PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Addison merupakan penyakit yang di temukan oleh Addison tahun
1855 di sebabkan oleh kerusakan jaringan adrenal. Penyakit ini biasnya bersifat
autoimun dan autoantibodi adrenal adalam plasma di temukan pada 75-80 % pasien,
namun dapat pula di sebabkan oleh hal lain. Penyakit ini muncul pertama kali sebagai
krisis Addison dengan demam, nyeri abdomen.Kolaps hipotensi, serta pigmentasi
kulit.Dan membrane mukosa akibat konsentrasi ACTH yang sangat tinggi dalam
sirkulasi.Area yang sering terkena dini adalah kulit dan bantalan kuku, jaringan parut,
dan mukosa bukal. Diagnosis di konfirmasi dengan mengukur kortisol dan ACTH.
(Grenstein, ben, 2010).
Penyakit Addison jarang dijumpai dan memiliki prevalensi 4 dari 100.000
orang; dua pertiga pasien adalah perempuan. Diagnose ditegakkan antara usia 20 - 50
tahun. Dahulu, tuberkolosis adalah penyabab utama penyakit Addison.Saat ini,
dengan kemoterapi yang lebih baik, hanya sedikit pasien tuberkolosis yang
mempunyai insufisiensi adrenal. Kerusakan korteks adrenal merupakan akibat dari
proses autoimun pada lebih dari 50% pasien penyakit Addison. Autoantibodi adrenal
ditemukan dalam titer tinggi pada sebagian pasien dengann penyakit Addison.
( Price, Sylvia. 2006)
Sindrom insufisiensi korteks adrenal terjadi akibat defisiensi sekresi kortisol dan
aldosterone.Apabila tidak diobati, maka penyakit ini dapat menyebabkan kematian.
Penyebab utama insufisiensi korteks adrenal adalah (1) penyakit primer korteks
adrenal atau (2) defisiensi sekresi hormone adrenokortikotropik (ACTH).defisisensi
corticotropin-realising-hormone (CRH) saja dapat meyebabkan defisiensi ACTH dan
kortisol.Tetapi penyakit ini hanya dijumpai pada penderita kronik glukookortikoid
dosis farmakologik atau setelah pengangkatan adenoma adrenokorteks penghasil
kortisol.Sedangkan krisis Adrenal (krisis addisonian) merupakan defisiensi kritis
terhadap mineralkortikoid dan glukokortikoid, umumnya mengikuti stress akut,
sepsis, trauma, pembedahan atau pengehentian teraoai steroid pada penderita
insufisiensi adrenal kronis.karena merupakan keadaan darurat medis .krisis adrenal
harus segera di tangani dengan baik (William, 2011).
Untuk tindakan yang dapat di lakukan antara lain Semua pasien dengan penyakit
Addison harus menerima penggantian hormon spesifik. Karena kelenjar adrenal
menunjukkan
kelas
hormon
umum,
diantaranya
glukokortikoid
dan
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi kelenjar adrenal
b. Mahasiswa menjelaskan konsep teori addison disease dan krisis adrenal
c. Mahasiswa mampu menguasai asuhan keperawatan pada penderita yg terkena
addison.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kelenjar adrenal adalah sepasang organ yang terletak dekat kutub atas ginjal,
terbenam dalam jaringan lemak.Kelenjar ini ada 2 buah, berwarna kekuningan serta berada
di luar (ekstra) peritoneal. Bagian yang sebelah kanan berbentuk pyramid dan membentuk
topi (melekat) pada kutub atas ginjal kanan. Sedangkan yang sebelah kiri
berbentuk seperti bulan sabit, menempel pada bagian tengahginjal mulai dari kutub atas
sampai daerah hilus ginjal kiri. Kelenjar adrenal pada manusia
panjangnya 4-6 cm, lebar 1-2 cm, dan tebal 4-6 mm.
Bersama-sama kelenjar adrenal mempunyai
Berat lebih kurang 8 g, tetapi berat dan ukurannya
bervariasi bergantung umur dan keadaan fisiologi perorangan.
Kelenjar ini dikelilingi oleh jaringan ikat padat kolagen
yang mengandung jaringan lemak. Selain itu masing-masing kelenjar ini dibungkus oleh
kapsul jaringan ikat yang cukup tebal dan membentuk sekat/septa ke dalam kelenjar
(Lippincott, 2011).
