Faktor Janin
Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.
3.
Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosioekonomi dan paparan zat-zat racun.(Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2004)
C. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup
bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan
(usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa
kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya
gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu
seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami
hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi
kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada
gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar
dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi
kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan
kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di bawah normal.
Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama
kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi
kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan
menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama
trimester III. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan
kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang
dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara
bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan
resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan
prematur juga lebih besar.
D. Manifestasi Klinis
1. Sebelum bayi lahir
a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, portus prematurus dan lahir
mati.
b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuannya kehamilan.
c. Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lamat
walaupun kehamilannyasudah agak lanjut.
d. Sering dijumpai dengan kehamilan augohidramnion, hidramnion, hieremsis
grandarum.
2.
E. Komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain :
1.
Hipotermia
2.
Hipoglikemia
3.
Gangguan cairan dan elektrolit
4.
Hiperbilirubinemia
5.
Sindroma gawat nafas
6.
Paten duktus arteriosus
7.
Infeksi
8.
Perdarahan intraventrikuler
9.
Apnea of Prematurity
10. Anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir rendah
(BBLR) antara lain :
1.
Gangguan perkembangan
2.
Gangguan pertumbuhan
3.
Gangguan penglihatan (Retinopati)
4.
Gangguan pendengaran
5.
Penyakit paru kronis
6.
Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
7.
Kenaikan frekuensi kelainan bawaan
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
1. Pemeriksaan skor ballard
2. Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan
3. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit
dan analisa gas darah.
4. Foto dada dan USG
G. Penatalaksanaan Dan Terapi
Dengan memperhatikan gambaran klinik dan berbagai kemungkinanan yang dapat terjadi
pada bayi prematuritas maka perawatan dan pengawasan ditujukan pada pengaturan suhu,
pemberian makanan bayi, Ikterus, pernapasan, hipoglikemi dan menghindari infeksi.
1.
Nutrisi
Alat pencernaan bayi belum sempurna, lambung kecil enzim peneernaan belum matang,
sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal;/kgBB sehingga pertumbuhan
dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului derngan
menghisap cairan lambung , reflek masih lemah sehingga pemberian minum sebaiknya
sedikit demi sedikit dengan frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yasng
paling utama sehingga ASI-lah yang paling dahulu diberikan, bila faktor menghisapnya
kurang maka ASI dapat diperas dan diberikan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan
memasang sonde. Permulaan cairan yang diberikan 50- 60 cc/kgBB/hari terus dinaikan
sampai mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari.
3.
Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur dan
bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari berlalu .
Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena
hperbilirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka wama bayi harus sering dicatat dan
bilirubin diperiksa, bila ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat.
4.
Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini tandatanda gawat pernafasan selalu ada dalam 4 jam. Bayi haras dirawat terlentang atau tengkurap
dalam incubator, dada abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi usalia pernapasan.
5.
Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir rendah,
harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah secara teratur.
6.
Menghindari Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh masih
lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna . Oleh
karena itu tindakan prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi persalinan
dengan prematuritas (BBLR)
Pemberian vitamin K1
1. Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
2. Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari,
dan umur 4-6 minggu)
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Biodata
Keluhan utama
Riwayat Penyaki sekarang
Riwayat penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Keluarga
Pola Nutrisi
Pola istirhat
Pola istirahat tidur
Pola personal hygiene
Pola aktivitas
Pola eliminasi
Pemeriksaan kesadaran umum
Pemeriksaan fisik
Kepala, Panjang badan, Thorax, Abdomen, Genetalia, Anus
B.
Diagnosa Keperawatan
1)
2)
3)
4)
5)
C.
Ketidakefektifan pola nafas b/d imaturitas otot otot pernafasan dan penurunan
ekspansi paru
Resiko ketdakseimbangan suhu tubuh b/d kegagalan mempertahankan suhu tubuh,
penurunan jaringan lemak subcutan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d reflek menelan lemah akibat
prematuritas, ketidak mampuan menerima nutrisi
Resiko infeksi b/d kerentanan bayi terhadap sistem imun yang belum matang
Kekurangan volume cairan b/d pengeluaran yang disebabkan imaturitas, pengeluaran
kulit atau paru
Intervensi Keperwatan
Dx
Intervensi
1
Tujuan:
1. Kumpulkan data yang berkaitan dengan
pola napas tidak efektif
2. Waspada episode apnea yang berlangsung
lebih dari 20 detik
3. Memberi bantuan pernafasan seperti
oksigen
4. Pantau kajian gas darah untuk
mengetahui asidosis pernafasan metabolik
5. Persiapkan dalam pemberian terapi
farmakologis,sperti teofilin IV
2
Tujuan:tidak terjadi hipotermia/hypertermia
1. Jaga temperatur ruang perawatan 25 C
Rasional
1. Riwayat ibu atas penggunaan obat atau
kondisi tidak normal selama kehamilan dan
proses persalinan
2. Waspada episode apnea yang berlangsung
lebih dari 20 detik
3. Membantu mencukupi supplai oksigen
4. Deteksi dini untuk mencegah hipoksia
5. Tidak terjadi hipotermia/hypertermia
4.
3
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2004. Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam : Standar
Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta: IDAI
Buku Asuhan Keperawatan Ibu Bayi Baru Lahir Edisi 5.Jakarta EGC
Manuaba ,Ida Bagus Gde. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan.Jakarta:EGC