Anda di halaman 1dari 28

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan

Ibu Hamil Dengan Penyakit yang Menyertai Kehamilan : PMS

Oleh :
1. Maratus Sholikah

(14.401.14.048)

2. Moch. Agung Prakoso

(14.401.14.049)

3. Moh. Nasrul Ulum

(14.401.14.050)

4. Muh. Khoirul Mawahib

(14.401.14.051)

5. Ningtyas Khusnawati

(14.401.14.052)

6. Tri Dewi Permata S

(14.401.14.074)

7. Tri Hidayatul H

(14.401.14.075)

8. Tri Surya Wardani

(14.401.14.076)

9. Trio Rizki Pamungkas

(14.401.14.077)

10. Tutut Cahyanti

(14.401.14.078)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
2016/2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia
serta taufik dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Laporan
Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Ibu Hamil dengan Penyakit yang Menyertai
Kehamilan : PMS meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga kami berterimakasih
kepada dosen mata kuliah Keperawatan Maternitas yang telah memberikan tugas ini kepada
kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita tentang Keperawatan Maternitas. Dan kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna
oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya,
sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan,
dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Krikilan, September 2016

Kelompok 2

DAFTAR ISI
Kata pengantar................................................................................................................

ii

Daftar isi .........................................................................................................................

iii

BAB 1 Pendahuluan........................................................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan.............................................................................................................
BAB 2 Tinjauan Pustaka.................................................................................................
A. Konsep Dasar PMS........................................................................................
B. Asuhan Keperawatan......................................................................................
C. Skenario..........................................................................................................
BAB 3 PENUTUP..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Menular Seksual (PMS) disebut juga veneral (dari kata venus yang
berarti Dewi cinta dari Romawi kuno) yang didefinisikan sebagai salah satu akibat yang
ditimbulkan karena aktifitas seksual yang tidak sehat sehingga menyebabkan munculnya
penyakit menular.
Angka kejadian Penyakit Menular Seksual (PMS) saat ini cenderung meningkat
di Indonesia. Penyebarannya sulit ditelusuri sumbernya, sebab tidak pernah dilakukan
registrasi terhadap penderita yang ditemukan. Jumlah penderita yang sempat terdata
hanya sebagian kecil dari jumlah penderita sesungguhnya.
Faktor yang menyebabkan angka kejadian PMS antara lain: 1) Seks tanpa pelindung,
meski kondom tidak seratus persen dapat mencegah PMS, namun kondom tetap
merupakan cara terbaik untuk

menghindar dari infeksi. Penggunaan kondom dapat

menurunkan laju penularan PMS.


Selain itu, penggunaan kondom yang konsisten adalah proteksi terbaik terhadap
PMS, 2) Berganti-ganti pasangan, semakin banyak pasangan seksual semakin besar
kemungkinan terekspos suatu PMS, 3) Mulai aktif secara seksual pada usia dini, kaum
muda lebih besar kemungkinannya untuk terkena PMS daripada orang yang lebih tua.
Hal ini dikarenakan wanita muda khususnya lebih rentan terhadap PMS karena
tubuh mereka lebih kecil dan belum berkembang sempurna sehingga lebih mudah
terinfeksi, selain itu, kaum muda juga lebih jarang menggunakan kondom saat
melakukan hubungan seksual, terlibat perilaku seksual, dan suka berganti-ganti
pasangan, 4) Pengggunaan alkohol, konsumsi alkohol dapat berpengaruh terhadap
kesehatan seksual. Orang yang biasa minum alkohol bisa jadi kurang selektif memilih
pasangan seksual dan menurunkan batasan. Alkohol dapat membuat seseorang sukar
memakai kondom dengan benar maupun sulit meminta pasangannya menggunakan
kondom, 5) Penyalahgunaan obat, prinsipnya hampir sama dengan penggunaan alkohol,
orang yang berhubungan seksual di bawah pengaruh obat lebih besar kemungkinannya
melakukan perilaku seksual beresiko/tanpa pelindung. Pemakaian obat terlarang juga
memudahkan orang lain memaksa seseorang melakukan perilaku seksual selain itu,
penggunaan obat dengan jarum suntik diasosiasikan dengan peningkatan resiko
penularan penyakit lewat darah, seperti hepatitis dan HIV, yang juga bisa ditransmisikan
lewat seks, 6) Seks untuk uang, Orang yang menjual seks sering berganti-ganti pasangan

sehingga rentan untuk mengalami PMS, 7) Monogami serial, Monogami serial adalah
mengencani/menikahi satu orang saja pada suatu masa, tapi kalau diakumulasi jumlah
orang yang dikencani/dinikahi juga banyak.
Perilaku ini juga berbahaya, sebab orang yang mempraktekkan monogami serial
berpikir bahwa mereka saat itu memiliki hubungan eksklusif sehingga akan tergoda
untuk berhenti menggunakan pelindung ketika berhubungan seksual. Sebenarnya
monogami memang efektif mencegah PMS, tapi hanya pada monogami jangka panjang
yang kedua pasangan sudah dites kesehatan reproduksi, 9) Sudah terkena suatu PMS,
penderita yang sudah pernah mengalami PMS lebih rentan terinfeksi PMS jenis lainnya,
10) Cuma pakai pil KB untuk kontrasepsi, kadang orang lebih menghindari kehamilan
daripada PMS sehingga mereka memilih pil KB sebagai alat kontrasepsi utama. Karena
sudah merasa terhindar dari kehamilan, mereka enggan memakai kondom. Ini bisa terjadi
ketika orang tidak ingin menuduh pasangannya berpenyakit (sehingga perlu disuruh
pakai kondom) atau memang tidak suka pakai kondom dan menjadikan pil KB sebagai
alasan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas identifikasi masalah adalah : Bagaimana Laporan
Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Ibu Hamil Dengan Penyakit yang Menyertai
Kehamilan : PMS ?
C. Manfaat
Bagi pendidikan
Melatih keterampilan dan kemampuan peserta didik untuk meningkatkan mutu dan
kinerja perawat di masa yang akan datang serta sebagai bahan evaluasi dan menilai
kemampuan mahasiswa agar lebih berkompeten dalam memberikan asuhan keperawatan
melalui pendekatan sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Laporan Pendahuluan

A. Definisi
Penyakit menular seksual (PMS) merupakan sekelompok penyakit yang
disebabkan oleh mikroorganisme yang dapat menimbulkan gangguan pada saluran kemih
dan reproduksi. Ibu hamil merupakan kelompok resiko tinggi terhadap PMS. Melakukan
pemeriksaan konfirmatif dengan tujuan untuk mengetahui etiologi yang pasti tentang ada
atau tidaknya penyakit menular seksual yang diderita ibu hamil, sangat penting dilakukan
karena PMS dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas baik kepada ibu maupun bayi
yang dikandung/dilahirkan (Yulifah,dkk, 2009).
Penyakit Menular Seksual. PMS adalah infeksi yang penularannya terjadi melalui
kontak seksual baik dalam bentuk kontak seksual genital, oral atau anal.