Kelenjar supraneralis jumlahnya ada 2, terdapat pada bagian atas dari ginjal kiri dan
kanan. Ukurannya berbeda-beda, beratnya rata-rata 5-9 gram.Fungsi kelenjar suprarenalis
terdiri dari : Mengatur keseimbangan air, elektrolit dan garam-garam, mengatur atau
mempengaruhi metabolisme lemak, hidrat arang dan protein, serta mempengaruhi aktifitas
jaringan limfoid (Lippincott, 2011).
Masing-masing kelenjar adrenal terdiri dari korteks bagian luar dan medula di bagian
dalam.
a
Korteks mensekresi hormon steroid. Korteks terbagi menjadi tiga lapisan, dari luar ke
dalam : zona glomerulosa, zona fasikulata, dan zona retikularis.
Medula, yang secara embriologik berasal dari jenis neuroektodermis sama (sel-sel krista
saraf) yang menjadi asal neuron simpatis. Sel medula sebenarnya adalahneuron
postganglionik simpatis yang bermodifikasi (Sloane, 2003).
Medula adrenal berfungsi sebagai bagian dari system saraf otonom. Stimulasi serabut
saraf simpatik pra ganglion yang berjalan langsung ke dalam sel-sel pada medulla adrenal
akan menyebabkan pelepasan hormon katekolamin yaitu epinephrine dan norepinephrine.
Katekolamin mengatur lintasan metabolic untuk meningkatkan katabolisme bahan bakar
yang tersimpan sehingga kebutuhan kalori dari sumber-sumber endogen terpenuhi.
a. Epinefrin
Epinefrin di sebut hormone flight or flight (lawan atau lari). Stress menyebabkan
pelepasan EP segera, yang mempersiapkan tubuh untuk aktovitas fisik dan mental yang
luar biasa.pembuluh darah permukaan menjadi tertutup akibat konstriksi jaringan
arterioral melalui reseptor alpha -1, sehingga mengurangi kemungkinan perlukaan;
sebaliknya pembuluh darah otot menjadi terbuka melalui aktivasi reseptor betha-2.
Dilatasi bronkiolus meningkatkan efisiensi ambilen oksigen perwaktu, dan mobilisasi
glukosa di tingkatkan melalui stimulasi pelepasan glucagon dan inhibisi pelepasan
insulin. Dilatasi otot radialis iris pada mata meningkatkan jumlah cahaya yang masuk
paad retina , dan kontrkasi kapsul limpa melepaskan sel-sel darah ke dalam sirkulasi.
Melaui reseptor betha1 pada jantung, kontrkatilitas meningkat pesat.Epinefrin juga
memacu lipolisis dan termogenesis melalui reseptor betha 3. EP juga meningkatkan
kewaspadaan , walaupun mekanisme nya belum di ketahui.
Mekanisme kerja EP .sebuah contoh tentang mekanisme kerja epinefrin adalah
mobilisasi energy dalam bentuk glukosa. Ep juga bekerja pada reseptor bethadi otot
untuk menghambat pelepasan amino sehingga mengurangi
Mekanisme ini mungkin penting dalam proses flight or flight , ketika otot akan di
gunakan sebagai cadangan energy. Walaupun hanya sedikit NE yang di lepaskan dari
medulla adrenal, namun hormone ini merupakn neurotransmitter utama system simpatis
yang teraktivasi selama proses flight or flight.(Ben Grenstein, 2010)
1. Hormon Adrenokortikal
Hormon kortikal adrenal, berlawanan dengan hormon medular, sangat penting untuk
kehidupan.
a Meniralokortikoid, disintesis dalam zona glomerulosa.
- Aldosteron, mineralokortikoid terpenting, mengatur keseimbangan air dan elektrolit
-
b
1
saraf ke hipotalamus.
Hipotalamus kemudian mensekresi hormon pelepas kortikotropin (CRH), yang
melewati sistem portal hipotalamus-hipofisis, menuju kelenjar pituitari anterior,
yang melepas ACTH.
sekresi glukokortikoid.
Glukokortikoid mengakibatkan peningkatan persediaan asam amino, lemak, dan
glukosa dalam darah untuk membantu memperbaiki kerusakan yang disebabkan
stress dan menstabilkan membran lisosom untuk mencegah kerusakan lebih
lanjut.
Gonadokortikoid (steroid kelamin), pada zona retikularis dalam jumlah yang relatif
sedikit. Steroid ini berfungsi terutama sebagai prekursor untuk pengubahan testosteron
dan estrogen oleh jaringan lain
(Sloane, 2003).
