pertama.
Apabila suatu ketetapan hokum hasil ijihad dapat
dibnatalkan
oleh
hasil
ijtihad
yang
lain,
akan
keputusan
yang
baru
tidak
merubah
keputusan
Tetapi
pada
kesempatan
yang
lain
dlam
Catatan :
Rusak
keputusan
ijtihad
seorang
hakim
Apabila berkumpul antara yang halal dan yang haram,
dimenangkan yang haram.
Segolongan ulama mendasarkan kaidah ini pada suatu
hadist :
:
Manakala berkumpul yang halal dengn haram, maka
Walaupun
dhaif,
tetapi
yaitu
untuk
selalu
berhat-hati,
yakni
upaya
preventif
uumnya
mengumpulkan
dua
orang
wanita
Dan haram mengumpulkan (dalam perkawinan) dan
dua orang wanita bersaudara.(hal 51-52)
Pertentangan antara dua hadis, yaitu :
.
bagimu boleh berbuat sesuatu terhadap istrimu yang
sdang haid pada segala yang berada di atas kainpinggang.
Dengan Hadis:
perbutlah segala sesuatu (terhadap istri yang sedang
Hadits
hukum
Apabla berlawanan antara yang mencegah dan yang
lebih
sah
ia
tidak
dimandikan.
Bahkan
apabila
.
berlomba-lombalah kamu sekalian didalam
kebajikan.(hal 55)
4. Kaidah keempat
Pengikut tu adalah mengikuti
Artinya adalah sesuatu yang mengikuti kepada yang lain
pengikut menjadi gugur dengan gugurnya yang dikuti
Apabila hukum yang diikuti gugur, maka gugur pula
itu
tidak
disunnahkan
shalat
sunnah
rawatib,
cabang menjadi jatuh apabila pokoknya jatuh
Contoh : Apabila anak yang pandai dan baik itu bebas
(dari kesalahan), bebas pula penanggungannya; dan apabila
dia jatuh (dinyatakan bersalah), salah pula penaggungnya,
sebab penanggung adalah cabang dari yang ditanggung.
pengikut itu tidak mendahului yang diikuti.
Jadi yang diikuti harus lebih dahulu dari yang mengikuti.
dapat dimaafkan dari hal-hal yang mengikuti, tidak
dimafkan pada yang lainnya.
Dengan kaidah yang di atas;
sesuatu itu dapat dimaafkan karena terkait yang
lain,tidak dapat dimaafkan karena sengaja.
Kadang-kadang dikatakan;
dapat dimaafkan bagi yang meniru, tidak demikian bagi
yang lain.
Contoh: Orang yang sedang ihram tidak sah nikah, tetapi
sah rujuknya, karena adanta rujuk setelah adanya nikah.
(hal 57-60)
5. Kaidah kelima
tharruf (tindakan) imama terhadap rakyat harus
dihubungkan dngan kemaslahatan.
Tindakan dan kebikalsanaan yang ditempuholeh
pemempin/penguasa harus sejalan dengan kepentingan
umum bukan untuk golongan ayau diri sendii. Penguasa
adalah engayom dan pengemban kesengsaraan umat.
Kaidah ini berasal dari fatwa Imam SyafiI :
keduduan imam tergadap rakyat adalah seperti
kedudukan wali terhadap anak yatim.(hal 61).
6. Kaidah keenam
hukum-hukuman itu gugur karena syubhat
Suatu kasus yang belum bsa dbuktikan secara
factual sebagai suatu tindak pelanggaran, tersangka tidak
bisa dijatuhi hukuman. Karena untuk memfonis pelaku
tindak krimnalitas (jarimah) seorang hakim memerlukan
bukti-bukti obyektf meyakinkan.
Kaidah ini berasal dari sabda Nabi :
hindarkanlah hukuman hukuman karena adanya
syubhat.
contoh: mengambil kendaraan ditempat perparkiran,
karena cat dan merk sama, ternyata bukan.
kewajiban membayar kafarat gugur karena adanya
syubhat.
Contoh : orang melakukan persetubuhan di bulan
Ramadlan karena lupa, tidak wajib membayar kafarat.(hal
64)
7. Kaidah ketujuh
Orang yang merdeka itu tidak masuk dalam
kekuasaan.
Contoh : Seandainya mengurung orang yang merdeka,
dengan memperlakukannya dengan baik, kemudina da mati
karena tertimpa tembok yang robohdan sebagainya, maka
tidak wajib membayar ganti ruginya.(hal65)
8. Kaidah kedelapan
yang mengelilngi larangan hukumnya sama dengan
yang dikelilingi.
Dasar darikaidah ini ialah hadis Nabi :
.
.
Yang halal telah jelas dan yang haram talah jelas, dan
diantara keduanya ada masalah-masalah mutsyabihat( yang
tidak jelas hukumnya), yang kebanyakan orang tidak
mengetahui hukumnya. Maka barangsiapa yang menjaga
diri dari syubhat, berti ia halal membersihkan agama dan
dirinya;dan barang siapa yang jatuh kepada keharaman,
seperti seorang penggembala yang mengembala disekitar
Membuat dasar tu lebih utama dari pada memperkuat.
Contoh : seorang laki-laki berkata pada istrinya :
engkau saya tolak, enkau saya talak dengan tdak ada niat
apa-apa dalam pengulangannya, maka yang lebih sah
adalah diartikan sebagai tasis ( ucapan permulaan, bukan
memperkuat).(hal 69)
11. Kaidah kesebelas
keluar dari khilaf itu diutamakan.