Banyak

penderita PMS tidak menyadari bahwa dirinya mengidap PMS oleh karena penyakit ini
seringkali tidak menunjukkan gejala.
Penyakit Menular Seksual (PMS) relative sering terjadi pada kehamilan, terutama
pada penduduk perkotaan yang kurang mampu, tempat penyalahgunaan obat dan
prostitusi yang mewabah. Penapisan, identifikasi, edukasi dan terapi merupakan
komponen penting pada perawatn prenatal wanita yang beresiko tinggi mengidap
penyakit penyakit ini.
PMS adalah infeksi atau penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks (oral,
anal, vagina) atau penyakit kelamin atau infeksi yang ditularkan melalui hubungan seks
yang dapat menyerang alat kelamin dengan atau tanpa gejala dapat muncul dan
menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak serta organ tubuh lainnya.
Misalnya HIV/AIDS, Hepatitis B. (Eny Ratna, 2009; hal. 31)
PMS dapat menimbulkan resiko bagi ibu hamil dan janin yang dikandungnya.
PMS dapat menyebabkan :
1. Abortus
2. Kehamilan Ektopik (embrio melakukan implantasi diluar rahim)
3. Persalinan preterm (kehamilan 37 minggu )
4. Lahir mati
5. Cacat bawaan
6. Morbiditas neonatus
7. Kematian
Seringkali penularan pada janin terjadi saat persalinan, saat melalui jalan lahir
yang terinfeksi. Namun, sejumlah infeksi juga dapat terjadi secara transplasental
sehingga menyebabkan infeksi janin intrauterin.Adalah satu hal yang penting untuk
memastikan bahwa wanita hamil bebas dari PMS. Pada kunjungan prenatal pertama,
provider kesehatan (bidan, dokter , obstetric dan gynecologist) akan melakukan skrining
untuk beberapa jenis PMS, termasuk HIV human immunodeficiency virus (pada

beberapa sentra kesehatan tertentu) dan syphilis. Beberapa jenis PMS dapat disembuhkan
dengan obat, namun tidak semua jenis PMS dapat diobati dengan obat.Bila jenis PMS
yang diderita termasuk jenis yang sulit disembuhkan maka harus diambil langkah terbaik
untuk melindungi janin yang dikandung.
Beberapa penyakit yang termasuk penyakit menular seksual :
1. Sifilis
Sifilis merupakan penyakit menular seksual (PMS) yang biasa dikenal dengan raja
singa. Sifilis dapat menular pada bayi yang dikandung secara transplasenta dan
menimbulkan kecacatan, penyebabnya adalah treponema pallidum.
Sifilis merupakan penyakit infeksi sistemik disebabkan oleh troponema pallidum yang
dapat mengenai seluruh organ tubuh, mulai dari kulit, mukosa, jantung hingga
susunan saraf pusat, dan juga dapat tanpa manifestasi lesi di tubuh. Infeksi terbagi
atas beberapa fase, yaitu sifilis primer, sifilis sekunder, sifilis laten dini dan lanjut,
serta neurosifilis (sifilis tersier). Sifilis umumnya ditularkan lewat kontak seksual,
namun juga dapat secara vertical pada masa kehamilan. (Sarwono; 2009)
2. Gonoroe
Gonore adalah IMS yang disebabkan oleh diplokokus intrasel gram-negatif anaerob
Neisseria gonorrhoeae. Gonorea adalah semua infeksi yang disebabkan oleh neisseria
gonorrhea. N. gonorrrhoeae dibawah mikroskop cahaya tampak sebagai diplokokus
berbentuk biji kopi dengan lembar 0,8 m dan bersifat tahan asam. Kuman ini bersifat
gram negative, tampak diluar dan di dalam leukosit polimorfnuklear, tidak dapat
bertahan lama di udara bebas, cepat mati pada keadaan kering, tidak tahanpada suhu
di atas 39 C, dan tidak tahan zat desinfektan.
3. HIV/ AIDS
HIV adalah penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh,dan AIDS adalah
kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh yang
dibentuk setelah lahir.
AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome.Acquired
artinya didapat, jadi bukan merupakan penyakit turunan, immuno berarti sistem
kekeblan tubuh, Deficiency artinya kekurangan, sedangkan syndrome adalah
kumpulan gejala. AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak
kekebalan tubuh, sehingga mudah diserang oleh penyakit-penyakit lain yang berakibat
fatal. Padahal penyakit-penyakit tersebut misalnya berbagai virus, cacing, jamur,
protozoa, dan basil tidak menyebabkan gangguan yang berarti pada orang yang sistem

kekebalannya normal.Selain penyakit infeksi, penderita AIDS juga mudah terkena


kanker.Dengan demikian gejala AIDS amat bervariasi. Virus yang menyebabkan
penyakit ini adalah virus HIV (Human Immuno-deficiency Virus).
B. Etiologi
1. Sifilis
a) Sifilis disebabkan oleh triponema palidum, spiroket yang menginfeksi mukosa
sampai timbulnya kanker membran.
b) Sifilis sulit di lacak dan penyakit ini hanya menghilang ke dalam tubuh dan terus
melakukan kerusakan di tempat-tempat yang tidak dapat dilihat
c) Lama masa inkubasi, dari waktu pajanan sampai timbulnya kanker primer,
bergantung pada jumlah microorganism yang menetap saat infeksi dan berapa lama
organism ini bereplikasi. Spiroket membutuhkan 33 jam untuk bereplikasi
dibandingkan bakteri yang hanya memerlukani beberapa menit untuk bereplikasi.
Inkubasi pada tahap primer adalah 10-90 hari setelah kontak, rata-rata 21 hari.

Tanda dan gejala sembuh dengan spontan dalam 3 minggu tanpa terapi.
Inkubasi pada tahap sekunder adalah 17 hari samapai 6 bulan setelah kontak,
rata-rata 2,5 bulan. Bila sifilis tidak diobati tanda dan gejala sembuh secara

spontan dalam 2-8 minggu, dengan rata-rata 4 minggu.


