:
Kas dan Setara
Kas:
011
012
013
014
019
:
:
:
:
:
uang tunai
tabungan
giro
deposito
setara kas lainnya
Piutang:
021 : piutang
022 : piutang afiliasi
029 : piutang lainnya
Investasi:
031 : saham yang dibeli untuk dijual kembali
032 : saham
033 : obligasi perusahaan
034 : obligasi pemerintah Indonesia (Obligasi Ritel Indonesia atau ORI, surat
berharga syariah negara, dll)
035 : surat utang lainnya
036 : reksadana
037 : Instrumen derivatif (right, warran, kontrak berjangka, opsi, dll)
038 : penyertaan modal dalam perusahaan lain yang tidak atas saham meliputi
penyertaan modal pada CV, Firma, dan sejenisnya
039 : Investasi lainnya
Alat Transportasi:
041
042
043
049
:
:
:
:
sepeda
sepeda motor
mobil
alat transportasi lainnya
NO
(5)
KODE
HARTA
(6)
NAMA
HARTA
(7)
TAHUN
PEROLEHAN
(8)
ALAMAT
(9)
NILAI
HARTA
(10)
KETERANGAN
(11)
TOTAL
., (13)
TANDA TANGAN/
CAP PERUSAHAAN
. (14)
(12)
PETUNJUK PENGISIAN
LAPORAN PENEMPATAN HARTA TAMBAHAN YANG BERADA DI DALAM
WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
1. NAMA WAJIB PAJAK (1)
Diisi dengan Nama Wajib Pajak
2. NPWP (2)
Diisi dengan NPWP
3. Lampiran - (3)
Diisi dengan keterangan jumlah lampiran dokumen pendukung
4. PERIODE TAHUN KE - .. (4)
Diisi dengan periode tahun laporan, contoh: Semester I Tahun 2017
5. NOMOR (5) Kolom 1
Cukup jelas.
6. KODE HARTA (6) Kolom 2
Kolom ini diisi dengan kode harta yang dimiliki atau dikuasai oleh Wajib Pajak.
Daftar kode harta:
Kas dan Setara Kas:
011
012
013
014
019
:
:
:
:
:
uang tunai
tabungan
giro
deposito
setara kas lainnya
Piutang:
021 : piutang
022 : piutang afiliasi
029 : piutang lainnya
Investasi:
031 : saham yang dibeli untuk dijual kembali
032 : saham
033 : obligasi perusahaan
034 : obligasi pemerintah Indonesia (Obligasi Ritel Indonesia atau ORI, surat berharga
syariah negara, dll)
035 : surat utang lainnya
036 : reksadana
037 : Instrumen derivatif (right, warran, kontrak berjangka, opsi, dll)
038 : penyertaan modal dalam perusahaan lain yang tidak atas saham meliputi
penyertaan modal pada CV, Firma, dan sejenisnya
039 : Investasi lainnya
Alat Transportasi:
041
042
043
049
:
:
:
:
sepeda
sepeda motor
mobil
alat transportasi lainnya
052
053
054
055
059
:
:
:
:
: