Anda di halaman 1dari 3

EROSI

Peristiwa hilang atau terkikisnya tanah atau


bagian tanah dari suatu tempat ke tempat
lain, yang disebabkan oleh pergerakan air
atau angin.
Dua penyebab utama terjadinya erosi adalah
erosi karena sebab alamiah (terjadi karena
proses pembentukan tanah) dan erosi akibat
aktivitas
manusia/
erosi
dipercepat
(disebabkan karena terkelupasnya lapisan
tanah bagian atas akibat cara bercocok
tanam yang yang tidak mengindahkan
kaidah-kaidah
konservasi
tanah
atau
kegiatan
pembangunan
yang
bersifat
merusak keadan fisik tanah).
Erosi Permukaan (Sheet erosion) :
Pengikisan lembaran tipis tanah oleh air
yang terjadi di permukaan tanah.
Erosi Parit (Rill erosion) : Erosi yang
masih bisa diperbaiki dengan praktek
pengolahan tanah.
Erosi Jurang (Gully erosion) : Erosi parit
yang sudah berkembang menjadi besar
sehingga tidak dapat diperbaiki.
Erosi Tebing Sungai (stream bank
erosion): Erosi yang terjadi di tebing
sungai karena kecepatan air.
Erosi Tebing Jalan : Erosi yang terjadi
pada sisi-sisi jalan
Erosi percikan (splash erosion)
Erosi aliran permukaan (overland flow
erosion)
Erosi internal (internal or subsurface
erosion)
Tanah longsor (land slide)
Tahapan terjadinya erosi
Pelepasan partikel tunggal dari massa
tanah
Pengangkutan media yang erosif seperti
aliran air dan angin
Pengendapan
Mekanisme erosi
Pemecahan agregat
penghancuran tanah menjadi butir-butir
primer oleh energi tumbuk butir-butir
hujan yang menimpa tanah (Dh) dan
perendaman oleh air yang tergenang
(proses dispersi),
Pengangkutan,
pemindahan (pengangkutan) butir-butir
tanah oleh percikan hujan (Th)
Pengendapan
Run of
Terjadi ketika kecepatan (intensitas) air hujan
melebihi
kemampuan
tanah
untuk
menyerapnya, maka air akan melimpah di
atas permukaan tanah dan mulai mengalir.
Jika
topografinya
relatif
datar,
maka
kecepatan mengalirnya akan rendah tetapi
jika kemiringannya besar, maka gravitasi
akan menyebabkan aliran bergerak cepat
menuruni lahan.
Faktor Erosi
1. Iklim
Besarnya curah hujan, Intensitas, Distribusi
hujan Kekuatan disperse, Jumlah dan

kecepatan aliran permukaan, Kerusakan


erosi.
Intensitas
hujan
di
Indonesia
>
75mm/jam terhitung sangat lebat.
Ukuran butir: Diameter 1- 4 mm, Tropis
(rata-rata 4 mm). Max 7 mm
Ukuran butir hujan di tropis > di daerah
beriklim sedang.
Ada korelasi antara ukuran butir hujan
dengan
intensitas,
semakin
tinggi
intensitas hujan semakin besar ukuran
butir hujan.
2. Topografi
Kemiringan dinyatakan dalam derajat atau
persen, kecuraman lereng 100%
= 45
derajat.
Teknologi konservasi:
TB = Teras bangku; >25
BL = Budidaya lorong, >25
TG = Teras gulud;
TI = Teras Individu; >40
RR = Rorak
TK = Teras kebun >40
PH = pagar hidup; >25
ST = Strip rumput atau strip tanaman alami;
SP = Silvipastura;
PT = Tanaman penutup tanah >25
Untuk tanah peka erosi (Ultisol, Entisol,
Vertisol, Alfisol) dibatasi sampai lereng 65%,
sedangkan untuk tanah yang kurang peka
sampai lereng 100%
Metode Pengendalian Erosi
1. Metode Vegetatif : Penggunaan tumbuhan
dan sisa-sisanya
Fungsi :
1. Melindungi tanah terhadap daya perusak
butir-butir
hujan yang jatuh
2. Melindungi tanah terhadap daya perusak
aliran air
di atas permukaan tanah (run of)
3. Memperbaiki kapasitas infiltrasi tanah dan
penahanan air.
a. Penanaman tanaman penutup tanah
secara terus menerus. Digunakan
untuk tanah yang tidak diusahakan
(misal kelerengan tinggi)
b. Penanaman Strip (Strip Cropping)
a. Penanaman memotong lereng /
menurut kontur
b. Berselang
seling,
tanaman
semusim dengan
penutup
tanah
c. Lebar strip 20 50 meter
d. Kelerengan 6 15 %
c. Pergiliran tanaman dan pupuk hijau
(conservation rotation)Prinsip, seperti
metode strip cropping
d. Sistem Pertanian Hutan (Agroforestry)
Mengintegrasikan
tanaman
pohon
dengan tanaman rendah
e. Pemanfaatan sisa-sisa tanaman
2. Metode mekanik
Semua perlakuan fisik mekanis
yang
diberikan terhadap tanah dan pembuatan
bangunan.
Fungsi :
1. Memperlambat aliran permukaan

2. Menampung dan menyalurkan aliran


permukaan dengan kekuatan yang tidak
merusak
3. Memperbaiki atau memperbesar infiltrasi
dan memperbaiki aerasi tanah.
4. Penyediaan air bagi tanaman.
1. Guludan
Tumpukan tanah yang dibuat memanjang
menurut arah kontur (memotong lereng).
Tinggi tumpukan dan lebar dasar dibuat
sekitar 25-30 cm.

Jarak
antar
guludan
tergantung
kecuraman lereng (0 6%), kepekaan erosi
tanah dan erosivitas hujan.
Guludan diperkuat dengan rumput atau
pohon perdu (rendah).
2. Guludan bersaluran
Pada lereng yang lebih curam (6% - 12%)
atau tanah yang lebih peka terhadap erosi.
Dibangun memanjang searah kontur,
dengan saluran di bagian lereng atas
sepanjang guludan.
Ukuran guludan sama dengan guludan
biasa. Kedalaman saluran 25-30 cm dan
lebar atas saluran 30 cm.
Guludan diperkuat rumput dan pohon
perdu.
Saluran dibuat dengan kemiringan 1% ke
arah saluran pembuangan, agar air yang
tidak meresap dapat segera dibuang.
3. Terras
Berfungsi megurangi panjang lereng dan
menahan air sementara untuk mengurangi
kecepatan dan jumlah aliran permukaan
serta memaksimalkan pengendapan sedimen
dan penyerapan air oleh tanah.
Ada 2 Tipe
1. Teras Tangga/bangku (bench terrace)
Dibuat dengan memotong lereng (> 2%) dan
meratakan tanah di bagian bawah sehingga
menjadi suatu deretan bentuk tangga atau
bangku. berlereng ke dalam: untuk tanah
permeabilitas rendah.
Kekurangan:
Mesin-mesin pertanian sulit memasuki
lahan.
Pembuatan mahal
Akibat cut-fill, tanah bagian bawah
kurang subur sehingga harus diterapi
dengan bahan organic (+ 3 tahun).
Luas areal yang bisa ditanami tinggal
55% karena berubah menjadi lereng.
2. Teras berdasar lebar (broadbase terrace)
Digunakan pada tanah kemiringan 2 - 8%
(tanah klas II dan III).
Lebar teras 6 15 meter.
4. Parit
Parit dibuat dengan memotong arah
lereng dengan kemiringan kecil sehingga
kecepatan air tidak lebih dari 0,5 m/dt.
Selanjutnya
dialirkan
ke
saluran
pembuangan yang telah ada.

Umumnya
untuk
tanah
dengan
permeabilitas rendah.
Ukuran dan kemiringan parit berdasarkan
perkiraan laju puncak aliran.
5. Paving block
6. Resapan biopori
resapan biopori adalah lubang silindris yang
dibuat secara vertikal ke dalam tanah
dengan diameter 10 - 30 cm dan kedalaman
sekitar 100 cm, atau dalam kasus tanah

dengan permukaan air tanah dangkal, tidak


sampai melebihi kedalaman muka air tanah
7. Balong/waduk
Berfungsi untuk mengurangi jumlah dan
kecepatan aliran permukaan, sehingga air
dapat meresap ke dalam tanah. Selain itu air
yang tertampung juga bisa dimanfaatkan
untuk keperluan lain.
Bisa dimanfaatkan sebagai sumber air.
Beberapa tipe:
Balong galian:
sumber air utamanya dari air tanah.
Balong aliran permukaan:
sumber dari aliran permukaan / run of
Balong mata air/sungai kecil:
dibuat dengan membendung mata air
dimana bangunannya lebih rendah
dari
mata airnya.
Balong by-pass:
dibuat disisi sungai, air dimasukkan
dengan
pipa.
8. Rorak
Dibuat untuk menangkap air dan tanah
tererosi shg air masuk ke tanah.
Dimensi rorak:
Dalam 60 cm, lebar 50 cm dan
panjang 4-5 meter.
Memotong lereng.
Jarak ke samping antar rorak 10 15
meter.
Jarak horisontal 10-20 meter.
9. Dam Penghambat
Dibuat dengan memasang papan, bata,
batu atau lainnya pada alur / parit sehingga
kecepatan aliran terhambat dan tanah
terendapkan.
10. Perbaikan drainase dan irigasi
1. Pengolahan tanah (Tillage)
Perlakuan
meknis
untuk
menciptakan
keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan
tanaman (sebagai tempat tumbuh bibit,
daerah perakaran, membenamkan sisa
tanaman, dan memberantas gulma).
Pengolahan
Tanah
kurang
/
bahkan
merugikan konservasi.
Pengolahan tanah berorientasi konservasi:
Pengolahan
tanah
seperlunya
saja
(minimum tillage)
- Pengolahan tanah pada kandungan air
tepat (pF 3 4)
- Pemberantasan gulma menggunakan
herbisida.
- Merubah kedalaman pengolahan
2. Pengolahan tanah menurut kontur
(contour cultivation)
- Pembajakan tanah melintang / memotong
lereng
- Lebih efektif jika diikuti penanaman
menurut kontur
Keuntungan:
Terdapat penghambat aliran permukaan
Memungkinkan penyerapan air lebih besar
di
daerah kering
Menghindarkan pengangkutan tanah
3. Metode kimia
Penggunaan preparat kimia sintesis
dan
alami
MCS
adalah
campuran
Dimethyl
dichlorosilane
dan
metyhl-trichlorosilane
yang mudah menguap dimana gas yang

terbentuk bercampur dengan air tanah yang


menyebabkan agregat tanah menjadi stabil.
a. Pengukuran erosi
Pengukuran titik
Erosion Pin : Metode yang paling sering
dipakai ini terdirii dari pin yang ditancapkan
(dapat berupa jeruji, banbu, kayu, ataupun
besi) ke permukaan tanah.
Prinsip kerja dari metode ini adalah
membaca perubahan permukaan tanah dari
ketinggian
semula,
dapat
berupa
penambahan berarti terdapat penambahhan
material (sedimentasi).
b. Pengukuran di lapangan
Pengukuran
Pendekatan
Erosi
dengan
Menggunakan Petak Percobaan
Pengukuran erosi yang dilakukan di lapangan
adalah dengan menggunakan sistem petak
kecil maupun petak yang berukuran besar.
Pendugaan dengan menggunakan petak
percobaan,
pada
dasarnya
memang
mendekati kondisi alami yang sebenarnya
Kegiatan
Pemantauan
erosi
bisa
dilakukan
dengan
cara
melakukan
pengukuran
langsung
pada
plot-plot

pengukuran erosi dan atau melakukan


prediksi besarnya erosi.
Kegiatan ini sangat perlu dilaksanakan
untuk memantau dan mengendalikan erosi.
Pengendalian erosi dan sedimentasi dapat
dilakukan dengan beberapa cara, antara lain
melalui :
minimalisasi areal yang terganggu,
mengurangi kecepatan air limpasan,
meningkatkan peresapan,
menampung sediment,
memperkecil erosi, dan
pengelolaan air

Anda mungkin juga menyukai