Tahap laten dimulai setiap lesi sekunder hilang.
d) Individu dinyatakan infeksius bila muncul salah asatu lesi primer atau sekunder.
Respon antibodi awal adalah IgM, dan dalam 2 minggu IgM berubah menjadi IgG.
2. Gonoroe
a) Organisme gonokokus (gonokokus, GC) adalah bakteri diplokokus berbentuk
kacang-kacang merah, yang bersifat patogen pada epitel. Lokasi infeksi yang
umum mencakup:
Orofaring
Konjungtiva mata
Uretra pria
Saluran reproduksi wanita. GC menetap dalam vagina hingga menstruasi, saat
kanalis serviks terbuka, dan kemudian naik ke uterus serta tuba falopii.
Rektum
b) Infeksi sebelumnya memberikan antibody, namun bukan imunitas. Baik virulensi
bakteri maupun daya tahan tubuh individu bervariasi.
3. HIV/ AIDS
a) Penularan HIV terjadi kalau ada cairan tubuh yang mengandung HIV,seperti
hubungan seks dengan pasangan yang mengidap HIV, jarum suntik,dan alat-alat
penusuk (tato,penindik,dan cukur) yang tercemar HIV dan ibu hamil yang
mengidap HIV kepada janin atau disusui oleh wanita

b) Yang mengidap HIV (+).Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang terkena HIV lebih
mungkin tertular
c) Walaupun janin dalam kandungan dapat terinfeksi ,sebagian besar penularan terjadi
waktu melahirkan atau menyusui, bayi lebih mungkin tertular jika persalinan
berlanjut lama. Selama proses persalinan, bayi dalam keadaan beresiko tertular
oleh darah ibu,Air susu ibu (ASI) dari ibu yang terinfeksi HIV juga mengandung
virus itu. Jadi jika bayi disusui oleh ibu HIV (+), bayi bisa tertular.
C. Gambaran Klinis
1. Sifilis
Pada kehamilan gejala klinik tidak banyak berbeda dengan keadaan tidak hamil,
hanya perlu diwaspadai hasil tes serologi sifilis pada kehamilan normal bisa
memberikan hasil positif palsu.Transmisi treponema dari ibu ke janin umumnya
terjadi setelah plasenta terbentuk utuh, kira kira sekitar umur kehamilan 16
minggu.Oleh karena itu bila sifilis primer atau sekunder ditemukan pada kehamilan
setelah 16 minggu, kemungkinan untuk timbulnya sifilis congenital lebih
memungkinkan.
a) Tahap primer menunjukan ciri-ciri berikut :
Lesi primer adalah sanker: papula kecil yang membentuk jalan masuk dan
menghancurkan diri untuk membentuk ulserasi superficial yang tidak nyeri, dan
berakhir selama 5 minggu dan sembuh secara spontan. Lesi ini sehingga luput

dari deteksi. Lesi mungkin satu atau banyak.


Sekitar 70% kasusu terjadi duseminata dari jalan masuk infeksi ke kelenjar
limfe yang menyebabkan pembesaran kelenjar limfe pada lipatan paha dan axila
yang diikuti pembesaran kelenjar limfe yang lain (bubo-satelit), nyeri tekan dan

berbatas tegas.
b) Tahap sekunder
Disebabkan diseminata hematogen yang berasal dari drainase kelenjar limfe
regional. Tahap sekunder ditandai dengan kondisi berikut:
Ruam kulit yang menyeluruh, bilateral, tidak gatal, dan tidak nyeri tampak
hamper diseluruh tubuh , namun terutama di membrane mukosa, telapak tangan
dan telapak kaki. Ruam yang muncul bias berupa salah satu atau semua bentuk
lesi berikut:
Macula datar, berwarna tembaga
Papula eritematosa, berkerak
Pustule
Tampilan ruam dalam mulut berupa erosi putih yang disebabkan dengan
tempelan mukosa.

Lesi lecet yang berkombinasi dengan kondiloma latum yang terbentuk pada area
tubuh yang lembab, seperti area vulva dan perianal. Lesi ini berupa sekelompok
kecil veruka datar yang tertutup oleh eksudat keabu-abuan; lesi ini sangat
infeksius. Jangan keliru membedakan lesi ini dengan kondiloma akuminata,

veruka eksternal yang disebabkan oleh HPV.


Gejala sistemik yang biasa terjadi:
Adenopati yang menyeluruh
Demam, malaise, letargi dan sakit kepala
Anoreksia dan penurunan berat badan
Alopesia terjadi dimana saja pada tubuh.
c) Tahap laten
Terjadi setelah manifestasi sifilis sekunder hilang tanpa terapi. Spiroket yang
tinggal dalam keadaan dorman ditubuh dan termanifestasi sendiri beberapa tahun
kemudian seiring degenerasi banyak organ. Spiroket dapat didiagnosis dengan uji
laboratorium saat tidak ada manifestasi klinis, terutama bila riwayat pejanan telah
diketahui atau terdapat riwayat lesi primer atau sekunder.Dengan gejala:
Luka primer didaerah genetalia atau tempat lain seperti dimulut dari sekitarnya.
Pada lues sekunder kadang kadang timbul kondiloma lata. Lues laten dan

sudah lama dapat menyerang organ tubuh lainnya.


Pemeriksaan serologis reaksi wassermann dan VDRL
Kelahiran mati atau anak yang lalu dengan lues congenital merupakan petunjuk

bahwa ibu menderita sifilis.


d) Tahap Tersier
Sifilis tersier adalah kelanjutan dari sifilis sekunder. Dengan tandda khas Gumma
( infiltrate berbatas tegas, lunak, destruktif, besarnya bervariasi ) dapat menjadi
ulkus. Dapat terjadi pada mukosa, tulang, hepar, kardiovaskuler.
2. Gonoroe
Gejala pada wanita berbeda dengan pria, karena perbedaan antomi dan fisiologi
genital wanita dan pria. Masa inkubasinya bervariasi, singkat (mulai dari beberapa
jam sampai 2- 5 hari ), gejala dan tanda pada ibu hamil:
Disuria
Gatal pada vulva
Sekret purulenta dari uretra
Kelenjar batholini membesar
Orofaringitis ( penyebab hubungan oral genital )
Rektum ( penyebab hubungan rectum dan genital)
Konjungtivitis ( melalui alat/ tangan)
Kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri di panggul bawah
3. HIV / AIDS