Maksud dari kaidah ini ialah bahwa menghindari
barang
atau
perbuatan
yang
hukum
halalnya
atau
Maka barang iapa yang menjaga diri dari syubhat
(tidak jelas hukumnya), maka ia mencari kebersihan untuk
agama dan kehormatannya.
Maksud kaidah ini ialah bahwa menghindari barang
atau perbuatan yang hukum halalnya atau bolehnya
diperselisihkan adalah terpuji atau dianjurkan.
Dalam memperhatikan dan menjaga khilaf itu ada
beberapa syarat yaitu :
Jangan sampai membawa khilaf yang lain.
Jangan sampai menselisihi sunnah yang tsabit.
Hendaknya kuat dasarnya.(hal 73)
13. Kaidah ketiga belas
Menolak itu lebih kuatdari pada mengangkat
Artinya menolak agar tigak terjadi itu lebih kuat
daripada mengembalikan seperti sebelum terjadi.
Menjaga diri agar tidak sakit, lebih utama daripada
mengobati setelah sakit.
Contoh pelaksanaan kaidah ini adalah: adanya air
sebelum
shalat
bagi
orang
yang
tayamum,
berarti
keringanan (rukhshah) tidak dikaitkan dihubungkan
Artinya
dibolehkannya
Pertanyaan itu diulangi dalam jawaban
Jadi hukum dari suaru jawaban itu adalah terletak
pada soalnya. Sehingga apabila seseorang hakim bertanya
dengan
maksud
minta
keterangan
kepada
seorang
Apabila
ini
ialah
pada
bermanfaat
shalat
sunat,
kepada
karena
orang
mencari
banyak,
ilmu
sedangkan
akan
shalat
itu
lebih
utama
daripada
sunnat
dengan
derajat/tingkat.
21. Kaidah Kedua Puluh Dua
70
diluar masjid
Shalat sunnah
dirumah
adlah
lebih
uta
kewajiban
yang
mengahruskan
untuk
meninggalkan.
Contoh: Memotong tangan pencuri, seandainya tidak
wajib tentu hukumnya haram, sebab memotong/melukai
adalah tindak pidana haram.
Yang dikecualikan dari kaidah tersebu yaitu: Sujud
sahwi dan sujud tilawah itu tidak wajib, namun jika tidak
disyariatkan tentu tidak boleh dilakukan.
23. Kaidah Ketiga Puluh Lima
Apa yang telah tetap menurut syara, didahulukan
daripada apa yang wajib menurut syara.
Ketetapan
yang
berasal
dari
syara
harus
karenannya
tidak
boleh
bernadzar
dengan
kemaksiatan.
Menyimpan
wadah/bejana
terbuat dari bahan mas atau perak. Sutra dan mas bagi
laki-laki.
tersebbut
Sebab
karna
larangan
boleh
menyimpan
jadi
akan
barang-barang
menggunakannya.
artinya
berarti
permusuhan.
apabila dibolehkan
menolong
dan
memberikannya,
mendorong
untuk
sebagaimana
diharamkan
untuk
mengambilnya.
26. Kaidah Kedua Puluh Delapan
Sesuatu yang sedang dijadikan obyek perbuatan tertentu,
tidak boleh obyek perbuatan tertentu yang lain.
Artinya apabila ada sesuatu yang sudah menjadi
obyek sesuatu aqad, tidak boleh dijadikan obyek aqad lain,
karena itu telah terikat dengan aqad yang pertama.
Contoh: Tidak boleh barang yang sudah dijadikan
jaminan sesuatu hutang, kemudian dijadikan jaminan
hutang yang lain.
27. Kaidah Kedua Puluh Sembilan
Yang sudah diperbesar tidak boleh dibesarkan
Apabila suatu perkara sudah dibesarkan atau
ditinggalkan hukumnya sampai pada hukum yang tertinggi,
maka
tidak
dapat
ditingkatkan
lagi,
atau
sebelum
waktunya.
Sebab
akibatnya
dapat
merupakan kegagalan.
29. Kaidah Ketiga Puluh Satu
Sunnah itu telah longgar dari pada fardlu
Suatu
perbuatan
yang
disyariatkan
sebagai
perbuatan sunnah, pelaksanaannya lebih longgr daripada
perbuatan yang disyariatkan sebagai perbutan yang wajib.
30. Kaidah Ketiga Puluh Dua
Kekuasaan yang khusus lebih kuat daripada kekuasaan
yang umum
Suatu benda atau persoalan yang berada dibawah
suatu kekuasaan, maka pemegang kekuasaan yang khusus
terghadap benda dan persoalan tersebut, kedudukan dan
wewedangnya
lebih
kuat
daripada
pengusa
umum,
tetapi
kemudian
jelas
salahnya,
maka
hukum
mengumpulkan
barang-barangnya
karena
yang
munkar,
sehingga
karenanya
wajib
haramnya
diperselisihkan.Tetapi
baru
dianggap
pa
yang
menjadi
sedangkn
pada
cara
maksud
haruslah
untukmencapai
dipenuhi,
maksud
dapat
seperti
thalak,
sebagainya.
38. Kaidah Keempat Puluh
qishas,
merdeka
dan
Apabila berkumpul antara sebab, kicuhan dan pelaksana
langsung, maka didahulukan pelaksanaan langsung
Apabila dalam suatu peristiwa terdapat tiga factor
yang mengakibatkan terjadinya, yaitu:
Yang merupakan sebab bagi terjadinya peristiwa.
Berwujud penipuan yang membantu terjadinya
peristiwa.
Perbuatan langsung yang mengakibatkan terjadinya
peristiwa.
Maka dalam kasus ini, perbuatan yang langsung
mengakibatkan