10
tidak
11
2.2.2
12
2.2.3
didapatkan
d.
e.
f.
13
Perdarahan
Perdarahan korteks adrenal dapat terjadi pada penderita yang mendapat
h.
2.2.4
2.2.5
Manifestasi klinis
Menurut Elizabeth Corwin, 2009; www.dinkes.sumbarprov.go.id.
manifestasi klinis yaitu :
Penyakit Addison ditandai oleh
14
a.
b.
hiponatremi, eosinophilia.
Gejala yang berhubungan dengan kekurangan aldosterone
Defisiensi aldosteron dimanifestasikan dengan peningkatan kehilangan natrium
melalui ginjal dan peningkatan reabsorpsi kalium oleh ginjal kekurangan garam
dapat dikaitkan dengan kekurangan air dan volume sehingga mengakibatkan
c.
d.
2.2.6
sodium
berlebih,
dan
menyebabkan
penurunan
natrium,
glukokortikoid
menyebabkan
meluasnya
gangguan
16
75%
pengangkatan
kasus
kedua
penyakit
kelenjar
Addison.Penyebab
adrenal
atau
lainnya
infeksi
mencakup
pada
kedua
operasi
kelenjar
17
a.
Uji ACTH: meningkat secara mencolok (primer) atau menurun (sekunder). Tes
skrining ini paling akurat untuk penyakit Addison. Prosedurnya sebagai berikut:
batas dasar plasma cortisol ditarik (waktu 0). Kortisol plasma merespon
ACTH secara intravena, 45 menit kemudian sampel darah diambil. Konsentrasi
meningkat.
i. Urine (24 jam): 17- ketosteroid, 17-hidroksikortikoid, dan 17-ketogenik steroid
menurun. Kadar kortisol bebas menurun. Kegagalan dalam pencapaian atau
peningkatan kadar steroid urin setelah pemeriksaan dengan pemberian ACTH
merupakan indikasi dari penyakit Addison primer (atrofi kelenjar adrenal yang
permanen), walaupun peningkatan kadar ACTH memberikan kesan penyebab
supresi hormone sekunder. Natrium urin meningkat.
18
2.2.8
Penatalaksanaan
1. Terapi darurat ditujukan untuk mengatasi syok, memulihkan sirkulasi,memberikan
caiaran, pergantian kortikosteroid.
19
3. Menempatkan klien pada posisi stengah duduk dengan kedua tungkai ditinggikan.
4. Hidrokortison disuntikan IV, kemudian IVFD D5% dalam larutan normal saline.
Antibiotic dapat di berikan jika infeksi memicu krisis adrenal paada penderita insufisiensi
kronis adrenal.
1.
2.
Komplikasi
Pasien dengan insufisiensi adrenal berisko tinggi menjadi krisis Addison, dimana
keadaan ini mengancam jiwa karena insufisiensi hormone adrenokortikol atau
penurunan mendadak hormone ini (Camera,2011).
20
1.
2.
3.
Stress
Contohnya seperti infeksi, pembedahan, trauma, perdarahan, atau distress
psikologi.
Penggantian mendadak terapi hormone kortikosteroid
Dimana sering sekali terjadi pada pasien yang kurang pengetahuan tentang
penggantrian terapi.
Kerusakan kelenjar pitiutari
Terjadinya krisis adrenal, gejala dari penurunan glukokortikoid dan mineral
kortikoid hipotensi, takikardi, dehidrasi, hiponatremi, hiperkalemia, hipoglikemia,
demam, kelemahan, kebingungan.Hipotensi bisa menyabakan syok.Kolaps
berhubungan dengan insufisiensi adrenal sering terjadi karena tidak ada respon
dari penggantian pengobatan (vasopresan dan penggantian cairan).Gejala dari
saluran pencernaan bisanya terjadi muntah, diare, nyeri abdomen. Nyeri mungkin
juga terjadi di punggung bawah atau kaki (Camera,2011).
Krisis adrenal sering terjadi pada keadaan klinis seperti tercantum. Seperti
telah disinggung pada pasien ddengan insufisiensi adrenokoterks kronis dapat
mengalamai krisis akut setelah stress apapun yang menguras cadangan fisiologik
mereka
yang
terbatas.
Pasien
yang
mendapatkan
terapi
pemeliharaan
21
Hiponatremia
Hiponatremia (natrium dalam serum rendah) merupakan akibat logis dari
gangguan reabsorbsi natrium dalam tubulus ginjal (Guyton & hall. 2008). Pada
penyakit Addison kelenjar adrenal, hiponatremia diakibatkan oleh hilangnya
natrium ke dalam urin (akibat defisiensi aldosteron) dan gerakan menuju
kompartemen intraseluler (Isselbacher, 2000).
Hiperkalemia
Hiperkalemia diakibatkan oleh kombinasi defisiensi aldosteron, gangguan
filtrasi glomeruler, dan asidosis (Isselbacher, 2000). Kelenjar adrenal tidak
dapat menghasilkan hormon yang merangsang pembuangan kalium oleh ginjal
dalam jumlah cukup sehingga sering menyebabkan hiperkalemia (Guyton &
hall. 2008).
22
Diabetes mellitus
Terapi glukokortikoid yang lama dapat menunjukkan atau memperburuk
diabetes mellitus.Adanya diabetes mellitus atau gangguan toleransi glukosa
dapat mempengaruhi keputusan untuk memberikan terapi hormon adrenal
(Isselbacher, 2000).
Syok hipovolemik
Defisiensi aldosteron dimanifestasikan dengan peningkatan kehilangan natrium
melalui ginjal dan peningkatan reabsorpsi kalium oleh ginjal, kekurangan
garam dapat dikaitkan dengan kekurangan air dan volume, sehingga hal
tersebut dapat mengakibatkan syok hipovolemik (Guyton & hall. 2008).
2.2.10Asuhan Keperawatan
Pengkajian
a) Identitas
Usia : berdasarkan angka kejadian usia penderita biasanya 20-50 tahun
Jenis kelamin: untuk jenis kelamin tidak berpengaruh, penyakit ini bisa
menyerang laki-laki maupun perempuan.
b) Keluhan Utama
23
astenia
(gejala
cardinal).
Pasien
lemah
yang
berlebih,
2) B2 : Ictus Cordis tidak tampak, ictus cordis teraba pada ICS 5-6 mid clavikula
line sinistra, redup, suara jantung melemah, Peningkatan denyut jantung /
denyut nadi pada aktivitas yang minimal.
3)
B5 : Mulut dan tenggorokan : nafsu makan menurun, bibir kering, bisung usus
, Nyeri tekan karena ada kram abdomen,
6)
2.2.12 RencanaKeperawatan
a)
25
Wanita = 37 47 %
Pria = 42 52 %
Ureum = 15 40 mg/dl
Natrium = 135 145 mEq/L
Calium = 3,3 5,0 mEq/L
Kretanium = 0,6 1,2 mg/dl
Intervensi
1) Pantau TTV, catat perubahan tekanan darah pada perubahan posisi, kekuatan dari nadi
perifer
26
27
R/ adanya perbaikan pada saluran cerna dan kembalinya fungsi cairan cerna tersebut
memungkinkan cairan dana elektrolit melalui oral.
Kolaborasi
8) Berikan cairan, antara lain :
Cairan Na Cl 0,9 %
R/ mungkin kebutuhan cairan pengganti 4 6 liter, dengan pemberian cairan Na Cl
0,9% melalui IV 500 1000 ml/jam, dapat mengatasi kekurangan natrium yang
sudah terjadi larutan glukosa.
9 )Berikan obat sesuai dosis
Kartison (ortone) / hidrokartison (cortef) 100 mg intravena setiap 6 jam untuk 24 jam
R/ dapat mengganti kekurangan kartison dalam tubuh dan meningkatkan reabsorbsi
natrium sehingga dapat menurunkan kehilangan cairan dan mempertahankan curah
jantung
Mineral kortikoid, flu dokortisan, deoksikortis 25 30 mg/hr per oral
R/ di mulai setelah pemberian dosis hidrokortisol yang tinggi yang telah
mengakbatkan retensi garam berlebihan yang mengakibatkan gangguan tekanan
darah dan gangguan elektrolit.
10) Pasang / pertahankan kateter urin dan selang NGT sesuai indikasi
R/ dapat menfasilitasi pengukuran haluaran dengan akurat baik urin maupun
lambung, berikan dekompresi lambung dan membatasi muntah
28
Ht :
-
Wanita : 37 47 %
Pria : 42 52 %
29
30
5) Berikan lingkungan yang nyaman untuk makan contoh bebas dari bau yang tidak
sedap, tidak terlalu ramai
R/ Dapat meningkatkan nafsu makan dan memperbaiki pemasukan makanan
6) Pertahankan status puasa sesuai indikasi
R/ mengistirahatkan gastro interstinal, mengurangi rasa tidak enak
7) Berikan Glukosa intravena dan obat obatan sesuai indikasi seperti glukokortikoid
R/ memperbaiki hipoglikemi, memberi sumber energi pemberian glukokertikoid akan
merangsang glukoogenesis, menurunkan penggunaan mukosa dan membantu
penyimpanan glukosa sebagai glikogen
8) Pantau hasil lab seperti Hb, Hi
R/ anemia dapat terjadi akibat defisit nutrisi / pengenceran yang terjadi akibat reterisi
cairan sehubungan dengan glukokortikoid.
c) Intoleransi aktivitas b/d penurunan O2 ke jaringan otot kedalam metabolisme,
ketidak seimbangan cairan elektrolit dan glukosa
Kriteria hasil :
- menunjukan peningkatan klien dan partisipasi dalam aktivitas setelah dilakukan tindakan
- TTV N : 80 100 x/menit RR : 16 20 x/menit TD : 120/80 mmHg
Intervensi
1) Kaji tingkat kelemahan klien dan identifikasi aktivitas yang dapat dilakukan oleh klien
31
R/ pasien biasanya telah mengalami penurunan tenaga kelemahan otot, menjadi terus
memburuk setiap hari karena proses penyakit dan munculnya ketidakseimbangan
natrium kalium
2) Pantau TTV sebelum dan sesudah melakukan aktivitas
R/ kolapsnya sirkulasi dapat terjadi sebagai dari stress, aktivitas jika curah jantung
berkurang
3) Sarana pasien untuk menentukan masa atau periode antara istirahat dan melakukan
aktivitas
R/ mengurangi kelelahan dan menjaga ketenangan pada jantung
4) Diskusikan cara untuk menghemat tenaga misal : duduk lebih baik dari pada berdiri
selama melakukan aktivitas
R/ pasien akan dapat melakukan aktivitas yang lebih banyak dengan mengurangi
pengeluaran tenaga pada setiap kegiatan yang dilakukan
d) Gangguan harga diri b/d perubahan dalam kemampuan fungsi, perubahan
karakteristik tubuh
Kriteria hasil :
- Menunjukan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi pada tubuhnya
- Dapat beradaptasi dengan orang lain
- Dapat mengungkapkan perasaannya tentang dirinya.
Intervensi
32
2.3.2
a.
b.
ketidakmampuan
adrenal
yang
atrofik
untuk
menghasilkan
hormone
penggantrian terapi.
3 Setelah pembedahan adrenal
4 Kerusakan kelenjar pitiutari
2.3.3 Patofisiologi
Korteks adrenal memproduksi 3 hormon streroid yaitu hormon
glukokortikoid
(kortisol),
mineralkortikoid
(aldosteron,
11
system
renin
angiotensin,
hiperkalemi,
hiponatremi
dan
natrium
dan
juga
meningkatkan
aktivitas daricarbonic
36
Gambar 1 , Dikutip dari Adddison crisis pathway, Widebertha`s MESSAGE BOARD; available at :
http://pages.zdnet.com/nana200 3/id129,html
37
2.3.4
Manifestasi klinis
Gejala klinis yang mendukung suatu diagnosis krisis adrenal adalah sebagai berikut :
a . S yo k y a n g s u l i t d i j e l a s k a n e t i o l o g i n y a b i a s a n y a t i d a k a d a p e n g a r u h
d e n g a n pemberian resusitasi cairan atau vasopresor.
b. Hipotermia atau hipertermia
Yang berhubungan dengan kekurangan kortisol yaitu cepat lelah, lemah
badan,anoreksia, mual mual dan muntah , diare, hipoglikemi, hipotensi,
hiponatremi
c. Yang berhubungan dengan kekurangan hormon aldosteron yaitu hiperkalemia
danhipotensi berat yang menetap
d. Lain lain tergantung dari penyebab, mungkin didapatkan panas
b a d a n , n y e r i abdomen dan pinggang yang berhubungan dengan perdarahan
kelenjar adrenal (Cooper MS,Stewart PM, 2003)
2.3.5 Pemeriksaan diagnostik
a. Data laboratorium memperlihatkan kadar glukosa darah
y a n g r e n d a h . Biasanya kadar natrium plasma juga rendah tetapi jarang
dibawah 120 meq/L dank a d a r
jarang diatas
7 meq.L.
valium darah
meningkat, tetapi
P e n d e r i t a b i a s a n y a mengalami asidosis
38
memulai
Stessdose
steroid pastikanlah
steroid
sudah
diganti
ke
39
untuk
mencegah
komplikasi.
Ini
termasuk
tanda
dan
gejala
40
Penyakit Addison bisa terjadi pada laki laki maupun perempuan yang
mengalami krisis adrenal
b) Keluhan Utama
Pada umumnya pasien mengalami dehidrasi, hipotensi, mengeluh kelemahan,
fatique, nausea dan muntah
2.4.1 Pemeriksaan Fisik
a) Sistem Pernapasan
I : Bentuk dada simetris, pergerakan dada cepat, adanya kontraksi otot bantu
pernapasan (dispneu), terdapat pergerakan cuping hidung
P : Terdapat pergesekan dada tinggi
P : Resonan
A : Terdapat suara ronkhi, krekels pada keadaan infeksi
b) Sistem Cardiovaskuler
I : Ictus Cordis tidak tampak
P : Ictus cordis teraba pada ICS 5-6 mid clavikula line sinistra
P : Redup
A : Suara jantung melemah
c) Sistem Pencernaan
Mulut dan tenggorokan : nafsu makan menurun, bibir kering
Abdomen : I : Bentuk simetris
A: Bising usus meningkat
P : Nyeri tekan karena ada kram abdomen
P : Timpani
d) Sistem muskuluskeletal dan integumen
Ekstremitas atas : terdapat nyeri
Ekstremitas bawah : terdapat nyeri
Penurunan tonus otot
e) Sistem Endokrin
41
Destruksi kortek adrenal dapat dilihat dari foto abdomen, Lab. Diagnostik
ACTH meningkat
Integumen Turgor kulit jelek, membran mukosa kering, ekstremitas dingin,
cyanosis, pucat, terjadi hiperpigmentasi di bagian distal ekstremitas dan buku
buku pad ajari, siku dan mebran mukosa.
f) Sistem Eliminasi Urin
Diuresis yang diikuti oliguria, perubahan frekuensi dan krakteristik urin
Eliminasi Alvi
Diare sampai terjadi konstipasi, kram abdomen
g) Sistem Neurosensori
Pusing, sinkope, gemetar, kelemahan otot, kesemutan terjadi disorientasi waktu,
tempat, ruang (karena kadar natrium rendah), letargi, kelelahan mental, peka
rangsangan, cemas, koma ( dalam keadaan krisis)
h) Nyeri / kenyamanan
Nyeri otot, kaku perut, nyeri kepala, nyeri tulang belakang, abdomen,
ekstremitas
i)
Keamanan
Tidak toleran terhadap panas, cuaca udaha panas, penngkatan suhu, demam yang
diikuti hipotermi (keadaan krisis)
j) Aktivitas / Istirahat
Lelah, nyeri / kelemahan pada otot terjadi perburukan setiap hari, tidak mampu
beraktivitas / bekerja.Peningkatan denyut jantung / denyut nadi pada aktivitas
yang minimal, penurunan kekuatan dan rentang gerak sendi.
k) Seksualitas
42
l) Integritas Ego
Adanya riwayat riwayat fasctros stress yang baru dialami, termasuk sakit fisik
atau pembedahan, ansietas, peka rangsang, depresi, emosi tidak stabil.
(Doenges, 2000; Internasional, Nanda. 2010;)
2.4.2 Diagnosa Keperawatan:
1)
Kekurangan volume cairan b/d ketidakseimbangan input dan output
2)
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d defisiensi glukokortikoid.
3) Resiko terhadap penurunan curah jantung b.d menurunnya aliran darah
vena/volume sirkulasi; berubahnya kecepatan, irama dan konduksi jantung
2.4.3
Hasil lab
Ht :
- Wanita = 37 47 %
- Pria = 42 52 %
Ureum = 15 40 mg/dl
Natrium = 135 145 mEq/L
Calium = 3,3 5,0 mEq/L
Kretanium = 0,6 1,2 mg/dl
Intervensi
1) Pantau TTV, catat perubahan tekanan darah pada perubahan posisi, kekuatan dari nadi
perifer
R/ Hipotensi postural merupakan bagian dari hiporolemia akibat kekurangan hormon
aldosteron dan penurunan curah jantung sebagai akibat dari penurunan kolesterol
2) Ukur dan timbang BB klien
R/ Memberikan pikiran kebutuhan akan pengganti volume cairan dan keefektifan
pengobatan, peningkatan BB yang cepat disebabkan oleh adanya retensi cairan dan natrium
yang berhubungan dengan pengobatan strois
3) Kaji pasien mengenai rasa haus, kelelahan, nadi cepat, pengisian kapiler memanjang,
turgor kulit jelek, membran mukosa kering, catat warna kulit dan temperaturnya.
R/ mengidentifikasi adanya hipotermia dan mempengaruhi kebutuhan volume pengganti
44
5)
Auskultasi bising usus ( peristaltik usus) catat dan laporkan adanya mual muntah dan diare
R/ kerusakan fungsi saluran cerna dapat meningkatkan kehilangan cairan dan elektrolit dan
mempengaruhi cara untuk pemberian cairan dan nutrisi
Kolaborasi
8) Berikan cairan, antara lain :
Cairan Na Cl 0,9 %
R/ mungkin kebutuhan cairan pengganti 4 6 liter, dengan pemberian cairan Na Cl 0,9
% melalui IV 500 1000 ml/jam, dapat mengatasi kekurangan natrium yang sudah
terjadi larutan glukosa
R/ dapat menghilangkan hipovolemia
9 )Berikan obat sesuai dosis
Kartison (ortone) / hidrokartison (cortef) 100 mg intravena setiap 6 jam untuk 24 jam
45
46
b. nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake tidak adekuat (mual, muntah, anoreksia)
defisiensi glukortikoid
Kriteria hasil :
- Tidak ada mual mutah
- BB ideal (TB-100)-10%(TB-100)
- Hb :
Wanita : 12 14 gr/dl
Pria : 13 16 gr/dl
Ht :
Wanita : 37 47 %
Pria : 42 52 %
Albumin : 3,5 4,7 g/dl
Glebulin : 2,4 3,7 g/dl
Bising Usus : 5 12 x/menit
- Nyeri kepala
- Kesadaran kompos mentis
- TTV dalam batas normal
(S : 36 372 oC)
(RR : 16 20 x/menit)
Intervensi
1) Auskultasi bising usus dan kaji apakah ada nyeri perut, mual muntah
47
48
2. Resiko terhadap penurunan curah jantung b.d menurunnya aliran darah vena/volume
sirkulasi; berubahnya kecepatan, irama dan konduksi jantung (akibat ketidakseimbangan
elektrolit).
Intervensi :
1 Auskultasi TD.Bandingkan kedua tangan dan ukur dengan posisi tidur, duduk, dan
berdiri bila bisa.
R/ Hipotensi ortostatik terjadi karena status cairan sedikit akibat defisiensi aldosteron
2 Evaluasi kualitas dan kesamaan nadi.
R/ Penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya kelemahan/kekuatan nadi.
Ketidakteraturan diduga disritmia, yang memerlukan evaluasi lanjut.
3 Catat terjadinya S3, S4.
R/ S3 biasanya dihubungkan GJK
4 Auskultasi bunyi napas.
R/ Krekels menunjukkan kongesti paru mungkin terjadi karena penurunan fungsi
miokardia
5 Pantau frekuensi jantung dan irama. Catat disritmia.
R/ Frekuensi dan irama jantung berespon terhadap obat dan aktivitas sesuai dengan
terjadinya komplikasi/disritmia yang mempengaruhi fungsi jantung atau meningkatkan
kerusakan iskemik.
6 Kolaborasi berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
R/ Kelebihan latihan meningkatkan konsumsi / kebutuhan oksigen. Meningkatkan
jumlah sediaan oksigen untuk menurunkan disritmia lanjut.
7 Observasi ulang seri EKG.
R/ Memberikan informasi sehubungan dengan kemajuan/perbaikan, keseimbangan
elektrolit dan efek teraphi obat
8 Pantau data laboratorium : contoh GDA, elektrolit.
R/ Adanya hipoksia menunjukkan kebutuhan tambahan oksigen. Keseimbangan
elektrolit, misal : hiperkalemia sangat besar berpengaruh pada jantung.
49
Daftar Pustaka
50
51