Sebagian penderita mengalami gejala-gejala berikut dalam masa 2 - 6 minggu selepas


dijangkiti kuman HIV:
Demam
Sakit tekak dan batuk
Sakit otot
Sakit kepala
Bengkak kelenjar limfa
Letih
Ruam
Sakit sendi
Turun berat badan
Infeksi HIV terjadi melalui 3 tahapan :

Tahap Primer/Akut
Terjadi dalam 3-6 minggu, manifestasinya klinisnya berlangsung selama kurang
lebih 1 bulan yang menyebabkan nyeri kepala, demam.Pada tahap ini virus dapat

dideteksi di dalam darah. Jumlah sel CD4+ sedikit menurun : 750-1000 sel/mm3.
Tahap Kronik / Asimptomatik
Dapat berlangsung selama 10 tahun, replikasi virus berlangsung lebih cepat dan

lebih destruktif CD4 sebanyak 500 sel/mm3


Tahap AIDS
Ditandai dengan penurunan jumlah sel CD4+ yang progresif (200 sel/mm3).

D. Faktor Risiko
1. Sifilis
Faktor Resiko :
Paling sering terjadi pada golongan usia muda umur 20 29 tahun
Orang yang melakukan kontak langsung dengan infeksius awal lesi awal kulit atau

selaput lendir pada saat melakukan hubungan seksual dengan penderita sifilis.
Dapat diturunkan oleh ibu penderita pada anak yang dikandungnya
Bergonta ganti pasangan seksual
Tidak menggunakan kondom saat berhubungan seksual
Melalui barang perantara yang sedah dipakai oleh penderita seperti pakaian dalam,

handuk dan sebagainya ( Djuanda,1987 )


2. Gonoroe
Kelompok berisoko tinggi
PSK ( Pekerja Seks Kormesial )
Orang yang mempunyai 1 pasangan seksual tetapi pasanganya suka bergonta
ganti pasangan seksual
Pada wanita usia 16-24 tahun
Pada laki-laki usia 20-34 tahun
Homoseks dan pecandu narkotika ( Dayli 2005 )
3. HIV/AIDS

Mempunyai perilaku seksual berisiko tinggi yaitu melakukan seksual tanpa

kondom dengan banyak mitra seksual yang dapat berpotensi HIV/ AIDS
Mempunyai riwayat infeksi menular seksual
Mempunyai riwayat menerima transfuse darah berulang, tanpa tes penapisan awal
Mempunyai perlukaan kulit, tattoo, tindik, atau sirkumsisi dengan alat yang tidak

steril dan bergantian


Sebagai pemakai narkoti suntik terutama pemakaian jarum bersama secara
bergantian tanpa sterilisasi yang memadai

E. Prognosis
1. Sifilis
Prognosis pada ibu hamil dengan sifilis buruk, jika tidak dilakukan dengan
penanganan yang tepat akan berdampak buruk baik si Ibu maupun untuk janin yang
dikandungnya. Pada saat lahir bayi dapat tampak sehat dan kelainan timbul setelah
beberapa minggu, tetapi dapat pula kelainan ada sejak lahir. Di mana virus Troponema
Pallidum masuk secara hematogen melalui placenta ( UK 10 minggu ), sehingga janin
yang terinfeksi dapat mati atau abortus, lahir mati atterm ( IUFD ), dan lahir hidup
dengan tanda- tanda sifilis kongenital.
Pada bayi dapat dijumpai kondisi sebagai berikut :
Pertumbuhan intrauterine yang terlambat
Kelainan membrane mukosa ( bibir, mulut, laring dan mukosa genital)
Kelainan kulit, rambut dan kuku
Dapat berupa macula eriterm, papullosqruamosa, dan bulla.Bulla sedah ada sejak

lahir yang tersebar secara simetris terutama pada telapak tangan dan kaki.
Kelainan tulang ( terjadi pada 6 bulan pertama )

Tanda sifilis kongenital lanjut :

Kornea : keratitis intersisial


Biasanya terjadi pada umur pubertas dan bilateral.npada kornea timbul pengabuan
menyerupai gelas disertai vaskularisasi sclera.Terjadi pada 20 50% kasus sifilis

kongenital lanjut.
Tulang : perisynovitis
Mengenai kedua lutut yang akan mengakibatakan terjadinya bengkak tanpa nyeri

yang simetris.
Sistem saraf pusat
Biasanya yang menjadi tanda adalah adanya kelemahan umum dan renjatan
2. Gonoroe

Bayi yang terkena gonoroe akan menjadi buta, pembengkakan pada kedua kelopak
mata dan matanya mengeluarkan nanah. Selain itu penyakit sistemik seperti
meningitis dan arthritis, sepsis, pada bayi yang terinfeksi pada proses persalinan
3. HIV/AIDS
Tujuh puluh delapan persen ( 78% ) bayi yang terinfeksi HIV akan menunjukan gejala
klinis menjelang umur 2 tahun dan biasanya 3 sampai 4 tahun kemudian akan
meninggal.Pemaparan terhadap HIV tidak selalu mengakibatkan penularan, beberapa
orng yang terpapar HIV selama bertahun-tahun bisa tidak terinfeksi. Di sisi lain
seseorang yang terinfeksi bisa tidak menampakan gejala selama lebih dari 10 tahun.
Tanpa pengobatan , infeksi HIV ,mempunyai resikom1-2 % untuk menjadi AIDS pada
beberapa tahun pertama. Risiko ini meningkat 5% pada setiap tahun berikutnya.
Teknik perhitungan jumlah virus HIV ( plasma RNA ) dalam darah seperti polymerase
chain reaction ( PCR ) dan branched deoxyribo nucleid acid (bDNA ) test membantu
dokter untuk memonitor efek penobatan dan membantu penilaian prognosis penderita.
Kadar virus ini bervariasi mulai kuran dari beberapa ratus sampai lebi dari sejuta virus
RNA/mL plasma.
Dengan HIV, antibodinya dihasilkan dalam jangka 3-8 minggu. Taap berikutnya
sebelum antibodi tersebut dapat dideteksi dikenal sebagai tahap jendela. Pengujian
dapat dilakukan dengan menggunakan sampel darah, air liur atau air kencing.
Pengujian HIV harus dilakukan sejalan dengan bimbingan sebelum-selama-dan
sesudahnya. Jumlah normal dari sel-sel CD4+T pada seseorang yang sehat adalah
800-1200 sel/ml kubik darah. Ketika seorang pengidap HIV yang sel-sel CD4+T-nya
terhitung dibawah 200, dia menjadi semakin mudah diserang oleh infeksi-infeksi
oportunistik.
F. Penatalaksanaan
1. Sifilis
Pengobatan sifilis kongenital terbagi menjadi pengobatan pada ibu hamil dan pada
bayi.Penisilin masih tetap merupakan obat pilihan untuk pengobatan sifilis, baik sifilis
didapat maupun kongenital.Pada wanita hamil, tetrasiklin dan doksisiklin merupakan
kontraindikasi. Pengobatan sifilis pada kehamilan dibagi menjadi 3, yaitu :
Sifilis Dini ( primer, sekunder, dan laten dini tidak lebih dari 2 tahun)
Benzatine Penisillin 1x / IM, Penisillin G Prokain dalam aquadest 600.000 IU/IM

selama 10 hari.
Sifilis Lanjut ( lebihan dari 2 tahun )
Benzatine Penisillin G 2.4 juta IU/ IM setiap minggu, selama 3x berturut- turut,
atau dengan Penisilin G Prokain 600.000 UI/ IM setiap hari selama 21 hari

Neurosifilis
Benzidin penicillin 6 9 MU selama 3 sampai 4 minggu. Selanjutnya dianjurkan

pemberian benzyl penicillin 2 -4 MU secara IV setiap 4 jam selama 10 hari.


Wanita hamil dengan sifilis harus diobati sedini mungkin, sebaiknya sebelum hamil
atau pada triwulan 1 untuk mencegah penularan pada janin. Suami harus diperiksa
dengan menggunakan tes reaksi wasserman dan VDRL, bila perlu diobati.
2. Gonorroe
Pada ibu hamil tidak dapat diberikan obat golongan kuinolon dan tetraksiklin yang
direkomendasikan adalah golongan sefalosporin ( seftriakson 250 Mg/ IM dosis
tunggal). Jika wanita hamil alergi terhadap penisil atau sefalosporin tidak dapat
ditoleransi sebaiknya diberikana Spektinomisin 2 gr/IM sebagai dosis tunggal.
Pada wanita hamil juga dapat diberikan amoksisilin 2 grm / 3 gram peroral dengan
tambahan probenesid 1 grm oral sebagai dosis tunggal saat isolasi N.Gonorrhoeae
yang sensitive terhadap penisilin. Amoksisilin direkomendasikan untuk pengobatan
jika disertai infeksi C. Trachomatis.
Pencegahan
Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral dengan orang yang

terinfeksi
Pemakaian Kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama

sekali risiko penularan penyakit ini


Hindari hubungan seksual sampai pengobatan antibiotik selesai
Sarankan juga pasangan seksual kita untuk diperiksa guna mencegah infeksi lebih

jauh dan mencegah penularan


Pengendalian penyakit menular seksual ini adalah dengan meningkatkan keamanan

kontak seks dengan menggunakan upaya pencegahan.


3. HIV/ AIDS
Tata cara mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi caranya dengan melakukan
skrining yang baik, cara lainnya dengan pemberian obat antiretroviral pada ibu positif,
selain itu dengan melakukan persalinan yang aman pada saat persalinan, selama
persalinan, setelah persalinan.
Untuk mencegah HIV perlu juga diberikan obat anti HIV pada ibu hamil ysng
diketahui terinfeksi HIV pada TM II dan III, diberikan AZT peroral, sedangkan saat
persalinan diberikan AZT melalui infus, keada bayi baru lahir diberikan selama 6
minggu.
Pada persalinan normal kemungkinan penularan HIV lebih besar sehingga pada ibu
hamil di anjurkan untuk menjalani operasi caesar.
Manajemen ibu hamil penderita AIDS tanpa gejala atau dengan gejala, sebaiknya
mendapatkan langkah- langkah sebagai berikut :

Identifikasi Resiko Tinggi yaitu pemakai narkotika intravena, pasangan seksualnya

memakai narkotika intravena.


Dilakukan pemeriksaan darah terhadap HIV.
Diberikan peningkatan pengetahuan tentang HIV/ AIDS
Memberikan konseling mengenai masalah HIV/ AIDS
Infeksi HIV/AIDS saat ini belum ditemukan obatnya sehingga disarankan bagi mereka
yang menderita HIV tidak melakukan huhungan badan tanpa menggunakan alat
kontrasepsi.

Konsep
Asuhan Keperawatan
I. PENGKAJIAN
1. Identitas
Sifilis bisa menyerang pada semua usia dan jenis kelamin.
2. Keluhan Utama
Biasanya klien mengeluh demam, anoreksia dan terdapat lesi pada kulit.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya klien mengeluh demam, anoreksia dan terdapat lesi pada kulit.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat adanya penyakit sifilis pada anggota keluarga lainnya sangat menentukan.
6. Pengkajian Persistem
a. Sistem integumen
Kulit : biasanya terdapat lesi. Berupa papula, makula, postula.
b. Kepala dan Leher
Kepala : Biasanya terdapat nyeri kepala
Mata : Pada sifilis kongenital terdapat kelainan pada mata (keratitis inter stisial).
Hidung : Pada stadium III dapat merusak tulang rawan pada hidung dan palatum.
Telinga : Pada sifilis kengenital dapat menyebabkan ketulian.
Mulut : Pada sifilis kongenital, gigi hutchinson(incisivus I atas kanan dan kiri
bentuknya seperti obeng).
Leher : Pada stadium II biasanya terdapat nyeri leher.
c. Sistem Pernafasan
d. Sistem kardiovaskuler
Kemungkinan adanya hipertensi, arteriosklerosis dan penyakit jantung reumatik
sebelumnya.
e. Sistem penceranaan

f.
g.
h.
i.

Biasanya terjadi anorexia pada stadium II.


Sistem muskuloskeletal
Pada neurosifilis terjadi athaxia.
Sistem Neurologis
Biasanya terjadi parathesia.
Sistem perkemihan
Biasanya terjadi gangguan pada sistem perkemihan.
Sistem Reproduksi
Biasanya terjadi impotensi.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Diagnosa yang kemungkinan muncul pada diagnosa sifilis
1. Gangguan integritas kulit sehubungan dengan diagnosa sifilis.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan proses peradangan.
3. Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan infasi kuman.
4. Gangguan gambaran diri sehubungan dengan anatomi kulit dan bentuk tubuh.
III. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx 1 :
Gangguan integritas kulit sehubungan dengan diagnosa sifilis.
Kriteria hasil : Kembalinya kulit normal.
Intervensi dan rasional :
1. Anjurkan menggunakan baju katun dan hindari baju ketat.
R/ : Menurunkan iritasi
2. Pertahankan kecukupan masukan cairan untuk hidrasi yang adekuat.
R/ : Untuk menyeimbangkan cairan.
3. Berikan dengan latihan rentang gerak.
R/ : Mencegah kerusakan lebih lanjut.
4. Kolaborasi dengan tim medis lain.
R/ : Untuk mempercepat proses penyembuhan.

Dx 2 :
Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan proses peradangan.
Kriteria hasil : Nyeri berkurang
Intervensi dan Rasional :
1. Kaji tingkat nyeri
R/ : Untuk mengetahui rasa sakit akut dan ketidaknyamanan.
2. Ajarkan tekhnik distraksi dan relaksasi.
R/ : Tekhnik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri.
3. Berikan posisi yang nyaman
R/ : posisi yang nyaman dapat meningkatkan relaksasi sehingga membantu menurunkan
nyeri.
4. Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat golongan penisilin.
R/ : Memberikan penurunan rasa nyeri.

Dx 3 :
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan infasi kuman.
Kriteria hasil : Suhu tubuh normal (36 37o)
Intervensi dan Rasional
1. Anjurkan pasien untuk memakai baju tipis.
R/ : Agar terjadi pemindahan panas.
2. Pantau suhu tubuh pasien
R/ : Mengetahui adanya infeksius akut.
3. Beri pasien kompres hangat.
R/ : Untuk menurunkan suhu tubuh.
4. Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat anti piretik.

R/ : Untuk mengurangi demam / menurunkan suhu tubuh

Dx 4 :
Gangguan gambaran diri sehubungan dengan anatomi kulit dan bentuk tubuh.
Kriteria hasil :
- dapat mengungkapkan penerimaan pada diri sendiri dalam situasi.
- Mengenali penggabungan peruaban dalam konsep diri dalam cara yang akurat tanpa
menimbulkan harga diri negatif.
Intervensi dan Rasional :
1. Anjurkan pasien untuk mengekspresikan perasaannya termasuk rasa marah.
R/ : Membantu pasien untuk mengenal dan mulai memahami perasaan.
2. Bantu dan dorong kebiasaan berpakaian dan berdandan yang baik.
R/ : Membantu peningkatkan [erasaan harga diri dan kontrol atas salah satu bagian
kehidupan.
3. Dorong orang terdekat agar memberi kesempatan pada klien melakukan sesuatu untuk
dirnya sendiri.
R/ : membangun kembali rasa kemandirian dan menerima kebanggan diri sendiri dan
meningkatkan proses rehabilitasi.

KASUS

Seorang

ibu hamil . Ny. X umur 23 tahun, hamil anak pertama.Usia kehamilan 28

minggu.Datang ke Bps tanggal 10 Mei 2013 bersama suaminya Tn Y ,pukul 10.00 WIB
,ingin memeriksakan kehamilanya, ibu mengeluh nyeri saat buang air kecil, sering demam,
nyeri di bagian perut bawah dan pegal-pegal, serta kemerahan pada kaki dan tangan,. Ibu
mengatakan suaminya menderita sfilis serta belum teratasi .Ibu merasa cemas jika ibu dan
bayi yang dikandungnya tertular sfilis. Ibu mengatakan tidak mengetahui aktivitas suaminya

diluar rumah. Ibu khawatir suaminya sering jajan mungkin tidak menyadari kalau dirinya
sudah mengidap penyakit sifilis.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN SIFILIS,


23 TAHUN G1 P0 A0,UMUR KEHAMILAN 28 MINGGU
Di RB KHUSNUL KHOTIMAH

No Register

: 031085

Tanggal pengkajian

: 14 September 2016

1. Identitas

Ibu

Suami

Nama
Umur
Agama
Suku/Bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat

Ny X
23 tahun
Islam
Jawa/Indonesia
S1
Guru
Jl. Kasih Sayang

Tn Y
30 tahun
Islam
Jawa/Indonesia
S1
Guru
Jl.Kasih Sayang

2. Alasan Kunjungan
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya.
Ibu X hamil anak pertama, usia kehamilan 28 minggu.
3. Keluhan Utama
Ibu mengeluh nyeri saat buang air kecil, sering demam, nyeri di bagian perut bawah dan
pegal-pegal, serta kemerahan pada kaki dan tangan,.
4. Riwayat Menstruasi
- Menarche
: 13 tahun
- Siklus
: 28 hari
- Lamanya haid : 7 hari
- Sifat darah
: encer
- HPHT
: 1 September 2012
- HPL
: 8 Juni 2013
- Banyaknya
: 4x ganti pembalut
- Keluhan
: ibu mengatakan tidak ada keluhan.
5. Riwayat perkawinan
a) Menikah umur : 22 tahun,
b) Pernikahan
: ke 1 ,
c) Lama pernikahan: 1tahun,
6. Riwayat Kehamilan Sekarang
Ibu mengatakan ini adalah kehamilannya yang pertama.Ibu pernah memeriksakan
kehamilannya ke bidan.
a. Tanda-tanda kehamilan (trimester I)
Hasil tes kehamilan :2 oktober 2012 : (+)
b. Pergerakan fetus dirasakan pertama kali pada usia kehamilan 20 mg.
c. Keluhan yang dirasakan
TM 1 : Ibu merasa lemas dan letih dan mual
Solusi : makan dengan porsi sedang tetapi sering
TM 2 : Ibu mengatakan sering merasa pegal-pegal pada daerah pinggang, akhir-akhir ini
sering BAK.
Solusi: Mobilisasi, mengurangi minum saat menjelang tidur
TM 3 : Ibu mengeluh nyeri saat buang air kecil, sering demam, nyeri di bagian perut
bawah dan pegal-pegal, serta kemerahan pada kaki dan tangan,.
d. Imunisasi
1) TT 1 : tanggal 1 mei 2012
2) TT 2 : tanggal 3 juni 2012

3) TT 3 : tanggal 8 Desember 2012


4) Keterangan TT 4 dan TT 5
: belum dilakukan
e. Konsumsi
Ibu mengkonsumsi tablet Fe dan vitamin tambahan selama kehamilan.
7. Riwayat obstetri : G: 1 ,P: 0, A: 0, Ah : 0
8. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu
No Kehamilan Persalinan

Penyulit Anak

Keadaa Nifas
n

Tahun Penolon

Jenis

BB PB

1.

9. Riwayat kontrasepsi
No

JnsKontra

.
1.

sepsi
-

Pasangan
Tgl Oleh

Tempat

Keluhan

Lepas
Tgl. oleh

tempat

Keluhan

10. Riwayat Kesehatan


a. Riwayat yang pernah di derita ibu dan suami :
Ibu mengatakan suaminya sedang menderita sifilis, ibu mengatakan takut apabila ia dan
bayinya tertular penyakit sifilis dari suaminya
b. Riwayat kesehatan keluarga :
ibu mengatakan baik keluarga dari ibu maupun suami tidak ada yang menderita
penyakit berat,turunan atau pun menular seperti asma,hepatitis,diabetes,Hiv/Aids dll
c. Riwayat keturunan kembar :
ibu mengatakan dikeluarga tidak ada keturunan kembar.
11. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
a. Pola nutrisi
Sebelum hamil : ibu makan 3x sehari porsi sedang ,nasi ,sayur,lauk pauk.
Minum 8-10 gelas/hari.
Saat hamil : Ibu makan 3-4x sehari dengan porsi, nasi, sayur, lauk pauk. Minum air
putih 7-8 gelas/hari ibu kadang minum susu,
Keluhan :ibu merasa lebih cepat kenyang setelah makan.
b. Pola eliminasi
Sebelum hamil :
BAB
Frekuensi
: BAB 2-3x / hari
Warna
: kuning
Bau
: khas

Konsistensi

: lembek

BAK
Frekuensi
Warna
Bau
Konsistensi

: 8-10x/hari
: kuning jernih
: khas
: cair

Saat hamil
BAB
Frekuensi
Warna
Konsistensi
Bau
Keluhan

:
: BAB 1 x / hari,
: kuning kecoklatan
: lembek
: khas
:cepat terasa ingin buang air besar. \

BAK
Frekuensi
: BAK 6-7 x / hari
Warna
: jernih kekuningan
Bau
: khas
Keluhan
: ibu merasa lebih sering buang air kecil.
c. Pola istirahat
Saat hamil
: ibu tidur 6 jam, 1 jam tidur siang
Keluhan
: ibu mengeluh tidak nyaman saat tidur.
d. Pola seksualitas
Ibu mengatakan melakukan hubungan seks 1X /mimggu . Karena tidak nyaman dan
khawatir Dalam melakukan hubungan seks.
e. Personal Hygine
Mandi
: 2x sehari
Gosok Gigi
: 3x sehari
Cuci Rambut
: 3x dalam 1 mgg
Ganti pakaian
: 3x sehari (sesuai kebutuhan)
f. Aktivitas sehari-hari
Ibu dapat melakukan pekerjaan rumah tangga di bantu suami.
Senam hamil
: 1 x Dalam seminggu
Jalan-jalan
: setiap pagi
g. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan
- Merokok
: ibu mengatakan tidak merokok
- Minum jamu
: ibu mengatakan tidak minum jamu
- Minum-minuman berakohol : tidak pernah
h. Riwayat psikososial, spiritual, dan ekonomi
Suami beserta keluarganya menginginkan dan mendukung kehamilannya ini.
Pengambilan keputusan Dalam keluarga adalah suami.
Perencanaan persalinan.
- Alat transportasi sudah disiapkan,
- Ibu ingin bersalin di BPS ini dan di tangani oleh bidan.

Rencana pemberian ASI : ibu mengatakanakan memberikan ASI eksklusif selama 6

bulan.
Merawat bayi : ibu mengatakan ingin merawat bayinya sendiri dan dibantu suami

dan keluarga.
Kegiatan ibadah : shalat, membaca al-quran, pengajian setiap hari jumat,
Kegiatan sosial : arisan , pengajian
Persiapan keuangan : ibu, suami dan keluarga sudah mempersiapkan biaya

persalinan.
i. Hewan peliharaan dan keadaan lingkungan :
- Hewan yang dipelihara : Tidak ada hewan peliharaan
- Keadaan lingkungan`
bersih
jauh dari tempat pembuangan sampah
jauh dari limbah ataupun sungai
12. Keadaan umum
Kesadaran
Vital sign
Suhu
Nadi
Tekanan darah
Respirasi
Antropometri
BB
TB
Lila

: compos mentis
: 36,9 C
: 78 x/menit
: 110/80 mmHg
: 20 x/menit
: 61 kg
: 165 cm
: 23,5 cm

13. Pemeriksaan fisik


a. Kepala : Bentuk bulat, rambut berwarna hitam, tidak ada ketombe, tidak mudah
dicabut.
b. Muka : Bentuk simetris,
c. Mata : kelopak mata ada, konjungtiva merah muda, sclera tidak ikterik, tidak ada
cloasma gravidarum.
d. Telinga : simetris , berlubang, bersih, pendengaran baik.
e. Hidung : pernafasaan lewat hidung baik, hidung berlubang, bersih, septum utuh dan
f.
g.
h.

i.

mukosa hidung lembab .


Mulut, gigi : Lidah ada, gigi bersih, dapat berfungsi baik
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis.
Payudara
bentuk
: simetris
Putting susu : simetris, menonjol, areola berwarna kecoklatan
Pengeluaran :belum ada.
Abdomen
Pembesaran sesuai dengan usia kehamilan, Tidak ada luka bekas operasi,
Palpasi leopold

Leopold I

: TFU 28 cm , Di fundus teraba lunak, bundar, tidak, melenting, yang

berarti bokong.
Leopold II
: Perut sebelah kiri teraba lebar,memberikan tahanan yang, besar
berarti, punggung janin, Perut sebelah kanan teraba bagian kecil yang berarti
ekstrimitas.
Leopold III

:Bagian terbawah janin, teraba keras, melenting, yang berarti

kepala,masih dapat digerakankan.


Leopold IV
: Kedua jari tangan saling bertemu (konvergen)>Bagian terendah janin
belum masuk panggul.
DJJ
: ( + ) , Frekuensi : 135x /menit teratur
TBJ
: (28-12) x 155 : (28-12) x 155 =2480 gram
j. Genitalia
luka kemerahan dan basah didaerah vagina
Tidak ada oedema , klitoris ada infeksi, tidak terdapat polip, ada infeksi pada lubang
vagina,tidak ada bekas luka di perineum.
k. Anus
Tidak ada infeksi anus dan tidak ada haemoroid
l. Ekstrimitas atas dan bawah
Tangan dan kaki semetris, ruam ditelapak kaki dan tangan, reflek patella positif (+/+)
jari-jari lengkap.
m. Pemeriksaan panggul luar
Distansia spinarum : 24 cm (normal=23-26 cm)
Distansia cristarum : 27 cm (normal=26-29 cm)
Distansia tuberum
: 10,5 cm(normal 10,5-11 cm)
Distansia boudelogue : 18 cm (normal18-20 cm)
Lingkar panggul
: 95 cm (normal 90-100 cm)
14. Pemeriksaan Penunjang
Darah
: Hb = 12 gr%
Urine
: Protein Urine =Negatif (-)
Glukosa Urine
: Negatif (-)
USG
: DJJ 140x/menit
15. Analisa
Ibu hamil dengan sifilis G1 P0 A0 usia kehamilan 28 minggu, janin tunggal, hidup,
intra uterin.
16. Penatalaksanaan
Tanggal : 10 Mei 2013
Pukul 10.00
1) Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan yang dirasakannya yaitu :,
demam, pegal-pegal, serta kemerahan pada kaki dan tangan merupakan tanda- tanda
sifilis
Evaluasi: Ibu memahami bahwa keluhan yang dialaminya adalah gejala- gejala sifilis.
2) Menganjurkan dan menjelaskan pada ibu tentang teknik relaksasi, pengurangan rasa
nyeri dan menciptakan lingkungan yang nyaman.

Evaluasi: Ibu memahami tentang teknik relaksasi, pengurangan rasa nyeri dan
menciptakan lingkungan yang nyaman.
3) Menganjurkan ibu untuk banyak minum,,dan melakukan kompres apabila demam
dengan menggunakan air hangat di dahi.
Evaluasi: Ibu mengerti dan bersedia untuk melaksanakan anjuran bidan.
4) Menganjurkan ibu untuk melibatkan keluarga dalam perawatan agar ibu mendapatkan
support dan dukungan dari keluarga sehingga mempercepat proses penyembuhan.
Evaluasi :Ibu mengerti dan keluarga bersedia untuk terlibat dalam proses pengobatan
dan perawatan ibu.
5) Menganjurkan ibu dan suami untuk tidak berganti- ganti pasangan karena hal ini dapat
menyebabkan penyakit menular seksual dan dapat menyebabkan penyebaran dari
penyakit menular seksual menjadi lebih luas.
Evaluasi:Ibu mengerti penjelasan bidan dan bersedia untuk tidak berganti- ganti
pasangan begitu juga dengan suami.
6) Menjelaskan pada ibu tentang teknik pengurangan rasa nyeri yaitu dengan
pengompresan dengan air hangat pada daerah yang nyeri, dan meminimalisir
terjadinya sentuhan atu gesekan pada daerah yang nyeri.
Evaluasi: Ibu mengerti penjelasan bidan dan bersedia melaksanakan
7) Menjelaskan pada ibu bahwa sifilis bisa menimbulkan komplikasi pada ibu dan bayi
sehingga ibu harus menjaga kondisinya agar tidak terjadi komplikasi.
Evaluasi:Ibu memahami penjelasan bidan dan akan selalu menjaga kondisinya.
8) Menganjurkan ibu untuk pemeriksaan laboratorium di laboratorium untuk
pemeriksaan kimia darah, ureum, kreatinin, GDS.
Evaluasi: Ibu bersedia melakukan pemeriksaan laboratorium di Laboratorium
9) Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan bagian vagina, bisa dengan cara
membersihkan vagina dengan air frebusan daun sirih, jika daerah vaginanya tidak ada
luka/lecet.
Evaluasi: Ibu mengerti anjuran bidan
10) Menganjurkan ibu untuk mobilisasi ibu lebih sering berjalan jalan disekitar rumah
saat pagi dan sore hari
Evaluasi: Ibu mengerti anjuran bidan
11) Menjelaskan tanda tanda bahaya kehamilan ibu mengetahui tentang tanda tanda
bahaya kehamilan seperti keluar cairan sebelum waktunya, ada perdarahan, sakit
kepala berlebihan, dan lain lain.
Evaluasi: Ibu mengerti anjuran bidan
12) Menjelaskan tanda tanda persalinan

ibu mengetahui tentang tanda tanda

persalinan seperti mules mules yang sering dan teratur dan keluar darah bercampur
lendir lender.
Evaluasi: Ibu mengerti anjuran bidan
13) Menganjurkan ibu untuk bersalin di tenaga kesehatan ibu mengerti tentang
pentingnya bersalin di tenaga kesehatan

Evaluasi: Ibu mengerti anjuran bidan.


14) Menganjurkan ibu untuk mulai

mempersiapkan

proses

persalinan

dan

perlengkapannya ibu sudah mulai mempersiapkan proses dan perlengkapan


persalinannya
Evaluasi: Ibu mengerti anjuran bidan.

BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit menular seks (PMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks.
PMS ditularkan melalui pertukaran cairan tubuh. Selain melalui kontak seksual, PMS
juga dapat menular lewat penggunaan bersama jarum suntik dan dari ibu ke anak
sebelum, selama atau setelah persalinan. PMS terutama berisiko pada mereka yang
berganti-ganti pasangan. Penyakit menular seks diantaranya adalah Gonorrhea, Syphillis,
Herpes, HIV / AIDS. Diantara penyakit-penyakit tersebut, HIV / AIDS adalah penyakit
yang paling membahayakan dan sampai saat ini belum ditemukan obat untuk
menyembuhkan penyakit ini.
B. Saran
Diharapkan untuk dapat menambah wawasan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
penyakit menular seks, agar dapat mengurangi penyakit-penyakit menular seks lainnya
yang disebabkan karena pergaulan bebas terutama dikalangan remaja. Dan untuk
meningkatkan lagi pengetahuan tentang penyakit menular seks yaitu dengan mengikuti
seminar-seminar kesehatan, membaca buku tentang PMS (Penyakit Menular Seksual),
dan media informasi lainnya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti :
pergaulan bebas, kehamilan diluar nikah, pasangan tidak bertanggung jawab, dan PMS
(Penyakit Menular Seksual).

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta. Media Aesculapius. FKUI
Nugroho, Taufan. 2010. Buku Ajar Ginekologi. Yogyakarta : Nuha Medika.

Ratna, Eni, dkk. 2009. Asuhan Kebidanan Komuitas. Yogyakarta : Nuha Medika
Sarwono Prawirohardjo, 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Jakarta. YBPS
Fadlun, Feryanto Achmad. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika
Nugroho,Taufan.2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai